Ayat
Terjemahan Per Kata
بَيۡضَآءَ
putih
لَذَّةٖ
sedap rasanya
لِّلشَّـٰرِبِينَ
bagi orang-orang yang meminum
بَيۡضَآءَ
putih
لَذَّةٖ
sedap rasanya
لِّلشَّـٰرِبِينَ
bagi orang-orang yang meminum
Terjemahan
(Warnanya) putih bersih dan lezat rasanya bagi orang-orang yang meminum(-nya).
Tafsir
(Warnanya putih) lebih putih daripada air susu (sedap rasanya) sangat lezat rasanya (bagi orang-orang yang minum) berbeda dengan khamar di dunia yang apabila diminum rasanya tidak enak.
Tafsir Surat As-Saffat: 38-49
Sesungguhnya kamu pasti akan merasakan azab yang pedih. Dan kamu tidak diberi pembalasan melainkan terhadap kejahatan yang telah kamu kerjakan, tetapi hamba-hamba Allah yang dibersihkan (dari dosa). Mereka itu memperoleh rezeki yang tertentu, yaitu buah-buahan. Dan mereka adalah orang-orang yang dimuliakan, di dalam surga-surga yang penuh nikmat, di atas tahta-tahta kebesaran berhadap-hadapan. Diedarkan kepada mereka gelas yang berisi khamr dari sungai yang mengalir. (Warnanya) putih bersih, sedap rasanya bagi orang-orang yang minum.
Tidak ada dalam khamr itu alkohol, dan mereka tiada mabuk karenanya. Di sisi mereka ada bidadar -bidadari yang pandangannya tidak liar dan matanya jelita, seakan mereka adalah telur (burung unta) yang tersimpan dengan baik. Allah ﷻ berfirman, ditujukan pada manusia: Sesungguhnya kamu pasti akan merasakan azab yang pedih. Dan kamu tidak diberi pembalasan melainkan terhadap kejahatan yang telah kamu kerjakan. (Ash-Shaffat. 38-39) Dikecualikan dari hal tersebut hamba-hamba-Nya yang mukhlis, sebagaimana firman-Nya:: Demi masa, sesungguhnya manusia itu berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh. (Al-Asr: 1-3) .
Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempa, yang serendah-rendahnya (neraka), kecuali orang-arang yang beriman dan mengerjakan amal saleh (At-Tin: 4-6) Dan tidak ada seorang pun darimu, melainkan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan. Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang zalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut. (Maryam: 71-72) dan firman Allah ﷻ: .
Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya, kecuali golongan kanan. (Ai-Muddassir: 38-39) Karena itulah dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya: kecuali hamba-hamba Allah yang dibersihkan (dari dosa). (Ash-Shaffat: 40) Yakni mereka tidak merasakan azab yang pedih dan tidak pula dipersulit dalam hisabnya, bahkan keburukan-keburukan mereka dimaafkan jika mereka mempunyai keburukan; dan diberi pahala setiap kebaikan dengan sepuluh kali lipatnya sampai tujuh ratus kali, bahkan lebih dari itu menurut apa yang dikehendaki oleh Allah ﷻ Firman Allah ﷻ: Mereka itu memperoleh rezeki yang tertentu (Ash-Shaffat: 41) Qatadah dan As-Saddi mengatakan bahwa rezeki tersebut di surga, kemudian dijelaskan oleh firman selanjutnya: yaitu buah-buahan (yang beraneka ragam).
Dan mereka adalah orang-orang yang dimuliakan. (Ash-Shaffat: 42) Maksudnya, dilayani, bersenang-senang, dan bahagia. di dalam surga-surga yang penuh nikmat, di atas tahta-tahta kebesaran berhadap-hadapan. (Ash-Shaffat: 43-44) Mujahid mengatakan bahwa sebagian dari mereka tidak dapat melihat tengkuk sebagian yang lain. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Abdukal Qazuwaini, telah menceritakan kepada kami Hassan ibnu Hassan, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Bisyr, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Mu'in, telah menceritakan kepada kami Ibrahim Al-Qurasyi, dari Sa'id ibnu Syurahbil, dari Zaid ibnu Abu Aufa r.a. yang telah mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ keluar menemui kami, lalu membaca firman-Nya: di atas tahta-tahta kebesaran berhadap-hadapan. (Ash-Shaffat: 44) Yakni sebagian dari mereka memandang kepada sebagian yang lain.
Hadis ini garib. Firman Allah ﷻ: Diedarkan kepada mereka gelas yang berisi khamr dari sungai yang mengalir. (Warnanya) putih bersih, sedap rasanya bagi orang-orang yang minum. Tidak ada dalam khamr itu alkohol dan mereka tiada mabuk karenanya. (Ash-Shaffat: 45-47) Seperti yang juga disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Mereka dikelilingi oleh anak-anak muda yang tetap muda, dengan membawa gelas (piala), cerek, dan minuman yang diambil dari air yang mengalir, mereka tidak pening karenanya dan tidak pula mabuk. (Al-Waqi'ah: 17-19) Allah membersihkan khamr surga dari penyakit-penyakit yang biasanya terdapat di dalam khamr dunia akibat dari meminumnya, misalnya kepala menjadi pening, perut mulas, dan mabuk yang menghilangkan akal sehat.
Maka dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya: Diedarkan kepada mereka gelas yang berisi khamr dari sungai yang mengalir. (Ash-Shaffat: 45) Yakni khamr yang diambil dari sungai yang mengalir di dalam surga, yang airnya tidak pernah habis dan tidak pernah kering. Malik telah meriwayatkan dari Zaid ibnu Aslam, bahwa khamr itu mengalir berwarna putih, yakni warnanya cemerlang, indah, dan baik. Tidak seperti khamr dunia yang kelihatan kotor lagi buruk, ada yang berwarna merah atau kuning atau keruh, dan lain sebagainya yang menjijikkan bagi orang yang berakal sehat.
Firman Allah ﷻ: sedap rasanya bagi orang-orang yang minum. (Ash-Shaffat: 46) Rasanya enak seperti warnanya, dan wangi baunya, berbeda dengan khamr dunia dalam semua spesifikasinya. Firman Allah ﷻ: Tidak ada dalam khamr itu alkohol (Ash-Shaffat: 47) Maksudnya, tidak menjadikan peminumnya merasa mual perutnya. Demikianlah menurut Ibnu Abbas r.a. Mujahid, Qatadah, dan Ibnu Zaid, tidak sebagaimana khamr dunia yang mempunyai pengaruh tersebut karena mengandung banyak alkohol. Menurut pendapat lain, yang dimaksud dengan gaul ialah pening kepala. Demikian pula menurut apa yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. dalam pendapat lainnya. Qatadah mengatakan, gaul adalah kepala pening dan perut mual.
Qatadah dan As-Saddi mengatakan bahwa arti gaul ialah mabuk yang menyebabkan akal sehat peminumnya hilang. Pengertian ini diambil dari perkataan seorang penyair: ... Gelas-gelas yang berisikan khamr terus-menerus membuat kami mabuk, dan melenyapkan akal sehat para peminumnya seorang demi seseorang. Sa'id ibnu Jubair mengatakan, makna yang dimaksud ialah khamr surga tidak mengandung penyakit dan tidak pula hal yang tidak disukai.
Pendapat yang sahih adalah yang dikatakan oleh Mujahid, yaitu perut mual. Firman Allah ﷻ: dan mereka tiada mabuk karenanya. (Ash-Shaffat: 47) Mujahid mengatakan bahwa akal sehat mereka tidak hilang. Hal yang sama dikatakan oleh Ibnu Abbas, Muhammad ibnu Ka'ab, Al Hasan, Ata ibnu Aslam Al-Khurrasani, As-Saddi dan lain-lainnya. Ad-Dahhak mengatakan dari ibnu Abbas bahwa ada empat reaksi akibat minum khamr yaitu mabuk, pusing, muntah dan kencing.
Allah dalam firman-Nya mencabut reaksi tersebut dari khamr surga, sebagaimana dalam surat Ash-Shaffat. Firman Allah ﷻ: Di sisi mereka ada bidadari-bidadari yang pandangannya tidak liar. (Ash-Shaffat: 48) Yaitu memelihara kehormatannya, tidak mau memandang kepada selain suami mereka. Demikianlah menurut Ibnu Abbas r.a., Mujahid, Zaid ibnu Aslam, Qatadah, As-Saddi, dan lain-lainnya. Firman Allah ﷻ: dan jelita matanya. (Ash-Shaffat: 48) Yakni memiliki mata yang indah dan jelita.
Suatu pendapat menyebutkan bermata lebar, tetapi pendapat ini merujuk kepada pendapat yang pertama, yaitu bermata jeli dan indah. Jadi, mata bidadari-bidadari itu bukan saja indah jelita, tetapi juga terhormat, yakni memelihara matanya dari memandang kepada suami lain. Seperti yang dikatakan oleh Zulaikha tentang Yusuf a.s. ketika menyuruhnya agar keluar menemui sekumpulan wanita pembesar kerajaannya, lalu mereka kagum dan terpana melihat ketampanan dan kecakapan rupa Nabi Yusuf; sehingga mereka menduga bahwa Yusuf a.s.
bukanlah manusia, melainkan salah seorang malaikat yang turun ke bumi karena ketampanan dan keanggunan penampilannya. Maka Zulaikha berkata kepada kaum wanita yang mempergunjingkan dirinya itu yang disitir oleh Allah ﷻ melalui firman-Nya: Itulah dia orang yang kamu cela aku karena (tertarik) kepadanya, dan sesungguhnya aku telah menggoda dia untuk menundukkan dirinya (kepadaku), tetapi dia menolak. (Yusuf: 32) Dengan kata lain dapat disebutkan bahwa selain Nabi Yusuf mempunyai rupa yang tampan, dia juga seorang yang memelihara kehormatannya, bertakwa, lagi bersih. Demikian pula sifat dari bidadari-bidadari di surga nanti.
bidadari-bidadari yang baik lagi cantik-cantik (Ar-Rahman: 70) Dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya: Di sisi mereka ada bidadari-bidadari yang pandangannya tidak liar dan matanya jelita. (Ash-Shaffat: 48) Adapun firman Allah ﷻ: seakan-akan mereka adalah telur (burung unta yang tersimpan dengan baik. (Ash-Shaffat: 49) Allah ﷻ, menggambarkan tentang bidadari-bidadari itu, bahwa mereka memiliki tubuh yang sangat cantik dan berkulit sangat indah. Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. sehubungan dengan makna firman-Nya: seakan-akan mereka adalah telur (burung unta) yang tersimpan dengan baik (Ash-Shaffat: 49) Yakni mutiara yang tersimpan dengan baik, lalu ia mengemukakan suatu bait syair milik Abu Dahbal yang telah mengatakan dalam salah satu bait dan kasidahnya: ...
dia adalah wanita cantik bagaikan mutiara yang tersimpan di kedalaman laut, berbeda dengan permata yang lainnya. Al-Hasan mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: seakan-akan mereka adalah telur (burung unta) yang tersimpan dengan baik. (Ash-Shaffat: 49) Yaitu tersimpan dengan rapi, tidak pernah tersentuh oleh tangan manusia. As-Saddi mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah telur yang tersimpan dengan baik di sarangnya. Said ibnu Jubair telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: seakan-akan mereka adalah telur (burung unta) yang tersimpan dengan baik. (Ash-Shaffat: 49) Maksudnya, bagian dalam telur.
Ata Al-Khurrasani mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah kulit air yang terletak di antara kulit luar dan bagian dalam telur. As-Saddi telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: seakan-akan mereka adalah telur (burung unta) yang tersimpan dengan baik. (Ash-Shaffat: 49) Yakni putih telur bila kulit luarnya telah dikupas. Pendapat ini dipilih oleh Ibnu Jarir karena ada firman-Nya yang mengatakan, "Maknun" yang artinya, tersimpan dengan baik'. Ibnu Jarir mengatakan bahwa bagian luar telur biasa diusap oleh sayap burung, terkena sarang, dan terpegang oleh tangan, lain halnya dengan bagian dalamnya.
Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Abdur Rahman ibnu Wahb, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Faraj As-Sadfi Ad-Dimyati, dari Amr ibnu Hasyim, dari Ibnu Abu Karimah, dari Hisyam, dari Al-Hasan, dari ibunya, dari Ummu Salamah r.a. yang mengatakan bahwa ia pernah bertanya kepada Rasulullah ﷺ tentang makna firman-Nya: bidadari-bidadari yang bermata jeli. (Al-Waqi'ah: 22) Maka Rasulullah ﷺ menjawab, bahwa, artinya bermata jeli, yang putihnya putih sekali dan yang hitamnya hitam sekali dengan bulu mata yang lentik seperti sayap burung elang. Dan ia bertanya lagi tentang makna firman-Nya: seakan-akan mereka adalah telur (burung unta) yang tersimpan dengan baik (Ash-Shaffat: 49). Maka beliau ﷺ bersabda, bahwa kulitnya lembut seperti kulit ari yang melindungi bagian dalam telur. -: Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abu Gassan An-Nahdi, telah menceritakan kepada kami Abdus Salam ibnu Harb, dari Lais ibnur Rabi' ibnu Anas r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Aku adalah orang yang mula-mula keluar (dari kubur) bila mereka dibangkitkan, aku adalah juru bicara mereka bila mereka dihadapkan (kepada Allah), aku adalah orang yang memberikan kegembiraan kepada mereka apabila mereka bersedih hati, aku adalah pemberi syafaat mereka bila mereka ditahan (di perhentian kiamat).
Panji 'Pujian' berada di tanganku hari itu, dan aku adalah anak Adam yang paling mulia di sisi Allah ﷻ tanpa membanggakan diri; berkeliling di sekitarku seribu pelayan seakan-akan mereka seperti telur yang tersimpan dengan baik, atau seperti mutiara yang tersimpan dengan baik. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui kebenaran."
Air khamar itu berwarna putih bersih lagi sedap rasanya bagi orang-orang yang minum. 47. Tidak ada di dalamnya unsur yang memabukkan sebagaimana khamar dunia dan mereka tidak mabuk karenanya.
Sesudah menggambarkan makanan dan tempat tinggal mereka, Allah kemudian menerangkan minuman mereka. Dengan dilayani oleh anak-anak remaja yang cakap, ahli surga itu menikmati minuman lezat, segelas khamar yang sangat jernih bagaikan air bening yang warnanya putih bersih yang sedap rasanya, ada minuman mereka yang bercampur zanjabil (jahe) yang didatangkan dari sumber air surga yang namanya salsabil sebagaimana diterangkan dalam firman Allah:
Dan di sana mereka diberi segelas minuman bercampur jahe. (Yang didatangkan dari) sebuah mata air (di surga) yang dinamakan Salsabil. Dan mereka dikelilingi oleh para pemuda yang tetap muda. Apabila kamu melihatnya, akan kamu kira mereka, mutiara yang bertaburan. (al-Insan/76: 17-19)
Kenikmatan minuman yang disediakan Allah dalam surga merupakan kelengkapan kenikmatan bagi ahli surga. Mereka disuguhi bermacam ragam khamar yang melimpah ruah seolah-olah khamar itu diambilnya dari sumber bening yang mengalir tanpa putus-putusnya, setiap kali mereka meminta tentu mendapatkannya. Allah menjelaskan pula bahwa khamar dalam surga itu keadaannya jauh berbeda dengan khamar yang terdapat di dunia, baik mengenai kejernihan, warna, bau ,dan rasanya.
Demikian pula pengaruh minuman terhadap jasmani dan rohani berbeda dengan khamar dunia. Khamar surga tidak membahayakan dan tidak memabukkan.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Setelah panjang lebar Allah ﷻ menerangkan adzab siksaan yang akan diderita oleh orang-orang musyrikin penolak kebenaran, yang sombong, tidak mau menerima seruan Nabi kepada tauhid, dan diterangkan pula adzab siksaan setimpal yang akan dideritanya, datanglah ayat menjelaskan adanya pengecualian,
Ayat 40
“Kecuali hamba-hamba Allah yang telah dipersucikan."
Atau telah dibersihkan. Datangnya pembersihan dari Allah ﷻ ialah karena orang yang bersangkutan itu sendiri pun senantiasa berikhtiar, berusaha mengadakan pembersihan dalam dirinya, terutama sekali dia ingat bahwa dia adalah hamba Allah ﷻ Tidak ada tempatnya menyembah dan memuja yang lain, kecuali hanya Allah saja. Ikhtiarnya sendirilah yang menyebabkan dirinya jadi bersih. Allah ﷻ menolong membersihkannya, memper-sucikannya.
Ayat 41
“Mereka itu, bagi mereka adalah rezeki yang telah tertentu."
Artinya ialah rezeki yang telah disediakan, janji Allah yang tidak akan dimungkiri.
Pada pangkal ayat yang sesudahnya disebutlah yang terlebih dahulu dari segenap rezeki yang telah ditentukan itu, yaitu,
Ayat 42
“Buah-buahan."
Alhamdulillah, di negeri kita bagian khatulistiwa ini Allah memberikan kekayaan buah-buahan berbagai macam ragamnya, yang lebih banyak daripada di negeri-negeri yang lain, meskipun kita akui ada juga buah-buahan yang tidak tumbuh di negeri kita. Sebab itu ketika menafsirkan rezeki yang telah ditentukan Allah ﷻ itu, yang utama ialah buah-buahan, dapatlah kita merasakan betapa nikmatnya di dalam surga esok.
“Dan meteka adalah orang-orang yang dimuliakan “
(ujung ayal 42)
Karena orang yang termasuk hamba Allah yang telah dipersucikan itu telah diberi pula kemuliaan, maka buah-buahan yang dia kehendaki dan inginkan tinggal meminta atau memesan saja, niscaya akan hadir sedia di hadapannya di saat itu juga.
Ayat 43
“Di dalam surga-surga yang beraneka nikmat."
Yang semuanya itu telah disediakan buat hamba-hamba Allah yang telah dipersucikan itu. Maka di dalam ayat-ayat senantiasalah disebut bahwa tempat yang dijanjikan itu bukan semata-mata satu surga, melainkan jannaatin yang berarti banyak, yaitu banyak surga, yang mereka boleh memilih, bosan di sini pindah ke sana, bosan di sana pindah kepada yang lain lagi.
Ayat 44
“Di atas mahligai-mahligai."
Sururin adalah kata banyak dari sariiryang berarti banyak tempat istirahat, tempat duduk yang mulia, yang di sini kita beri arti mahligai, atau singgasana tempat bersemayam.
“Mereka duduk berhadap-hadapan."
Sama-sama merasakan nikmat yang telah dikaruniakan Allah dalam tempat tinggal yang mulia lagi kekal itu.
Ayat 45
“Diedarkan kepada mereka dengan piala."
Di pangkal ayat ini ada tersebut bahwa ada orang yang ditugaskan Allah ﷻ mengedarkan minuman untuk menghilangkan dahaga di dalam surga-surga itu. Dalam ayat-ayat yang lain ada juga disebut pengedar minuman dalam piala yang indah itu, yaitu malaikat-malaikat laksana muda belia, bidadari yang merupakan laki-laki muda, yang keadaannya sama dengan mutiara yang terkurung di dalam giwang warna-warni yang indah (lihat surah ath-Thuur ayat 24).
“Dan telaga yang selalu mengaliri."
Menunjukkan bahwa piala itu diisi dengan air yang jernih, sejuk dan memuaskan dahaga, yang bersumber dari suatu telaga yang tidak pernah kering airnya di dalam surga.
Ayat 46
“Putih bersih."
Atau lebih tepat lagi jika kita artikan jernih tidak ada keruhnya sedikit juga.
“Sedap bagi orang-orang yang meminum."
sehingga haus dan dahaga segera hilang dan kepuasan pun datang dan pikiran pun jernih, sebagaimana kebiasaan perasaan bilamana lepas haus.
Ayat 47
“Tidak ada padanya minuman keras."
Sebab pada hakikatnya minuman keras sebagaimana tuak, ballo (bahasa Makassar), dan segala alkohol tidaklah dia menghilangkan dahaga dan tidak pula menghilangkan haus, hanya sekadar pada mulanya untuk memanaskan badan, tetapi lama-lama dapat merusakkan jantung dan membuat jalan darah tidak teratur. Maka jaranglah orang yang baik kesehatannya karena meminum minuman-minuman keras itu."Dan tidak mereka akan mabuk."
Ayat 48
“Dan di sisi mereka ada bidadari."
Dengan menyebutkan ada bidadari, yaitu bangsa malaikat yang berupakan perempuan muda dan cantik, dibayangkan jugalah bahwa nikmat pergaulan laki-laki dengan perempuan, atau syahwat faraj, atau seks ada juga dalam surga. Dalam ayat ini dibayangkan betapa kecantikan bidadari itu, yaitu “yang redup pandangannya, “yaitu bukan pandangan liar dan genit, melainkan pandangan redup menekur yang lebih menggairahkan,
“Jelita matanya."
Memang sebagian besar kecantikan perempuan di dalam dunia ini terkumpul pada matanya, pada redup pemandangan dan jelita mata. Rupanya di akhirat pun demikian pula.
Ayat 49
“Mereka adalah laksana telur burung tersimpan baik."
Ini adalah suatu kiasan tentang kesucian dan masih perawannya bidadari-bidadari