Ayat
Terjemahan Per Kata
إِنَّآ
sesungguhnya Kami
أَخۡلَصۡنَٰهُم
Kami mensucikan mereka
بِخَالِصَةٖ
dengan suci/bersih
ذِكۡرَى
ingat/mengingat
ٱلدَّارِ
rumah/kampung
إِنَّآ
sesungguhnya Kami
أَخۡلَصۡنَٰهُم
Kami mensucikan mereka
بِخَالِصَةٖ
dengan suci/bersih
ذِكۡرَى
ingat/mengingat
ٱلدَّارِ
rumah/kampung
Terjemahan
Sesungguhnya Kami telah memberikan secara khusus kepada mereka anugerah yang besar, (yaitu selalu) mengingat negeri akhirat.
Tafsir
(Sesungguhnya Kami telah menyucikan mereka dengan menganugerahkan kepada mereka akhlak yang tinggi) yaitu (selalu mengingatkan manusia kepada negeri akhirat) atau alam akhirat; maksudnya mengingatkan manusia kepada hari akhirat dan menganjurkan mereka untuk beramal baik sebagai bekal untuk menghadapinya. Menurut suatu qiraat dibaca Bikhaalishati Dzikrad Daar yaitu dengan dimudhafkan untuk menunjukkan makna Bayan, atau keterangan.
Tafsir Surat Sad: 45-48
Dan ingatlah hamba-hamba Kami; Ibrahim, Ishaq, dan Ya'qub yang mempunyai perbuatan-perbuatan yang besar dan ilmu-ilmu yang tinggi. Sesungguhnya Kami telah menyucikan mereka dengan (menganugerahkan kepada mereka) akhlak yang tinggi, yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat. Dan sesungguhnya mereka pada sisi Kami benar-benar termasuk orang-orang pilihan yang paling baik. Dan ingatlah akan Ismail, Ilyasa', dan Zulkifli. Semuanya termasuk orang-orang yang paling baik. Ini adalah kehormatan (bagi mereka). Allah ﷻ berfirman, menceritakan tentang keutamaan-keutamaan hamba-hamba-Nya yang menjadi rasul dan para nabi yang ahli ibadah: Dan ingatlah hamba- hamba Kami: Ibrahim, Ishaq, dan Ya'qub yang mempunyai perbuatan-perbuatan yang besar dan ilmu-ilmu yang tinggi. (Shad: 45) Yakni amal saleh, ilmu yang bermanfaat, serta kekuatan dalam mengerjakan ibadah, juga mempunyai pandangan yang tajam.
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. sehubungan dengan makna firman-Nya: orang-orang yang mempunyai perbuatan-perbuatan yang besar (Shad:45) Maksudnya, yang mempunyai kekuatan hingga mampu mengerjakan perbuatan-perbuatan yang besar. dan ilmu-ilmu yang tinggi. (Shad: 45) Yaitu pengetahuan tentang agama. Mujahid mengatakan ulil aidi artinya kekuatan dalam mengerjakan ketaatan kepada Allah, dan ulil absar artinya memiliki kesabaran dalam kebenaran. As-Saddi mengatakan bahwa mereka diberi kekuatan dalam ibadah dan pandangan yang terang dalam agama. Firman Allah ﷻ: Sesungguhnya Kami telah menyucikan mereka dengan (menganugerahkan kepada mereka) akhlak yang tinggi, yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat. (Shad: 46) Mujahid mengatakan bahwa Kami jadikan mereka beramal untuk akhirat mereka tiada yang lain.
Hal yang sama telah dikatakan oleh As-Saddi, yaitu mereka selalu ingat akan negeri akhirat dan selalu beramal untuk menyambutnya. Hal yang sama dikatakan pula oleh-Ata Al-Khurrasani. Sa'id ibnu Jubair mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah negeri surga. Allah ﷻ berfirman, "Kami menganugerahkan kepada mereka surga karena mereka selalu mengingatnya." Tetapi di dalam riwayat yang lain disebutkan bahwa Sa'id ibnu Jubair mengatakan bahwa zikrad dar ialah tempat kesudahan yang baik. Qatadah mengatakan, mereka selalu memperingatkan manusia kepada negeri akhirat dan menganjurkan kepada mereka untuk beramal buat bekali negeri akhirat.
Ibnu Zaid mengatakan bahwa dijadikan khusus bagi mereka suatu balasan yang paling utama di negeri akhirat. Firman Allah ﷻ: Dan sesungguhnya mereka pada sisi Kami benar-benar termasuk orang-orang pilihan yang paling baik. (Shad: 47) Yakni benar-benar termasuk orang-orang yang terpilih lagi terdekat, maka mereka adalah orang-orang pilihan yang terpilih. Firman Allah ﷻ: Dan ingatlah akan Ismail, Ilyasa, dan Zulkifli. Semuanya termasuk orang-orang yang paling baik. (Shad: 48) Mengenai pembahasan dan kisah tentang mereka telah disebutkan secara rinci di dalam tafsir surah Al-Anbiya, sehingga tidak perlu lagi diulangi di sini.
Firman Allah ﷻ: Ini adalah kehormatan (bagi mereka). (Shad: 49) Artinya, bagian ini merupakan peringatan bagi orang yang mau mengambil pelajaran darinya. Menurut As-Saddi, yang dimaksud dengan ini ialah Al-Qur'an."
46-47. Sungguh, Kami anugerahi mereka karunia yang besar itu karena Kami telah menyucikan jiwa mereka dengan sifat-sifat terpuji dan akhlak yang tinggi kepadanya, yaitu selalu mengingatkan umatnya kepada negeri akhirat yang kekal dan penuh kenikmatan bagi hamba-hamba yang saleh. Dan sungguh, di sisi Kami mereka termasuk orang-orang pilihan yang paling baik dan mulia di antara manusia lain, sehingga Kami pilih me-reka sebagai nabi dan rasul. 46-47. Sungguh, Kami anugerahi mereka karunia yang besar itu karena Kami telah menyucikan jiwa mereka dengan sifat-sifat terpuji dan akhlak yang tinggi kepadanya, yaitu selalu mengingatkan umatnya kepada negeri akhirat yang kekal dan penuh kenikmatan bagi hamba-hamba yang saleh. Dan sungguh, di sisi Kami mereka termasuk orang-orang pilihan yang paling baik dan mulia di antara manusia lain, sehingga Kami pilih me-reka sebagai nabi dan rasul.
Pada ayat ini, Allah menjelaskan sebab-sebab para nabi tersebut mencapai kemuliaan baik dunia maupun akhirat adalah karena memelihara kebersihan jiwa dan menjauhkan diri dari dosa yang tercela. Karena jiwa mereka bersih dari noda-noda kemusyrikan, maka mereka ikhlas menaati perintah-perintah Allah. Juga karena mereka selalu menjauhi perbuatan-perbuatan tercela, maka mereka gigih dalam memperjuangkan kebenaran dan melenyapkan kebatilan. Dengan demikian, tergambarlah dalam jiwa mereka akhlak yang tinggi, dan sifat yang mulia yang menyebabkan mereka patut diteladani.
Seluruh kegiatan mereka baik berupa tenaga, harta, maupun pikiran, semata-mata dipergunakan untuk peribadatan secara murni, dengan tujuan ingin mendapat rida Allah dan menjunjung tinggi kalimat tauhid. Dengan landasan itu, mereka selalu memperingatkan kaumnya pada kehidupan akhirat yang kekal. Kenikmatan di dunia yang hanya sementara itu hendaknya dijadikan sarana untuk berbakti pada Allah, sehingga dengan demikian mereka di akhirat memperoleh kenikmatan yang tiada putus-putusnya, yang disediakan bagi hamba-hamba yang mendapatkan keridaan-Nya. Sedang hamba-hamba yang ingkar dan selalu bergelimang dalam kesesatan hidup, akan merasakan azab yang sangat pedih.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Kemudian itu dianjurkan Allah pula supaya dia mengingat kehidupan nabi-nabi yang lain pula.
Ayat 45
“Dan ingatlah hamba-hamba Kami Ibrahim, Ishaq, dan Ya'qub."
Berturut-turut ketiganya adalah Nabi dan Rasul yang utama. Allah ﷻ menyebut maka “Hamba-hamba Kami “. Nanti Ya'qub pun beranak pula seorang nabi lagi, yaitu Yusuf. Disebutkan bahwa mereka, ‘‘Yang mempunyai perbuatan-perbuatan besar." Yaitu amal-amal yang saleh. Didalam ayat disebutkan “Ulil aidi “ = (Cs^ dj') arti harfiyahnya ialah orang-orang yang mempunyai tangan, yang kita artikan mempunyai perbuatan-perbuatan yang besar. Yaitu mempunyai kekuatan jiwa yang mendorong buat selalu taat kepada Allah. Ibrahim terkenal sebagai bapak tertinggi dari nabi-nabi. Baik nabi-nabi Bani Israil yang diturunkan dari pihak Ishaq dan Ya'qub, atau nabi dari bangsa Arab yang diturunkan melalui Ibrahim yang kemudiannya bersinar cahayanya pada Nabi Muhammad ﷺ. Dan disebutkan pula keistimewaan mereka yang kedua.
“Dan berpandangan yang jauh."
Dua keistimewaan pada rasul-rasul Allah itu, yang berarti orang yang beramal saleh dan yang tangan mereka tidak mau berhenti dari bekerja dan berusaha. Kedua mempunyai pandangan jauh, artinya orang-orang yang berilmu pengetahuan. Karena segala pekerjaan yang hendak dikerjakan hendaklah dengan rencana. Dan rencana tidak akan ada kalau pandangan tidak jauh, dan pandangan tidaklah akan jauh kalau ilmu tidak ada. Orang yang tidak berilmu pandangannya hanyalah sekitar dirinya saja, atau hanya yang di mukanya saja.
Ayat 46
“Sesungguhnya Kami telah menyucikan mereka."
Allah telah menyucikan mereka, artinya mereka itu. telah dimuliakan oleh Allah, di-bersihkan mereka dari kepercayaan yang salah, terutama dari mempersekutukan Allah dengan yang lain. Nabi Ibrahim telah dibersihkan dan disucikan terlebih dahulu, sebagai bapak dari nabi. Beliau tidak mau menyembah berhala, bahkan beliau cincang habis berhala itu, sampai kaumnya dan raja di negerinya memutuskan hukuman bakar atas dirinya. Namun Allah menyelamatkan dia dari pembakaran. Kemudian beliau tinggalkan negeri itu dan pindah ke negeri lain, supaya dapat lebih bebas menyembah ke pada Allah Yang Mahakuasa, Maha Esa. Dan wasiat Ibrahim dipegang teguh oleh anaknya Ishaq, bahwa Tuhan hanya satu; tidak ada Tuhan selain Allah. Oleh Ishaq wasiat ini pun diturunkan kepada putranya Ya'qub. Oleh sebab itu, mereka turun-temurun bersih dari kemusyrikan.
“Dengan persucian ingatan kampung itu."
Kampung itu ialah kampung akhirat. Itulah kampung atau negeri sejati yang akan ditempati esok selepas hari Kiamat. Maka Nabi Ibrahim dan keturunannya setelah menyucikan aqidah dari mempersekutukan Allah, telah dipersucikan Allah pula ingatan mereka dari angan-angan atau cita-cita yang lain. Tujuan dan ingatan mereka hanya satu, yaitu kampung atau negeri yang sebenarnya, negeri yang kekal, surga jannatun Na'im bagi siapa yang taat kepada Allah ﷻ
Mujahid berkata, “Artinya bahwa segala amal mereka hanya bertujuan satu, yaitu kebahagiaan akhirat, lain tidak, “
Ayat 47
“Dan sesungguhnya mereka itu di sisi Kami adalah termasuk orang-orang pilihan."
Orang-orang istimewa di sisi Allah, sehingga diberi kepercayaan buat menyampaikan risalah atau wahyu Ilahi kepada manusia, termasuk nabi-nabi dan nasul-rasul yang terkemuka. Sedang Ibrahim sendiri adalah termasuk lima orang yang disebut “Ulul ‘Azmi “, memikul tugas sangat penting, yaitu Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, dan Muhammad.
“Lagi orang baik-baik."
Ingatlah bahwa dalam Al-Qur'an tidak ada kata yang berlebih atau pertalian yang tidak mengandung makna, atau muradif berulang kata yang sama artinya tetapi berbeda iafalnya. Di sini sesudah disebutkan, bahwa Nabi-nabi itu orang-orang pilihan belaka dikatakan pula bahwa beliau-beliau adalah orang baik-baik.
Disebutkan di sini bahwa beiiau-beliau adalah orang baik-baik, kemudian beliau-beliau terpilih buat menjadi rasul-rasul Allah. Maka tidaklah semua orang baik-baik terpilih jadi rasul. Banyak sekali orang baik-baik, namun mereka tidaklah berjabatan apa-apa.
Ayat 48
“Dan ingatlah Ismail, Ilyasa, dan Dzulkifli."
Di dalam ayat ini Nabi Isma'il, anak kandung yang sulung dari Nabi Ibrahim tidak disetalikan dengan ayahnya Nabi Ibrahim dan saudaranya Nabi Ishaq dan kemenakannya Nabi Ya'qub. Beliau dipisahkan sebutannya pada ayat yang lain. Sebab dia mempunyai pertumbuhan sendiri. Oleh sebab sejak semula ibunya, Hajar telah dibawa oleh Nabi Ibrahim ke Mekah untuk kemudiannya membantu beliau mendirikan Ka'bah, maka terpisahlah dia dari Ishaq. Dan oleh karena perkawinannya dengan perempuan Jurhum yang telah turut meramaikan Mekah dengan sebab adanya sumur Zamzam, maka anak cucu keturunan Isma'il telah menumbuhkan bangsa Arab, sebagai timbalan dari Ya'qub anak Ishaq yang menimbulkan Bani Israil yang dua belas suku. Kegiatan Isma'il di Tanah Arab itu membuatnya jadi pendiri bangsa Arab Musta'ribah, lanjutan dari Arab Baaidah. Sehingga karena keturunan Isma'il telah membentuk bangsa Arab yang berdiam di Tanah Arab dibagi orang pula Arab itu kepada dua keturunan: Arab Qahthan dan Arab Adnan. Arab Adnan ini adalah keturunan Isma'il. Timbulnya Arab Qahthan ialah dari sebelah selatan, khususnya di negeri Saba' yang setelah runtuh Sadd Ma'rib bangsa itu jadi bercerai-berai, ada yang ke Hejaz dan ada yang ke Syam. Yang ke Hejaz berdiam di Yatsrib yang kemudian bernama Madinah. Mereka itulah Aus dan Khazraj yang menjadi Kaum Anshar. Arab Adnan keturunan Isma'il menetap di Hejaz juga, terutama di sekitar Mekah, yang menurunkan Quraisy dan dari sanalah timbulnya Nabi kita Muhammad ﷺ.
Adapun Nabi Ilyasa, nama Nabi itu tersebut dua kali dalam Al-Qur'an, yaitu dalam ayat 48 surah Shaad ini dan dalam surah al-An'aam ayat 86 disebut bersama nama Nabi Isma'il juga, diiringi oleh nama Nabi Yunus dan Nabi Luth.
Akan hal Nabi Dzulkifli, yaitu dalam ayat ini dan dalam surah al-Anbiyaa' ayat 85. Kita uraikan ketika menafsirkan ayat 85 surah al-Anbiyaa' ini, bahwa ada orang yang berpendapat ada kemungkinan bahwa Dzulkifli itu ialah Budha Gaotama dari Negeri Kapilawastu. Perkiraan ini pernah dinyatakan oleh almarhum Syekh Ahmad Soorkati as-Sudaani al-Anshaari, sebagaimana yang diterangkan oleh muridnya ai-'Alim al-Fadhil Umar Hubaish Surabaya.
Ibnu Jurair mengatakan tentang pribadi Dzulkifli, “Beliau adalah seorang yang saleh, dan dia adalah seorang raja yang adil dan hakim yang menimbang dengan tidak berat sebelah."
Ibnu Katsir mengatakan, “Adapun Dzulkifli itu, dan kenyataan susun kalimat tampaklah bahwa dia seorang nabi. Kalau bukan nabi tentu dia tidak akan disederetkan dengan nabi-nabi."
Lalu di ujung ayat dijelaskan pujian Allah ﷻ kepada mereka semua.
“Dan semuanya itu adalah orang-orang paling baik."