Ayat

Terjemahan Per Kata
وَمَا
dan tidaklah
خَلَقۡنَا
Kami jadikan
ٱلسَّمَآءَ
langit
وَٱلۡأَرۡضَ
dan bumi
وَمَا
dan apa
بَيۡنَهُمَا
diantara keduanya
بَٰطِلٗاۚ
batil/palsu/sia-sia
ذَٰلِكَ
demikianlah
ظَنُّ
prasangkaan
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
كَفَرُواْۚ
kafir/ingkar
فَوَيۡلٞ
maka celakalah
لِّلَّذِينَ
bagi orang-orang yang
كَفَرُواْ
kafir/ingkar
مِنَ
dari
ٱلنَّارِ
api/neraka
وَمَا
dan tidaklah
خَلَقۡنَا
Kami jadikan
ٱلسَّمَآءَ
langit
وَٱلۡأَرۡضَ
dan bumi
وَمَا
dan apa
بَيۡنَهُمَا
diantara keduanya
بَٰطِلٗاۚ
batil/palsu/sia-sia
ذَٰلِكَ
demikianlah
ظَنُّ
prasangkaan
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
كَفَرُواْۚ
kafir/ingkar
فَوَيۡلٞ
maka celakalah
لِّلَّذِينَ
bagi orang-orang yang
كَفَرُواْ
kafir/ingkar
مِنَ
dari
ٱلنَّارِ
api/neraka
Terjemahan

Kami tidak menciptakan langit dan bumi serta apa yang ada di antara keduanya secara sia-sia. Itulah anggapan orang-orang yang kufur. Maka, celakalah orang-orang yang kufur karena (mereka akan masuk) neraka.
Tafsir

(Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dengan batil) dengan main-main. (Yang demikian itu) yakni penciptaan hal tersebut tanpa hikmah (adalah anggapan orang-orang kafir) dari penduduk Mekah (maka neraka Waillah) Wail adalah nama sebuah lembah di neraka (bagi orang-orang yang kafir karena mereka akan masuk neraka.).
Tafsir Surat Sad: 27-29
Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya tanpa hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang yang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka. Patutkah Kami menganggap orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh sama dengan orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi? Patutkah (pula) Kami menganggap orang-orang yang bertakwa sama dengan orang-orang yang berbuat maksiat? Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.
Allah ﷻ menceritakan bahwa tidak sekali-kali Dia menciptakan makhluk-Nya dengan main-main, melainkan Dia ciptakan mereka supaya mereka menyembah-Nya dan mengesakan-Nya. Kemudian Allah akan menghimpun mereka di hari perhimpunan, maka Dia akan memberi pahala kepada orang yang taat dan mengazab orang yang kafir. Karena itulah, disebutkan oleh firman-Nya: Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya secara sia-sia. Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir. (Shad: 27) Yakni orang-orang yang tidak percaya kepada hari berbangkit dan tidak pula kepada hari kembali, melainkan hanya percaya kepada kehidupan di dunia ini saja.
maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka. (Shad: 27) Maksudnya, celakalah mereka di hari mereka kembali saat mereka dibangkitkan karena akan memasuki neraka yang telah disediakan buat mereka. Kemudian Allah menjelaskan, bahwa termasuk keadilan dan hikmah-Nya Dia tidak menyamakan antara orang-orang mukmin dan orang-orang kafir. Untuk itu Allah ﷻ berfirman: Patutkah Kami menganggap orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh sama dengan orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi? Patutkah (pula) Kami menganggap orang-orang yang bertakwa sama dengan orang-orang yang berbuat maksiat? (Shad: 28) Yakni Kami tidak akan melakukan hal seperti itu; mereka tidaklah sama di sisi Allah.
Dan apabila demikian, berarti pasti ada negeri lain yang di dalamnya orang yang taat diberi pahala dan orang yang durhaka mendapat siksaan. Petunjuk ini menuntut akal yang sehat dan fitrah yang lurus untuk menyimpulkan bahwa adanya hari akhirat dan hari pembalasan merupakan suatu kepastian. Karena sesungguhnya kita sering melihat orang yang zalim lagi melampaui batas makin bertambah harta, anak dan kenikmatannya, serta mati dalam keadaan demikian.
Sebaliknya kita sering melihat orang yang taat lagi teraniaya mati dalam keadaan sengsara dan miskin. Maka sudah merupakan suatu kepastian hal tersebut menuntut kebijaksanaan Tuhan Yang Mahabijaksana, Maha Mengetahui, lagi Maha-adil yang tidak pernah aniaya barang sedikit pun untuk menegakkan keadilan dengan memenangkan si teraniaya atas orang yang menganiayanya. Apabila hal ini tidak terjadi di dunia ini, berarti di sana ada negeri lain yang padanya dilakukan pembalasan dan keadilan ini, yaitu negeri akhirat Mengingat Al-Qur'an itu memberi petunjuk ke tujuan-tujuan yang benar dan kesimpulan-kesimpulan rasio yang jelas, maka Allah ﷻ berfirman: Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran. (Shad: 29) Yaitu orang-orang yang berakal, al-albab adalah bentuk jamak dari lub yang artinya akal.
Al-Hasan Al-Basri mengatakan, "Demi Allah, bukanlah cara mengambil pelajaran dari Al-Qur'an itu dengan menghafal huruf-hurufnya, tetapi menyia-nyiakan batasan-batasannya, sehingga seseorang dari mereka (yang tidak mengindahkan batasan-batasannya) mengatakan" Aku telah membaca seluruh Al-Qur'an', tetapi pada dirinya tidak ada ajaran Al-Qur'an yang disandangnya, baik pada akhlaknya ataupun pada amal perbuatannya.""
Usai menegaskan adanya hari perhitungan, Allah beralih menjelas-kan bukti-bukti kekuasaan-Nya di jagat raya. Dan sungguh, Kami tidak serta-merta menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya, seperti bintang, matahari, dan bulan, dengan sia-sia dan tanpa manfaat tertentu (Lihat pula: Surah ad-Dukh'n/44: 38'39). Itu semua adalah anggapan orang-orang kafir yang tidak memercayai kekuasaan Allah, maka celakalah orang-orang yang kafir itu karena mereka akan masuk ke neraka yang telah Allah persiapkan untuk mereka. 28. Allah menegaskan perbedaan perlakuan-Nya kepada orang ber-iman dan orang kafir. Pantaskah Kami memperlakukan orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta percaya akan keesaan Kami sama dengan orang-orang yang berbuat kerusakan di bumi dan tidak mau mengikuti petunjuk Kami' Atau pantaskah Kami menganggap orang-orang yang bertakwa dan patuh pada perintah Kami sama dengan orang-orang yang jahat, ingkar, dan sombong'.
Allah menjelaskan bahwa Dia menjadikan langit, bumi, dan makhluk apa saja yang berada di antaranya, tidak sia-sia. Langit dengan segala bintang yang menghiasi, matahari yang memancarkan sinarnya di waktu siang, dan bulan yang menampakkan bentuknya yang berubah-ubah dari malam ke malam, sangat bermanfaat bagi manusia. Begitu juga bumi dengan segala isinya, baik yang tampak di permukaan ataupun yang tersimpan dalam perutnya, sangat besar artinya bagi kehidupan manusia. Semua itu diciptakan Allah atas kekuasaan dan kehendak-Nya sebagai rahmat yang tak ternilai harganya.
Apabila orang mau memperhatikan dengan seksama terhadap makhluk-makhluk yang ada di jagat raya ini, pasti ia mengetahui bahwa semua makhluk yang ada itu tunduk dan taat pada ketentuan-ketentuan yang berlaku, yang tak bisa dihindari. Begitu juga dalam hal penciptaan manusia. Mereka ini tidak dapat melepaskan diri dari ketentuan-ketentuan Allah, begitu lahir sudah tunduk pada gaya tarik bumi, ia bernafas dengan zat asam dan sebagainya. Tidak pernah ada manusia yang menyimpang dari ketentuan ini. Apabila ia dewasa, ia memerlukan kawan hidup untuk mengisi kekosongan jiwanya, dan untuk melaksanakan tujuan hidupnya ia mengembangkan keturunan. Kemudian kalau ajal telah datang, ia kembali ke asalnya. Ia akan dihidupkan kembali di akhirat, guna mempertanggungjawabkan segala amalnya ketika hidup di dunia.
Allah berfirman:
Dan takutlah pada hari (ketika) kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian setiap orang diberi balasan yang sempurna sesuai dengan apa yang telah dilakukannya, dan mereka tidak dizalimi (dirugikan). (al-Baqarah/2: 281)
Jika manusia berpikir dengan jernih dan sungguh-sungguh, tentu akan mengakui keesaan dan kekuasaan Allah terhadap semua yang ada di langit, bumi, serta segala makhluk yang ada di antara keduanya. Apabila manusia mengakui kemahakuasaan Allah, tentulah akan mengakui pula kekuasaan-Nya menurunkan wahyu kepada hamba pilihan-Nya.
Lalu Allah menjelaskan sikap orang-orang kafir Mekah. Mereka tidak mau memperhatikan tanda-tanda kekuasaan Allah yang ada di langit dan bumi, dan juga tidak mau meneliti tanda kebesaran Allah yang ada pada diri mereka sendiri. Itulah sebabnya mereka mendustakan keesaan Allah dan hari kebangkitan.
Allah berfirman:
Dan tidaklah Kami bermain-main menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya. Tidaklah Kami ciptakan keduanya melainkan dengan haq (benar), tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (ad-Dukhan/44: 38-39)
Dan firman-Nya:
Maka apakah kamu mengira, bahwa Kami menciptakan kamu main-main (tanpa ada maksud) dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? (al-Mu'minun/23: 115)
Pada penghujung ayat, Allah menegaskan bahwa mereka akan mendapatkan kenyataan yang berbeda dengan apa yang mereka duga selama hidup di dunia. Mereka akan merasakan neraka wail yang memang disediakan sebagai azab bagi mereka, sebagai balasan yang setimpal atas keingkaran mereka terhadap keesaan Allah, kebenaran wahyu, dan terjadinya hari kebangkitan.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Setelah selesai menceritakan perjuangan Dawud, Dawud raja dan Dawud rasul, yang kemudiannya akan bertemu pada diri Muhammad ﷺ sendiri, yaitu Muhammad Nabi, Muhammad Rasul dan Muhammad Penguasa tertinggi dari satu pemerintahan, maka dikembalikan dahulu persoalan kepada urusan kaum musyrikin tadi. Di sinilah datang ayat 27.
Ayat 27
“Dan tidaklah Kami menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam keadaan batil."
Sengaja kita pakai terus kalimat batil menurut aslinya. Karena kalimat batil ini pun telah terpakai dalam bahasa sehari-hari Indonesia-Melayu. Batil adalah lawan dari yang haq. Yang hak ialah yang benar. Di ayat 26 sebelum ini telah kita uraikan juga, bahwa Allah ﷻ mengangkat Dawud jadi khalifah di muka bumi dan hendaklah dia menghukum dengan yang hak. Yang Hak berarti Yang Benar. Keadilan, keindahan, kesempurnaan adalah sudut-sudut yang lain saja dari kebenaran. Dia adil sebab dia benar. Dia indah sebab dia benar. Dia sempurna sebab dia benar.
Lalu dikatakan pada lanjutan ayat, “Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang yang kafir."
Itulah adalah hak. Itu bukan batil. Akal ini mengatakan demikian. Kalau orang tidak mau menerima kenyataan jalan pikiran ini, kafirlah dia. Sebab dia menolak kenyataan pikiran.
“Maka celakalah bagi orang-orang yang kafir itu dari sebab api neraka."
Di ujung ayat ini ditegaskan, bahwa orang-orang yang kafir, tidak mau percaya bahwa Allah menciptakan seluruh alam bukanlah dengan batil, melainkan dengan hak, akan celakalah dia. Sebab dia akan dibakar api neraka. Di dunia ini juga pun kerap kali dia telah menerima panjar dari neraka akhirat itu dengan jantung yang selalu gelisah, dengan hati yang tidak pernah merasa tenteram, dengan nafsu yang tidak mau puas, dengan menangis; umur yang lekas habis padahal kehendak hawa nafsu belum terpenuhi sama sekali. Dan di akhirat penderitaan itu akan bersambung terus. Karena dia melangkahkan kaki bukan di atas yang hak, melainkan dengan pikiran yang telah batil.
Hal ini dijelaskan lagi pada ayat berikutnya.
Ayat 28
“Atau apakah akan Kami jadikan orang-orang yang beriman dan beramal yang saleh seperti orang-orang yang merusak di muka bumi?"
Ungkapan ini bersifat pertanyaan. Tetapi pertanyaan yang meyakinkan suatu bantahan. Bisa dirumuskan dengan kata lain, ‘Adakah patut Allah akan membuat orang yang beriman dan beramal saleh sama saja keadaannya dengan orang yang merusak di muka bumi?
“Atau apakah akan Kami jadikan orang-orang yang bertakwa sepenti orang yang durjana?"
Kalau orang yang beriman dan beramal saleh tidak lebih baik nasibnya daripada orang yang tukang merusak, pencopet, penggarong, penipu, koruptor, pemaling, pemabuk, perusak rumah tangga orang dan berbagai keburukan dan kebusukan yang lain, apa perlunya manusia berlumba menegakkan budi baik, kelakuan mulia dan pengorbanan untuk menegakkan kebajikan? Apa perlunya? Dan apa perlunya ada rasul-rasul, ada nabi-nabi, ada filsuf, ada budiman? Apa perlunya ada orang yang berani karena hendak menegakkan cita-cita yang luhur?
Lalu datanglah ayat 29 menjelaskan perlunya ada bimbingan bagi hidup manusia.
Ayat 29
“Sebuah kitab yang telah Kami turunkan kepada engkau membawa berikah."
Kitab inilah yang akan mengeluarkan manusia dari gelap gulita, meraba-raba dalam kegelapan hidup dalam tujuan yang tidak menentu, dalam perlangkahan yang tidak ada penilaian. Dia mempunyai berkah, membawa kegembiraan hidup ini sendiri, membawa harapan. Mendapat keterangan yang jelas tentang nilai perikehidupan adalah berkah yang paling tinggi dalam hidup. Meskipun bagaimana susah yang menimpa, namun yang benar tetap benar. Meskipun akan mati terhampar tubuh di medan perang, penuh badan kena luka-luka tembusan tombak, tetakan lading, tikaman pedang, hati tetap menerima sebab ada keyakinan tertanam dalam hati bahwa yang benar tetap benar dan yang salah tetap salah.
Inilah berkah yang dibawa oleh Al-Qur'an itu.
“Supaya mereka renungkan ayat-ayatnya." Supaya mereka laksanakan tuntunannya, “Dan supaya ingatlah kiranya orang-orang yang mempunyai inti pikiran."