Ayat
Terjemahan Per Kata
لَّا
tidak
يَسَّمَّعُونَ
mereka dapat mendengarkan
إِلَى
kepada
ٱلۡمَلَإِ
pembesar-pembesar
ٱلۡأَعۡلَىٰ
tertinggi
وَيُقۡذَفُونَ
dan mereka dilempari
مِن
dari
كُلِّ
segala
جَانِبٖ
penjuru
لَّا
tidak
يَسَّمَّعُونَ
mereka dapat mendengarkan
إِلَى
kepada
ٱلۡمَلَإِ
pembesar-pembesar
ٱلۡأَعۡلَىٰ
tertinggi
وَيُقۡذَفُونَ
dan mereka dilempari
مِن
dari
كُلِّ
segala
جَانِبٖ
penjuru
Terjemahan
Mereka (setan-setan) tidak dapat mendengar (percakapan) para malaikat dan mereka dilempari dari segala penjuru
Tafsir
(Mereka tidak dapat mendengar-dengarkan) maksudnya setan-setan itu tidak dapat mendengar-dengarkan apa yang telah dipelihara oleh-Nya. Lafal ayat ini merupakan jumlah Isti'naf (pembicaraan para malaikat) yang berada di langit. Lafal Yasma'uuna dimuta'addikan dengan huruf Ilaa karena pengertiannya mengandung makna seperti apa yang terdapat di dalam lafal Al-Ishghaa. Menurut suatu qiraat dibaca La Yassamma'uuna dengan memakai Tasydid pada huruf Mim dan Sin-nya, berasal dari lafal Yatasamma'uuna, kemudian huruf Ta diidgamkan kepada huruf Sin, sehingga jadilah Yassamma'uuna (Dan mereka dilempari) yakni setan-setan itu dengan meteor-meteor (dari segala penjuru) langit.
Tafsir Surat As-Saffat: 6-10
Sesungguhnya Kami telah menghias langit yang terdekat dengan hiasan, yaitu bintang-bintang, dan (telah memeliharanya) sebenar-benarnya dari setiap setan yang sangat durhaka, setan-setan itu tidak dapat mendengar-dengarkan (pembicaraan) para malaikat dan mereka dilempari dari segala penjuru. Untuk mengusir mereka dan bagi mereka siksaan yang kekal. Tetapi barang siapa (di antara mereka) yang mencuri-curi (pembicaraan), maka ia dikejar oleh suluh api yang cemerlang. Allah ﷻ menceritakan bahwa Dia telah menghiasi langit yang terdekat bagi orang yang memandangnya dari kalangan penduduk bumi. dengan hiasan, yaitu bintang-bintang. (Ash-Shaffat: 6) Ayat ini dapat dibaca secara idafah atau badal, semuanya bermakna sama.
Bintang-bintang yang beredar dan yang tetap sinarnya menembus ruang angkasa yang transparan, maka dapat menerangi penduduk bumi. Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang, dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat pelempar setan, dan Kami sediakan bagi mereka siksa yang menyala-nyala. (Al-Mulk: 5) Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan gugusan bintang-bintang (di langit) dan Kami telah menghiasi langit itu bagi orang-orang yang memandanginya), dan Kami menjaganya dari tiap-tiap setan yang terkutuk, kecuali setan yang mencuri-curi (berita) yang dapat di dengar (dari malaikat), lalu dia dikejar oleh sumber api yang terang. (Al-Hijr: 16-18) Adapun firman Allah ﷻ: dan (telah memelihara) sebenar-benarnya. (Ash-Shaffat: 7) Bentuk lengkapnya ialah 'dan Kami memeliharanya dengan sebenar-benarnya'.
dari setiap setan yang sangat durhaka. (Ash-Shaffat: 7) Yakni setan yang membangkang lagi durhaka: apabila ia hendak mencuri-curi dengar dari pembicaraan para malaikat, maka ia dikejar oleh bintang meteor yang menyala-nyala, lalu membakarnya. Karena itulah maka disebutkan dalam firman berikutnya: setan-setan itu tidak dapat mendengar-dengarkan (pembicaraan) para malaikat. (Ash-Shaffat: 8) Maksudnya, agar para setan-setan itu tidak sampai ke tempat para malaikat. Yang maksudnya dengan al-mala-ul a'la ialah langit dan para penghuninya.
Setan-setan itu bermaksud akan mencuri-curi dengar dari pembicaraan para malaikat yang membicarakan wahyu Allah ﷻ menyangkut hukum syariat dan ketetapan-Nya, sebagaimana yang telah dijelaskan dalam hadis-hadis terdahulu pada pembahasan tafsir firman-Nya: sehinga apabila, telah dihilangkan ketakutan dari hati mereka, mereka berkata, "Apakah yang telah difirmankan oleh Tuhanmu? Mereka menjawab "(Perkataan) yang benar, "dan Dialah Yang Mahatinggi lagi Mahabesar. (Saba: 23) Karena itulah maka disebutkan dalam surat ini oleh firman-Nya: dan mereka dilempari dari segala penjuru. (Ash-Shaffat: 8) Mereka dirajam dari semua penjuru langit yang dkuju oleh mereka.
Untuk mengusir mereka. (Ash-Shaffat: 9) Yakni mereka dirajam dan dilempari dengan bintang-bintang yang menyala-nyala itu agar terusir jauh dari tempat yang dituju oleh mereka. dan bagi mereka siksaan yang kekal. (Ash-Shaffat: 9) Di negeri akhirat kelak mereka akan mendapat azab yang kekal, menyakitkan, lagi terus-menerus. Seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Dan Kami sediakan bagi mereka siksa yang menyala-nyala. (Al-Mulk: 5) Adapun firman Allah ﷻ: tetapi barang siapa (di antara mereka) yang mencuri-curi (pembicaraan). (Ash-Shaffat: 10) Yaitu kecuali setan-setan yang hendak mencuri-curi dengar dari pembicaraan para malaikat, kemudian setan itu menyampaikannya kepada setan lain yang ada di bawahnya, lalu disampaikan lagi kepada yang di bawahnya lagi, hingga seterusnya.
Dan adakalanya setan yang telah berhasil mencuri dengar itu keburu dihantam oleh bintang yang menyala-nyala sebelum ia sempat menyampaikannya kepada setan yang ada di bawahnya. Adakalanya dia sempat menyampaikan apa yang telah dicuri dengarnya itu berkat takdir Allah, sebelum ia dikejar oleh bintang yang menyala dan yang membakarnya. Maka tugasnya dipegang oleh setan lain yang ada di bawahnya hingga sampailah kepada tukang tenung, sebagaimana yang telah dijelaskan dalam hadis.
Karena itulah dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya: tetapi barang siapa (di antara mereka) yang mencuri-curi (pembicaraan), maka ia dikejar oleh suluh api yang cemerlang. (Ash-Shaffat: 10) Makna saqib ialah terang benderang. Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami Waqi', dari Israil, dari Abu Ishaq, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa dahulu setan-setan mempunyai pos-pos pengintaian di langit untuk mencuri-curi dengar wahyu; dan dahulu bintang-bintang tidak beredar dan setan tidak dilempari. Apabila mereka mendengar wahyu, lalu mereka turun ke bumi dan menambah-nambahinya dengan kedustaan yang banyak.
Ketika Rasulullah ﷺ telah diutus, maka bila setan duduk di posnya di langit, maka ada bintang menyala-nyala yang mengejarnya. Bintang-bintang itu tidak pernah meleset dan mengenainya serta membakarnya. Lalu setan-setan melaporkan hal tersebut kepada pemimpin mereka, yaitu iblis la natullah. Iblis berkata, "Hal itu tidak lain terjadi karena ada suatu peristiwa yang baru terjadi." Lalu iblis mengirimkan bala tentaranya (untuk menyelidiki hal yang baru itu), maka utusan iblis menjumpai Rasulullah ﷺ sedang berdiri mengerjakan salatnya di antara dua Bukit Nakhlah. Waki' mengatakan bahwa, yang dimaksud ialah lembah Nakhlah. Utusan iblis itu kembali kepada pemimpinnya, lalu menceritakan hal itu kepadanya.
Maka iblis berkata, "Memang orang inilah yang mengubah keadaan." Dan nanti insya Allah akan diketengahkan hadis-hadis berikut asar-asar yang berkaitan dengan makna firman-Nya ini, yaitu pada tafsir firman Allah ﷻ yang menceritakan perihal jin, bahwa mereka mengatakan: Dan sesungguhnya kami telah mencoba mengetahui (rahasia) langit, maka kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-panah api, dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan (berita-beritanya). Tetapi sekarang barang siapa yang (mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu), tentu akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk menembaknya). Dan sesungguhnya kami tidak mengetahui (dengan adanya penjagaan itu) apakah keburukan yang dikehendaki bagi orang yang di bumi ataukah Tuhan mereka mengkehendaki kebaikan bagi mereka. (Al-Jin: 8-10)"
Dengan adanya penjagaan ketat terhadap setan-setan durhaka itu, mereka tidak dapat mendengar pembicaraan para malaikat yang akan menyampaikan wahyu kepada rasul-Nya. Dan mereka dilempari dengan benda langit yang menyala dari segala penjuru sehingga mereka tidak bisa menambah atau mengurangi wahyu yang akan diturunkan. 9. Kami lemparkan benda langit ke arah setan-setan durhaka itu untuk mengusir mereka dan mereka pun kelak akan mendapat azab yang kekal dan pedih di akhirat.
Pada ayat ini Allah menjelaskan bahwa setan tidak dapat mendengar pembicaraan malaikat. Setan-setan itu dilempari dari segala penjuru karena ulah mereka yang suka merusak tatanan alam dan menggoda manusia untuk berbuat maksiat kepada Allah.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
SURAH ASH-SHAAFFAAT
(YANG BERBARIS-BARIS)
SURAH KE-37
182 AYAT, DITURUNKAN DI MEKAH
***
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Pengasih.
BARISAN MALAIKAT
Sebagaimana pada beberapa surah yang lain, maka di dalam permulaan surah ini, Allah berfirman tentang tentara Allah yang bernama malaikat itu. Di ayat pertama dari surah ini Allah telah menyatakan dengan memakai wawu qasam, sebagai sumpah yang berarti bahwa Allah ﷻ menyuruh kita menjuruskan perhatian kepada soal itu,
Ayat 1
“Demi yang berbaris-baris sebenar-benar berbaris."
Dijelaskan dalam ayat ini bahwasanya malaikat itu berbaris sebenar berbaris. Bagai-mana cara barisannya, tidaklah dapat kita memastikan. Namun berbaris sebenar berbaris adalah menunjukkan kewaspadaan.
Ayat 2
“Demi yang mencegah sebenar-benar mencegah."
Ialah guna mencegah gangguan dari ruh-ruh jahat yang akan dapat membahayakan.
Ayat 3
“Demi yang membacakan peringatan."
Ada malaikat yang ditugaskan oleh Allah ﷻ mengantarkan peringatan (dzikran). Peringatan ialah wahyu yang dibawa oleh Malaikat Jibril untuk disampaikan kepada rasul-rasul dan nabi, dan terutama Nabi terakhir, Muhammad ﷺ.
Ayat 4
“Sesungguhnya Tuhan kamu benar-benar Esa adanya “
Di sini jelaslah bahwa yang dimaksud dengan adz-Dzikra itu ialah Al-Qur'an. Dengan ayat ini Allah menyatakan, bahwa Dia telah menjamin memeliharanya dan menjaganya. Maka malaikat yang berbaris sebenar berbaris itu ialah yang khusus diperintahkan Allah menjaga dan mencegah jangan sampai perjalanan Jibril mengantarkan wahyu Ilahi terganggu di tengah perjalanan.
Selanjutnya isi Dzikr yang dikirimkan Allah ﷻ kepada Rasul-Nya itu, yang dibawa oleh Malaikat Jibril dikawal oleh barisan malaikat, sesudah menjelaskan bahwa Allah itu adalah Esa, tiada tuhan melainkan Allah, dijelaskan lagi,
Ayat 5
‘Tuhan dari semua langit."
Semua langit kita ambil jadi arti dari samaawaati, banyak langit, bukan satu langit, bahkan yang diberitahukan selalu kepada kita ialah tujuh langit. "Dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya, “ yaitu Allah ﷻ juga dari bumi ini. Yang kita berdiam di dalamnya dan termasuk dalam makhluk ciptaan-Nya.
“Dan Tuhan dari tempat-tempat terbitnya matahari."
Karena hubungan kebudayaan yang rapat dengan Arab karena Islam, maka tempat terbit matahari pun telah kita namai menurut nama Arab, yaitu masyriq, sebagai timbalan dari bahasa kita sendiri; timur. Dan barat pun telah kita perkaya dengan maghrib. Namun di ujung ayat ini dijelaskan, bahwa Allah ﷻ adalah Allah juga dari tempat-tempat terbitnya matahari. Memberi paham kepada kita bahwa tempat terbit matahari bukanlah satu tempat saja, melainkan beberapa tempat. Masyaariq pun adalah kalimat yang menunjukkan banyak.
Itu pun dapat kita pahamkan. Karena memang tempatterbit matahari bukanlah pada satu tempat saja. Tegasnya ialah perputaran bumi mengedari matahari tidaklah di satu garis saja. Di musim dingin dia lebih miring dari utara, di musim panas dia lebih miring ke selatan. Tiap hari dia berangsur berubah-ubah, sehingga dapat dirasakan oleh orang yang suka merasakannya.
Sampai di ayat 5 inilah rangkaian dari ayat-ayat yang sebelumnya. Jibril menyampaikan dzikr kepada Rasul, Rasul menyampaikannya kepada manusia, bahwa Allah adalah Esa. Dialah Pencipta sekalian langit itu dan bumi juga. Perjalanan falak pun diatur oleh Allah ﷻ sendiri, sehingga tempat terbit matahari tidaklah tetap pada satu tempat. Dan untuk sampainya wahyu-wahyu kepada Rasul, Jibril tidaklah pergi sendirian, dia dikawal, dia memakai pengiring, dia dijaga oleh barisan-barisan malaikat.
Selanjutnya Allah ﷻ berfirman,
Ayat 6
“Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit dunia dengan perhiasan."
Ayat ini menarik perhatian manusia kepada adanya keindahan dalam alam ini. Di ayat ini perhatian ditujukan kepada langit, bahwa langit ada diberi perhiasan oleh Allah SWT,
“Yaitu bintang-bintang."
Cara merenungkan alam di keliling kita, di muka dan di belakang, di atas dan di bawah adalah dengan mempergunakan dua macam peralatan diri yang sama pentingnya. Pertama dengan akal, kedua dengan perasaan. Dengan akal membawa kita kepada berpikir, dari mana ini, di mana ini dan ke mana akhirnya. Dengan perasaan melihat keindahan. Orang yang melihat bintang di langit dengan akal, sampai kepada ilmu pengetahuan astronomi, ilmu tentang bintang-bintang. Bahkan sampai kepada pengetahuan yang lebih meluas lagi, sampai mengetahui bahwa adalah di antara bintang-bintang itu yang beratus kali besarnya dari bumi kita ini. Sampai di sana mereka merasa takjub dengan Kebesaran Maha Penciptanya. Adapun dengan memakai perasaan manusia akan terharu melihat keindahan itu. Bagaimana kelap-kelipnya bintang-bintang di langit di tengah malam yang hening-sepi dapat menggetarkan hati, membuat hati terharu dan akhirnya sampai juga manusia kepada pengakuan atas adanya Jamaal (Yang Mahaindah), Kamaal (Yang Mahasempurna), dan Jalaal (Yang Mahamulia). Untuk akhirnya bertemu semua dalam iman. Sehingga kata-kata yang mulia, yaitu keindahan, kebenaran, dan keadilan adalah berbagai pernyataan saja (manifestasi) dari Yang Mutlak, yaitu Allah.
Ayat 7
“Dan pemelihara dari tiap-tiap setan yang amat durhaka."
Maka dijelaskanlah dalam ayat ini, bahwa selain untuk menghiasi langit dunia dengan bintang-bintang itu ada lagi kegunaannya yang lain oleh Allah SWT, yaitu untuk memelihara dan menjaga dari gangguan setan-setan yang durhaka. Karena di antara bumi dengan langit ini terbentanglah ruang angkasa yang luas. Yang kelihatan hanyalah awan berarak, kabut berbuhul, asap mendulang. Namun di balik yang kelihatan itu ada lagi makhluk-makhluk yang tidak kelihatan. Di antaranya ialah setan-setan atau ruh-ruh jahat, ruh-ruh yang tidak diterima di langit lalu berbegar-begar dalam ruang angkasa dunia ini. Mereka pun dapat 4saja mengganggu.
Ayat 8
“Supaya tidak dapat dia dengar – dengarkan golongan tertinggi."
Golongan tertinggi ialah malaikat. Mereka terdiri dari nur, atau cahaya. Mereka diberi Allah berbagai tugas. Di antaranya ada yang bertugas mengatur penyampaian takdir yang telah ditentukan oleh Allah ﷻ buat seluruh isi bumi ini. Sampai kepada letusan gunung, aliran banjir, pasang naik dan turun, pertumbuhan tanam-tanaman, demikian juga pembagian ketentuan hari depan tiap-tiap manusia. Rahasia itu dipegang teguh. Dalam istilah ahli-ahli tasawuf, alam mereka disebut ‘Alam Malakuut.
Adapun setan atau jin adalah termasuk golongan rendah, atau suflaa. Namun oleh karena mereka sejak semula adalah ruh jahat, terjadi dari gejala api, maksud jahat itu tidaklah terlepas. Mereka mau tahu saja apa yang tengah diatur di langit. Mereka pergi mengintip-intip, mendengar-dengarkan kalau ada berita. Maksudnya ialah hendak mereka sampaikan kepada manusia-manusia yang telah mereka pengaruhi, sehingga kadang-kadang terdengarlah pangkal kata, tetapi tidak mereka ketahui ujungnya. Atau dapat ujungnya saja, tidak mereka ketahui pangkal. Dalam mengintip-intip itu.
“Dan mereka ditempati dari tiap-tiap penjuru."
Ayat 9
“Untuk mengusir."
Sehingga dalam berita yang selalu tidak sempurna mereka lari tunggang balik dan banyak juga yang terbakar,
“Dan bagi meteka adalah adzab siksaan yang berkepanjangan."
Kejahatan yang diperbuat adalah begitu besar. Memperdayakan manusia sudah jadi perbuatan setiap hari. Ini ditambah dengan kesalahan yang lebih besar, yaitu ngin menge-tahui rahasia rencana Allah ﷻ Maka siksaannya pun beratlah bagi setan itu, yaitu adzab yang kekal dalam neraka kelak. Padahal sebelumnya, ketika belum ada Kiamat, pikiran yang selalu jahat itu pun sudah adzab siksaan yang berketerusan, tidak pernah berniat baik.
Ayat 10
“Kecuali mereka yang mencari sepotong-sepotong."
Artinya bahwa kadang-kadang dapat juga mereka mendengarkan rencana di langit itu, tetapi hanya sepotong-potong. Dapat pangkal, tidak dapat ujung. Dapat ujung, tidak dapat pangkal,
“Maka mereka akan diburu oleh meteor yang berkilat."
(ujung ayal 10)
Banyaklah tersebut hadits-hadits Nabi ﷺ menerangkan dari hal perburuan setan-setan mengintip itu dikejar oleh meteor, atau cirit bintang yang mengkilat cepat, sehingga usaha setan hendak mengetahui rahasia itu tidaklah berhasil. Bagaimana pun kekuatan mereka, namun kekuatan penjagaan malaikat lebih hebat lagi. Malaikatlah yang memanahkan meteor itu, yang kadang- kadang pecahannya jatuh pula ke bumi dan dapat kita lihat. Kadang-kadang berlubanglah bumi tempat jatuhnya itu agak dalam, karena sangat cepat kejatuhan itu. Maka berita-berita yang terpotong-potong itulah yang dikirimkan ke bumi, dibisikkan oleh setan tadi kepada anak buahnya, sebagaimana dukun-dukun kebatinan, yang dalam bahasa Jawa mereka namai wangsit, lalu mereka namai wahyu.
Berita-berita yang disampaikan setan itu adalah berita terpotong-potong, tidak ada pangkalnya atau tidak ada ujungnya. Oleh si dukun kebatinan, berita itu dipercayai, bahkan kadang-kadang mereka tambah-tambah dengan dusta yang lain. Maka bukan sedikit orang yang tertipu oleh wangsit-wangsit penemuan setan itu, sehingga seorang yang bernama Sawito pada bulan September 1976 hampir saja mengacaukan negara Republik Indonesia, karena dia mengatakan telah lama mendapat wangsit bahwa dia telah ditentukan untuk menjadi Presiden Republik Indonesia, sehingga di mana-mana, lama sebelumnya, dia telah memperkenalkan dirinya sebagai capres yang berarti calon presiden. Akhirnya dia ditangkap setelah ternyata mengadakan penipuan tanda tangan dari orang-orang terkemuka yang tidak menyadari bahwa tanda tangan mereka dipergunakannya untuk menyokong maksudnya menggulingkan presiden yang sah.
Demikianlah orang-orang yang kurang teguh hubungannya dengan Allah. Mereka itu telah lebih didekati oleh setan dan Iblis, sehingga selalu diperdayakan. Namun orang kuat imannya dan ibadahnya, mencoba sedikit saja mendekati orang yang beriman, setan itu akan diusirnya jauh.