Ayat
Terjemahan Per Kata
جُندٞ
bala tentara
مَّا
apa
هُنَالِكَ
ada disana
مَهۡزُومٞ
dibinasakan/dikalahkan
مِّنَ
dari
ٱلۡأَحۡزَابِ
golongan yang berserikat
جُندٞ
bala tentara
مَّا
apa
هُنَالِكَ
ada disana
مَهۡزُومٞ
dibinasakan/dikalahkan
مِّنَ
dari
ٱلۡأَحۡزَابِ
golongan yang berserikat
Terjemahan
Bala tentara yang berada di sana dari golongan yang bersekutu (untuk mengalahkan Rasul Kami) tentu akan dikalahkan.
Tafsir
(Suatu tentara) maksudnya, suatu pasukan yang hina (di sana) yang telah mendustakanmu (pasti dikalahkan) menjadi sifat bagi lafal Jundun, sekalipun mereka terdiri (dari golongan-golongan yang bersekutu) lafal ayat ini menjadi sifat pula bagi lafal Jundun. Yakni suatu pasukan yang sama dengan pasukan-pasukan yang berserikat sebelum kamu yang memerangi para nabi. Pasukan-pasukan dahulu itu dapat dikalahkan dan dibinasakan, maka demikian pula mereka yang bersekutu untuk menghancurkanmu akan Kami binasakan pula.
Tafsir Surat Sad: 4-11
Dan mereka heran karena mereka kedatangan seorang pemberi peringatan (rasul) dari kalangan mereka; dan orang-orang kafir berkata, "Ini adalah seorang ahli sihir yang banyak berdusta. Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan Yang Satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan. Dan pergilah pemimpin-pemimpin mereka (seraya berkata), "Pergilah kamu dan tetaplah (menyembah) tuhan-tuhanmu, sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang dikehendaki. Kami tidak pernah mendengar hal ini dalam agama yang terakhir; ini (mengesakan Allah), tidak lain hanyalah (dusta) yang diada-adakan, mengapa Al-Qur'an itu diturunkan kepadanya di antara kita? Sebenarnya mereka ragu-ragu terhadap Al-Qur'an-Ku, dan sebenarnya mereka belum merasakan azab-Ku.
Atau apakah mereka itu mempunyai perbendaharaan rahmat Tuhanmu Yang Maha Perkasa lagi Maha Pemberi. Atau apakah bagi mereka kerajaan langit dan bumi dan yang ada di antara keduanya? (Jika ada), maka hendaklah mereka menaiki tangga-tangga (ke langit). Suatu tentara yang besar yang berada di sana dari golongan-golongan yang berserikat, pasti akan dikalahkan. Allah ﷻ berfirman, menceritakan perihal orang-orang musyrik yang merasa heran dengan diutusnya Nabi Muhammad ﷺ sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. Seperti yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya: Patutkah menjadi keheranan bagi manusia bahwa Kami mewahyukan kepada seorang laki-laki di antara mereka, "Berilah peringatan kepada menusia dan gembirakanlah orang-orang beriman, bahwa mereka mempunyai kedudukan yang tinggi di sisi Tuhan mereka.
Orang-orang kafir berkata, "Sesungguhnya orang ini (Muhammad) benar-benar adalah tukang sihir yang nyata. (Yunus: 2) Adapun firman Allah ﷻ: Dan mereka heran karena mereka kedatangan seorang pemberi peringatan (rasul) dari kalangan mereka (Shad: 4) Yakni manusia sama dengan mereka. Dan orang-orang kafir berkata: Ini adalah seorang ahli sihir yang banyak berdusta. Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan Yang Satu suja? (Shad: 4-5) Maksudnya, apakah dia mengira bahwa Tuhan yang wajib disembah itu hanya satu saja, yang tidak ada Tuhan selain Dia? Hal ini diungkapkan oleh orang-orang musyrik sebagai ungkapan rasa ingkar mereka terhadap keesaan Tuhan, semoga Allah melaknat mereka.
Mereka merasa heran bila kemusyrikan yang selama ini harus mereka tinggalkan karenanya, padahal mereka telah menerimanya dari nenek moyang mereka yaitu menyembah berhala-berhalayang telah menjadi kecintaan mereka. Ketika Rasulullah ﷺ menyeru mereka untuk melenyapkan kecintaan menyembah berhala dari hati mereka, lalu menggantinya dengan mengesakan Allah ﷻ, maka mereka merasa heran dan merasa berdosa besar dengan hal tersebut. Karenanya mereka mengatakan: Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan Yang Satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan.
Dan pergilah pemimpin-pemimpin mereka. (Shad: 5-6) Yang dimaksud dengan al-mala ialah pemuka, pemimpin, dan pembesar mereka. Mereka pergi seraya mengatakan: [] Pergilah kamu (Shad: 6) Yakni tetaplah pada agama kalian dan bertahanlah (menyembah) tuhan-tuhanmu (Shad: 6) Artinya, janganlah kamu menuruti ajaran tauhid yang diserukan oleh Muhammad kepada kamu. Firman Allah ﷻ: sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang dikehendaki (Shad: 6) Ibnu Jarir mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah sesungguhnya ajaran tauhid yang diserukan oleh Muhammad kepada kita benar-benar dijadikannya sebagai sarana untuk meraih kedudukan yang tinggi di atas kalian, juga agar kalian semua menjadi pengikutnya, dan kita tidak akan mau menerima seruannya itu.
Latar Belakang Turunnya Ayat yang Mulia Ini As-Saddi menceritakan bahwa sesungguhnya sejumlah orang Quraisy mengadakan suatu pertemuan, yang antara lain dihadiri oleh Abu Jahal ibnu Hisyam, Al-As ibnu Wa'il, Al-Aswad ibnu Muttalib, dan Al-Aswad ibnu Abdu Yagus bersama sejumlah pemuka kabilah Quraisy. Sebagian dari mereka berkata kepada sebagian yang lain.Marilah kita berangkat menuju tempat Abu Talib, kita harus berbicara kepadanya tentang keponakannya itu, mudah-mudahan kita terbebas dari gangguannya dan dia tidak lagi mencaci maki sembahan-sembahan kita, maka kita akan membiarkan dia dan Tuhan yang disembahnya.
Karena sesungguhnya kita khawatir bila syekh (Abu Talib) ini mati, lalu dia (Nabi ﷺ) harus kita tangkap, maka orang-orang Arab akan mencela kita semua. Mereka akan mengatakan bahwa kita membiarkannya. Dan manakala Abu Talib mati meninggalkannya, baru kita berani menangkapnya. Maka mereka mengutus seorang lelaki dari kalangan mereka yang dikenal dengan nama Al-Muttalib, lalu Al-Muttalib meminta izin masuk kepada Abu Talib untuk mereka, seraya mengatakan, "Mereka adalah para tetua kaummu dan para hartawannya ingin bertemu denganmu." Abu Talib menjawab, "Persilakanlah mereka masuk." Setelah menemui Abu Talib, mereka berkata, "Hai Abu Talib, engkau adalah pemimpin dan penghulu kami, bebaskanlah kami dari ulah keponakanmu itu, perintahkanlah kepadanya agar dia menahan diri dan tidak lagi mencaci maki sembahan-sembahan kami, maka kami akan membiarkan dia bebas bersama Tuhan yang disembahnya." Abu Talib memanggil Nabi ﷺ Ketika Rasulullah ﷺ telah masuk menemuinya, maka Abu Talib berkata, "Hai Keponakanku, mereka adalah tetua kaummu dan orang-orang terhormatnya, mereka telah meminta agar kamu menahan diri dan menghentikan caci makimu terhadap sembahan-sembahan mereka, maka mereka akan membiarkanmu dan sembahanmu." Rasulullah ﷺ menjawab, "Hai Paman, apakah tidak boleh aku menyeru mereka kepada sesuatu yang lebih baik bagi mereka?" Abu Talib bertanya, "Apakah yang engkau serukan kepada mereka (untuk mengikutinya)?" Rasulullah ﷺ menjawab, "Aku ajak mereka untuk mengucapkan suatu kalimah, yang dengan kalimah itu semua orang Arab akan tunduk kepada mereka dan mereka dapat menguasai orang-orang Ajam (non-Arab)." Abu Jahal laknatullah yang ada di antara kaum berkata, Demi ayahmu, katakanlah apakah kalimah itu, sungguh kami akan memberikannya kepadamu dan sepuluh kali lipatnya." Rasulullah ﷺ bersabda: Kalian ucapkan, "Tidak ada Tuhan melainkan Allah.
Mereka menolak dan mereka berkata, "Mintalah kepada kami selainnya!" Rasulullah ﷺ bersabda: Sekiranya kalian dapat mendatangkan matahari kepadaku, lalu kalian letakkan di tanganku, aku tidak akan meminta kepada kalian selain darinya (kalimah tauhid itu) Maka mereka pergi darinya dalam keadaan marah seraya berkata, "Demi Tuhan, kami benar-benar akan mencaci maki kamu dan Tuhanmu yang telah memerintahkanmu menyampaikan hal ini." Dan pergilah pemimpin-pemimpin mereka (seraya berkata), "Pergilah kamu dan tetaplah (menyembah) tuhan-tuhanmu, sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang dikehendaki" (Shad: 6) Ibnu Abu Hatim dan Ibnu Jarir telah meriwayatkan hadis ini, dan Ibnu Jarir dalam riwayatnya menambahkan, bahwa setelah para pemimpin Quraisy keluar, Rasulullah ﷺ menyeru pamannya untuk mengucapkan kalimah, "Tidak ada Tuhan melainkan Allah ﷻ" Tetapi Abu Talib menolak, bahkan berkata, "Tidak, bahkan tetap pada agama para tetua." Lalu turunlah firman-Nya: Sesungguhnya kamu tidak dapat memberi petunjuk kepada orang yang engkau sukai (Al-Qasas: 56) Abu Ja'far ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib dan Ibnu Waki'.
Keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Usamah, telah menceritakan kepada kami Al-A'masy, telah menceritakan kepada kami Abbad, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa ketika Abu Talib sakit keras, serombongan orang-orang Quraisy datang menjenguknya, di antaranya terdapat Abu Jahal. Mereka berkata, "Sesungguhnya keponakanmu telah mencaci maki sembahan-sembahan kami dan melakukan serta mengatakan anu dan anu. Maka sebaiknya engkau panggil dia, lalu kita suruh dia agar menghentikan perbuatannya itu." Abu Talib menyuruh seseorang untuk memanggilnya, dan ia (Nabi Saw) datang dan masuk ke dalam rumah.
Saat itu terdapat jarak yang cukup untuk duduk seseorang antara mereka dan Abu Talib. Melihat kedatangan Nabi Saw, Abu Jahal merasa khawatir jika Nabi ﷺ duduk di dekat Abu Talib. Maka Abu Talib akan lebih kasihan kepada keponakannya dan akan memihaknya. Abu Jahal cepat-cepat melompat dan menempati tempat itu, sehingga Rasulullah ﷺ tidak menemukan tempat duduk yang terdekat dengan pamannya. Maka beliau terpaksa duduk di dekat pintu. Abu Talib berkata kepadanya, "Hai Anak Saudaraku, mengapa kaummu ini mengadukan perihalmu, dan mereka menuduh bahwa kamu telah mencaci maki sembahan-sembahan mereka dan kamu katakan anu dan anu?" Maka berhamburanlah dari mereka kata-kata yapg menyudutkan Rasulullah ﷺ Akhirnya Rasulullah ﷺ angkat bicara dan berkata, "Hai paman, sesungguhnya aku menginginkan mereka kepada suatu kalimah yang harus mereka katakan, maka semua orang Arab akan tunduk patuh kepadanya dan orang-orang Ajam akan membayar Jizyah (upeti) kepada mereka berkat kalimah itu." Mereka terkejut dengan jawaban yang dikemukakan oleh Rasulullah ﷺ dan suatu kalimah yapg dikehendakinya itu.
Maka mereka mengatakan, "Hanya satu kalimah saja, baiklah. Demi ayahmu, sepuluh pun kami sanggup." Mereka berkata, "Kalimah apakah itu?" Dan Abu Talib pun bertanya, "Benar, hai keponakanku, kalimah apakah itu?" Rasulullah ﷺ menjawab: Tidak ada Tuhan melainkan Allah. Maka mereka berdiri dengan terkejut seraya menepiskan baju mereka, lalu berkata, sebagaimana yang disitir oleh firman-Nya: Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan Yang Satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan. (Shad: 8) Ibnu Jarir mengatakan bahwa demikianlah kisah turunnya ayat ini sampai dengan firman-Nya: dan sebenarnya mereka belum merasakan azab-Ku (Shad: 8) Menurut lafaz yang dikemukakan oleh Abu Kuraib.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Imam Nasai melalui hadis Muhammad ibnu Abdullah ibnu Namir; keduanya dari Abu Usamah, dari Al-A'masy, dari Abbad tanpa dinisbatkan kepadanya dengan lafaz yang semisal. Imam Turmuzi, Imam Nasai, Ibnu Abu Hatim, dan Ibnu Jarir telah meriwayatkan pula hadis ini, semuanya mengetengahkannya di dalam kitab tafsir masing-masing melalui Sufyan As-Sauri, dari Al-A'masy, dari Yahya ibnu Imarah Al-Kufi, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas r.a., lalu disebutkan hal yang semisal.
Imam Turmuzi mengatakan hadis ini hasan. Firman Allah ﷻ yang menyitir ucapan mereka, yaitu: Kami tidak pernah mendengar hal ini dalam agama yang terakhir. (Shad: 7) Yakni kami belum pernah mendengar ajaran tauhid yang diserukan oleh Muhammad ini dalam agama yang terakhir. Menurut Mujahid, Qatadah, dan Abu Zaid, yang mereka maksudkan adalah agama orang-orang Quraisy. Selain mereka mengatakan bahwa agama yang dimaksud adalah agama Nasrani, menurut Muhammad ibnu Ka'b dan As-Saddi. Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a., bahwa makna yang dimaksud ialah, "Kami belum pernah mendengar ini dalam agama yang terakhir, yakni agama Nasrani." Dan mereka mengatakan bahwa sekiranya Al-Qur'an ini benar, tentulah orang-orang Nasrani menceritakannya kepada kami.
Ini tidak lain hanyalah (dusta) yang diada-adakan. (Shad: 7) Mujahid dan Qatadah mengatakan bahwa ikhtilaq ialah dusta. Ibnu Abbas mengatakan bahwa ikhtilaq ialah dugaan. Firman Allah: mengapa Al-Qur'an itu diturunkan kepadanya di antara kita? (Shad: 8) Mereka menganggap mustahil bila Al-Qur'an hanya diturunkan kepada Muhammad ﷺ secara khusus di antara mereka semuanya. Di dalam ayat lain disebutkan oleh firman-Nya: Mengapa Al-Qur'an ini tidak diturunkan kepada seorang besar dari salah satu dua negeri (Mekah dan Thaif) ini (Az-Zukhruf: 3,) Dan firman Allah ﷻ: Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam hidupan dunia, dan kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat (Az-Zukhruf: 32) Karena itulah ketika mereka mengatakan jawaban tersebut yang menunjukkan kebodohan mereka sendiri dan betapa dangkalnya akal mereka, sebab mereka menganggap mustahil Al-Qur'an diturunkan kepada rasul yang ada di antara mereka.
Maka Allah ﷻ berfirman. sebenarnya mereka belum merasakan azab-Ku. (Shad: 8) Yakni sesungguhnya mereka mengatakan demikian hanyalah karena sampai saat mereka mengucapkan kata-katanya itu masih belum merasakan azab dan pembalasan Allah. Maka kelak mereka akan mengetahui akibat dari apa yang mereka katakan dan apa yang; mereka dustakan itu, yaitu pada hari ketika itu mereka diseret ke neraka Jahanam dengan sebenar-benarnya. Selanjutnya Allah ﷻ berfirman, menjelaskan bahwa Dialah Yang mengatur kerajaan-Nya lagi Maha Berbuat terhadap apa yang dikehendaki-Nya. Yang memberi siapa yang dikehendaki-Nya apa yang dikehendakiNya, Yang memuliakan siapa yang dikehendaki-Nya, Yang menghinakan siapa Yang dikehendaki-Nya, Yang memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya,-dan Yang menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya.
Dia menurunkan Malaikat Jibril membawa perintah-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya, dan Dia pulalah yang mengunci mati kalbu siapa yang dikehendaki-Nya. Karena itu, tiada seorang pun yang dapat memberinya petunjuk selain Allah. Dan sesungguhnya semua hamba itu tidak memiliki sesuatu pun dari urusan ini, mereka tidak berhak untuk mengatur kerajaan ini, dan mereka tidak memiliki barang secuil pun dari apa yang ada padanya.
Karena itulah maka Allah ﷻ berfirman mengingkari kata-kata mereka itu: Atau apakah mereka itu mempunyai perbendaharaan rahmat Tuhanmu Yang Mahaperkasa lagi Maha Pemberi (Shad: 9) Yakni Mahaperkasa yang Zat-Nya tidak dapat dijangkau lagi Maha Pemberi Yang memberi kepada siapa yang dikehendaki-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Ayat ini mirip maknanya dengan ayat lain yang disebutkan melalui firman-Nya: Ataukah ada bagi mereka bagian dari kerajaan (kekuasaan)? Kendatipun ada, mereka tidak akan memberikan sedikit pun (kebajikan) kepada manusia, ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) lantaran karunia yang Allah telah berikan kepada manusia itu? Sesungguhnya Kami telah memberikan Kitab dan Hikmah kepada keluarga Ibrahim, dan Kami telah memberikan kepadanya kerajaan yang besar.
Maka di antara mereka (orang-orang yang dengki itu) ada orang-orang yang beriman kepadanya, dan di antara mereka ada orang-orang yang menghalangi (manusia) dari beriman kepadanya. Dan cukuplah (bagi mereka) Jahanam yang menyala-nyala apinya. (An-Nisa: 53-55) Firman Allah ﷻ: Katakanlah, "Kalau seandainya kamu mengusai perbendaharaan-perbendaharaan rahmat Tuhanku, niscaya perbendaharaan itu kamu tahan, karena takut membelanjakannya. Dan adalah manusia itu sangat kikir. (Al-Isra: 100) Demikian itu diungkapkan sesudah menceritakan perihal orang-orang yang kafir, bahwa mereka mengingkari diutusnya rasul manusia ﷺ Hal yang sama disebutkan dalam kisah-Nya tentang kaum Saleh a.s. ketika mereka mengatakan: Apakah wahyu itu diturunkan kepadanya di antara kita? Sebenarnya dia adalah seorang yang amat pendusta lagi sombong.
Kelak mereka akan mengetahui siapakah yang sebenarnya amat pendusta lagi sombong. (Al-Qamar: 25-26) Adapun firman Allah ﷻ: Atau apakah bagi mereka kerajaan langit dan bumi dan yang ada di antara keduanya? (Jika ada) maka hendaklah mereka menaiki tangga-tangga (ke langit). (Shad: 10) Yakni jika mereka mempunyai hal tersebut, hendaklah mereka menaiki tangga menuju ke langit. Ibnu Abbas r.a., Mujahid, Sa'id ibnu Jubair, Qatadah, dan lain-lainnya mengatakan makna yang dimaksud ialah jalan-jalan menuju ke langit. Ad-Dahhak mengatakan bahwa hendaklah mereka menaiki langit sampai lapis yang ketujuh.
Dalam firman selanjutnya disebutkan: Suatu tentara yang besar yang berada di sana dari golongan-golongan yang bersekutu, pasti akan dikalahkan. (Shad: 11) Yakni bala tentara yang mendustakan itu yang sekarang berada dalam kejayaan, kelak akan dikalahkan dan dihancurkan sebagaimana telah dihancurkan orang-orang yang sebelum mereka dari kalangan golongan-golongan yang bersekutu lagi mendustakan. Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya: Atau apakah mereka mengatakan, "Kami adalah satu golongan yang bersatu yang pasti menang.
Golongan itu pasti akan dikalahkan dan mereka akan mundur ke belakang. (Al-Qamar: 44-45) Hal tersebut terjadi dalam Perang Badar, lalu dalam firman selanjutnya disebutkan. Sebenarnya hari kiamat itulah hari yang dijanjikan kepada mereka, dan kiamat itu lebih dahsyat dan lebih pahit. (Al-Qamar: 46)"
Mereka yang ingkar itu laksana kelompok besar bala tentara yang berada di suatu tempat sana yang akan dikalahkan oleh kelompok kecil yang memiliki keyakinan kuat dan keteguhan iman. Mereka kalah ka-rena perjuangan mereka tidak didasari keyakinan yang kukuh, melain-kan rasa iri dan kesombongan. 12. Kebenaran pasti akan menang melawan kebatilan, dan hal itu terbukti dengan hancurnya para penentang nabi-nabi terdahulu. Bila kaum musyrik Mekah mendustakan Nabi Muhammad maka sebelum mereka itu kaum Nabi Nuh, 'Ad, dan Fir'aun yang mempunyai bala tentara yang banyak juga telah mendustakan rasul-rasul Allah. Musuh Nabi Nuh dihancurkan dengan banjir besar, kaum 'Ad dengan angin kencang, dan Fir'aun ditenggelamkan di laut Merah.
Pada ayat ini, Allah menjelaskan bahwa keadaan orang-orang musyrik Mekah yang mendustakan kerasulan Muhammad dan mengingkari agama tauhid laksana bala tentara yang besar, yang merupakan gabungan dari kesatuan-kesatuan tentara. Bala tentara yang bersekutu bergerak untuk menghancurkan kaum Muslimin itu pasti dapat dikalahkan, karena landasan perjuangan mereka tidak didasarkan pada keyakinan yang kokoh, akan tetapi hanyalah karena hasad dan sombong.
Peristiwa seperti digambarkan dalam ayat ini bukanlah terjadi pada saat diturunkannya ayat, karena pada saat itu kaum Muslimin belum mempunyai tentara, jumlah pengikutnya pun masih sedikit, dan belum ada tanda-tanda untuk menyusun kekuatan yang dapat mengalahkan bala tentara gabungan seperti digambarkan dalam ayat. Akan tetapi, peristiwa itu baru terjadi pada saat terjadinya perang Badar, dimana kaum musyrikin yang jumlahnya berlipat ganda melebihi kaum Muslimin dapat dikalahkan atas bantuan Allah. Firman Allah:
Atau mereka mengatakan, "Kami ini golongan yang bersatu yang pasti menang." Golongan itu pasti akan dikalahkan dan mereka akan mundur ke belakang. Bahkan hari Kiamat itulah hari yang dijanjikan kepada mereka dan hari Kiamat itu lebih dahsyat dan lebih pahit. (al-Qamar/54: 44-46)
Penjelasan yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya yang terdapat dalam ayat ini termasuk salah satu di antara mukjizat Nabi dan sekaligus sebagai tanda kebenaran wahyu yang diterimanya bahwa wahyu itu benar-benar dari Allah bukan buatan Muhammad.
.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
SURAH SHAAD
(SHAAD)
SURAH KE-38
88 AYAT
DITURUNKAN DI MEKAH
(AYAT 1-88)
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Pengasih.
KEINGKARAN KEPADA RASUL DAN AJARAN TAUHID
Ayat 1
“Shaad."
Tentu saja pada umumnya pendapat yang merata dalam kalangan ahli-ahli tafsir bahwa huruf di awal surah hanya Allah saja yang tahu apa maksudnya. Tetapi ada juga yang menafsirkannya sebagai potongan dari nama
“Demi Al-Qur'an yang mempunyai peringatan."
Tuntunan, bimbingan. Peringatan tentang berita orang yang dahulu, perkabaran orang yang sekarang dan bagaimana yang akan terjadi nanti, dan peringatan tentang dunia dan tentang akhirat, bahwa untuk kebahagiaan hidup di akhirat isilah baik-baik hidup di dunia ini dengan amalan yang saleh.
Ayat 2
“Namun orang-orang yang kafir (senantiasa) dalam kesombongan dan memusuhi."
Artinya meskipun telah dimulai oleh pernah dengan sumpahnya sendiri, bahwa Al-Qur'an itu penuh berisi peringatan, kemuliaan, dan panduan bagi hidup manusia, namun orang yang kafir masih tetap dalam kesombongannya, rasa benci, dan memusuhi. Sombong dan rasa permusuhan itulah yang menyebabkan mereka jadi kafir. Kalau bukan karena sombong tidak ada peringatan Al-Qur'an itu yang tidak ada faedahnya bagi manusia. Tidaklah Al-Qur'an itu menyuruhkan yang jahat dan mencegah yang baik. Tidaklah A!-Qur'an itu menunjukkan jalan yang salah. Laksana perkataan orang di zaman modern kita ini, yaitu karena sombong, benci, dan bermusuh maka dengan apriori (belum mengadakan usul periksa) mereka sudah menolak.
Begitulah tetap terjadi pada setiap zaman, hatta pun zaman empat belas abad sesudah Nabi Muhammad ﷺ meninggal.
Ayat 3
“Sudah berapa banyak Kami binasakan berbagai angkatan dari sebelum mereka."
Artinya sudah banyaklah angkatan demi angkatan, generasi demi generasi yang telah Kami binasakan. Sebab utama dari kebinasaan itu ialah kesombongan mereka dan lupa mereka akan kedudukan mereka dalam alam ini. Karena menyangka, bahwa mereka berkuasa sendiri, sehingga Allah pun hendak mereka lawan juga. Sudah banyak diterangkan di dalam Al-Qur'an generasi-generasi yang telah dimusnahkan Allah ﷻ itu. Seperti ‘Ad dan Tsamud dalam kalangan Arab, penduduk Sadum dan Gamurrah, penduduk Aikah dan Madyan; “Maka mereka pun memanggil-manggil, “ artinya bersorak-sorak meminta tolong, memanggil nama Allah ﷻ memohon dilepaskan dari adzab dan siksaan, sehingga kesombongan semula itu hilang berganti dengan sikap makhluk yang lemah hina, kecil tidak berarti.
“Padahal bukanlah lagi saat untuk melepaskan."
Padahal bukan lagi masanya untuk merengek-rengek minta ampun, sebab hukum Allah ﷻ mesti dijalani, karena keadilan Allah mesti berlaku. Mengapa tidak dari semula perintah Allah ﷻ dijalankan, larangan Allah dihentikan? Bukankah sudah dari sejak semula, di atas dunia diperingatkan? Sehingga Nabi-nabi diutus memberikan, peringatan? Yang kalau tuntunan itu dijalankan, tidaklah sukar dan tidaklah akan berjumpa nasib seburuk ini?
Ayat 4
“Dan mereka merasa heran bahwa datang kepada mereka seorang pemberi ingat dari kalangan mereka sendiri."
Ini pun timbul dari rasa kesombongan, permusuhan, dan kebencian yang dilukiskan di ayat 2 tadi. Mereka merasa heran, bahwa pemberi ingat itu, rasul dan nabi itu hanya manusia biasa saja, dan dia itu bukan pula utusan datang dari langit, melainkan timbul dalam kalangan mereka sendiri. Kerap kali orang yang sombong dengan kedudukannya merasa tidak puas kalau seseorang mendapat kelebihan dari sisi Allah ﷻ Mereka tidak mempertimbangkan apa risalah yang dia bawa. Yang mereka pertimbangkan ialah “mengapa si anu, mengapa tidak saya."
Teringatlah kita kelakuan orang-orang feodal dan merasa mempunyai darah ke-turunan bangsawan atau berkedudukan tinggi memandang rendah terhadap orang lain, karena derajatnya tidak sama dengan dia.
“Dan berkatalah orang-orang yang kafir itu, “Ini adalah seorang tukang sihir, pembohong."
Itulah tuduhan dan cap yang diberikan oleh orang-orang yang kafir, menolak dan tidak mau percaya itu kepada pemberi ingat itu, kepada Muhammad saw,, yang timbul dalam kalangan mereka sendiri, yang mereka saksikan kejujurannya semenjak kecil, yang sebelum jadi Rasul belum pernah tercela namanya karena mengganggu orang, menganiaya atau mengambil harta benda orang atau merusak rumah tangga orang, bahkan pernah mereka jadikan pendamai ketika mereka berselisih sesama mereka tentang siapa yang lebih berhak meletakkan kembali al-Hajar al-Aswad (Batu Hitam) ke tempatnya semula. Sampai mereka beri gelar “al-Amiin “, yang dapat dipercaya.
Ayat 5
“Mengapa dia jadikan tuhan-tuhan yang banyak itu menjadi tuhan yang satu saja?"
Tidak makan di akal mereka tuhan itu mesti satu. Sejak dari nenek moyang zaman purbakala telah diterima turun-temurun ajaran bahwa tuhan itu banyak. Segala berhala-berhala itu adalah tuhan. Segala yang tersandar dan terpaku di keliling Ka'bah itu adalah tuhan. Segala yang didirikan di pinggir jalan, sebagai berhala al-Laata yang berdiri di antara Bukit Shafaa dan Marwah, itu pun tuhan. Banyak tuhan! Sekarang dia datang saja mengatakan Tuhan itu satu. Dia adalah pembohong.
Tersebutlah tentang sebab turun ayat ini, bahwa pada suatu ketika, karena tidak tahan lagi mendengar tuhan-tuhan yang mereka sembah selalu dicela oleh Nabi ﷺ maka berkumpullah beberapa pemuka musyrikin Quraisy itu bermusyawarah, sikap apa yang akan diambil untuk menghentikan serangan Muhammad ini. Yang berkumpul itu ialah Abu Jahal bin Hisyam, al-Ash bin Wail, al-Aswad, bin al-Muthalib, al-Aswad bin Abdi Yaghuts, dan beberapa orang pemuka Quraisy yang lain. Maka putuslah musyawarah mereka mengutus kepada paman beliau, Abu Thalib. Mereka berkata, “Biar kita pergi kepada Abu Thalib, kita bicara dengan dia, minta diinsafkannya anak saudaranya (kemenakannya) supaya dia berhenti mencela-cela tuhan-tuhan dan berhala-berhala kita, dan kita pun tidak akan mengganggu dia dengan menyembah tuhannya pula. Kita takut kalau orang tua ini mati akan bertambah mendalam perselisihan kita dengan dia dan kita dicela oleh seluruh Arab." Mereka akan berkata, “Ketika pamannya itu masih hidup mereka biarkan saja dia, tetapi setelah pamannya itu mati mereka ganggu dia."
Lalu mereka utuslah seorang di antara mereka menemui orang tua itu dari me-nyampaikan segala perasaan mereka. Utusan itu berkata, “Wahai AbuThalib! Anda adalah orang besar kami dan tuan kami. Kami mengharap agar Anda insafkan anak saudara Anda terhadap kami. Suruhlah dia berhenti mencaci maki tuhan-tuhan kami, kami pun akan membiarkan dia berlaku apa sukanya pula dengan Tuhannya."
Mendengar pengaduan itu Abu Thalib menyuruh panggil anak saudaranya. Setelah Rasulullah masuk ke dalam majelisnya, berkatalah dia, “Wahai anak saudaraku! Orang tua-tua kaum engkau memohon dengan perantaraanku agar engkau hentikan mencaci maki tuhan-tuhan mereka dan mereka pun berjanji tidak akan mengganggu engkau dengan Tuhanmu! “
Rasulullah menjawab, “Wahai pamanku! Bukankah aku telah mengajak mereka agar menganut ajaran yang akan lebih baik buat diri mereka sendiri?" Abu Thalib bertanya, “Apa yang engkau ajakkan kepada mereka?" Nabi menjawab, “Aku seru mereka agar mengucapkan suatu kalimat yang akan dituruti oleh seluruh Arab dan ditunduki oleh seorang Ajam."
Lalu Abu Jahal menyela, “Apakah perkataan itu coba jelaskan kepada kami?"
Beliau ﷺ menjawab, “Ucapkanlah Laa llaha Mallah."
Mendengar itu semuanya membantah, lalu Abu jahal berkata, “Serukanlah yang lain dari itu, kami berjanji akan mengikutinya." Nabi ﷺ berkata tegas, “Walaupun kalian letakkan matahari di hadapanku akan gantinya, tidaklah akan aku seru kalian selain dari mengucapkan itu." Dengan marah semuanya berdiri, lalu Abu jahal berkata, “Demi Allah! Akan kami caci maki Tuhanmu yang engkau suruh kami mempercayainya itu." Hadits ini dirawikan oleh as-Suddi.
Jelaslah dengan memerhatikan Asbabun Nuzuul ini, bahwa mereka bertahan, tidak mau percaya kepada seruan Muhammad agar mereka meninggalkan kepercayaan kepada bertuhan banyak dan hanya percaya kepada Allah Yang Esa.
Inilah yang dijelaskan pada ujung ayat,
“Sesungguhnya ini adalah sesuatu yang sangat mengherankan."
Pendeknya seruan Muhammad supaya orang hanya percaya bahwa Allah satu adalah sesuatu seruan yang sangat membuat orang jadi heran. Mana mungkin Allah hanya satu saja, padahal selama ini begini besar, mana boleh dan mana sanggup akan berkuasa sendiri.
Ayat 6
‘Dan bepergianlah pemuka-pemuka dari mereka."
Artinya, bahwa setelah jelas bahwa seruan Muhammad membawa manusia supaya meninggalkan banyak tuhan dan Allah hanya satu, maka pemuka-pemuka musyrikin keluar-lah dari rumah masing-masing memberi ingat penduduk Mekah yang dapat dipengaruhi supaya awas dan berjaga-jaga."Bahwa hendaklah kamu pergi berjalan, “ keliling ke mana-mana, seru orang banyak jangan sampai tertarik oleh seruan Muhammad, supaya agama asli nenek moyang kita jangan sampai dihancurkan, dirusakbinasakan oleh anjuran Muhammad ini, “Dan sabar atas tuhan-tuhan kamu." Artinya hendaklah kalian sabar membela tuhan-tuhan kita, berhala-berhala yangkita puja turun-temurun, hendaklah tahan hati mendengar segala celaan, cacian makian dari musuh-musuh kita, yaitu Muhammad dan orang-orang yang telah termakan ajaran yang dia bawa.
“Sesungguhnya ini adalah sesuatu yang dikehendaki “
Yaitu bahwa menyembah tuhan-tuhan atau berhala-berhala itulah yang sebenarnya dikehendaki kalau kita benar-benar hendak hidup beragama. Tuhan berbilang itulah yang benar, bukan Allah yang satu. Dan mempertahankannya dengan segala daya dari upaya yang ada pada kita, itulah pula yang dikehendaki dari kita, supaya agama kita ini jangan kalah.
Ayat 7
*Tidaklah pernah kita mendengar yang semacam ini pada agama yang lain."
Agamayanglain tidakpernah mengajarkan ini. Yang dimaksud mereka dengan agama yang lain itu ialah agama Nasrani. Agama Nasrani waktu itu pun mempercayai juga bahwa Allah itu tiga di dalam satu (tsaalisu tsalaatsah), kumpulan atau kesatuan dari tiga oknum, yaitu Allah sebagai Tuhan Bapak, Isa al-Masih sebagai Tuhan Putra dan Ruhul Qudus sebagai
Tuhan Ruh, yang pada hakikatnya adalah satu jua dan pada hakikatnya ialah tiga jua. Dan mereka berkata selanjutnya,
Ini lain tidak hanyalah dibikin-bikin saja."
Dengan ini mereka membalikkan persoalan. Menjelaskan bahwa Allah itu adalah Esa, mereka katakan hanya dibikin-bikin saja."Yang sebenarnya “ kata mereka, “tuhan itu mesti banyak! “
Ayat 8
“Apakah kepadanya diturunkan peringatan di antara kita-kita ini?"
Mengapa dia yang mesti diangkat jadi Rasul di antara kita-kita ini? Padahal begini banyak orang yang lebih pantas. Zamakhsyari menjelaskan, “Mereka tidak senang mengapa kemuliaan itu dijatuhkan kepada diri Muhammad, mengapa tidak kepada mereka. Apa benar kelebihan Muhammad itu dari mereka? Mana kekayaannya? Berapa orang budak dan hamba sahaya? Siapa benarkah dia?"Bahkan mereka itu dalam keraguan dari hal peringatanKu." Mereka ragu benar-benarkah Al-Qur'an itu wahyu yang datang dari Allah? Menurut tafsiran al-Qurthubi, sepintas lalu tidaklah mereka memungkiri bahwa selama ini Muhammad itu seorang yang jujur. Dia tidak pernah berbohong. Cuma apa yang dikatakannya wahyu dari Allah ini, benar-benarkah dia turun dari Allah ataukah dari yang lain? Dan yang lain itu tidak pula dapat mereka menunjukkan. Sebab itu maka di ujung ayat Allah ﷻ memberikan peringatan,
“Bahkan mereka belum merasakan adzab-Ku."
Artinya bahwa mereka masih tetap dalam keraguan, dalam mundur maju. Akan dikatakan Muhammad benar-benar pembohong, belum pernah mereka selama ini mendapatinya bohong. Akan diterima secara langsung seruan ini, berat meninggalkan kebiasaan berbilang tuhan.
***
TEMPELAK ATAS MUSYRIKIN
Sekarang ditunjukkanlah, bahwa mereka tidak tahu diri, tidak insaf, bahwa mereka itu adalah lemah, tidak mempunyai kekuatan apa-apa di hadapan kebesaran Allah ﷻ
Ayat 9
“Atau apakah ada di sisi mereka penbendaharaan dari rahmat Tuhan engkau, “
Artinya kalau mereka menolak, membantah dan memungkiri rahmat, nikmat Ilahi yang dianugerahkannya kepada Rasul-Nya, Muhammad ﷺ, cobalah suruh mereka menunjukkan atau membuktikan akah Allah memberikan perbendaharaan rahmat kepada mereka? Puncak perbendaharaan rahmat Ilahi ialah cita-cita yang tinggi, pelajaran yang sesuai dengan akal, dan inti aqidah yang akan jadi pegangan hidup. Kalau yang dibanggakan itu hanya semata-mata kekayaan benda, maka apalah artinya harta benda yang tidak dapat dipertahankan lama itu?
“Yang Mahaperkasa, lagi Pemberi Karunia “
Karena Yang Maha Perkasa (Aziiz) hanya Allah dan Yang Maha Pemberi Karunia dengan tidak tanggung-tanggung hanya Dia pula. Adakah semuanya itu pada kalian? Apa yang akan kalian banggakan di hadapan kekuatan ruhani yang dibawakan oleh Muhammad?
Ayat 10
“Atau adakah pada mereka kerajaan beberapa langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya."
Maksudnya ialah bahwa Allah Yang Mahakuasa, Mahagagah Perkasa, Maha Pemberi Karunia telah mengkaruniakan rahmat-Nya dan pilihan-Nya (mushaffa) terhadap Muhammad, sehingga dialah yang dipilih Allah ﷻ buat menerima wahyu yang akan diberikan sebagai tuntunan dan pimpinan bagi manusia.
Dalam pada itu mereka pun mengatakan pula bahwa Allah itu tidak mungkin hanya satu saja sebagaimana yang dikatakan Muhammad. Allah itu mesti banyak. Dalam agama lain tidak ada yang mengatakan tuhan itu hanya satu. Sekarang dihadapkanlah pertanyaan kepada mereka, bahwa kalau memang benar pendirian mereka bahwa Allah itu mesti banyak tentu ada tuhan di bumi dan ada tuhan di semua langit, dan di samping menguasai bumi, apakah mereka pun menguasai langit? Dan mereka pun menguasai apa yang ada di antara langit dengan bumi, sebagaimana matahari, bulan dan berjuta-juta bintang. Kalau memang demikian halnya.
“Maka panjatlah pada tangga-tangga itu."
Artinya, kalau memang kamu berkuasa atas kerajaan semua langit dan bumi dan apa yang ada di antara langit dan bumi, pasanglah tangga, naikilah langit itu setingkat demi setingkat, lalu cegah malaikat itu membawa wahyu ke bumi dan menghantarkannya kepada Nabi utusan Allah.
Ayat 11
“Suatu tentara di sana."
Mereka yang menantang seruan Nabi itu, mereka yang ingin menolak tersebarnya Islam adalah bersusun sebagai tentara. Di sana yaitu yang berdiri hendak berhadapan dengan kekuasaan Allah SWT, hendak berkonfrontasi dengan Allah. Perlawanan mereka itu akan sia-sia belaka.
“Mereka pasti akan dikalahkan." Meskipun mereka “terdiri dari berbagai partai."
dari berbagai golongan penantang. Pada kedatangan tiap-tiap Utusan Allah, mesti ada saja “tentara “ menyusun diri menantangnya, namun mereka tetap dikalahkan juga. Sebab itu maka “tentara “ ini bukanlah ada di zaman Nabi Muhammad saja. Dia ada di zaman segala Nabi. Sebab itu maka di ujung ayat dikatakan bahwa mereka adalah dari berbagai golongan, kelompok, atau partai. Yang kalah akhirnya mereka juga, walaupun bagaimana mereka merasa kuat.
Lalu diterangkan di antara golongan-golongan yang menantang itu dan mencapai kekalahan itu.
Ayat 12
‘Telah mendustakan sebelum mereka kaum Nuh dan ‘Ad."
Kaum ‘Ad ialah kaum yang diutus kepada mereka Nabi Hud, kaum ini dibinasakan dengan angin yang sangat dingin dan berembus kencang. (Lihat ayat 6 surah al-Haaqqah).
“Dan Firaun yang mempunyai tiang-tiang teguh."
Autaad asal artinya tiang tempat mengikatkan tenda atau kemah, yang dihunjamkan dengan kuat dan teguh lebih dahulu ke dalam bumi, sehingga tenda atau kemah itu tidak dapat runtuh digoncangkan angin. Dia boleh juga diartikan dengan orang-orang besar pem-bantu Fir'aun dalam memerintah, atau kepala-kepala perangnya yang gagah berani. Ada juga yang menafsirkan autaad itu dengan bekas-bekas bangunan yang dibangun oleh Fir'aun-Fir'aun raja-raja Mesir itu, sebagaimana Pyramide, Abu Houl, Luxor, dan lain-lain yang sudah lebih dari empat ribu tahun sampai sekarang, namun bekasnya masih didapati dan diselidiki sampai sekarang.
Ayat 13
“Dan Tsamud."
Persamaan dengan kaum ‘Ad yang didatangi Nabi Hud, maka kaum ‘Ad ini adalah kabilah-kabilah Arab yang telah punah (Baaidah). Allah ﷻ mengutus Nabi Shalih kepada mereka. Mereka melanggar janji dengan Allah SWT, karena membunuh Unta Allah. Mereka dibinasakan dengan kedatangan hujan lebat, petir sabung-menyabung, negerinya terendam banjir, sesudah tiga hari tiga malam menderita sakit tha'un yang dahsyat.
“Dan Kaum Luth “ penduduk negeri Sadum yang ditunggangbalikkan dengan terjadinya gempa besar, sehingga semuanya musnah. Kecuali Shalih dan orang-orang yang beriman yang disuruh keluar lebih dahulu dari negeri itu, “Dan penduduk Aikah, “ satu negeri di tepi pantai berdekatan dengan negeri Madyan, yang kepada kedua negeri itu diutus Allah ﷻ Nabi Syu'aib. Kaum ini pun hancur binasa.
“Mereka semuanya itu golongan-golongan bersekutu."
Dan semuanya hancur lumat tidak bangkit lagi.
Ayat 14
“Tidaklah semuanya itu melainkan mendustakan rasul-rasul."
Artinya bahwa itulah pokok kesalahan mereka. Setiap yang diserukan oleh Rasul itu, itulah yang mereka tantang. Nuh melarang menyembah berhala, kaumnya itu memperkeras pemujaan berhala. Musa meminta kepada Fir'aun agar Bani Israil dibebaskan dari per-budakan agar merdeka menjalankan agama Tauhidnya, Fir'aun menghalanginya. Syu'aib melarang kaumnya berniaga secara curang, mereka tidak mau berhenti berniaga secara curang. Nabi Shalih mengingatkan agar unta Allah dipelihara baik-baik, mereka sembelih unta itu. Nabi Luth melarang keras laki-laki memperbini laki-laki: mereka coba hendak mengganggu malaikat-maiaikat utusan Allah sendiri,
“Maka pantaslah menerima hukuman-Ku."
Artinya datangnya hukuman adalah karena kesalahan mereka sendiri, karena peringatan telah cukup lebih dahulu.
Artinya bahwa jika Allah hendak menghukum suatu kaum, tidaklah terlalu lama mereka menunggu. Pekikan satu kali di sini ialah laksana komando dari Allah ﷻ yang dijalankan oleh malaikat. Seumpama adanya kalimat (jj=) = Ku n, yang artinya ‘Terjadilah! “ maka yang dikehendaki Allah ﷻ itu pun terjadi.
‘Tidak ada baginya saat berselang."
Dapatlah kita lihat perumpamaan “komando “ Allah ﷻ itu atau “pekik satu kali “ itu pada perjalanan sejarah yang baru saja kita alami. Kekuasaan Belanda di Indonesia yang berlarut-larut sampai 350 tahun, dalam sehari mendaratnya tentara Jepang dalam bulan Maret 1942 di Jakarta, habislah sejarah 350 tahun itu.
Kemenangan tentara Jepang di Asia Timur Raya yang mereka memusnahkan dalam masa hampir empat tahun, dengan jatuhnya bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, maka seluruh meriam berhenti berbunyi, seluruh bedil membisu, seluruh kapal terbang tidak bergerak lagi. Kalah total! Itulah perumpamaannya.
Ayat 15
“Dan tidaklah ada yang ditunggu oleh mereka semuanya melainkan pekikan satu kali."
Ayat 16
“Dan mereka berkata, “Ya Tuhan kami! Cepatkanlah adzab yang telah ditentukan buat kami, sebelum hari berhisab."
Maksud ayat ini ialah berisi “padahal “ ya itu padahal selama ini mereka menantang kepada Rasulullah, bahkan kepada Allah sendiri. Kalau kami memang mesti diadzab karena tidak mau percaya kepada keterangan-keterangan yang dibawa oleh Muhammad ﷺ, sekarang jugalah datangkan adzab itu, jangan tunggu lagi sampai hari Kiamat.