Ayat
Terjemahan Per Kata
كِتَٰبٌ
Kitab
أَنزَلۡنَٰهُ
Kami turunkannya
إِلَيۡكَ
kepadamu
مُبَٰرَكٞ
penuh keberkatan
لِّيَدَّبَّرُوٓاْ
supaya mereka memperhatikan
ءَايَٰتِهِۦ
ayat-ayatnya
وَلِيَتَذَكَّرَ
dan supaya mendapat pelajaran
أُوْلُواْ
orang-orang yang mempunyai
ٱلۡأَلۡبَٰبِ
hati/pikiran
كِتَٰبٌ
Kitab
أَنزَلۡنَٰهُ
Kami turunkannya
إِلَيۡكَ
kepadamu
مُبَٰرَكٞ
penuh keberkatan
لِّيَدَّبَّرُوٓاْ
supaya mereka memperhatikan
ءَايَٰتِهِۦ
ayat-ayatnya
وَلِيَتَذَكَّرَ
dan supaya mendapat pelajaran
أُوْلُواْ
orang-orang yang mempunyai
ٱلۡأَلۡبَٰبِ
hati/pikiran
Terjemahan
(Al-Qur’an ini adalah) kitab yang Kami turunkan kepadamu (Nabi Muhammad) yang penuh berkah supaya mereka menghayati ayat-ayatnya dan orang-orang yang berakal sehat mendapat pelajaran.
Tafsir
(Ini adalah sebuah Kitab) menjadi Khabar dari Mubtada yang tidak disebutkan, yakni, Ini adalah Kitab (yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan) asal lafal Yaddabbaruu adalah Yatadabbaruu, kemudian huruf Ta diidghamkan kepada huruf Dal sehingga jadilah Yaddabbaruu (ayat-ayatnya) maksudnya supaya mereka memperhatikan makna-makna yang terkandung di dalamnya, lalu mereka beriman karenanya (dan supaya mendapat pelajaran) mendapat nasihat (orang-orang yang mempunyai pikiran) yaitu yang berakal.
Tafsir Surat Sad: 27-29
Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya tanpa hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang yang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka. Patutkah Kami menganggap orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh sama dengan orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi? Patutkah (pula) Kami menganggap orang-orang yang bertakwa sama dengan orang-orang yang berbuat maksiat? Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.
Allah ﷻ menceritakan bahwa tidak sekali-kali Dia menciptakan makhluk-Nya dengan main-main, melainkan Dia ciptakan mereka supaya mereka menyembah-Nya dan mengesakan-Nya. Kemudian Allah akan menghimpun mereka di hari perhimpunan, maka Dia akan memberi pahala kepada orang yang taat dan mengazab orang yang kafir. Karena itulah, disebutkan oleh firman-Nya: Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya secara sia-sia. Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir. (Shad: 27) Yakni orang-orang yang tidak percaya kepada hari berbangkit dan tidak pula kepada hari kembali, melainkan hanya percaya kepada kehidupan di dunia ini saja.
maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka. (Shad: 27) Maksudnya, celakalah mereka di hari mereka kembali saat mereka dibangkitkan karena akan memasuki neraka yang telah disediakan buat mereka. Kemudian Allah menjelaskan, bahwa termasuk keadilan dan hikmah-Nya Dia tidak menyamakan antara orang-orang mukmin dan orang-orang kafir. Untuk itu Allah ﷻ berfirman: Patutkah Kami menganggap orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh sama dengan orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi? Patutkah (pula) Kami menganggap orang-orang yang bertakwa sama dengan orang-orang yang berbuat maksiat? (Shad: 28) Yakni Kami tidak akan melakukan hal seperti itu; mereka tidaklah sama di sisi Allah.
Dan apabila demikian, berarti pasti ada negeri lain yang di dalamnya orang yang taat diberi pahala dan orang yang durhaka mendapat siksaan. Petunjuk ini menuntut akal yang sehat dan fitrah yang lurus untuk menyimpulkan bahwa adanya hari akhirat dan hari pembalasan merupakan suatu kepastian. Karena sesungguhnya kita sering melihat orang yang zalim lagi melampaui batas makin bertambah harta, anak dan kenikmatannya, serta mati dalam keadaan demikian.
Sebaliknya kita sering melihat orang yang taat lagi teraniaya mati dalam keadaan sengsara dan miskin. Maka sudah merupakan suatu kepastian hal tersebut menuntut kebijaksanaan Tuhan Yang Mahabijaksana, Maha Mengetahui, lagi Maha-adil yang tidak pernah aniaya barang sedikit pun untuk menegakkan keadilan dengan memenangkan si teraniaya atas orang yang menganiayanya. Apabila hal ini tidak terjadi di dunia ini, berarti di sana ada negeri lain yang padanya dilakukan pembalasan dan keadilan ini, yaitu negeri akhirat Mengingat Al-Qur'an itu memberi petunjuk ke tujuan-tujuan yang benar dan kesimpulan-kesimpulan rasio yang jelas, maka Allah ﷻ berfirman: Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran. (Shad: 29) Yaitu orang-orang yang berakal, al-albab adalah bentuk jamak dari lub yang artinya akal.
Al-Hasan Al-Basri mengatakan, "Demi Allah, bukanlah cara mengambil pelajaran dari Al-Qur'an itu dengan menghafal huruf-hurufnya, tetapi menyia-nyiakan batasan-batasannya, sehingga seseorang dari mereka (yang tidak mengindahkan batasan-batasannya) mengatakan" Aku telah membaca seluruh Al-Qur'an', tetapi pada dirinya tidak ada ajaran Al-Qur'an yang disandangnya, baik pada akhlaknya ataupun pada amal perbuatannya.""
Wahai Nabi Muhammad, sesungguhnya kitab Al-Qur'an yang telah Kami turunkan kepadamu adalah kitab yang penuh berkah. Kami menurunkannya agar mereka menghayati dan memahami ayat-ayatnya dan agar orang-orang yang berakal sehat menggunakan akal budinya untuk mendapat pelajaran darinya dan mengamalkan kandungannya. 30. Dan tidak hanya anugerah ilmu pengetahuan dan kenabian, kepada Nabi Dawud Kami karuniakan pula seorang putra yang mengikuti jejak dan perjuangannya, yaitu Nabi Sulaiman. Dia adalah sebaik-baik hamba yang selalu beribadah dan bersyukur. Sungguh, dia sangat taat pada perintah Allah.
Allah menjelaskan bahwa Dia telah menurunkan Al-Qur'an kepada Rasulullah ﷺ dan para pengikutnya. Al-Qur'an itu adalah kitab yang sempurna mengandung bimbingan yang sangat bermanfaat kepada umat manusia. Bimbingan itu menuntun manusia agar hidup sejahtera di dunia dan berbahagia di akhirat. Dengan merenungkan isinya, manusia akan menemukan cara-cara mengatur kemaslahatan hidup di dunia. Tamsil ibarat dan kisah dari umat terdahulu menjadi pelajaran dalam menempuh tujuan hidup mereka dan menjauhi rintangan dan hambatan yang menghalangi pencapaian tujuan hidup. Al-Qur'an itu diturunkan dengan maksud agar direnungkan kandungan isinya, kemudian dipahami dengan pengertian yang benar, lalu diamalkan sebagaimana mestinya. Pengertian yang benar diperoleh dengan jalan mengikuti petunjuk-petunjuk rasul, dengan dibantu ilmu pengetahuan yang dimiliki, baik yang berhubungan dengan bahasa ataupun perkembangan masyarakat. Begitu pula dalam mendalami petunjuk-petunjuk yang terdapat dalam kitab itu, hendaknya dilandasi tuntunan rasul serta berusaha untuk menyemarakkan pengalamannya dengan ilmu pengetahuan hasil pengalaman dan pemikiran mereka.
Al-hasan al-Bashri menjelaskan pengertian ayat ini dengan mengatakan, "Banyak hamba Allah dan anak-anak yang tidak mengerti makna Al-Qur'an, walaupun telah membacanya di luar kepala. Mereka ini hafal betul hingga tak satu pun huruf yang ketinggalan. Namun mereka mengabaikan ketentuan-ketentuan Al-Qur'an itu hingga salah seorang di antara mereka mengatakan, "Demi Allah saya telah membaca Al-Qur'an, hingga tak satu huruf pun yang kulewatkan." Sebenarnya orang yang seperti itu telah melewatkan Al-Qur'an seluruhnya, karena pengaruh Al-Qur'an tidak tampak pada dirinya, baik pada budi pekerti maupun pada perbuatannya. Demi Allah, apa gunanya ia menghafal setiap hurufnya, selama mereka mengabaikan ketentuan-ketentuan Allah. Mereka itu bukan ahli hikmat dan ahli pemberi pengajaran. Semoga Allah tidak memperbanyak jumlah orang yang seperti itu."
Ibnu Mas'ud mengatakan:Orang-orang di antara kami apabila belajar sepuluh ayat Al-Qur'an, mereka tidak pindah ke ayat lain, sampai memahami kandungan sepuluh ayat tersebut dan mengamalkan isinya.(Riwayat A.hmad).
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Setelah selesai menceritakan perjuangan Dawud, Dawud raja dan Dawud rasul, yang kemudiannya akan bertemu pada diri Muhammad ﷺ sendiri, yaitu Muhammad Nabi, Muhammad Rasul dan Muhammad Penguasa tertinggi dari satu pemerintahan, maka dikembalikan dahulu persoalan kepada urusan kaum musyrikin tadi. Di sinilah datang ayat 27.
Ayat 27
“Dan tidaklah Kami menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam keadaan batil."
Sengaja kita pakai terus kalimat batil menurut aslinya. Karena kalimat batil ini pun telah terpakai dalam bahasa sehari-hari Indonesia-Melayu. Batil adalah lawan dari yang haq. Yang hak ialah yang benar. Di ayat 26 sebelum ini telah kita uraikan juga, bahwa Allah ﷻ mengangkat Dawud jadi khalifah di muka bumi dan hendaklah dia menghukum dengan yang hak. Yang Hak berarti Yang Benar. Keadilan, keindahan, kesempurnaan adalah sudut-sudut yang lain saja dari kebenaran. Dia adil sebab dia benar. Dia indah sebab dia benar. Dia sempurna sebab dia benar.
Lalu dikatakan pada lanjutan ayat, “Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang yang kafir."
Itulah adalah hak. Itu bukan batil. Akal ini mengatakan demikian. Kalau orang tidak mau menerima kenyataan jalan pikiran ini, kafirlah dia. Sebab dia menolak kenyataan pikiran.
“Maka celakalah bagi orang-orang yang kafir itu dari sebab api neraka."
Di ujung ayat ini ditegaskan, bahwa orang-orang yang kafir, tidak mau percaya bahwa Allah menciptakan seluruh alam bukanlah dengan batil, melainkan dengan hak, akan celakalah dia. Sebab dia akan dibakar api neraka. Di dunia ini juga pun kerap kali dia telah menerima panjar dari neraka akhirat itu dengan jantung yang selalu gelisah, dengan hati yang tidak pernah merasa tenteram, dengan nafsu yang tidak mau puas, dengan menangis; umur yang lekas habis padahal kehendak hawa nafsu belum terpenuhi sama sekali. Dan di akhirat penderitaan itu akan bersambung terus. Karena dia melangkahkan kaki bukan di atas yang hak, melainkan dengan pikiran yang telah batil.
Hal ini dijelaskan lagi pada ayat berikutnya.
Ayat 28
“Atau apakah akan Kami jadikan orang-orang yang beriman dan beramal yang saleh seperti orang-orang yang merusak di muka bumi?"
Ungkapan ini bersifat pertanyaan. Tetapi pertanyaan yang meyakinkan suatu bantahan. Bisa dirumuskan dengan kata lain, ‘Adakah patut Allah akan membuat orang yang beriman dan beramal saleh sama saja keadaannya dengan orang yang merusak di muka bumi?
“Atau apakah akan Kami jadikan orang-orang yang bertakwa sepenti orang yang durjana?"
Kalau orang yang beriman dan beramal saleh tidak lebih baik nasibnya daripada orang yang tukang merusak, pencopet, penggarong, penipu, koruptor, pemaling, pemabuk, perusak rumah tangga orang dan berbagai keburukan dan kebusukan yang lain, apa perlunya manusia berlumba menegakkan budi baik, kelakuan mulia dan pengorbanan untuk menegakkan kebajikan? Apa perlunya? Dan apa perlunya ada rasul-rasul, ada nabi-nabi, ada filsuf, ada budiman? Apa perlunya ada orang yang berani karena hendak menegakkan cita-cita yang luhur?
Lalu datanglah ayat 29 menjelaskan perlunya ada bimbingan bagi hidup manusia.
Ayat 29
“Sebuah kitab yang telah Kami turunkan kepada engkau membawa berikah."
Kitab inilah yang akan mengeluarkan manusia dari gelap gulita, meraba-raba dalam kegelapan hidup dalam tujuan yang tidak menentu, dalam perlangkahan yang tidak ada penilaian. Dia mempunyai berkah, membawa kegembiraan hidup ini sendiri, membawa harapan. Mendapat keterangan yang jelas tentang nilai perikehidupan adalah berkah yang paling tinggi dalam hidup. Meskipun bagaimana susah yang menimpa, namun yang benar tetap benar. Meskipun akan mati terhampar tubuh di medan perang, penuh badan kena luka-luka tembusan tombak, tetakan lading, tikaman pedang, hati tetap menerima sebab ada keyakinan tertanam dalam hati bahwa yang benar tetap benar dan yang salah tetap salah.
Inilah berkah yang dibawa oleh Al-Qur'an itu.
“Supaya mereka renungkan ayat-ayatnya." Supaya mereka laksanakan tuntunannya, “Dan supaya ingatlah kiranya orang-orang yang mempunyai inti pikiran."