Ayat
Terjemahan Per Kata
وَلَتَعۡلَمُنَّ
dan sungguh kamu akan mengetahui
نَبَأَهُۥ
beritanya
بَعۡدَ
sesudah
حِينِ
waktu
وَلَتَعۡلَمُنَّ
dan sungguh kamu akan mengetahui
نَبَأَهُۥ
beritanya
بَعۡدَ
sesudah
حِينِ
waktu
Terjemahan
Sungguh, kamu akan mengetahui (kebenaran) beritanya (Al-Qur’an) setelah beberapa waktu lagi.”
Tafsir
(Dan sesungguhnya kalian akan mengetahui) hai orang-orang kafir Mekah (berita Al-Qur'an) yaitu berita kebenarannya (setelah beberapa waktu lagi") yakni pada hari kiamat nanti. Lafal 'Alima bermakna 'Arafa yakni mengetahui. Huruf Lam sebelumnya adalah Lam Qasam bagi lafal yang diperkirakan, bentuk asalnya adalah, Wallaahi Lata'lamunna.
Tafsir Surat Sad: 86-88
Katakanlah (hai Muhammad), "Aku tidak meminta upah kepadamu atas dakwahku; dan bukanlah aku termasuk orang-orang yang mengada-adakan. Al-Qur'an ini tidak lain hanyalah peringatan bagi semesta alam. Dan sesungguhnya kamu akan mengetahui (kebenaran) berita Al-Qur'an setelah beberapa waktu lagi. Allah ﷻ berfirman, "Katakanlah, hai Muhammad, kepada orang-orang musyrik itu, bahwa tidaklah kamu meminta imbalan kepada mereka atas risalah yang kami sampaikan kepada mereka dan nasihat yang kamu berikan kepada mereka suatu upah pun dari harta duniawi ini." dan bukanlah aku termasuk orang-orang yang mengada-adakan. (Shad:86) Aku tidak mempunyai kehendak sedikit pun, tidak pula kemauan untuk menambah-nambahi apa yang diamanatkan oleh Allah ﷻ kepadaku untuk manyampaikannya.
Tetapi apa yang aku diperintahkan untuk menyampaikannya, maka hal itu kusampaikan dengan utuh tanpa ada penambahan atau pengurangan. Dan sesungguhnya kutunaikan tugasku ini hanyalah semata-mata menginginkan rida Allah dan kebahagiaan di hari kemudian. Sufyan As-Sauri telah meriwayatkan dari Al-A'masy dan Mansur, dari Abud Duha, dari Masruq yang mengatakan bahwa kami mendatangi Abdullah ibnu Mas'ud r.a. Maka ia berkata, "Hai manusia, barang siapa yang mengetahui sesuatu, hendaklah ia mengutarakannya; dan barang siapa yang tidak mengetahui, hendaklah ia mengatakan, 'Allah lebih mengetahui.' Karena sesungguhnya termasuk ilmu bila seseorang tidak mengetahui sesuatu mengatakan, 'Allah lebih Mengetahui." Sesungguhnya Allah ﷻ telah berfirman kepada nabi kalian: Katakanlah, "Aku tidak meminta upah kepadamu atas dakwahku; dan bukanlah aku termasuk orang-orang yang mengada-adakan. (Shad: 86) Imam Bukhari dan Imam Muslim mengetengahkan asar ini melalui Al-A'masy dengan sanad yang sama.
Firman Allah ﷻ: Al-Qur'an ini tidak lain hanyalah peringatan bagi semesta alam. (Shad: 87) Yakni bagi semua mukallaf dari kalangan manusia dan jin, ini menurut Ibnu Abbas r.a. Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan pula dari ayahnya, dari Abu Gassan Malik ibnu Ismail, telah menceritakan kepada kami Qais, dari Ata ibnus Sa'ib, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas r.a. sehubungan dengan makna firman-Nya, "Al- alam'ina," bahwa yang dimaksud adalah jin dan manusia. Ayat ini semakna dengan firman-Nya: supaya dengannya aku memberi peringatan kepadamu dan kepada orang-orang yang sampai Al-Qur'an (kepadanya). (Al-An'am: 19) Dan firman Allah ﷻ: Dan barang siapa di antara mereka (orang-orang Quraisy) dan sekutu-sekutunya yang kafir kepada Al-Qur'an, maka nerakalah tempat yang diancamkan baginya. (Hud: 17) Adapun firman Allah ﷻ: Dan sesungguhnya kamu akan mengetahui (kebenaran) berita Al-Qur'an setelah beberapa waktu lagi. (Shad: 88) Yakni sebentar lagi.
Qatadah mengatakan sesudah mati, dan Ikrimah mengatakan pada hari kiamat nanti. Kedua pendapat tidak bertentangan, karena sesungguhnya orang yang telah mati itu secara hukum telah memasuki kiamat. Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan sesungguhnya kamu akan mengetahui (kebenaran) berita Al-Qur'an setelah beberapa waktu lagi. (Shad: 88) Al-Hasan Al-Basri mengatakan, "Hai anak Adam, di saat engkau menjelang kematian, berita yang meyakinkan akan datang kepadamu." Demikianlah akhir dari tafsir surat Shad, segala puji dan karunia hanyalah milik Allah, dan Allah Yang Mahasuci lagi Mahatinggi, Maha Mengetahui. """
87-88. Al-Qur'an ini tidak lain hanyalah peringatan dari Allah. Allah memenuhinya dengan petunjuk bagi seluruh alam, baik jin maupun manusia, menuju jalan yang lurus dan menjadikannya pembeda antara yang hak dan yang batil. Dan sungguh, wahai orang-orang kafir, kamu akan mengetahui kebenaran beritanya setelah beberapa waktu lagi. Tidak lama lagi, entah di dunia atau akhirat, kamu akan mendapati kebenar-an isi Al-Qur'an, seperti janji dan ancaman Allah, kejadian di masa depan, dan hari kebangkitan. []1. Menyambung topik pada bagian akhir Surah S'd tentang posisi Al-Qur'an sebagai peringatan bagi seluruh alam, Allah mengawali Surah az-Zumar dengan penegasan bahwa Al-Qur'an turun dari sisi Allah. Sesungguhnya kitab Al-Qur'an ini diturunkan oleh Allah Yang Mahamulia, Mahaperkasa dalam kerajaan-Nya, dan Mahabijaksana dalam menciptakan sehingga tidak sedikit pun ciptaan-Nya yang sia-sia.
Pada akhir surah ini, Allah menyampaikan kepada orang-orang yang tidak mengindahkan seruan Rasulullah, bahwa kelak mereka setelah mati akan mengetahui apakah tindakan mereka itu salah atau benar.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
IBLIS DIBERI KESEMPATAN
Ayat 79
“Dia (Iblis) berkata, “Ya Tuhanku! Maka beri kesempatanlah aku “
Iblis mohon diberi kesempatan. Kesempatan apa? Apakah kesempatan akan berbuat baik? Akan bertobat atas kesalahannya membantah perintah Allah? Bukan! Dia memohon diberi kesempatan akan melepaskan dendamnya kepada manusia. Manusia yang tadinya dia pandang dengan penuh dengki, sekarang dipandangnya dengan penuh dendam.
“Sampai hari mereka akan dibangkitkan."
Hikmah tertinggi dari Allah menentukan bahwa permohonan si Iblis itu dikabulkan.
Ayat 80
“Tuhan berfinman, “Sesungguhnya engkau tenmasuk yang dibeli kesempatan."
Jelas! Allah ﷻ kabulkan permohonan Iblis itu. Dia diberi kesempatan sebagaimana yang dia mohonkan. Dimintanya agar dia diberi kesempatan memperdayakan musuh yang dibencinya itu, manusia, sampai manusia itu dibangkitkan kelak dan kuburnya, dari tidurnya yang lama.
Dalam luasnya permintaan Iblis dan jangka kekuatan yang dapat dijangkaunya sudah dapat kita lihat pada ayat yang melukiskan permintaannya itu. Dia memohon agar diberi kesempatan memperdayakan manusia sampai kepada hari manusia berbangkit, yaitu hari Kiamat, dalam kenyataan hanyalah terbatas sampai manusia mati saja. Sesudah manusia meninggal, taklifnya tidak ada lagi. Ruhnya sudah kembali ke dalam perlindungan Allah ﷻ dan Iblis tidak dapat menjangkau lagi sampai ke sana. Dan kebanyakan orang yang diperdayakannya itu banyak pula yang tercecer, karena banyak yang menyesal dan insaf, lalu tobat. Sedang Allah membukakan pintu tobat bagi barangsiapa yang bertobat. Dan lebih jelas lagi pada firman Allah yang selanjutnya hanya sehingga mana batas yang diberikan kepada Iblis untuk kesempatan itu.
Ayat 81
“Sampai kepada hari waktu yang telah ditentukan."
Kesempatan ini diberikan terbatas, yaitu sampai kepada waktu dan hari yang telah ditentukan. Hari itu tidaklah sampai kepada hari berbangkit di Padang Mahsyar kelak.
Ayat 82
“Dia (Iblis) benkata, “Demi Kemuliaan Engkau, Sungguh-sungguh akan aku sesalkan mereka semuanya."
Maka bersumpahlah dia, si Iblis. Dia bersumpah Demi Kebesaran dan Kekuasaan Allah SWT, yang si Iblis pun mengakui juga bahwa dia pun tidaklah sanggup melepaskan diri dari murka Allah ﷻ itu. Dia bersumpah bahwa dia akan mempergunakan segala tipu dan dayanya, segala akal liciknya, segala cerdik buruknya, bahkan segala maksud-maksud yang kelihatan pada kulitnya di luar seakan-akan baik, padahal isi atau akibatnya jahat, dimasukkan semuanya itu atau diracunkan ke dalam pikiran semua manusia.
Seorang ulama besar, yaitu al-Hafizh al-Imam Jamaluddin Abui Faraj Abdurrahman Ibnul Jauzi al-Baghdadi (meninggal tahun 597 Hijriyah) mengarang sebuah buku yang beliau beri nama Talbiis Iblis yang berarti Pengacauan Iblis. Di dalam 414 halaman ukuran sedang beliau menguraikan bagaimana Iblis berusaha memasukkan pengaruhnya dalam segala bidang. Baik bidang aqidah, sehingga kaum Muslimin terpecah-pecah menjadi beberapa firqah dan banyaklah timbul bid'ah dalam aqidah itu. Pengaruh kesesatan yang dia bawa sehingga orang menyembah kepada sesuatu selain Allah.
Dalam kitab tersebut Ibnul Jauzi pun menerangkan Iblis pun masuk ke dalam kalangan ulama, ke dalam kalangan ahli tasawuf, ke dalam kalangan ahli-ahli fiqih, sehingga ilmu-ilmu agama yang penting itu dapat digunakan orang untuk menuntut dunia. Diterangkan pula bagaimana Iblis memengaruhi penguasa-penguasa, raja-raja dan amir-amir. Bahkan Iblis menyebut juga pengaruh yang dibisikkan Iblis kepada orang-orang yang terkemuka, karena ingin terkenal, ingin popular.
Lalu beliau uraikan pula, bahwa Iblis pun berusaha pula memasukkan perdayaannya ke dalam orang beribadah, sampai orang diperdayakannya agar menyamakan saja suara membaca adzan menyeru orang shalat dengan suara orang bernyanyi asik. Sampai kepada was-was dalam shalat, sehingga ada orang yang berwaswas terus seketika memasangkan niat ke dalam takbir. Waswas yang dimasukkan dalam membaca Faatihah, dalam mengucapkan huruf-huruf. Yang sangat banyak dan panjang lebar pula beliau uraikan ialah perdayaan Iblis dalam lapangan ahli-ahli suluk dan tasawuf, sampai agak panjang beliau bukakan rahasia pergaulan orang-orang tasawuf yang lebih tua dengan pemuda-pemuda sesama laki-laki, sehingga beliau berani mengatakan bahwa pemuda-pemuda itu sama dengan “Habaail asysyaitan “ (tali-tali yang dipasang setan buat menjerat). Dan beliau uraikan juga perdayaan Iblis tentang pendakwaan adanya wali-wali keramat. Bab 12 dan 13 yaitu bab-bab penutup barulah beliau gunakan untuk menjelaskan perdayaan Iblis kepada orang awam.
Tetapi Iblis itu pun bersitinah juga, artinya tidak juga berani melangkah lebih maju meskipun dia telah menyebut dan meminta kesempatan buat memperdayakan semua orang. Dia berdatang sembah selanjutnya kepada Allah SWT,
Ayat 83
“Kecuali hamba-hamba Engkau, dari mereka-mereka yang telah disucikan."
Si Iblis mengakui terus terang bahwa ada pengecualiannya, atau karena dia merasa tidak berani mendekatinya. Yaitu hamba-hamba Allah yang telah disucikan. Karena walaupun dia coba bagaimanapun, dan tentu kadang-kadang dicobanya, tidaklah akan berhasil.
Permohonan kedua dari Iblis itu disambut oleh Allah ﷻ dengan tegas,
Ayat 84
Tuhan berfirman, “Maka kebenaran, dan kebenaran itulah yang akan Aku katakan."
Mujahid menafsirkannya, “Akulah kebenaran, maka kebenaran yang akan aku kata-kan." Dan riwayat bacaan yang lain, “Kebenaran adalah dariku, dan kebenaran itulah yang aku katakan."
Ayat 85
“Sesungguhnya pastilah akan Aku penuhkan nenaka jahannam itu dengan engkau dan dengan orang-orang yang menggikuti engkau di kalangan mereka, semua."
Dan firman Allah ﷻ seperti ini tampaklah suatu ketegasan hukum. Ancaman yang tidak mengenal ampun bagi yang bersalah. Si Iblis meminta diberi kesempatan, kesempatan itu diberikan. Si Iblis menegaskan bahwa akan menyesatkan semua orang. Allah ﷻ memberi ingat bahwa akibat perbuatanya yang merusak kelak kemudiannya tidak lain ialah api neraka, baik untuk si Iblis sebagai
penganjur kejahatan ataupun terhadap setiap orang yang mengikutinya. Menghukum yang bersalah adalah kebenaran. Karena kalau yang bersalah tidak dihukum kebenaran tidak tegak lagi. Sebab kebenaran adalah nama yang lain dari keadilan.
Di penutup ini Nabi kita Muhammad ﷺ diberi peringatan oleh Allah supaya beliau katakan,
Ayat 86
“Katakanlah."
Olehmu hai Rasul-Ku kepada kaummu Quraisy itu."Tidaklah aku meminta kepada kamu sebarang upah pun." Disuruh Allah ﷻ memperingatkan hal ini kepada mereka agar jangan mereka ukur perjuangan Nabi ﷺ ini dengan penilaian harga harta benda, uang atau emas dan perak. Aliah ﷻ menyuruhkan katakan begini niscaya telah ada pula di kalangan mereka itu yang mengukur kepribadian Utusan Allah dengan hawa nafsunya sendiri. Orang-orang terkemuka Quraisy kebanyakan adalah saudagar yang menghubungkan utara (Syam) dengan selatan (Yaman). Yaman pintu ke India terus ke Tiongkok. Syam pintu ke Laut Tengah lanjut ke Eropa. Sebab itu penghargaan atas seseorang ditentukan oleh kekayaannya atau hasil harta, gaji, upah dan nilai jerih payah yang didapatnya. Mungkin ada yang bertanya-tanya, “Dan mana dia dapat uang karena pekerjaan ini?" Atau mungkin ada yang berkata, “Kalau mulutnya disumbat dengan harta benda dia akan diam."
Maka disuruhlah Nabi ﷺ menjelaskan, bahwa dalam usahanya dan perjuangannya menyampaikan dakwah agama ini dia tidak mengharapkan upah dari mereka. Kalau kiranya diselidiki hidupnya masa di Mekah, waktu Surah Shaad ini turun, maka hidup di Mekah itu tidaklah pernah dia berkekurangan. Dia termasuk orang yang mampu karena jaminan harta benda istrinya, Khadijah, yang termasuk orang yang lebih dahulu menyatakan iman akan seruannya. Sebab itulah maka dalam surah-surah yang turun ke Mekah banyak kali diulang-ulangi oleh Rasulullah ﷺ bahwa dia tidak mengharapkan dibari upah. Upah apa yang akan beliau harapkan dari mereka, padahal perbaikan aqidah dari syirik kepada tauhid bukanlah hal yang mereka inginkan. Mereka tidak memerlukan Nabi, bahkan mereka menuduhnya tukang sihir pembohong.
Dan semua nabi-nabi dan rasul-rasul pun tidak ada yang minta upah.
Dan selanjutnya,
“Dan tidaklah aku termasuk orang yang mengada-ada."
Artinya bahwa segala yang beliau serukan, beliau rayukan, beliau ajakkan, tidak sepatah pun kata yang beliau ada-adakan sendiri, yang timbul dari kehendak beliau sendiri. Apa yang beliau sampaikan adalah wahyu Ilahi, yang mesti beliau sampaikan bagaimana adanya.
Ayat 87
“Dia ini tidak lain melainkan peringatan bagi seluruh isi alam."
Segala yang diucapkan oleh Rasul itu bukanlah kata yang beliau ada-adakan sendiri sekehendak hatinya. Dia adalah wahyu Ilahi
Ayat 88
“Dan sesungguhnya pastilah kamu akan mengetahui beritanya beberapa waktu lagi."
Selesai Tafsir Surah Shaad