Ayat
Terjemahan Per Kata
أَفَمَنۡ
apakah maka orang
حَقَّ
telah pasti
عَلَيۡهِ
atasnya
كَلِمَةُ
kalimat/ketentuan
ٱلۡعَذَابِ
azab
أَفَأَنتَ
apakah maka kamu
تُنقِذُ
kamu akan melepaskan/menyelamatkan
مَن
orang
فِي
dalam
ٱلنَّارِ
api neraka
أَفَمَنۡ
apakah maka orang
حَقَّ
telah pasti
عَلَيۡهِ
atasnya
كَلِمَةُ
kalimat/ketentuan
ٱلۡعَذَابِ
azab
أَفَأَنتَ
apakah maka kamu
تُنقِذُ
kamu akan melepaskan/menyelamatkan
مَن
orang
فِي
dalam
ٱلنَّارِ
api neraka
Terjemahan
Maka, apakah (engkau, Nabi Muhammad, hendak mengubah nasib) orang-orang yang telah dipastikan mendapat azab? Apakah engkau akan menyelamatkan orang yang berada di dalam neraka?
Tafsir
(Apakah orang yang telah pasti ketentuan azab atasnya?) termasuk orang-orang yang digolongkan oleh firman-Nya, "Sesungguhnya akan Aku penuhi neraka jahanam..." (Q.S. As-Sajdah, 13). (Apakah kamu akan menyelamatkan) maksudnya, mengeluarkan (orang yang berada dalam neraka) kalimat ayat ini menjadi Jawab Syarath, kemudian di dalamnya terdapat Isim Zhahir yaitu lafal Man yang menduduki tempat Isim Mudhmar; dan Hamzah Istifham di sini menunjukkan makna ingkar, yakni, kamu tidak akan mampu memberikan hidayah kepadanya sehingga ia dapat kamu selamatkan dari neraka.
Tafsir Surat Az-Zumar: 19-20
Apakah (kamu hendak mengubah nasib) orang-orang yang telah pasti ketentuan azab atasnya? Apakah kamu akan menyelamatkan orang yang berada dalam api neraka? Tetapi orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya, mereka mendapat tempat-tempat yang tinggi, di atasnya dibangun pula tempat-tempat yang tinggi yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Allah telah berjanji dengan sebenar-benarnya. Allah tidak akan memungkiri janji-Nya. Allah ﷻ berfirman, "Apakah engkau mampu menyelamatkan orang yang telah ditakdirkan oleh Allah celaka dari kesesatan dan kebinasaannya?" Yakni tidak ada seorang pun yang dapat memberinya petunjuk selain Allah ﷻ sendiri. Karena sesungguhnya barang siapa yang disesatkan oleh Allah, tiada seorang pun yang dapat memberinya petunjuk; dan barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tiada seorang pun yang dapat menyesatkannya.
Kemudian Allah ﷻ menceritakan tentang hamba-hamba-Nya yang berbahagia, bahwa bagi mereka gedung-gedung di dalam surga yang tinggi-tinggi. di atasnya dibangun pula tempat-tempat yang tinggi. (Az-Zumar: 20) Yakni dibangun tingkatan-tingkatan yang tinggi lagi kokoh dan penuh dengan ornamen perhiasan. ". Abdullah ibnu Imam Ahmad mengatakan. telah menceritakan kepada kami Abbad ibnu Ya'qub Al-Asadi, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Fudail, dari Abdur Rahman ibnu Ishaq, dari An-Nu'man ibnu Sa'd, dari Ali r.a. yang telah mengatakan, bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Sesungguhnya di dalam surga benar-benar terdapat gedung-gedung yang bagian dalamnya dapat dilihat dari bagian luarnya, dan bagian luarnya dapat dilihat dari bagian dalamnya. Lalu ada seorang Badui bertanya, "Wahai Rasulullah, untuk siapakah gedung-gedung itu?" Rasulullah ﷺ menjawab: Untuk orang yang bertutur kata dengan baik dan suka memberi makan (fakir miskin) serta suka salat di malam hari saat manusia sedang lelap dalam tidurnya.
Imam Turmuzi meriwayatkan hadis ini melalui Abdur Rahman ibnu Ishaq, dan Imam Turmuzi mengatakan hadis ini hasan garib; dan seperti yang telah disebutkan bahwa ada sebagian ahlul' ilmi yang masih meragukan Abdur Rahman ibnu Ishaq dari segi hafalannya. -: ". Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Yahya ibnu Kasir dari Ibnu Mu'aniq atau Abu Mu'aniq dari Abu Malik Al-Asy'ari r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Sesungguhnya di dalam surga benar-benar terdapat gedung-gedung yang bagian luarnya dapat dilihat dari bagian dalamnya, dan bagian dalamnya dapat dilihat dari bagian luarnya.
Allah telah menyediakannya bagi orang yang suka memberi makan dan lemah lembut dalam bertutur kata, rajin mengerjakan puasa, serta gemar salat di saat manusia lelap dalam tidurnya. Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad secara tunggal melalui riwayat Abdullah ibnu Mu'aniq Al-Asy'ari, dari Abu Malik Al-Asy'ari r.a. dengan sanad yang sama. ". ". Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Qutaibah ibnu Sa'id, telah menceritakan kepada kami Ya'qub ibnu Abdur Rahman, dari Abu Hazim, dari Sahi ibnu Sa'd r.a, bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Sesungguhnya ahli surga benar-benar saling memandang penduduk surga yang ada di gedung-gedung yang tinggi-tinggi sebagaimana kalian menyaksikan bintang-bintang di ufuk langit.
Perawi mengatakan bahwa ia menceritakan hadis ini kepada An-Nu'man ibnu Iyasy, maka ia mengatakan bahwa dirinya pernah mendengar Abu Sa'id Al-Khudri mengatakan, "Sebagaimana kalian menyaksikan bintang di ufuk timur atau di ufuk barat." Imam Bukhari dan Imam Muslim mengetengahkan hadis ini di dalam kitab sahih masing-masing melalui hadis Abu Hazim, dan keduanya telah mengetengahkannya pula di dalam kitab Sahihain melalui hadis Malik, dari Safwan ibnu Salim, dari Ata ibnu Yasar, dari Abu Sa'id r.a, dari Nabi ﷺ ".
". Imam Ahmad mengatakan, bahwa telah menceritakan kepada kami Fazzarah, telah menceritakan kepadaku Falih, dari Hilal ibnu Ali, dari Ata ibnu Yasar, dari Abu Hurairah r.a, bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: "Sesungguhnya penduduk surga benar-benar saling memandangi penduduk surga yang berada di gedung-gedung yang tinggi-tinggi di surga, sebagaimana kalian memandangi bintang bercahaya yang muncul di ufuk nan jauh, karena adanya perbedaan tingkatan keutamaan (di antara mereka). Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, mereka tentu para nabi.
Rasulullah ﷺ menjawab, "Benar, demi Tuhan Yang jiwaku berada dalam genggaman kekuasaan-Nya, juga orang-orang yang beriman kepada Allah dan membenarkan rasul-rasul. Imam Turmuzi meriwayatkan hadis ini dari Suwaid, dari Ibnul Mubarak, dari Falih dengan sanad yang sama, ia mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abun Nadr dan Abu Kamil. Keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Zuhair, telah menceritakan kepada kami Sa'd At-Ta'i, telah menceritakan kepada kami Abul Mudillah maula Ummul Mu-minin r.a, bahwa ia pernah mendengar Abu Hurairah r.a. mengatakan bahwa kami (para sahabat) bertanya, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami bila memandang engkau, hati kami terasa lunak dan kami merasa seperti ahli akhirat.
Tetapi bila kami berpisah dari engkau, maka kami terpesona dengan duniawi dan mencium harumnya wanita dan anak-anak." Maka Rasulullah ﷺ bersabda: Seandainya kalian tetap berada dalam keadaan seperti kalian bila berada di dekatku, niscaya para malaikat menyalami kalian dengan tangan mereka dan piscaya mereka mengunjungi kalian di rumah-rumah kalian. Dan seandainya kalian tidak pernah berbuat dosa, niscaya Allah ﷻ akan mendatangkan suatu kaum yang berbuat dosa, agar Dia memberikan ampunan bagi mereka. Kami bertanya lagi, "Wahai Rasulullah, ceritakanlah kepada kami tentang surga, dari apa sajakah bangunannya?" Rasulullah ﷺ menjawab: Batu batanya ada yang dari emas dan ada yang dari perak, adukannya dari minyak misik azfar (yang sangat harum baunya), dan batu kerikilnya terdiri dari mutiara dan yaqut, sedangkan tanahnya dari za'faran.
Barang siapa yang masuk ke dalamnya hidup senang dan tidak akan sengsara, serta hidup kekal dan tidak akan mati; pakaiannya tidak akan rusak dan kemudaannya tidak akan pudar. Ada tiga macam orang yang doanya tidak akan ditolak, yaitu imam yang adil, orang puasa hingga berbuka, dan doanya orang yang teraniaya dibawa di atas awan dan dibukakan baginya semua pintu langit.
Dan Tuhan Yang Mahasuci lagi Mahatinggi berfirman (kepadanya), "Demi keagungan-Ku, Aku benar-benar akan menolongmu, sekalipun setelah beberapa waktu. Imam Turmuzi dan Imam Ibnu Majah meriwayatkan sebagiannya dari hadis Za'd ibnu Abu Mujadid At-Ta'i seorang siqah, dari Abul Mudillah yang juga seorang yang siqah dengan sanad yang sama. Firman Allah ﷻ: yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. (Az-Zumar: 20) Yakni sungai-sungai di dalam surga di sela-sela gedung-gedung yang tinggi-tinggi itu menurut apa yang dikehendaki oleh para penghuninya dan dapat dialirkan menurut kehendak mereka.
Allah telah berjanji dengan sebenar-benarnya. (Az-Zumar: 20) Maksudnya, apa yang telah kami sebutkan di atas adalah janji yang telah dijanjikan oleh Allah bagi hamba-hamba-Nya yang beriman. Allah tidak akan memungkiri janjinya. (Az-Zumar: 20)"
19-20. Tugas rasul tidak lebih dari sekadar menyampaikan dakwah kepada umatnya. Hanya Allahlah yang memberi hidayah kepada yang Dia kehendaki. Maka apakah orang-orang yang telah dipastikan mendapat azab karena kekafiran mereka; apakah engkau akan mampu menye-lamatkan orang yang dipastikan berada dalam api neraka' Tentu tidak mampu. Tetapi, orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya dengan melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya, mereka mendapat kamar-kamar di surga yang di atasnya terdapat pula kamar-kamar yang dibangun bertingkat-tingkat, yang mengalir di bawahnya sungai-sungai dengan aneka rasa dan warna (Lihat pula: Surah Mu'ammad/47: 15). Itulah janji Allah yang sebenar-benarnya. Allah tidak akan pernah memungkiri janji-Nya. 19-20. Tugas rasul tidak lebih dari sekadar menyampaikan dakwah kepada umatnya. Hanya Allahlah yang memberi hidayah kepada yang Dia kehendaki. Maka apakah orang-orang yang telah dipastikan mendapat azab karena kekafiran mereka; apakah engkau akan mampu menye-lamatkan orang yang dipastikan berada dalam api neraka' Tentu tidak mampu. Tetapi, orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya dengan melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya, mereka mendapat kamar-kamar di surga yang di atasnya terdapat pula kamar-kamar yang dibangun bertingkat-tingkat, yang mengalir di bawahnya sungai-sungai dengan aneka rasa dan warna (Lihat pula: Surah Mu'ammad/47: 15). Itulah janji Allah yang sebenar-benarnya. Allah tidak akan pernah memungkiri janji-Nya.
Pada ayat ini diterangkan kebalikan dari sifat-sifat orang yang disebutkan pada ayat sebelum ayat ini, yaitu mereka yang mengatakan sanggup melaksanakan segala sesuatu dan sanggup pula mengatasi segala macam kesulitan. Mereka dicela Allah dengan mengatakan, "Apakah kamu yang mengendalikan segala urusan manusia, mengatur dan mengendalikan keadaan mereka? Apakah kamu dapat mengubah keputusan-Ku dengan membatalkan ketetapan azab yang telah Aku tetapkan terhadap orang-orang yang selalu mengotori jiwanya dengan mengerjakan segala macam perbuatan dosa dan mengerjakan perbuatan-perbuatan yang Aku larang?" Allah menegaskan bahwa mereka sekali-kali tidak dapat menghapus dan mengubah segala macam keputusan-Nya sedikit pun, karena ketentuan segala sesuatu berada di tangan-Nya.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
THAGUT
Ayat 17
“Dan orang-orang yang menjauhi thagut bahwa akan menyembah kepadanya dan kembali kepada Allah."
Kita sudah memahamkan apa arti thagut. Yaitu segala orang yang menganggap dirinya atau dianggap oleh orang lain sangat berkuasa, sehingga saat menyamai kekuasaan Allah sendiri. Dari mashdar thughyaanan yang pokok artinya ialah sangat kafir, sangat melanggar aturan. Kalau air ialah melimpah, membanjir. Kalau manusia ialah sangat zalim.
Thagut itu umumnya diartikan berhala saja. Padahal dalam perkembangan negara-negara di za-man modern kita melihat kadang-kadang negara-negara itu sendiri diberhalakan, nasionalisme atau kebangsaan “Tanah airku benar selalu" (right or wrong is my country). Kemudian itu memuja pemimpin, pembangun negara, pahlawan dan sebagainya sehingga dituhankan. Kaum komunis tidak mengakui ada Tuhan, tetapi disiplin memuja pemimpin menyebabkan komunis menjadi satu “agama" menyembah tuhan pemimpin. Jerman Nazi bmemberi gelar pada Hitler “Feuhrer" yang berarti Pemimpin, Fascist Italia memberi gelar kepada Mussolini “II Duche", yang artinya pemimpin juga. Namun kesudahan hidup dari pemimpin-pemimpin yang dituhankan itu sangAllah menyedihkan. Ada yang mati bunuh diri dan ada yang mati dibunuh dengan hina.
Sebab itu maka dengan tuntunan ayat ini, kaum beriman diberi ingat agar menjauh dari Thagut, sehingga sampai disembah-sembah. Tetapi lekas-lekaslah kembali kepada Allah. Dalam kalimat menjauhi yang dalam bahasa Arabnya tertulis dalam ayat ijtanibuu terkandung arti yang sangat dalam, pertemuan di antara dua kata yang negatif dan positif. Negatif dari Thagut dengan jalan menjauhinya atau ijtanibuu. Positif kepada Allah dengan kalimat wa anaabuu llallahi yang berarti dan mereka kembali kepada Allah.
Maka bagi orang yang menjauhi Thagut dari menyembahnya lalu segera kembali kepada Allah."Bagi mereka adalah berita gembira." Allah menyediakan kegembiraan baginya, sebab dia telah mencapai kemerdekaan jiwa yang sejati.
“Maka gembirakanlah hamba-hamba-Ku." (ujung ayat 17)
Ayat 18
“Yang mendengarkan perkataan."
Yaitu bahwa perkataan-perkataan yang mereka dengarkan mereka perhatikan baik-baik, pasang telinga nyalangkan mata dan sambut dengan penuh kesadaran. “Lalu mengikuti mana yang sebaik-baiknya."
Zamakhsyari menguraikan tafsir ayat ini dalam al-Kasysya'-nya, “Maksud ayat ialah mendidik mereka agar mereka dalam hal agama hendaklah kritis, saat memilih di antara yang baik dengan yang lebih baik, yang utama dengan yang sangat utama. Masuk di dalamnya dari hal memilih suatu pendirian atau madzhab, di antara dua yang bagus mana yang lebih kukuh, mana yang lebih kuat ketika diuji, mana yang lebih jelas dalil dan alasannya, dan sekali-kali jangan jadi orang yang hanya taklid (menurut saja dengan tidak memakai pertimbangan akal sendiri).
Satu tafsir dari Ibnu Abbas, “Didengannya ada kata-kata yang baik dan ada yang tidak enak didengar. Maka yang dipegangnya ialah yang baik, sedang yang tidak enak didengar itu tidak dipercakapkannya."
Untuk perlengkapan tafsir ayat ini saya salinkan satu kisah manusia.
Pada tahun 1345 Hijriyah, 1926 Masehi, sesudah setahun Raja Abdul Aziz Ibnu Saud menduduki Hejaz dan mengalahkan Kerajaan Syarif Husain dan putra-putranya, naik hajilah ke Mekah dua orang pemimpin Islam Indonesia yang terkenal di masa itu, yaitu Umar Said Cokroaminoto sebagai pembangun dan pemimpin Partai Sarekat Islam dan Kiai Haji Mas Mansyur pemimpin dan ulama Muhammadiyah.
Kedua beliau itu sempat juga saat berhadapan muka dengan Raja Abdul Aziz yang terkenal itu, yang sedang di puncak kemenangannya. Sebelum beliau-beliau diterima menghadapi, Raja Ibnu Saud lebih dahulu mencari keterangan-keterangan tentang kedua gerakan itu, Sarekat Islam dan Muhammadiyah dan pribadi kedua pemimpin besar itu. Zaman itu adalah zaman penjajahan. Tentu saja ada suara-suara kurang enak yang disampaikan orang tentang kedua gerakan itu dan pribadi beliau berdua. Apalah lagi Pemerintah Belanda mempunyai konsulatnya di Jeddah dan Vice Konsulnya seorang pegawai Bumiputra di Mekah.
Setelah mendengar berita yang kurang bagus dari pihak yang memburukkan, Raja Abdul Aziz memanggil pula seorang orang besar Wahabi dari Nejd yang pernah melawat ke Tanah Jawa di masa Ibnu Saud masih mengepung Jeddah pada tahun 1925 dan dia sempat meninjau kedua gerakan Islam itu dan sempat bertemu juga dengan kedua pemimpin Islam Indonesia itu. Nama orang besar Wahabi itu Syekh Abdul Aziz al-Atiiqiy.
Setelah bertemu, Raja menanyakan tentang kedua gerakan itu dan pribadi kedua pemimpin. Abdul Aziz al-Atiiqiy memberikan keterangan, “Sarekat Islam adalah satu gerakan penantang penjajahan Belanda dan membuka mata seluruh Muslimin di Tanah Jawa itu. Muhammadiyah adalah gerakan agama yang menegakkan madzhab Salaf seperti gerakan Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab juga. Kedua gerakan itu sangat berpengaruh di negeri itu. Yang pertama berat kepada politik dan yang kedua berat kepada membangun Ruh Islam agar kembali kepada sunnah Rasulullah ﷺ"
Mendengar keterangan dari orang besar itu barulah jelas oleh Raja Abdul Aziz latar belakang dari kedua orang Jawa yang akan menemui Baginda itu. Dan setelah tiba waktunya, kedua beliau diterima benar-benar menurut adat istiadat Arabi yang asli, tidak banyak kesulitan protokol, apalah lagi K.H. Mas Mansyur lancar sekali berbahasa Arab.
Setelah selesai pertemuan itu dalam satu kesempatan bertemu Syekh Abdul Aziz dengan Raja. Lalu Raja yang mulai membuka persoalan tentang kedua pemimpin besar Jawa yang beberapa hari yang lalu datang menghadapi itu. Lalu di antara penilaian Raja terhadap kedua Pergerakan Sarekat Islam dan Muhammadiyah, dan kedua pemimpinnya, Umar Said Cokroaminoto dikatakannya kepada Syekh Abdul Aziz, di antaranya kata Baginda, “Memang, ya, Abdul Aziz! Saya lihat cita-cita dan harapan kedua gerakan Islam di Jawa itu tergambar dalam pribadi kedua pemimpin itu. Aku menampak kegagahan dan ketangkasan Sarekat Islam berjuang melawan penjajah asing terbayang pada pribadi Syekh Syukri Amin; pada suaranya yang bulat, pada ketegasan sikapnya dan pada matanya yang menunjukkan keperkasaan! Dan perjuangan Muhammadiyah hendak menegakkan paham Salaf dan berpegang pada ajaran Islam yangasli terbayang jelas sekali pada tawadhu-nya Syekh Mansur, lemah lembut sikapnya, fasih lidahnya berbahasa Arab dan luas ilmu agamanya. Yang pertama seorang ahli perjuangan yang gagah, yang kedua seorang ulama yang besar! Semoga Tanah Jawa akan mencapai cita-citanya, ‘Al-Ja-wiyyuuun rijaal thayyibuun' (orang jawa orang baik-baik semua)"
Kisah ini saya dengar dari mulut Kiai Haji Mohammad. Sejak di rumah beliau, ketika di Kauman Dalam, pada tahun 1034 ketika saya singgah di sana dalam perjalanan pulang kembali dari tugas jadi mubaligh dan guru Muhammadiyah di Makassar.
Kalimat “Jawa" masih lebih populer pada masa itu dari “Indonesia" sekarang. Ada juga dipopulerkan “Al-Hindi Syirqiyah" (Hindia Timur), tetapi belum saat menghilangkan kepopuleran sebutan “Jawa" atau “Jawi".
Kemudian ternyata juga menurut jalan sejarah yang adil bahwa pribadi Cokroaminoto dan Kiai H. Mas Mansyur ada juga pengaruh dalam membentuk pribadi Soekarno sebagai pembentuk nasionalisme Indonesia. Soekarno sendiri mengakui bahwa kedua beliau itu adalah gurunya, baik dalam perjuangan politik yang akan ditegakkannya kemudian atau dalam hal agama Islam yang dia peluk. Sehingga ketika pembuangannya dipindahkan Belanda dari Endeh ke Bengkulu, Muhammadiyahlah yang menyambut beliau di sana dan dengan resmi sampai di Bengkulu itu Soekarno masuk Muhammadiyah. Dan setelah Jepang menduduki Indonesia, Soekarno diberi kesempatan membentuk PUTERA (Pusat Tenaga Rakyat) dengan pemimpin empat serangkah Soekarno, Mohammad Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan K.H. Mas Mansyur.
Selanjutnya Allah memberikan pujian kepada orang-orang yang demikian, “Itulah orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah." Karena di dalam banyak hal yang baik dia telah saat menyaring dan memilih mana yang lebih baik. Adapun mana yang buruk mereka tidak mau memedulikannya dan tidak mau menanggapinya. Dan sekali lagi mereka dipuji oleh Allah, “Dan itulah orang-orang yang mempunyai akal budi." (ujung ayat 18)
Ayat 19
“Apakah orang-orang yang telah pasti atasnya ketentuan adzab?"
Menurut keterangan al-Farraa' arti ayat ini ialah, “Apakah orang yang telah pasti padanya ketentuan adzab engkau sangka akan saat engkau tolong?"
“Apakah engkau yang akan membebaskan orang yang dalam neraka."
Ayat ini berupa pertanyaan (istifhaam) tetapi bermaksud bantahan. Bahwa barang-siapa yang telah menuruti jalan yang salah atau mendengar kata lalu memilih mana yang buruk, tidak suka memilih mana yang baik, lebih menyukai jalan kufur daripada jalan iman, sudah pastilah neraka tempat orang itu.
Ayat 20
“Tetapi orang-orang yang bertakwa kepada Tuhan mereka untuk mereka adalah bilik-bilik, di atasnya pun bilik-bilik yang dibangun."
Dia disambut dengan persediaan bilik-bilik, tempat tinggal yang indah dan bertingkat. “Mengalir di bawahnya sungai-sungai." Menunjukkan sejuk dan nyaman hawanya di sana.
“Allah telah berjanji dan tidaklah Allah akan memungkiri janji."
Ayat 21
“Apakah tidak engkau perhatikan bahwasanya Allah menurunkan air dari langit."
Langit yang dimaksud di sini ialah yang di atas kita! “Maka diatur-Nya telaga-telaga di bumi." Telaga atau mata air terbagi dua macam, yaitu yang berkumpul di puncak gunung lalu mengalir ke tempat yang rendah melalui tempat yang tertentu; itulah yang bernama sungAl-sungai. Ada pula yang menyelinap ke dalam bumi dan berkumpul di sana; itulah yang jadi telaga atau sumur dan mata air, “Kemudian dikeluarkan-Nya dengan sebabnya, tanam-tanaman." Yaitu dengan sebab air itu! Ada yang secara cepat dan ada yang secara lambat. Bahkan lambatnya itu sampai ada yang beratus tahun. “Berbagai ragam warna-warnanya." Yang kehidupan subur tanam-tanaman berbagai warna itu sangat bergantung kepada air dari telaga itu."Kemudian itu dia menjadi kering." Yaitu setelah tanam-tanaman mencapai kesuburan, lanjutannya ialah menjadi kering, Menjadi tua! Suatu isyarat menyuruh manusia yang menanamnya segera memotongnya karena tugas hidupnya sudah habis. “Lalu dia pun engkau lihat kekuning-kuningan." Tadinya hijau laksana permadari terhampar, lama-lama kuning laksana emas terbentang."Kemudian itu Dia jadikan dia hancur berderai," tidak ada gunanya lagi sebab tugasnya sudah selesai, supaya segera ditukar dengan bibit yang baru. “Sesungguhnya pada yang demikian telah Allah peringatan bagi orang-orang yang mempunyai akal budi."