Ayat
Terjemahan Per Kata
إِذۡ
ketika
قَالَ
berfirman
رَبُّكَ
Tuhanmu
لِلۡمَلَٰٓئِكَةِ
kepada para malaikat
إِنِّي
sesungguhnya aku
خَٰلِقُۢ
menciptakan
بَشَرٗا
manusia
مِّن
dari
طِينٖ
tanah
إِذۡ
ketika
قَالَ
berfirman
رَبُّكَ
Tuhanmu
لِلۡمَلَٰٓئِكَةِ
kepada para malaikat
إِنِّي
sesungguhnya aku
خَٰلِقُۢ
menciptakan
بَشَرٗا
manusia
مِّن
dari
طِينٖ
tanah
Terjemahan
(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat, “Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah.
Tafsir
Ingatlah (ketika Rabbmu berfirman kepada malaikat, "Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah) yaitu Adam.
Tafsir Surat Sad: 71-85
(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat, "Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah. Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan) Ku, maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya. Lalu seluruh malaikat itu bersujud semuanya, kecuali iblis; dia menyombongkan diri dan dia termasuk orang-orang yang kafir. Allah berfirman, 'Hai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Kuciptakan dengan kedua tangan-Ku.
Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orang yang (lebih) tinggi? Iblis berkata, "Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah. Allah berfirman, "Maka keluarlah kamu dari surga; sesungguhnya kamu adalah orang yang terkutuk, sesungguhnya kutukan-Ku tetap atasmu sampai hari pembalasan. Iblis berkata, "Ya Tuhanku, beri tangguhlah aku sampai hari mereka dibangkitkan. Allah berfirman, "Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi tangguh, sampai kepada hari yang telah ditentukan waktunya (hari kiamat).
Iblis menjawab, "Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka. Allah berfirman, "Maka yang benar (adalah sumpah-Ku) dan hanya kebenaran itulah yang Ku-katakan. Sesungguhnya Aku pasti akan memenuhi neraka Jahanam dengan jenis kamu dan dengan orang-orang yang mengikuti kamu di antara mereka kesemuanya. Kisah ini telah disebutkan di dalam surat Al-Baqarah, permulaan surat Al-A'raf, surat Al-Hijr, surat Al-Isra, dan surat Al-Kahfi serta dalam surat ini.
Allah ﷻ sebelum menciptakan Adam a.s. memberitahukan kepada malaikat-malaikat-Nya bahwa Dia akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat yang berasal dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Dan Allah ﷻ memerintahkan kepada mereka bahwa apabila Adam telah diciptakan dan telah disempurnakan bentuknya, hendaklah mereka bersujud kepadanya sebagai penghormatan buat Adam, sekaligus sebagai pengamalan dari perintah Allah ﷻ Semua malaikat mengerjakan perintah Allah itu kecuali iblis, sebenarnya iblis bukan termasuk jenis malaikat, dia termasuk golongan jin. Kemudian watak dan kejadiannya membuat dirinya sombong dan takabur, maka dia menolak bersujud kepada Adam dan mendebat Tuhannya dalam masalah ini. Iblis mengira bahwa dirinya lebih baik daripada Adam karena ia diciptakan dari api, sedangkan Adam diciptakan dari tanah liat, menurut dugaan iblis, api lebih baik daripada tanah.
Dengan demikian, berarti iblis bersikap keliru dan menentang perintah Allah ﷻ yang menyebabkan dia kafir. Karena itulah maka Allah ﷻ menjauhkan iblis dari rahmat-Nya, menjauhkannya dari hadapan Allah ﷻ Yang Mahasuci, serta menjadikannya terhina. Allah ﷻ menamainya iblis karena dijauhkan dari rahmat-Nya, dan Allah mengusirnya dari langit dalam keadaan tercela lagi hina ke bumi. Maka iblis meminta kepada Allah agar diberi masa tangguh sampai hari kiamat, dan Allah Yang Maha Penyantun mengabulkan permintaannya; Dia tidak segera menurunkan azab-Nya terhadap orang yang durhaka kepadaNya. Setelah iblis merasa aman dari kebinasaan sampai hari kiamat, maka ia berlaku membangkang dan melampaui batas. Lalu ia mengatakan, sebagaimana yang disitir oleh firman-Nya: Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Muyang mukhlis di antara mereka. (Shad: 82-83) Sama seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Terangkanlah kepadaku inikah orangnya yang Engkau muliakan atas diriku? Sesungguhnya jika Engkau memberi tangguh kepadaku sampai hari kiamat, niscaya benar-benar akan aku sesatkan keturunannya, kecuali sebagian kecil. (Al-Isra: 62) Mereka yang berjumlah sedikit ini adalah orang-orang yang dikecualikan di dalam ayat lain, yaitu melalui firman-Nya: Sesungguhnya hamba-hamba-Ku, kamu tidak dapat berkuasa atas mereka.
Dan cukuplah Tuhanmu sebagai Penjaga. (Al-Isra: 65) Adapun firman Allah ﷻ: Allah berfirman, "Maka yang benar (adalah sumpah-Ku) dan hanya kebenaran itulah yang Kukatakan. Sesungguhnya Aku pasti akan memenuhi neraka Jahanam dengan jenis kamu dan dengan orang-orang yang mengikuti kamu di antara mereka kesemuanya. (Shad:84-85) Demikianlah menurut qiraat sejumlah ulama, antara lain Mujahid, yaitu dengan me-rafa '-kan lafaz al-haqqu yang pertama. Mujahid menafsirkan bahwa makna yang dimaksud ialah 'Akulah Yang Mahahak dan hanya kebenaran belakalah yang Kukatakan.' Menurut riwayat lain yang juga bersumber darinya, makna yang dimaksud ialah 'kebenaran itu datangnya dari-Ku dan hanya kebenaran belakalah yang Kukatakan.' Ulama lainnya me-nashab-kannya.
As-Saddi mengatakan bahwa ungkapan ini adalah ungkapan sumpah yang dinyatakan oleh Allah ﷻ Menurut hemat kami, ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya: tetapi telah tetaplah perkataan (ketetapan) dari-Ku, "Sesungguhnya akan Aku penuhi neraka Jahanam itu dengan jin dan manusia bersama-sama.(As-Sajdah: 13) Dan firman-Nya: Tuhan berfirman, "Pergilah, barang siapa di antara mereka yang mengikuti kamu, maka sesungguhnya neraka Jahanam adalah balasanmu semua, sebagai suatu pembalasan yang cukup. (Al-Isra: 63)"
71-72. Usai menafikan pengetahuan Rasulullah menyangkut al-Mala'ul-A'la kecuali apa yang sudah diwahyukan oleh Allah, pada ayat berikut Allah lalu menguraikan sekelumit tentang al-Mala'ul-A'la dan penciptaan Nabi Adam. Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat, 'Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia Adam sebagai khalifah di bumi. Aku menciptakannya dari tanah bercampur air. Kemudian, apabila telah Aku sempurnakan kejadian fisik-nya dengan anggota tubuh dan bentuk yang sempurna dan Aku tiupkan roh ciptaan-Ku kepadanya, maka tunduklah kamu semua dengan bersujud penuh hormat kepadanya, bukan sujud penghambaan dan pengagungan. 71-72. Usai menafikan pengetahuan Rasulullah menyangkut al-Mala'ul-A'la kecuali apa yang sudah diwahyukan oleh Allah, pada ayat berikut Allah lalu menguraikan sekelumit tentang al-Mala'ul-A'la dan penciptaan Nabi Adam. Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat, 'Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia Adam sebagai khalifah di bumi. Aku menciptakannya dari tanah bercampur air. Kemudian, apabila telah Aku sempurnakan kejadian fisik-nya dengan anggota tubuh dan bentuk yang sempurna dan Aku tiupkan roh ciptaan-Ku kepadanya, maka tunduklah kamu semua dengan bersujud penuh hormat kepadanya, bukan sujud penghambaan dan pengagungan.
Pada ayat ini dijelaskan bahwa para malaikat dan iblis mengajukan pertanyaan kepada Allah setelah Dia menyampaikan kepada malaikat bahwa akan menciptakan seorang manusia dari tanah. Pernyataan mereka mengenai faedah adanya manusia yang akan diciptakan Allah itu. Pertanyaan ini diterangkan dalam firman Allah:
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, "Aku hendak menjadikan khalifah di bumi." Mereka berkata, "Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?" Dia berfirman, "Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (al-Baqarah/2: 30)
Mengenai penciptaan manusia dari tanah, dijelaskan disini bahwa berdasarkan kajian ilmiah bahan penciptaan manusia adalah tanah, disebut lebih persis pada ayat ini yaitu tanah liat. Istilah liat biasa dipakai untuk menamai butiran tanah dengan ukuran paling kecil, diameter di bawah 0,5 mikron (= 1/2000 mm). Istilah liat juga biasa dipakai untuk menamai jenis mineral pembentuk butiran tanah paling kecil ini. Karena ukurannya yang kecil, liat bila dimasukkan ke dalam air akan bersifat koloidal: tidak melarut tetapi tersebar merata dan sulit dipisahkan dari air. Sebagai mineral, liat adalah sekelompok alumino-silikat hidrat yang strukturnya berlembar. Karena strukturnya, partikel liat mempunyai muatan elektrik. Sifat-sifat mineral liat lainnya adalah plastis, tetapi plastisitas ini menghilang apabila dipanaskan sampai temperatur tertentu karena struktur mineral berubah. Pemanfaatan liat secara tradisional didasarkan pada sifat-sifat fisiknya, antara lain karena mudah dibentuk dan mengeras jika dipanaskan dipanaskan, sehingga umum dipakai sebagai bahan pembuat barang gerabah atau tembikar dan keramik. Pemanfaatan liat secara modern lebih didasarkan pada sifat kimia-fisiknya, umumnya dipakai sebagai bahan katalis pada reaksi-reaksi kimia. Karena sifat-sifat kimia-fisik yang dimilikinya, liat merupakan bagian tanah yang paling mungkin memiliki peran besar pada proses terbentuknya awal kehidupan di muka bumi termasuk penciptaan manusia (lihat juga al-An'am/6: 2, Fathir/35: 11; al-hijr/15: 26-28-33; al-Mu'minun/23: 12, 14; ash-shaffat/37: 11).
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
PERINTAH SUJUD KEPADA MANUSIA
Ayat 71
“(Ingatlah) seketika Tuhan engkau benfvunan kepada malaikat, “Sesungguhnya Aku hendak menciptakan manusia dari tanah."
Sejak semula telah difirmankan oleh Allah ﷻ kepada malaikat-Nya, bahwa Allah akan menciptakan manusia dari tanah. Tanah adalah bagian dari bumi. Manusia tidak didatangkan dari alam lain ke dalam bumi ini melainkan ditimbulkan dari bumi sendiri.
Ayat 72
“Maka apabila telah Aku sempurnakan kejadiannya."
Yaitu melalui masa-masa dari air segumpal, darah segumpal, daging segumpal sambil membentuk keadaan badannya, ruas dan persendiannya, kepala, kaki dan tangan, isi perut dan jantung dan hati selengkapnya menurut lembaga tertentu; “Dan Aku tiupkan kepadanya dari Ruh-Ku, “ di sinilah dijelaskan bahwa ruh itu lain halnya. Hanya anasir akan membentuk jasmaninya yang bahannya diambil dari tanah. Adapun ruhnya, atau nyawanya, atau jiwanya, itu bukan urusan tanah lagi. Itu adalah ruh yang langsung ditiupkan oleh Allah. Di situ terdapat rahasia yang tidak terpecahkan oleh manusia. Ruh itu hanya dapat dilihat bekasnya, tetapi tidak dapat dilihat rupanya. Bila terpisah ruh itu dari badan tadi, terpaksalah badan jasmani tadi dipulangkan ke dalam tanah, karena tidak berguna lagi.
“Maka hendaklah kamu menimpa kepadanya dalam keadaan sujud."
Artinya ialah bahwa Allah memerintahkan kepada seluruh malaikat itu agar sujud memberi hormat kepada manusia yang telah selesai tercipta itu. Di sini ialah manusia yang pertama, Adam. Sebab dengan ditiupkannya ruh ke dalam diri yang terjadi dari tanah itu dia sudah patut dihormati. Kalau sekiranya dia hanya bangkai atau kerosong badan yang tidak bernyawa, tidak ber-ruh tentulah tidak disuruh menghormati.
Ayat 73
“Maka sujudlah masing-masing mereka, semuanya."
Artinya tidak ada yang ketinggalan, karena masing-masing malaikat melaksanakan perintah itu, tidak ada kecualinya lagi, asalkan malaikat mereka pun sujud. Semuanya melakukan sujud.
Ayat 74
“Kecuali iblis; dia menyombong dan adalah dia termasuk yang kafir."
Apa yang jadi dasar kesombongan Iblis?
Ayat 75
“Berkata (Allah), “Hai Iblis! Apakah yang menghalangi engkau bahwa akan bensujud kepada apa yang Aku ciptakan dengan kedua betah tangan-Ku?"
Sudah jelas bahwa yang dimaksud dengan kedua belah tangan di sini ialah kekuasaan. Meskipun menjadi buah pertukaran pikiran yang amat keras di antara penganut Madzhab Salaf dengan golongan Mu'tazilah, yang oleh golongan Salaf ayat-ayat yang semacam itu, seumpama “Allah bertangan “, “Allah bermata “, “Allah duduk di atas Arsy “ dan sebagainya tidak boleh dita'wilkan dan dicari artinya yang lain, dan kaum Mu'tazilah berpendapat boleh kata-kata yang demikian dita'wilkan artinya, misalnya tangan diartikan kekuasaan, mata diartikan pengawasan dan duduk semayam di atas Arsy diartikan agung dalam kebesaran-Nya, namun dalam ayat yang tengah kita tafsirkan ini, kita terpaksa tidak bersitegang urat leher mempertahankan kedua belah tangan Allah ﷻ di sini ialah kekuatan dan kekuasaan Allah. Kita sependapat atau kita mengikut ta'wil yang dikemukakan oleh Fakhruddin ar-Razi dalam tafsirnya, bahwa yang dimaksud dengan menjadikan manusia dengan kedua belah tangan-Nya ini ialah tidak lepas dari tilikan-Nya, dihadapi-Nya sendiri dengan qudrat iradat-Nya. Karena kalau kita tidak ta'wilkan demikian, bisa saja ada timbalan pikiran, bahwa “administrasi dan organisasi “ kekuasaan Allah itu tidak cermat aturannya, sehingga manusia pertama diciptakan sendiri oleh Allah dengan kedua belah tangan-Nya, sedang makhluk ciptaan-Nya yang lain, bahkan sampai kepada langit dan bumi dengan kalimat “Kun “ saja sudah dapat terjadi, dengan tidak perlu campur tangan.
Maksud pertanyaan Allah ﷻ kepada Iblis dalam ayat ini sajalah yang akan kita perhatikan. Allah sudah menjelaskan, bahwa manusia itu Dia ciptakan dengan kedua belah tangan-Nya, terjadi atas kehendak-Nya, mengapa Iblis tidak mau diperintahkan sujud kepada barang yang dijadikan Allah ﷻ dengan tangan-Nya itu? Tidakkah si Iblis sadar bahwa dengan keengganannya itu berarti dia tidak menghormati Allah ﷻ sendiri? Tidak menghargai ciptaan tangan Allah SWT, padahal dia sendiri pun, si Iblis, makhluk ciptaan Allah juga?
“Menyombongkah engkau atau adakah engkau dari golongan yang tinggi-tinggi?"
Menyombongkah engkau sehingga merasa bahwa makhluk ciptaan Allah selain diri engkau sendiri adalah rendah martabatnya? Atau engkau merasa bahwa dirimu sendiri adalah makhluk Allah paling tinggi, lebih tinggi dari malaikat-malaikat sekalipun. Sebab yang patut melaksanakan perintah Allah agar meniarap bersujud kepada manusia yang diciptakan oleh kedua belah tangan Allah itu, memang hanya malaikat-malaikat itulah. Sebab malaikat-malaikat itu lebih tinggi kedudukannya daripada bangsa Iblis.
“Dia benkata, “Aku lebih baik dari dia;
Ayat 76
Engkau ciptakan daku dari api dan Engkau ciptakan dia dari tanah."
Orang yang sombong selalu salah berpikir. Iblis tidak mau melaksanakan perintah Allah meniarap sujud kepada manusia itu, yang batang tubuhnya seluruhnya terjadi dari tanah, tetapi nyawanya, ruhnya dipasangkan Allah kepada dirinya setelah tubuh itu ter-geliga datangnya ialah dari dalam simpanan Allah sendiri, yang disediakan Allah buat dipasangkan ke dalam tubuh yang berasal dari tanah itu. Kalau dia belum bernyawa, belum ada ruhnya, berarti dia masih mati dan kalau nyawa itu kelak cerai dari badan, tubuhnya itu pun telah mati dan lekas dikembalikan kepada asalnya, yaitu tanah. Maka yang diperintah Allah supaya disujudi buat dihormati itu ialah basyar, yaitu manusia dengan raut mukanya yang menunjukkan kecerdasan dan akal budi, karena ada ruhnya.
Manusia yang hidup, itulah yang diperintahkan kepada malaikat buat disujudi. Bukan manusia yang belum bernyawa dan bukan manusia yang telah mati. Malaikat mengerti ini, tetapi Iblis tidak mengerti atau tidak mau mengerti. Dia menegakkan alasan bahwa dia tidak pada tempatnya sujud kepada manusia. Sebab dia merasa dirinya lebih mulia. Dia terjadi dari api, manusia terjadi dari tanah.
Ayat 77
“Berfiimanlah (Allah), “Maka keluanlah engkau dari dalamnya; maka sesungguhnya engkau adalah yang dusir
Dengan demikian jatuhlah kemurkaan Allah ﷻ kepada Iblis. Lain tidak ialah karena kesombongannya merasa diri lebih tinggi hanya semata-mata karena dia diciptakan dari api dan manusia itu diciptakan dari tanah. Kemurkaan Allah ﷻ dijatuhkan dengan mengeluarkan Iblis dari masyarakat Surga masyarakat yang mulia dan dekat kepada Allah. Berganti jadi makhluk yang terusir dan terkutuk.
Ayat 78
“Dan sesungguhnya atas engkau kutukan-Ku sampai kepada Hari Pembalasan."