Ayat
Terjemahan Per Kata
إِنَّا
sesungguhnya Kami
سَخَّرۡنَا
Kami menundukkan
ٱلۡجِبَالَ
gunung-gunung
مَعَهُۥ
bersama dia
يُسَبِّحۡنَ
mereka bertasbih
بِٱلۡعَشِيِّ
diwaktu petang
وَٱلۡإِشۡرَاقِ
dan pagi
إِنَّا
sesungguhnya Kami
سَخَّرۡنَا
Kami menundukkan
ٱلۡجِبَالَ
gunung-gunung
مَعَهُۥ
bersama dia
يُسَبِّحۡنَ
mereka bertasbih
بِٱلۡعَشِيِّ
diwaktu petang
وَٱلۡإِشۡرَاقِ
dan pagi
Terjemahan
Sesungguhnya Kami telah menundukkan gunung-gunung untuk bertasbih bersama dia (Daud) pada waktu petang dan pagi.
Tafsir
(Sesungguhnya Kami menundukkan gunung-gunung untuk bertasbih bersama dia di waktu petang) di waktu salat Isyak (dan pagi) di waktu salat Duha, yaitu di waktu matahari mencapai sepenggalah.
Tafsir Surat Sad: 18-20
dan ingatlah hamba Kami Daud yang mempunyai kekuatan; sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhan). Sesungguhnya Kami menundukkan gunung-gunung untuk bertasbih bersama dia (Daud) di waktu petang dan pagi, dan (Kami tundukkan pula) burung-burung dalam keadaan terkumpul. Masing-masingnya amat taat kepada Allah. Dan Kami kuatkan kerajaannya dan Kami berikan kepadanya hikmah dan kebijaksanaan dalam menyelesaikan perselisihan. Allah ﷻ menceritakan perihal hamba dan rasul-Nya, Daud a.s., bahwa dia telah dianugerahi kekuatan; di sini diungkapkan dengan memakai kata al-aid yang artinya kekuatan dalam masalah ilmu dan amal. Ibnu Abbas r.a., As-Saddi, dan Ibnu Zaid mengatakan bahwa al-aid artinya kekuatan.
Ibnu Zaid sehubungan dengan pengertian ini membacakan firman-Nya: Dan langit itu kami bangun dengan kekuatan (Kami) dan sesunggguhnya Kami benar-benar berkuasa (Az-Zariyat: 47) Mujahid mengatakan bahwa al-aid artinya kekuatan dalam ketaatan. Qatadah mengatakan bahwa Daud a.s., dianugerahi kekuatan dalam mengerjakan ibadah dan memberinya pengetahuan tentang Islam. Telah diceritakan pula kepada kami bahwa Nabi Daud a.s. selalu mengerjakan salat pada sepertiga malamnya, dan puasa setengah tahun.
Hal ini telah disebutkan di dalam kitab Sahihain melalui salah satu hadisnya dari Rasulullah ﷺ yang menyebutkan bahwa beliau ﷺ telah bersabda: Salat yang paling disukai Allah ialah salatnya Daud, dan puasa yang paling disukai Allah adalah puasanya Daud. Dia tidur sampai tengah malam, lalu bangun sepertiganya (mengerjakan salat), dan tidur seperenamnya. Dan dia puasa sehari dan buka sehari, dia tidak pernah lari bila bersua dengan musuh (dalam peperangan) dan ia adalah seorang, yang amat taat kepada Allah. Yang dimaksud dengan awwab ialah selalu taat kepada Allah dalam semua urusan dan perkaranya: Firman Allah ﷻ: Sesungguhnya Kami menundukkan gunung-gunung untuk bertasbih bersama dia (Daud) di waktu petang dan pagi. (Shad: 18) Yakni Allah ﷻ menundukkan gunung-gunung bagi Daud di saat matahari terbit dan di penghujung siang hari, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Hai gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah berulang-ulang bersama Daud. (Saba: 10) Demikian pula burung-burung ikut bertasbih bersama Daud bila Daud bertasbih, dan menjawab tasbih yang diucapkannya bila burung-burung itu sedang terbang di atasnya.
Lalu apabila mendengar Daud sedang membaca kitab Zabur, maka burung-burung itu berhenti di angkasa, tidak mau pergi, bahkan diam dan ikut bertasbih bersamanya. Gunung-gunung yang tinggi-tinggi pun membalas tasbihnya dan mengikuti tasbih yang diucapkannya. Ibnu Janr mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Bisyr, dari Mis'ar, dari Abdul Karim, dari Musa ibnu Abu Kasir, dari Ibnu Abbas r.a., yang pernah mendengar Ummu Hani' r.a. pernah bercerita, bahwa di hari jatuhnya kota Mekah Rasulullah ﷺ mengerjakan salat duha sebanyak delapan rakaat.
Maka Ibnu Abbas r.a. mengatakan bahwa ia mengetahui ada saat untuk salat di waktu duha itu, karena Allah ﷻ telah berfirman: bertasbih di waktu petang dan pagi (Shad: 18) Kemudian Ibnu Jarir meriwayatkannya lagi melalui hadis Sa'id ibnu Abu Arubah, dari Abul Mutawakkil, dari Ayyub ibnu Safwan. dari maulanya-yaitu Abdullah ibnul Haris Ibnu Naufal, bahwa sahabat Ibnu Abbas pada mulanya tidak pernah mengerjakan salat duha. Kemudian aku (Abdullah ibnul Haris ibnu Naufal) membawanya masuk menemui Ummu Hani' r.a., dan aku berkata kepadanya.Ceritakanlah kepadanya apa yang telah engkau ceritakan kepadaku." Maka Ummu Hani' menceritakan hadis berikut: Pada hari jatuhnya kota Mekah Rasulullah ﷺ masuk ke dalam rumahku, kemudian meminta air sebanyak satu mangkuk besar, lalu memerintahkan agar dibuat penghalang dari kain antara aku dan dia.
Maka beliau mandi, lalu mengeringkan tubuhnya di salah satu sudut di rumahku, sesudah itu beliau salat delapan rakaat. Salat itu adalah salat duha yang berdiri, rukuk, sujud, dan julus (duduk)nya hampir sama lamanya yang satu dengan yang lainnya. Dalam firman selanjutnya disebutkan: dan (Kami tundukkan pula) burung-burung dalam keadaan terkumpul (Shad: 19) Maksudnya, tertahan di udara. Masing-masingnya amat, taat kepada Allah. (Shad: 19) Artinya, taat kepada Allah ﷻ firman Allah Swt,. Dan Kami kuatkan kerajaannya. (Shad: 20) Yaitu Kami jadikan baginya kerajaan yang sempurna dari semua apa yang diperlukan oleh para raja. Ibnu Abu Najih telah meriwayatkan dari Mujahid, bahwa Daud adalah seorang penduduk dunia yang paling kuat kekuasaannya.
As-Saddi mengatakan bahwa dia selalu dijaga oleh empat ribu orang personel prajurit setiap harinya. Menurut sebagian ulama Salaf, telah sampai kepadanya suatu riwayat yang menyebutkan bahwa Daud setiap malamnya dijaga oleh tiga puluh tiga ribu pasukan yang sampai tahun mendatang prajurit yang telah berjaga tidak kebagian giliran lagi. Pendapat yang lain menyebutkan empat puluh ribu prajurit yang lengkap dengan senjatanya.
Ibnu Jarir dan Ibnu Abu Hatim telah menceritakan melalui riwayat Ulya ibnu Ahmar, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas a.s. yang telah mengatakan bahwa pernah terjadi dua orang Bani Israil bersengketa di masa Nabi Daud a.s., lalu keduanya melaporkan perkaranya kepada Daud a.s. Salah seorang dari keduanya mengatakan bahwa lawan perkaranya itu telah mencuri seekor sapi miliknya, sedangkan yang tertuduh mengingkarinya.
Pihak penuntut tidak mempuyai saksi yang memperkuat tuduhannya, maka Nabi Daud a.s. menangguhkan keduanya. Pada malam harinya Nabi Daud a.s. bermimpi diperintahkan untuk membunuh si penuntut. Dan pada siang harinya ia memanggil keduanya, lalu memerintahkan agar pihak penuntut dibunuh, maka si penuntut berkata, "Hai Nabi Allah, mengapa engkau akan menjatuhkan hukuman mati kepadaku, padahal lawanku ini telah merampas sapiku?" Nabi Daud a.s.
menjawab, "Sesungguhnya Allah ﷻ telah memerintahkan kepadaku untuk menjatuhkan hukuman mati atas dirimu, maka aku harus membunuhmu, tidak ada jalan lain." Pihak penuntut akhirnya berkata, "Demi Allah, hai Nabi Allah, sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepadamu untuk membunuhku karena kasus orang ini yang telah kutuduh". Sesungguhnya aku benar-benar jujur dalam tuduhanku itu, tetapi dahulu aku pernah menculik ayahnya dan membunuhnya tanpa ada seorang pun yang mengetahui pelakunya." Maka Nabi Daud a.s., memerintahkan agar dia dieksekusi, lalu dihukum matilah ia.
Ibnu Abbas a.s. melanjutkan, bahwa sejak saat itu wibawa Nabi Daud a.s. di kalangan Bani Israil makin kuat dan makin disegani. Hal inilah yang dimaksudkan oleh firman-Nya: Dan Kami kuatkan kerajaannya. (Shad: 20) Adapun firman Allah Swt:: dan Kami berikan kepadanya hikmah. (Shad: 20) Mujahid mengatakan bahwa yang dimaksud ialah pemahaman, akal, dan kepandaian. Di lain kesempatan ia mengatakan kebijaksanaan dan keadilan, dan di lain kesempatan lagi Mujahid mengatakan akal sehat.
Qatadah mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah Kitabullah dan mengikuti apa yang terkandung di dalamnya. As-Saddi mengatakan, yang dimaksud dengan hikmah ialah kenabian. Firman Allah ﷻ: dan kebijaksanaan dalam menyelesaikan perselisihan. (Shad: 20) Syuraih Al-Qadi dan Asy-Sya'bi mengatakan, persaksianku sumpah dalam menyelesaikan perselisihan. Qatadah mengatakan dua orang saksi dibebankan atas pihak tertuduh. Berdasarkan patokan inilah keputusan dalam perselisihan ditetapkan oleh para nabi dan para rasul sebagai penggantinya, juga oleh orang-orang mukmin dan orang-orang saleh.
Dan pegangan keadilan dari umat ini sampai hari kiamat nanti. Hal yang sama dikatakan oleh Abu Abdur Rahman As-Sulami Mujahid dan As-Saddi mengatakan, makna yang dimaksud ialah tepat dalam memutuskan peradilan dan memahami. Mujahid mengatakan pula bahwa yang dimaksud dengan khitab ialah kebijaksanaan dalam berbicara dan memutuskan ini mencakup semua pengertian pendapat di atas, dan inilah makna yang dimaksud dan dipilih oleh Ibnu Jarir.
ibnu Syabbah An-Namiri. telah menceritakan kepada kami Ibrahim Ibnul Munzir, telah menceritakan kepadaku Abdul Aziz ibnu Abu Sabit, dari Abdur Rahman ibnu Abuz Zanad, dari ayahnya, dari Bilal ibnu Abu Burdah, dari ayahnya, dari Abu Musa r.a. yang mengatakan bahwa orang yang mula-mula mengucapkan kalimat 'Amma Ba'du' adalah Daud a.s. Inilah yang dimaksud dengan faslul khitab. Hal yang sama telah dikatakan oleh Asy-Sya'bi, bahwa yang dimaksud dengan faslul khitab ialah ucapan Amma Ba'du."
18-20. Karena ketaatan Nabi Dawud, sungguh Kami telah menganugerahinya beberapa kenikmatan. Kamilah yang menundukkan gunung-gunung yang kukuh untuk senantiasa bertasbih dan beribadah bersama dia pada waktu petang dan pagi. Kami tundukkan pula baginya burung-burung untuk bertasbih bersamanya dalam keadaan terkumpul maupun terbang. Burung-burung itu ikut bertasbih begitu mendengar suara Nabi Dawud yang merdu bertasbih dan melantunkan kitab Zabur. Masing-masing dari gunung-gunung dan burung-burung itu sangat taat kepada Allah. Dan Kami kuatkan kerajaannya dengan kewibawaan, tentara yang banyak, kekayaan yang berlimpah, dan kepiawaiannya mengatur strategi perang. Dan Kami berikan hikmah kepadanya berupa kenabian, kesempurnaan ilmu, dan ketelitian dalam berbuat serta pemahaman yang tepat (Lihat pula: Surah Saba'/34: 10'11), dan kebijaksanaan dalam memutuskan perkara dengan menunjukkan bukti-bukti yang akurat. 18-20. Karena ketaatan Nabi Dawud, sungguh Kami telah menganugerahinya beberapa kenikmatan. Kamilah yang menundukkan gunung-gunung yang kukuh untuk senantiasa bertasbih dan beribadah bersama dia pada waktu petang dan pagi. Kami tundukkan pula baginya burung-burung untuk bertasbih bersamanya dalam keadaan terkumpul maupun terbang. Burung-burung itu ikut bertasbih begitu mendengar suara Nabi Dawud yang merdu bertasbih dan melantunkan kitab Zabur. Masing-masing dari gunung-gunung dan burung-burung itu sangat taat kepada Allah. Dan Kami kuatkan kerajaannya dengan kewibawaan, tentara yang banyak, kekayaan yang berlimpah, dan kepiawaiannya mengatur strategi perang. Dan Kami berikan hikmah kepadanya berupa kenabian, kesempurnaan ilmu, dan ketelitian dalam berbuat serta pemahaman yang tepat (Lihat pula: Surah Saba'/34: 10'11), dan kebijaksanaan dalam memutuskan perkara dengan menunjukkan bukti-bukti yang akurat.
Di dalam ayat-ayat ini, Allah menyebutkan beberapa kenikmatan yang telah diberikan kepada Daud.
Pertama, bahwa Allah telah menundukkan gunung-gunung untuk bertasbih bersama-sama Daud di waktu petang dan pagi. Ungkapan seperti ini mengandung pengertian bahwa Nabi Daud selalu taat beribadah kepada Allah. Dia selalu bertasbih, memuji kebesaran-Nya pagi dan petang. Allah menyamakan ketaatan Daud ini dengan ketaatan gunung-gunung untuk menunjukkan betapa dalam ketaatan Nabi Daud itu. Adapun tentang ketaatan gunung bertasbih itu adalah dalam kenyataan bahwa gunung-gunung itu mengikuti sunah Allah yang tidak berubah-ubah, yang sudah barang tentu lain dengan taatnya manusia.
Allah berfirman:
Dan tidak ada sesuatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu tidak mengerti tasbih mereka. (al-Isra'/17: 44)
Apabila seseorang memperhatikan dengan cermat arti dan kegunaan penciptaan gunung untuk manusia, serta memperhatikan pula fungsinya sebaik-baiknya, maka ia akan mengetahui bahwa gunung itu merupakan salah satu penyebab turunnya hujan, yang memberi kehidupan bagi manusia. Ia juga sebagai media penyimpan air di musim penghujan, yang dialirkannya di musim kemarau, serta mineral yang dimuntahkannya menjadi penyubur tanah pertanian. Demikian pula dalam perutnya terdapat segala macam barang tambang yang sangat diperlukan untuk kepentingan perlengkapan hidup manusia. Gunung-gunung itu menunaikan tugas dengan sebaik-baiknya dan tidak pernah keluar dari ketentuan yang berlaku.
Allah selanjutnya menjelaskan bahwa Dia menundukkan pula burung-burung yang selalu bertasbih kepada-Nya bersama Nabi Daud. Ungkapan serupa ini mengandung pengertian betapa indahnya suara Nabi Daud pada saat membaca kitab Zabur, sehingga seolah-olah getaran suaranya dapat menawan burung-burung yang sedang beterbangan di angkasa. Digambarkan seolah-olah burung-burung yang sedang terbang itu terhenti di udara karena mendengar suara Nabi Daud yang sedang bertasbih, dan ikut pula bertasbih bersama-sama dengannya.
Tasbih burung-burung tidak sama dengan tasbih manusia. Burung-burung mempunyai cara tersendiri di dalam menyatakan keagungan Allah.
Sesudah itu Allah menegaskan bahwa masing-masing makhluk yang disebutkan tadi, yaitu gunung dan burung tunduk, takluk dan jinak patuh pada ketentuan Allah untuk kepentingan umat manusia.
Pada ayat ini terdapat sindiran bagi orang-orang musyrik Mekah, pertama bahwa apabila gunung dan burung yang diciptakan tidak berakal itu selalu menaati ketentuan-ketentuan Allah, maka seharusnyalah mereka yang diciptakan sebagai makhluk yang lebih sempurna dan dilengkapi dengan akal lebih taat kepada hukum-hukum Allah. Apabila terjadi sebaliknya, berarti telah terjadi sesuatu yang tidak wajar pada diri mereka.
Kedua, Allah telah menguatkan kerajaan Nabi Daud dengan tentara yang banyak, harta kekayaan yang melimpah ruah, pribadi yang sangat disegani, dan kemahiran dalam mengatur siasat perang sehingga selalu meraih kemenangan.
Ketiga, Allah telah menganugerahkan kepadanya hikmah. Yang dimaksud hikmah dalam ayat ini adalah kenabian, kesempurnaan ilmu, dan ketelitian dalam melaksanakan amal perbuatan, serta pemahaman yang tepat.
Di antara ilmu pengetahuan yang diberikan Allah kepada Nabi Daud ialah seperti disebutkan dalam firman Allah:
dan Kami telah melunakkan besi untuknya, (yaitu) buatlah baju besi yang besar-besar dan ukurlah anyamannya; dan kerjakanlah kebajikan. Sungguh, Aku Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (Saba'/34: 10-11)
Sedang yang dimaksud ketelitiannya dalam melaksanakan amal perbuatan ialah dia tidak mau memulai sesuatu perbuatan, terkecuali ia mengetahui sebab apa dan untuk apa amal perbuatan itu dilakukan.
Keempat, Allah telah menganugerahkan kepadanya kebijakan dalam menyelesaikan perselisihan. Dalam menyelesaikan persengketaan ia selalu memeriksa pihak-pihak berdasarkan bukti-bukti yang meyakinkan jauh dari sifat-sifat berat sebelah, dan bersih dari pengaruh hawa nafsu. Untuk mencari keyakinan yang sebenar-benarnya yang dapat dijadikan landasan yang tepat dalam memutuskan perkara memerlukan ilmu pengetahuan yang luas, sikap yang lemah-lembut, menguasai persoalan yang dipersengketakan, dan kesabaran yang kuat.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 17
“Sabarlah engkau atas apa yang mereka katakan itu."
Jangan terlalu ditekankan pikiran ke sana supaya dia jangan menjadi kusut; “Dan ingatlah hamba Kami Dawud yang mempunyai tangan kuat." Allah memberikan kepadanya kekuasaan dan kerajaan. Dia mempunyai tentara besar, dia menjadi raja besar yang perintahnya dipatuhi. Sebab itu maka tangannya kuat.
“Sesungguhnya dia adalah seorang yang sangat taat."
Ujung ayat ini adalah kalimat yang arti aslinya ialah kembali. Yaitu di dalam segenap gerak langkahnya, dia selalu sadar bahwa dia akan kembali kepada Allah ﷻ Sebab itu maka dalam mengatur langkah hidup di dalam mengatur pemerintahan, di
dalam gerak-gerik hidupnya, semuanya ditujukan dalam jalan menuju pulang. Pulang kepada Allah ﷻ Sebab itu maka sebagai seorang raja, bukanlah dia sebagai Fir'aun di Mesir itu, yang mempunyai tangan kuat, tetapi tidak ingat atau tidak mengerti bahwa latar belakang hidupnya sangat bergantung kepada keizinan Allah. Sebab itu maka jiwa Fir'aun tidak ada keseimbangan. Jika nikmat dicabut, bahkan jika jiwa dicabut, dia akan terkejut, sebab dia tidak mengenal jalan kembali.
Ayat 18
“Sesungguhnya Kami menundukkan gunung-gunung sertanya."
Tunduk gunung kepada Dawud dapatlah diartikan bahwa beliau adalah seorang raja, di samping itu beliau pun seorang yang halus perasaan, seorang seniman, yang merasakan dan meresapkan keindahan alam, terutama gunung-gunung. Melihat puncak dari gunung-gunung itu, Dawud merasakan lebih dekat kepada Allah ﷻ Puncak gunung bisa menimbulkan inspirasi dan ilham bilamana kita perhatikan puncaknya yang menghijau disaput awan atau membiru tampak dari jauh. Dawud merasakan dirinya bersatu dengan gunung-gunung itu.
“Mengucapkan tasbih pada waktu petang dan waktu pagi."
Puncak gunung di kala matahari akan terbenam, di kala hari berembang petang menguning melengkisau. Puncak gunung di waktu pagi yang cerah amat jernih berwarna perak. Di petang hari berwarna sabar, di waktu pagi berwarna syukur.
Semua perubahan warna, semua desiran angin, semua awan berarak, dan semua yang lain menambah mendalamnya rasa “kembali Dawud “ kepada Allah SWT, sehingga Mazmur yang beliau baca sambil beliau nyanyikan berpadu satu dengan alam keliling.
Ayat 19
“Dan burung-burung pun dalam keadaan berkumpul."
Yaitu apabila burung-burung itu telah mendengar alun gelombang suara Nabi Dawud memenuhi angkasa, burung tertegun terbang, lalu hinggap di dahan-dahan kayu tempat Nabi Dawud memuja Allah ﷻ dengan Mazmurnya itu.
“Masing-masingnya itu pun taat kepada-Nya."
Boleh ditafsirkan bahwa burung-burung itu taat kepada Allah ﷻ dan boleh juga ditafsirkan bahwa burung-burung itu menjadi jinak dengan Dawud. Burung-burung itu datang berkumpul, berkerumun dengan gembiranya. Mereka pun akan turut bernyanyi. Karena bila burung gembira mendengarkan suara yang menyenangkannya dia akan bernyanyi. Kuda di peperangan gembira mendengarkan suara musik gembira di medan perang. Unta akan melangkah cepat tidak merasakan lelah jika Badwi yang me-ngiringkannya bernyanyi. Burung tekukur, burung perkutut, burung kakaktua, burung beo dan lain-lain, termasuk juga burung murai bisa jinak dengan manusia kalau menunjukkan sayang kepadanya. Apatah lagi kalau mempunyai hati sebagaimana hati Dawud itu. Itulah sebabnya maka Nabi Muhammad ﷺ disuruh Allah ﷻ mengingat hamba Allah yang bernama Dawud yang tangan kuat dan hatinya sangat taat kepada Allah ﷻ itu.
Ayat 20
“Dan Kami kukuhkan kerajaannya."
Sehingga usaha musuh-musuhnya hendak meruntuhkan kerajaan Dawud tidaklah berhasil.
“Dan Kami anugerahi dia hikmah dan penyelesaian kesulitan-kesulitan."
(ujung ayat 20)