Ayat
Terjemahan Per Kata
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
يَسۡتَمِعُونَ
mereka mendengarkan
ٱلۡقَوۡلَ
perkataan
فَيَتَّبِعُونَ
lalu mereka mengikuti
أَحۡسَنَهُۥٓۚ
paling baik dari padanya
أُوْلَٰٓئِكَ
mereka itu
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
هَدَىٰهُمُ
memberi petunjuk pada mereka
ٱللَّهُۖ
Allah
وَأُوْلَٰٓئِكَ
dan mereka itu
هُمۡ
mereka
أُوْلُواْ
orang-orang yang mempunyai
ٱلۡأَلۡبَٰبِ
akal/fikiran
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
يَسۡتَمِعُونَ
mereka mendengarkan
ٱلۡقَوۡلَ
perkataan
فَيَتَّبِعُونَ
lalu mereka mengikuti
أَحۡسَنَهُۥٓۚ
paling baik dari padanya
أُوْلَٰٓئِكَ
mereka itu
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
هَدَىٰهُمُ
memberi petunjuk pada mereka
ٱللَّهُۖ
Allah
وَأُوْلَٰٓئِكَ
dan mereka itu
هُمۡ
mereka
أُوْلُواْ
orang-orang yang mempunyai
ٱلۡأَلۡبَٰبِ
akal/fikiran
Terjemahan
(Yaitu) mereka yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah dan mereka itulah ululalbab (orang-orang yang mempunyai akal sehat).
Tafsir
(Yaitu, orang-orang yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya) mengikuti sesuatu yang mengandung kemaslahatan bagi mereka. (Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal) yang mempunyai pikiran.
Tafsir Surat Az-Zumar: 17-18
Dan orang-orang yang menjauhi tagut (yaitu) tidak menyembahnya dan kembali kepada Allah, bagi mereka berita gembira; sebab itu sampaikanlah berita itu kepada hamba-hamba-Ku, yang mendengarkan perkataan, lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal. Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam telah meriwayatkan dari ayahnya sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan orang-orang yang menjauhi tagut (yaitu) tidak menyembahnya. (Az-Zumar: 17) Ayat ini diturunkan berkenaan dengan Zaid ibnu Amr ibnu Nufail r.a, AbuZar r.a, dan Salman Al-Farisi r.a. Tetapi yang benar ayat ini mencakup mereka dan orang-orang selain mereka dari kalangan orang-orang yang menjauhi penyembahan berhala dan selalu taat menyembah Tuhan Yang Maha Pemurah.
Maka merekalah orang-orang yang mendapat berita gembira dalam kehidupan dunia dan akhiratnya. Selanjutnya Allah ﷻ berfirman: sebab itu sampaikanlah berita itu kepada hamba-hamba-Ku yang mendengarkan perkataan, lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. (Az-Zumar: 17-18) Yakni mereka memahaminya dan mengamalkan apa yang dipesankan olehnya, semakna dengan apa yang disebutkan di dalam firman-Nya kepada Musa a.s. ketika diberikan kitab Taurat kepadanya: Berpegang teguhlah kepadanya dan suruhlah kaummu berpegang kepada (perintah-perintahnya) dengan sebaik-baiknya. (Al-A'raf: 145) Adapun firman Allah ﷻ: Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk. (Az-Zumar: 18) Maksudnya, orang-orang yang mempunyai sifat ini adalah mereka yang mendapat petunjuk dari Allah di dunia dan di akhirat. dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal. (Az-Zumar: 18) Yakni mempunyai akal yang sehat dan fitrah yang lurus.
17-18. Demikianlah azab yang Allah janjikan bagi orang musyrik. Dan adapun orang-orang yang menjauhi tagut'yaitu setan dan apa saja yang dipertuhankan'serta tidak menyembahnya dan kembali kepada Allah, mereka pantas mendapat berita gembira berupa ampunan dan surga dari Allah. Sebab itu, sampaikanlah kabar gembira itu kepada hamba-hamba-Ku, yaitu mereka yang mendengarkan perkataan, yakni ajaran Al-Qur'an maupun hadis, lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya karena wahyu Allah adalah perkataan yang terbaik. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai pikiran sehat dan tidak diliputi kekeruhan. 19-20. Tugas rasul tidak lebih dari sekadar menyampaikan dakwah kepada umatnya. Hanya Allahlah yang memberi hidayah kepada yang Dia kehendaki. Maka apakah orang-orang yang telah dipastikan mendapat azab karena kekafiran mereka; apakah engkau akan mampu menye-lamatkan orang yang dipastikan berada dalam api neraka' Tentu tidak mampu. Tetapi, orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya dengan melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya, mereka mendapat kamar-kamar di surga yang di atasnya terdapat pula kamar-kamar yang dibangun bertingkat-tingkat, yang mengalir di bawahnya sungai-sungai dengan aneka rasa dan warna (Lihat pula: Surah Mu'ammad/47: 15). Itulah janji Allah yang sebenar-benarnya. Allah tidak akan pernah memungkiri janji-Nya.
Ayat ini menerangkan orang-orang yang selalu menjaga dirinya dan menghindarkan diri dari menyembah thagut, berhala, serta tabah dalam menghadapi godaan setan, menghambakan diri dan menyembah kepada Allah semata, tidak menyembah selain-Nya. Mereka akan memperoleh kabar gembira dari para rasul bahwa mereka akan terhindar dari azab kubur sesudah mati, kesengsaraan di Padang Mahsyar. Mereka akan mendapat kenikmatan yang abadi di dalam surga. Oleh karena itu, Nabi Muhammad diperintahkan untuk memberi kabar gembira kepada umatnya yang selalu menyembah Allah, dan selalu mendengar perkataan yang benar, serta mengerjakan mana yang paling baik dari semua perkataan yang benar itu. Mereka pun akan memperoleh apa yang diperoleh oleh hamba-hamba Allah yang takwa. Mereka adalah orang-orang yang selalu mengikuti petunjuk Allah dan selalu menggunakan akal yang sehat.
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi hatim dari Zaid bin Aslam bahwa ayat ini diturunkan berhubungan dengan tiga sahabat Rasulullah, yaitu Zaid bin 'Amr, Abu dzarr al-Gifari, dan Salman al-Farisi, ketiga orang itu adalah orang-orang yang pernah mengucapkan kalimat "La ilaha illallah" di masa Arab Jahiliah.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
THAGUT
Ayat 17
“Dan orang-orang yang menjauhi thagut bahwa akan menyembah kepadanya dan kembali kepada Allah."
Kita sudah memahamkan apa arti thagut. Yaitu segala orang yang menganggap dirinya atau dianggap oleh orang lain sangat berkuasa, sehingga saat menyamai kekuasaan Allah sendiri. Dari mashdar thughyaanan yang pokok artinya ialah sangat kafir, sangat melanggar aturan. Kalau air ialah melimpah, membanjir. Kalau manusia ialah sangat zalim.
Thagut itu umumnya diartikan berhala saja. Padahal dalam perkembangan negara-negara di za-man modern kita melihat kadang-kadang negara-negara itu sendiri diberhalakan, nasionalisme atau kebangsaan “Tanah airku benar selalu" (right or wrong is my country). Kemudian itu memuja pemimpin, pembangun negara, pahlawan dan sebagainya sehingga dituhankan. Kaum komunis tidak mengakui ada Tuhan, tetapi disiplin memuja pemimpin menyebabkan komunis menjadi satu “agama" menyembah tuhan pemimpin. Jerman Nazi bmemberi gelar pada Hitler “Feuhrer" yang berarti Pemimpin, Fascist Italia memberi gelar kepada Mussolini “II Duche", yang artinya pemimpin juga. Namun kesudahan hidup dari pemimpin-pemimpin yang dituhankan itu sangAllah menyedihkan. Ada yang mati bunuh diri dan ada yang mati dibunuh dengan hina.
Sebab itu maka dengan tuntunan ayat ini, kaum beriman diberi ingat agar menjauh dari Thagut, sehingga sampai disembah-sembah. Tetapi lekas-lekaslah kembali kepada Allah. Dalam kalimat menjauhi yang dalam bahasa Arabnya tertulis dalam ayat ijtanibuu terkandung arti yang sangat dalam, pertemuan di antara dua kata yang negatif dan positif. Negatif dari Thagut dengan jalan menjauhinya atau ijtanibuu. Positif kepada Allah dengan kalimat wa anaabuu llallahi yang berarti dan mereka kembali kepada Allah.
Maka bagi orang yang menjauhi Thagut dari menyembahnya lalu segera kembali kepada Allah."Bagi mereka adalah berita gembira." Allah menyediakan kegembiraan baginya, sebab dia telah mencapai kemerdekaan jiwa yang sejati.
“Maka gembirakanlah hamba-hamba-Ku." (ujung ayat 17)
Ayat 18
“Yang mendengarkan perkataan."
Yaitu bahwa perkataan-perkataan yang mereka dengarkan mereka perhatikan baik-baik, pasang telinga nyalangkan mata dan sambut dengan penuh kesadaran. “Lalu mengikuti mana yang sebaik-baiknya."
Zamakhsyari menguraikan tafsir ayat ini dalam al-Kasysya'-nya, “Maksud ayat ialah mendidik mereka agar mereka dalam hal agama hendaklah kritis, saat memilih di antara yang baik dengan yang lebih baik, yang utama dengan yang sangat utama. Masuk di dalamnya dari hal memilih suatu pendirian atau madzhab, di antara dua yang bagus mana yang lebih kukuh, mana yang lebih kuat ketika diuji, mana yang lebih jelas dalil dan alasannya, dan sekali-kali jangan jadi orang yang hanya taklid (menurut saja dengan tidak memakai pertimbangan akal sendiri).
Satu tafsir dari Ibnu Abbas, “Didengannya ada kata-kata yang baik dan ada yang tidak enak didengar. Maka yang dipegangnya ialah yang baik, sedang yang tidak enak didengar itu tidak dipercakapkannya."
Untuk perlengkapan tafsir ayat ini saya salinkan satu kisah manusia.
Pada tahun 1345 Hijriyah, 1926 Masehi, sesudah setahun Raja Abdul Aziz Ibnu Saud menduduki Hejaz dan mengalahkan Kerajaan Syarif Husain dan putra-putranya, naik hajilah ke Mekah dua orang pemimpin Islam Indonesia yang terkenal di masa itu, yaitu Umar Said Cokroaminoto sebagai pembangun dan pemimpin Partai Sarekat Islam dan Kiai Haji Mas Mansyur pemimpin dan ulama Muhammadiyah.
Kedua beliau itu sempat juga saat berhadapan muka dengan Raja Abdul Aziz yang terkenal itu, yang sedang di puncak kemenangannya. Sebelum beliau-beliau diterima menghadapi, Raja Ibnu Saud lebih dahulu mencari keterangan-keterangan tentang kedua gerakan itu, Sarekat Islam dan Muhammadiyah dan pribadi kedua pemimpin besar itu. Zaman itu adalah zaman penjajahan. Tentu saja ada suara-suara kurang enak yang disampaikan orang tentang kedua gerakan itu dan pribadi beliau berdua. Apalah lagi Pemerintah Belanda mempunyai konsulatnya di Jeddah dan Vice Konsulnya seorang pegawai Bumiputra di Mekah.
Setelah mendengar berita yang kurang bagus dari pihak yang memburukkan, Raja Abdul Aziz memanggil pula seorang orang besar Wahabi dari Nejd yang pernah melawat ke Tanah Jawa di masa Ibnu Saud masih mengepung Jeddah pada tahun 1925 dan dia sempat meninjau kedua gerakan Islam itu dan sempat bertemu juga dengan kedua pemimpin Islam Indonesia itu. Nama orang besar Wahabi itu Syekh Abdul Aziz al-Atiiqiy.
Setelah bertemu, Raja menanyakan tentang kedua gerakan itu dan pribadi kedua pemimpin. Abdul Aziz al-Atiiqiy memberikan keterangan, “Sarekat Islam adalah satu gerakan penantang penjajahan Belanda dan membuka mata seluruh Muslimin di Tanah Jawa itu. Muhammadiyah adalah gerakan agama yang menegakkan madzhab Salaf seperti gerakan Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab juga. Kedua gerakan itu sangat berpengaruh di negeri itu. Yang pertama berat kepada politik dan yang kedua berat kepada membangun Ruh Islam agar kembali kepada sunnah Rasulullah ﷺ"
Mendengar keterangan dari orang besar itu barulah jelas oleh Raja Abdul Aziz latar belakang dari kedua orang Jawa yang akan menemui Baginda itu. Dan setelah tiba waktunya, kedua beliau diterima benar-benar menurut adat istiadat Arabi yang asli, tidak banyak kesulitan protokol, apalah lagi K.H. Mas Mansyur lancar sekali berbahasa Arab.
Setelah selesai pertemuan itu dalam satu kesempatan bertemu Syekh Abdul Aziz dengan Raja. Lalu Raja yang mulai membuka persoalan tentang kedua pemimpin besar Jawa yang beberapa hari yang lalu datang menghadapi itu. Lalu di antara penilaian Raja terhadap kedua Pergerakan Sarekat Islam dan Muhammadiyah, dan kedua pemimpinnya, Umar Said Cokroaminoto dikatakannya kepada Syekh Abdul Aziz, di antaranya kata Baginda, “Memang, ya, Abdul Aziz! Saya lihat cita-cita dan harapan kedua gerakan Islam di Jawa itu tergambar dalam pribadi kedua pemimpin itu. Aku menampak kegagahan dan ketangkasan Sarekat Islam berjuang melawan penjajah asing terbayang pada pribadi Syekh Syukri Amin; pada suaranya yang bulat, pada ketegasan sikapnya dan pada matanya yang menunjukkan keperkasaan! Dan perjuangan Muhammadiyah hendak menegakkan paham Salaf dan berpegang pada ajaran Islam yangasli terbayang jelas sekali pada tawadhu-nya Syekh Mansur, lemah lembut sikapnya, fasih lidahnya berbahasa Arab dan luas ilmu agamanya. Yang pertama seorang ahli perjuangan yang gagah, yang kedua seorang ulama yang besar! Semoga Tanah Jawa akan mencapai cita-citanya, ‘Al-Ja-wiyyuuun rijaal thayyibuun' (orang jawa orang baik-baik semua)"
Kisah ini saya dengar dari mulut Kiai Haji Mohammad. Sejak di rumah beliau, ketika di Kauman Dalam, pada tahun 1034 ketika saya singgah di sana dalam perjalanan pulang kembali dari tugas jadi mubaligh dan guru Muhammadiyah di Makassar.
Kalimat “Jawa" masih lebih populer pada masa itu dari “Indonesia" sekarang. Ada juga dipopulerkan “Al-Hindi Syirqiyah" (Hindia Timur), tetapi belum saat menghilangkan kepopuleran sebutan “Jawa" atau “Jawi".
Kemudian ternyata juga menurut jalan sejarah yang adil bahwa pribadi Cokroaminoto dan Kiai H. Mas Mansyur ada juga pengaruh dalam membentuk pribadi Soekarno sebagai pembentuk nasionalisme Indonesia. Soekarno sendiri mengakui bahwa kedua beliau itu adalah gurunya, baik dalam perjuangan politik yang akan ditegakkannya kemudian atau dalam hal agama Islam yang dia peluk. Sehingga ketika pembuangannya dipindahkan Belanda dari Endeh ke Bengkulu, Muhammadiyahlah yang menyambut beliau di sana dan dengan resmi sampai di Bengkulu itu Soekarno masuk Muhammadiyah. Dan setelah Jepang menduduki Indonesia, Soekarno diberi kesempatan membentuk PUTERA (Pusat Tenaga Rakyat) dengan pemimpin empat serangkah Soekarno, Mohammad Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan K.H. Mas Mansyur.
Selanjutnya Allah memberikan pujian kepada orang-orang yang demikian, “Itulah orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah." Karena di dalam banyak hal yang baik dia telah saat menyaring dan memilih mana yang lebih baik. Adapun mana yang buruk mereka tidak mau memedulikannya dan tidak mau menanggapinya. Dan sekali lagi mereka dipuji oleh Allah, “Dan itulah orang-orang yang mempunyai akal budi." (ujung ayat 18)
Ayat 19
“Apakah orang-orang yang telah pasti atasnya ketentuan adzab?"
Menurut keterangan al-Farraa' arti ayat ini ialah, “Apakah orang yang telah pasti padanya ketentuan adzab engkau sangka akan saat engkau tolong?"
“Apakah engkau yang akan membebaskan orang yang dalam neraka."
Ayat ini berupa pertanyaan (istifhaam) tetapi bermaksud bantahan. Bahwa barang-siapa yang telah menuruti jalan yang salah atau mendengar kata lalu memilih mana yang buruk, tidak suka memilih mana yang baik, lebih menyukai jalan kufur daripada jalan iman, sudah pastilah neraka tempat orang itu.
Ayat 20
“Tetapi orang-orang yang bertakwa kepada Tuhan mereka untuk mereka adalah bilik-bilik, di atasnya pun bilik-bilik yang dibangun."
Dia disambut dengan persediaan bilik-bilik, tempat tinggal yang indah dan bertingkat. “Mengalir di bawahnya sungai-sungai." Menunjukkan sejuk dan nyaman hawanya di sana.
“Allah telah berjanji dan tidaklah Allah akan memungkiri janji."
Ayat 21
“Apakah tidak engkau perhatikan bahwasanya Allah menurunkan air dari langit."
Langit yang dimaksud di sini ialah yang di atas kita! “Maka diatur-Nya telaga-telaga di bumi." Telaga atau mata air terbagi dua macam, yaitu yang berkumpul di puncak gunung lalu mengalir ke tempat yang rendah melalui tempat yang tertentu; itulah yang bernama sungAl-sungai. Ada pula yang menyelinap ke dalam bumi dan berkumpul di sana; itulah yang jadi telaga atau sumur dan mata air, “Kemudian dikeluarkan-Nya dengan sebabnya, tanam-tanaman." Yaitu dengan sebab air itu! Ada yang secara cepat dan ada yang secara lambat. Bahkan lambatnya itu sampai ada yang beratus tahun. “Berbagai ragam warna-warnanya." Yang kehidupan subur tanam-tanaman berbagai warna itu sangat bergantung kepada air dari telaga itu."Kemudian itu dia menjadi kering." Yaitu setelah tanam-tanaman mencapai kesuburan, lanjutannya ialah menjadi kering, Menjadi tua! Suatu isyarat menyuruh manusia yang menanamnya segera memotongnya karena tugas hidupnya sudah habis. “Lalu dia pun engkau lihat kekuning-kuningan." Tadinya hijau laksana permadari terhampar, lama-lama kuning laksana emas terbentang."Kemudian itu Dia jadikan dia hancur berderai," tidak ada gunanya lagi sebab tugasnya sudah selesai, supaya segera ditukar dengan bibit yang baru. “Sesungguhnya pada yang demikian telah Allah peringatan bagi orang-orang yang mempunyai akal budi."