Ayat
Terjemahan Per Kata
وَقَالُواْ
dan mereka berkata
رَبَّنَا
ya Tuhan kami
عَجِّل
segerakanlah
لَّنَا
untuk kami
قِطَّنَا
bahagian kami
قَبۡلَ
sebelum
يَوۡمِ
hari
ٱلۡحِسَابِ
perhitungan
وَقَالُواْ
dan mereka berkata
رَبَّنَا
ya Tuhan kami
عَجِّل
segerakanlah
لَّنَا
untuk kami
قِطَّنَا
bahagian kami
قَبۡلَ
sebelum
يَوۡمِ
hari
ٱلۡحِسَابِ
perhitungan
Terjemahan
Mereka berkata, “Wahai Tuhan kami, segerakanlah untuk kami bagian (dari siksa) kami sebelum hari Perhitungan.”
Tafsir
(Dan mereka berkata) sewaktu Allah menurunkan firman-Nya, "Adapun orang-orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kanannya..." (Q.S. Al-Haqqah, 19) ("Ya Rabb kami! Segerakanlah untuk kami catatan amal kami) yakni kitab catatan amal kami (sebelum hari berhisab") mereka mengatakan hal ini dengan nada yang sinis dan mengejek.
Tafsir Surat Sad: 12-17
Telah mendustakan (rasul-rasul) sebelum mereka itu kaum Nuh, 'Ad, Fir'aun yang mempunyai tentara yang banyak, dan Samud, kaum Lut dan penduduk Aikah. Mereka itulah golongan-golongan yang bersekutu (menentang rasul-rasul). Semua mereka itu tidak lain hanyalah mendustakan rasul-rasul, maka pastilah (bagi mereka) azab-Ku. Tidaklah yang mereka tunggu, melainkan hanya satu teriakan saja yang tidak ada baginya saat berselang. Dan mereka berkata, "Ya Tuhan kami, cepatkanlah untuk kami azab yang diperuntukkan bagi kami sebelum hari berhisab.
Bersabarlah atas segala apa yang mereka katakan. Allah ﷻ berfirman, menceritakan perihal umat-umat terdahulu dan apa yang telah menimpa mereka berupa azab, pembalasan, dan siksaan, karena mereka menentang para rasul dan mendustakan nabi-nabi Allah. Kisah-kisah mereka telah dijelaskan secara panjang lebar di berbagai tempat. Firman Allah ﷻ: Mereka itulah golongan-golongan yang bersekutu (menentang rasul-rasul). (Shad: 13) Yakni mereka lebih banyak bilangannya daripada kalian (orang-orang Quraisy) dan lebih kuat serta lebih banyak harta dan anak-anaknya, tetapi semuanya itu tidak dapat menolak mereka (menyelamatkan mereka) dari azab Allah barang sedikit pun, ketika datang kepada mereka azab Allah.
Karena itulah disebutkan dalam firman berikutnya: Semua mereka itu tidak lain hanyalah mendustakan rasul-rasul, maka pastilah (bagi mereka) azab-Ku (Shad: 14) Penyebab yang membinasakan mereka ialah karena mendustakan para rasul. Maka hendaklah waspada orang-orang yang diajak bicara oleh ayat ini, yakni janganlah mereka berbuat hal yang serupa. Firman Allah ﷻ: Tidaklah yang mereka tunggu melainkan hanya satu teriakan saja yang tidak ada baginya saat berselang. (Shad: 15) Malik telah meriwayatkan dari Zaid ibnu Aslam, makna yang dimaksud ialah tiada masa tangguh bagi mereka melainkan saat (detik-detik) datangnya kiamat menimpa mereka dengan sekonyong-konyong, karena sesungguhnya semua pertandanya telah ada.
Dengan kata lain, hari kiamat itu telah dekat masanya. Dan teriakan yang dimaksud adalah tiupan yang mengejutkan, Allah memerintahkan kepada Malaikat Israfil agar memperpanjang tiupan yang pertama ini, sehingga tiada seorang pun dari kalangan penduduk langit dan bumi, melainkan terkejut terkecuali orang-orang yang dikecualikan oleh Allah ﷻ Firman Allah ﷻ mengutip ucapan mereka: Dan mereka berkata, "Ya Tuhan kami, cepatkanlah untuk kami azab yang diperuntukkan bagi kami sebelum hari berhisab " (Shad: 16) Hal ini merupakan ungkapan rasa tidak percaya kaum musyrik tehadap azab yang dijanjikan oleh Allah buat mereka, karenanya mereka meminta agar siksaan itu disegerakan bagi mereka.
Lafaz qittun artinya ketetapan, menurut pendapat yang lain artinya bagian. Ibnu Abbas r.a., Mujahid, Ad-Dahhak, Al-Hasan, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang menyebutkan bahwa mereka meminta agar azab disegerakan bagi mereka. Qatadah menambahkan, bahwa semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya. Ya Allah, jika betul (Al-Qur'an) ini dialah yang benar dari sisi Engkau, maka hujanilah kami dengan batu dari langit, atau datangkanlah azab yang pedih. (Al-Anfal: 32) Menurut pendapat lain, mereka memita agar bagian dari surga disegerakan buat mereka, jika surga itu memang ada, agar mereka dapat merasakannya di dunia.
Sesungguhnya hal ini diungkapkan oleh mereka hanyalah sebagai reaksi dari ketidakpercayaan mereka terhadapnya, dan bahwa itu mustahil terjadi. Ibnu Jarir mengatakan bahwa mereka meminta agar kebaikan atau keburukan yang berhak mereka terima disegerakan di dunia ini. Pendapat yang dikemukakannya cukup baik, dan berkisar pada pengertian inilah apa yang diikatakan oleh Ad-Dahhak dan Ismail ibnu Abu Khalid.
Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Mengingat ucapan yang dikeluarkan oleh kaum musyrik ini mengandung cemoohan dan ungkapan rasa tidak percaya, maka Allah ﷻ memerintahkan kepada Rasul-Nya agar bersabar dalam menghadapi gangguan mereka yang menyakitkan itu, dan memberi kabar gembira kepadanya bahwa dengan kesabarannya itu iaakan mendapat kesudahan yang baik, pertolongan dari Allah, dan kemenangan."
Dan mereka dengan nada sinis dan penuh keingkaran berkata, 'Ya Tuhan kami, segerakanlah azab yang diperuntukkan bagi kami sebelum hari perhitungan. ' Dengan ucapan ini mereka bermaksud memperolok Nabi yang menyampaikan bahwa ancaman yang Allah tujukan kepada mereka adalah azab di hari Kiamat (Lihat pula: Surah al-Anf'l/8: 32)17. Allah meminta Nabi bersabar dalam menghadapi keingkaran orang-orang musyrik, sebagaimana nabi-nabi terdahulu juga menghadapi rintangan yang sama. Bersabarlah wahai Nabi Muhammad atas apa yang mereka katakan dan tuduhkan kepadamu bahwa kamu adalah pendusta dan penyihir. Dan ingatlah akan kisah seorang hamba sebelum kamu yang Kami utus, yaitu Nabi Dawud, yang mempunyai kekuatan dalam memahami dan menjalankan ajaran agama. Sungguh dia sangat taat dan selalu mengembalikan urusannya kepada Allah. Bila merasa bersalah, ia pun segera minta ampun kepada Allah.
Pada ayat ini, Allah mengungkapkan keingkaran orang-orang kafir Mekah terhadap azab yang diancamkan kepada mereka. Mereka memperolok-olokkan Rasulullah setelah mendengar bahwa azab yang diancamkan kepada mereka itu ialah azab di hari Kiamat. Mereka meminta kepada Allah agar azab yang diancamkan kepada mereka itu dipercepat datangnya dan tidak perlu ditunggu hingga hari perhitungan tiba.
Allah berfirman:
Dan (ingatlah), ketika mereka (orang-orang musyrik) berkata, "Ya Allah, jika (Al-Qur'an) ini benar (wahyu) dari Engkau, maka hujanilah kami dengan batu dari langit, atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih." (al-Anfal/8: 32)
Menurut riwayat Imam an-Nasa'i dari Ibnu 'Abbas, bahwa orang yang meminta agar siksa Allah disegerakan datangnya itu ialah an-Nadhir bin al-harits bin 'Alaqah bin Kaladah. An-Nadhir mati terbunuh dalam perang Badar.
Yang dimaksud dengan hari perhitungan ialah hari diperiksanya setiap amal seseorang, dengan pemeriksaan yang teliti agar mendapat balasan yang sesuai dengan amalnya. Terjadinya hari perhitungan itu didahului oleh teriakan keras yang membinasakan seluruh kehidupan pada hari Kiamat.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
SURAH SHAAD
(SHAAD)
SURAH KE-38
88 AYAT
DITURUNKAN DI MEKAH
(AYAT 1-88)
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Pengasih.
KEINGKARAN KEPADA RASUL DAN AJARAN TAUHID
Ayat 1
“Shaad."
Tentu saja pada umumnya pendapat yang merata dalam kalangan ahli-ahli tafsir bahwa huruf di awal surah hanya Allah saja yang tahu apa maksudnya. Tetapi ada juga yang menafsirkannya sebagai potongan dari nama
“Demi Al-Qur'an yang mempunyai peringatan."
Tuntunan, bimbingan. Peringatan tentang berita orang yang dahulu, perkabaran orang yang sekarang dan bagaimana yang akan terjadi nanti, dan peringatan tentang dunia dan tentang akhirat, bahwa untuk kebahagiaan hidup di akhirat isilah baik-baik hidup di dunia ini dengan amalan yang saleh.
Ayat 2
“Namun orang-orang yang kafir (senantiasa) dalam kesombongan dan memusuhi."
Artinya meskipun telah dimulai oleh pernah dengan sumpahnya sendiri, bahwa Al-Qur'an itu penuh berisi peringatan, kemuliaan, dan panduan bagi hidup manusia, namun orang yang kafir masih tetap dalam kesombongannya, rasa benci, dan memusuhi. Sombong dan rasa permusuhan itulah yang menyebabkan mereka jadi kafir. Kalau bukan karena sombong tidak ada peringatan Al-Qur'an itu yang tidak ada faedahnya bagi manusia. Tidaklah Al-Qur'an itu menyuruhkan yang jahat dan mencegah yang baik. Tidaklah A!-Qur'an itu menunjukkan jalan yang salah. Laksana perkataan orang di zaman modern kita ini, yaitu karena sombong, benci, dan bermusuh maka dengan apriori (belum mengadakan usul periksa) mereka sudah menolak.
Begitulah tetap terjadi pada setiap zaman, hatta pun zaman empat belas abad sesudah Nabi Muhammad ﷺ meninggal.
Ayat 3
“Sudah berapa banyak Kami binasakan berbagai angkatan dari sebelum mereka."
Artinya sudah banyaklah angkatan demi angkatan, generasi demi generasi yang telah Kami binasakan. Sebab utama dari kebinasaan itu ialah kesombongan mereka dan lupa mereka akan kedudukan mereka dalam alam ini. Karena menyangka, bahwa mereka berkuasa sendiri, sehingga Allah pun hendak mereka lawan juga. Sudah banyak diterangkan di dalam Al-Qur'an generasi-generasi yang telah dimusnahkan Allah ﷻ itu. Seperti ‘Ad dan Tsamud dalam kalangan Arab, penduduk Sadum dan Gamurrah, penduduk Aikah dan Madyan; “Maka mereka pun memanggil-manggil, “ artinya bersorak-sorak meminta tolong, memanggil nama Allah ﷻ memohon dilepaskan dari adzab dan siksaan, sehingga kesombongan semula itu hilang berganti dengan sikap makhluk yang lemah hina, kecil tidak berarti.
“Padahal bukanlah lagi saat untuk melepaskan."
Padahal bukan lagi masanya untuk merengek-rengek minta ampun, sebab hukum Allah ﷻ mesti dijalani, karena keadilan Allah mesti berlaku. Mengapa tidak dari semula perintah Allah ﷻ dijalankan, larangan Allah dihentikan? Bukankah sudah dari sejak semula, di atas dunia diperingatkan? Sehingga Nabi-nabi diutus memberikan, peringatan? Yang kalau tuntunan itu dijalankan, tidaklah sukar dan tidaklah akan berjumpa nasib seburuk ini?
Ayat 4
“Dan mereka merasa heran bahwa datang kepada mereka seorang pemberi ingat dari kalangan mereka sendiri."
Ini pun timbul dari rasa kesombongan, permusuhan, dan kebencian yang dilukiskan di ayat 2 tadi. Mereka merasa heran, bahwa pemberi ingat itu, rasul dan nabi itu hanya manusia biasa saja, dan dia itu bukan pula utusan datang dari langit, melainkan timbul dalam kalangan mereka sendiri. Kerap kali orang yang sombong dengan kedudukannya merasa tidak puas kalau seseorang mendapat kelebihan dari sisi Allah ﷻ Mereka tidak mempertimbangkan apa risalah yang dia bawa. Yang mereka pertimbangkan ialah “mengapa si anu, mengapa tidak saya."
Teringatlah kita kelakuan orang-orang feodal dan merasa mempunyai darah ke-turunan bangsawan atau berkedudukan tinggi memandang rendah terhadap orang lain, karena derajatnya tidak sama dengan dia.
“Dan berkatalah orang-orang yang kafir itu, “Ini adalah seorang tukang sihir, pembohong."
Itulah tuduhan dan cap yang diberikan oleh orang-orang yang kafir, menolak dan tidak mau percaya itu kepada pemberi ingat itu, kepada Muhammad saw,, yang timbul dalam kalangan mereka sendiri, yang mereka saksikan kejujurannya semenjak kecil, yang sebelum jadi Rasul belum pernah tercela namanya karena mengganggu orang, menganiaya atau mengambil harta benda orang atau merusak rumah tangga orang, bahkan pernah mereka jadikan pendamai ketika mereka berselisih sesama mereka tentang siapa yang lebih berhak meletakkan kembali al-Hajar al-Aswad (Batu Hitam) ke tempatnya semula. Sampai mereka beri gelar “al-Amiin “, yang dapat dipercaya.
Ayat 5
“Mengapa dia jadikan tuhan-tuhan yang banyak itu menjadi tuhan yang satu saja?"
Tidak makan di akal mereka tuhan itu mesti satu. Sejak dari nenek moyang zaman purbakala telah diterima turun-temurun ajaran bahwa tuhan itu banyak. Segala berhala-berhala itu adalah tuhan. Segala yang tersandar dan terpaku di keliling Ka'bah itu adalah tuhan. Segala yang didirikan di pinggir jalan, sebagai berhala al-Laata yang berdiri di antara Bukit Shafaa dan Marwah, itu pun tuhan. Banyak tuhan! Sekarang dia datang saja mengatakan Tuhan itu satu. Dia adalah pembohong.
Tersebutlah tentang sebab turun ayat ini, bahwa pada suatu ketika, karena tidak tahan lagi mendengar tuhan-tuhan yang mereka sembah selalu dicela oleh Nabi ﷺ maka berkumpullah beberapa pemuka musyrikin Quraisy itu bermusyawarah, sikap apa yang akan diambil untuk menghentikan serangan Muhammad ini. Yang berkumpul itu ialah Abu Jahal bin Hisyam, al-Ash bin Wail, al-Aswad, bin al-Muthalib, al-Aswad bin Abdi Yaghuts, dan beberapa orang pemuka Quraisy yang lain. Maka putuslah musyawarah mereka mengutus kepada paman beliau, Abu Thalib. Mereka berkata, “Biar kita pergi kepada Abu Thalib, kita bicara dengan dia, minta diinsafkannya anak saudaranya (kemenakannya) supaya dia berhenti mencela-cela tuhan-tuhan dan berhala-berhala kita, dan kita pun tidak akan mengganggu dia dengan menyembah tuhannya pula. Kita takut kalau orang tua ini mati akan bertambah mendalam perselisihan kita dengan dia dan kita dicela oleh seluruh Arab." Mereka akan berkata, “Ketika pamannya itu masih hidup mereka biarkan saja dia, tetapi setelah pamannya itu mati mereka ganggu dia."
Lalu mereka utuslah seorang di antara mereka menemui orang tua itu dari me-nyampaikan segala perasaan mereka. Utusan itu berkata, “Wahai AbuThalib! Anda adalah orang besar kami dan tuan kami. Kami mengharap agar Anda insafkan anak saudara Anda terhadap kami. Suruhlah dia berhenti mencaci maki tuhan-tuhan kami, kami pun akan membiarkan dia berlaku apa sukanya pula dengan Tuhannya."
Mendengar pengaduan itu Abu Thalib menyuruh panggil anak saudaranya. Setelah Rasulullah masuk ke dalam majelisnya, berkatalah dia, “Wahai anak saudaraku! Orang tua-tua kaum engkau memohon dengan perantaraanku agar engkau hentikan mencaci maki tuhan-tuhan mereka dan mereka pun berjanji tidak akan mengganggu engkau dengan Tuhanmu! “
Rasulullah menjawab, “Wahai pamanku! Bukankah aku telah mengajak mereka agar menganut ajaran yang akan lebih baik buat diri mereka sendiri?" Abu Thalib bertanya, “Apa yang engkau ajakkan kepada mereka?" Nabi menjawab, “Aku seru mereka agar mengucapkan suatu kalimat yang akan dituruti oleh seluruh Arab dan ditunduki oleh seorang Ajam."
Lalu Abu Jahal menyela, “Apakah perkataan itu coba jelaskan kepada kami?"
Beliau ﷺ menjawab, “Ucapkanlah Laa llaha Mallah."
Mendengar itu semuanya membantah, lalu Abu jahal berkata, “Serukanlah yang lain dari itu, kami berjanji akan mengikutinya." Nabi ﷺ berkata tegas, “Walaupun kalian letakkan matahari di hadapanku akan gantinya, tidaklah akan aku seru kalian selain dari mengucapkan itu." Dengan marah semuanya berdiri, lalu Abu jahal berkata, “Demi Allah! Akan kami caci maki Tuhanmu yang engkau suruh kami mempercayainya itu." Hadits ini dirawikan oleh as-Suddi.
Jelaslah dengan memerhatikan Asbabun Nuzuul ini, bahwa mereka bertahan, tidak mau percaya kepada seruan Muhammad agar mereka meninggalkan kepercayaan kepada bertuhan banyak dan hanya percaya kepada Allah Yang Esa.
Inilah yang dijelaskan pada ujung ayat,
“Sesungguhnya ini adalah sesuatu yang sangat mengherankan."
Pendeknya seruan Muhammad supaya orang hanya percaya bahwa Allah satu adalah sesuatu seruan yang sangat membuat orang jadi heran. Mana mungkin Allah hanya satu saja, padahal selama ini begini besar, mana boleh dan mana sanggup akan berkuasa sendiri.
Ayat 6
‘Dan bepergianlah pemuka-pemuka dari mereka."
Artinya, bahwa setelah jelas bahwa seruan Muhammad membawa manusia supaya meninggalkan banyak tuhan dan Allah hanya satu, maka pemuka-pemuka musyrikin keluar-lah dari rumah masing-masing memberi ingat penduduk Mekah yang dapat dipengaruhi supaya awas dan berjaga-jaga."Bahwa hendaklah kamu pergi berjalan, “ keliling ke mana-mana, seru orang banyak jangan sampai tertarik oleh seruan Muhammad, supaya agama asli nenek moyang kita jangan sampai dihancurkan, dirusakbinasakan oleh anjuran Muhammad ini, “Dan sabar atas tuhan-tuhan kamu." Artinya hendaklah kalian sabar membela tuhan-tuhan kita, berhala-berhala yangkita puja turun-temurun, hendaklah tahan hati mendengar segala celaan, cacian makian dari musuh-musuh kita, yaitu Muhammad dan orang-orang yang telah termakan ajaran yang dia bawa.
“Sesungguhnya ini adalah sesuatu yang dikehendaki “
Yaitu bahwa menyembah tuhan-tuhan atau berhala-berhala itulah yang sebenarnya dikehendaki kalau kita benar-benar hendak hidup beragama. Tuhan berbilang itulah yang benar, bukan Allah yang satu. Dan mempertahankannya dengan segala daya dari upaya yang ada pada kita, itulah pula yang dikehendaki dari kita, supaya agama kita ini jangan kalah.
Ayat 7
*Tidaklah pernah kita mendengar yang semacam ini pada agama yang lain."
Agamayanglain tidakpernah mengajarkan ini. Yang dimaksud mereka dengan agama yang lain itu ialah agama Nasrani. Agama Nasrani waktu itu pun mempercayai juga bahwa Allah itu tiga di dalam satu (tsaalisu tsalaatsah), kumpulan atau kesatuan dari tiga oknum, yaitu Allah sebagai Tuhan Bapak, Isa al-Masih sebagai Tuhan Putra dan Ruhul Qudus sebagai
Tuhan Ruh, yang pada hakikatnya adalah satu jua dan pada hakikatnya ialah tiga jua. Dan mereka berkata selanjutnya,
Ini lain tidak hanyalah dibikin-bikin saja."
Dengan ini mereka membalikkan persoalan. Menjelaskan bahwa Allah itu adalah Esa, mereka katakan hanya dibikin-bikin saja."Yang sebenarnya “ kata mereka, “tuhan itu mesti banyak! “
Ayat 8
“Apakah kepadanya diturunkan peringatan di antara kita-kita ini?"
Mengapa dia yang mesti diangkat jadi Rasul di antara kita-kita ini? Padahal begini banyak orang yang lebih pantas. Zamakhsyari menjelaskan, “Mereka tidak senang mengapa kemuliaan itu dijatuhkan kepada diri Muhammad, mengapa tidak kepada mereka. Apa benar kelebihan Muhammad itu dari mereka? Mana kekayaannya? Berapa orang budak dan hamba sahaya? Siapa benarkah dia?"Bahkan mereka itu dalam keraguan dari hal peringatanKu." Mereka ragu benar-benarkah Al-Qur'an itu wahyu yang datang dari Allah? Menurut tafsiran al-Qurthubi, sepintas lalu tidaklah mereka memungkiri bahwa selama ini Muhammad itu seorang yang jujur. Dia tidak pernah berbohong. Cuma apa yang dikatakannya wahyu dari Allah ini, benar-benarkah dia turun dari Allah ataukah dari yang lain? Dan yang lain itu tidak pula dapat mereka menunjukkan. Sebab itu maka di ujung ayat Allah ﷻ memberikan peringatan,
“Bahkan mereka belum merasakan adzab-Ku."
Artinya bahwa mereka masih tetap dalam keraguan, dalam mundur maju. Akan dikatakan Muhammad benar-benar pembohong, belum pernah mereka selama ini mendapatinya bohong. Akan diterima secara langsung seruan ini, berat meninggalkan kebiasaan berbilang tuhan.
***
TEMPELAK ATAS MUSYRIKIN
Sekarang ditunjukkanlah, bahwa mereka tidak tahu diri, tidak insaf, bahwa mereka itu adalah lemah, tidak mempunyai kekuatan apa-apa di hadapan kebesaran Allah ﷻ
Ayat 9
“Atau apakah ada di sisi mereka penbendaharaan dari rahmat Tuhan engkau, “
Artinya kalau mereka menolak, membantah dan memungkiri rahmat, nikmat Ilahi yang dianugerahkannya kepada Rasul-Nya, Muhammad ﷺ, cobalah suruh mereka menunjukkan atau membuktikan akah Allah memberikan perbendaharaan rahmat kepada mereka? Puncak perbendaharaan rahmat Ilahi ialah cita-cita yang tinggi, pelajaran yang sesuai dengan akal, dan inti aqidah yang akan jadi pegangan hidup. Kalau yang dibanggakan itu hanya semata-mata kekayaan benda, maka apalah artinya harta benda yang tidak dapat dipertahankan lama itu?
“Yang Mahaperkasa, lagi Pemberi Karunia “
Karena Yang Maha Perkasa (Aziiz) hanya Allah dan Yang Maha Pemberi Karunia dengan tidak tanggung-tanggung hanya Dia pula. Adakah semuanya itu pada kalian? Apa yang akan kalian banggakan di hadapan kekuatan ruhani yang dibawakan oleh Muhammad?
Ayat 10
“Atau adakah pada mereka kerajaan beberapa langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya."
Maksudnya ialah bahwa Allah Yang Mahakuasa, Mahagagah Perkasa, Maha Pemberi Karunia telah mengkaruniakan rahmat-Nya dan pilihan-Nya (mushaffa) terhadap Muhammad, sehingga dialah yang dipilih Allah ﷻ buat menerima wahyu yang akan diberikan sebagai tuntunan dan pimpinan bagi manusia.
Dalam pada itu mereka pun mengatakan pula bahwa Allah itu tidak mungkin hanya satu saja sebagaimana yang dikatakan Muhammad. Allah itu mesti banyak. Dalam agama lain tidak ada yang mengatakan tuhan itu hanya satu. Sekarang dihadapkanlah pertanyaan kepada mereka, bahwa kalau memang benar pendirian mereka bahwa Allah itu mesti banyak tentu ada tuhan di bumi dan ada tuhan di semua langit, dan di samping menguasai bumi, apakah mereka pun menguasai langit? Dan mereka pun menguasai apa yang ada di antara langit dengan bumi, sebagaimana matahari, bulan dan berjuta-juta bintang. Kalau memang demikian halnya.
“Maka panjatlah pada tangga-tangga itu."
Artinya, kalau memang kamu berkuasa atas kerajaan semua langit dan bumi dan apa yang ada di antara langit dan bumi, pasanglah tangga, naikilah langit itu setingkat demi setingkat, lalu cegah malaikat itu membawa wahyu ke bumi dan menghantarkannya kepada Nabi utusan Allah.
Ayat 11
“Suatu tentara di sana."
Mereka yang menantang seruan Nabi itu, mereka yang ingin menolak tersebarnya Islam adalah bersusun sebagai tentara. Di sana yaitu yang berdiri hendak berhadapan dengan kekuasaan Allah SWT, hendak berkonfrontasi dengan Allah. Perlawanan mereka itu akan sia-sia belaka.
“Mereka pasti akan dikalahkan." Meskipun mereka “terdiri dari berbagai partai."
dari berbagai golongan penantang. Pada kedatangan tiap-tiap Utusan Allah, mesti ada saja “tentara “ menyusun diri menantangnya, namun mereka tetap dikalahkan juga. Sebab itu maka “tentara “ ini bukanlah ada di zaman Nabi Muhammad saja. Dia ada di zaman segala Nabi. Sebab itu maka di ujung ayat dikatakan bahwa mereka adalah dari berbagai golongan, kelompok, atau partai. Yang kalah akhirnya mereka juga, walaupun bagaimana mereka merasa kuat.
Lalu diterangkan di antara golongan-golongan yang menantang itu dan mencapai kekalahan itu.
Ayat 12
‘Telah mendustakan sebelum mereka kaum Nuh dan ‘Ad."
Kaum ‘Ad ialah kaum yang diutus kepada mereka Nabi Hud, kaum ini dibinasakan dengan angin yang sangat dingin dan berembus kencang. (Lihat ayat 6 surah al-Haaqqah).
“Dan Firaun yang mempunyai tiang-tiang teguh."
Autaad asal artinya tiang tempat mengikatkan tenda atau kemah, yang dihunjamkan dengan kuat dan teguh lebih dahulu ke dalam bumi, sehingga tenda atau kemah itu tidak dapat runtuh digoncangkan angin. Dia boleh juga diartikan dengan orang-orang besar pem-bantu Fir'aun dalam memerintah, atau kepala-kepala perangnya yang gagah berani. Ada juga yang menafsirkan autaad itu dengan bekas-bekas bangunan yang dibangun oleh Fir'aun-Fir'aun raja-raja Mesir itu, sebagaimana Pyramide, Abu Houl, Luxor, dan lain-lain yang sudah lebih dari empat ribu tahun sampai sekarang, namun bekasnya masih didapati dan diselidiki sampai sekarang.
Ayat 13
“Dan Tsamud."
Persamaan dengan kaum ‘Ad yang didatangi Nabi Hud, maka kaum ‘Ad ini adalah kabilah-kabilah Arab yang telah punah (Baaidah). Allah ﷻ mengutus Nabi Shalih kepada mereka. Mereka melanggar janji dengan Allah SWT, karena membunuh Unta Allah. Mereka dibinasakan dengan kedatangan hujan lebat, petir sabung-menyabung, negerinya terendam banjir, sesudah tiga hari tiga malam menderita sakit tha'un yang dahsyat.
“Dan Kaum Luth “ penduduk negeri Sadum yang ditunggangbalikkan dengan terjadinya gempa besar, sehingga semuanya musnah. Kecuali Shalih dan orang-orang yang beriman yang disuruh keluar lebih dahulu dari negeri itu, “Dan penduduk Aikah, “ satu negeri di tepi pantai berdekatan dengan negeri Madyan, yang kepada kedua negeri itu diutus Allah ﷻ Nabi Syu'aib. Kaum ini pun hancur binasa.
“Mereka semuanya itu golongan-golongan bersekutu."
Dan semuanya hancur lumat tidak bangkit lagi.
Ayat 14
“Tidaklah semuanya itu melainkan mendustakan rasul-rasul."
Artinya bahwa itulah pokok kesalahan mereka. Setiap yang diserukan oleh Rasul itu, itulah yang mereka tantang. Nuh melarang menyembah berhala, kaumnya itu memperkeras pemujaan berhala. Musa meminta kepada Fir'aun agar Bani Israil dibebaskan dari per-budakan agar merdeka menjalankan agama Tauhidnya, Fir'aun menghalanginya. Syu'aib melarang kaumnya berniaga secara curang, mereka tidak mau berhenti berniaga secara curang. Nabi Shalih mengingatkan agar unta Allah dipelihara baik-baik, mereka sembelih unta itu. Nabi Luth melarang keras laki-laki memperbini laki-laki: mereka coba hendak mengganggu malaikat-maiaikat utusan Allah sendiri,
“Maka pantaslah menerima hukuman-Ku."
Artinya datangnya hukuman adalah karena kesalahan mereka sendiri, karena peringatan telah cukup lebih dahulu.
Artinya bahwa jika Allah hendak menghukum suatu kaum, tidaklah terlalu lama mereka menunggu. Pekikan satu kali di sini ialah laksana komando dari Allah ﷻ yang dijalankan oleh malaikat. Seumpama adanya kalimat (jj=) = Ku n, yang artinya ‘Terjadilah! “ maka yang dikehendaki Allah ﷻ itu pun terjadi.
‘Tidak ada baginya saat berselang."
Dapatlah kita lihat perumpamaan “komando “ Allah ﷻ itu atau “pekik satu kali “ itu pada perjalanan sejarah yang baru saja kita alami. Kekuasaan Belanda di Indonesia yang berlarut-larut sampai 350 tahun, dalam sehari mendaratnya tentara Jepang dalam bulan Maret 1942 di Jakarta, habislah sejarah 350 tahun itu.
Kemenangan tentara Jepang di Asia Timur Raya yang mereka memusnahkan dalam masa hampir empat tahun, dengan jatuhnya bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, maka seluruh meriam berhenti berbunyi, seluruh bedil membisu, seluruh kapal terbang tidak bergerak lagi. Kalah total! Itulah perumpamaannya.
Ayat 15
“Dan tidaklah ada yang ditunggu oleh mereka semuanya melainkan pekikan satu kali."
Ayat 16
“Dan mereka berkata, “Ya Tuhan kami! Cepatkanlah adzab yang telah ditentukan buat kami, sebelum hari berhisab."
Maksud ayat ini ialah berisi “padahal “ ya itu padahal selama ini mereka menantang kepada Rasulullah, bahkan kepada Allah sendiri. Kalau kami memang mesti diadzab karena tidak mau percaya kepada keterangan-keterangan yang dibawa oleh Muhammad ﷺ, sekarang jugalah datangkan adzab itu, jangan tunggu lagi sampai hari Kiamat.