Ayat
Terjemahan Per Kata
وَمَا
dan tidak
تُجۡزَوۡنَ
kamu diberi balasan
إِلَّا
kecuali
مَا
apa
كُنتُمۡ
kalian adalah
تَعۡمَلُونَ
kamu kerjakan
وَمَا
dan tidak
تُجۡزَوۡنَ
kamu diberi balasan
إِلَّا
kecuali
مَا
apa
كُنتُمۡ
kalian adalah
تَعۡمَلُونَ
kamu kerjakan
Terjemahan
Kamu tidak diberi balasan, kecuali terhadap apa yang telah kamu kerjakan.
Tafsir
(Dan kalian tidak diberi pembalasan melainkan) pembalasan (apa yang telah kalian kerjakan.).
Tafsir Surat As-Saffat: 38-49
Sesungguhnya kamu pasti akan merasakan azab yang pedih. Dan kamu tidak diberi pembalasan melainkan terhadap kejahatan yang telah kamu kerjakan, tetapi hamba-hamba Allah yang dibersihkan (dari dosa). Mereka itu memperoleh rezeki yang tertentu, yaitu buah-buahan. Dan mereka adalah orang-orang yang dimuliakan, di dalam surga-surga yang penuh nikmat, di atas tahta-tahta kebesaran berhadap-hadapan. Diedarkan kepada mereka gelas yang berisi khamr dari sungai yang mengalir. (Warnanya) putih bersih, sedap rasanya bagi orang-orang yang minum.
Tidak ada dalam khamr itu alkohol, dan mereka tiada mabuk karenanya. Di sisi mereka ada bidadar -bidadari yang pandangannya tidak liar dan matanya jelita, seakan mereka adalah telur (burung unta) yang tersimpan dengan baik. Allah ﷻ berfirman, ditujukan pada manusia: Sesungguhnya kamu pasti akan merasakan azab yang pedih. Dan kamu tidak diberi pembalasan melainkan terhadap kejahatan yang telah kamu kerjakan. (Ash-Shaffat. 38-39) Dikecualikan dari hal tersebut hamba-hamba-Nya yang mukhlis, sebagaimana firman-Nya:: Demi masa, sesungguhnya manusia itu berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh. (Al-Asr: 1-3) .
Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempa, yang serendah-rendahnya (neraka), kecuali orang-arang yang beriman dan mengerjakan amal saleh (At-Tin: 4-6) Dan tidak ada seorang pun darimu, melainkan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan. Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang zalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut. (Maryam: 71-72) dan firman Allah ﷻ: .
Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya, kecuali golongan kanan. (Ai-Muddassir: 38-39) Karena itulah dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya: kecuali hamba-hamba Allah yang dibersihkan (dari dosa). (Ash-Shaffat: 40) Yakni mereka tidak merasakan azab yang pedih dan tidak pula dipersulit dalam hisabnya, bahkan keburukan-keburukan mereka dimaafkan jika mereka mempunyai keburukan; dan diberi pahala setiap kebaikan dengan sepuluh kali lipatnya sampai tujuh ratus kali, bahkan lebih dari itu menurut apa yang dikehendaki oleh Allah ﷻ Firman Allah ﷻ: Mereka itu memperoleh rezeki yang tertentu (Ash-Shaffat: 41) Qatadah dan As-Saddi mengatakan bahwa rezeki tersebut di surga, kemudian dijelaskan oleh firman selanjutnya: yaitu buah-buahan (yang beraneka ragam).
Dan mereka adalah orang-orang yang dimuliakan. (Ash-Shaffat: 42) Maksudnya, dilayani, bersenang-senang, dan bahagia. di dalam surga-surga yang penuh nikmat, di atas tahta-tahta kebesaran berhadap-hadapan. (Ash-Shaffat: 43-44) Mujahid mengatakan bahwa sebagian dari mereka tidak dapat melihat tengkuk sebagian yang lain. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Abdukal Qazuwaini, telah menceritakan kepada kami Hassan ibnu Hassan, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Bisyr, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Mu'in, telah menceritakan kepada kami Ibrahim Al-Qurasyi, dari Sa'id ibnu Syurahbil, dari Zaid ibnu Abu Aufa r.a. yang telah mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ keluar menemui kami, lalu membaca firman-Nya: di atas tahta-tahta kebesaran berhadap-hadapan. (Ash-Shaffat: 44) Yakni sebagian dari mereka memandang kepada sebagian yang lain.
Hadis ini garib. Firman Allah ﷻ: Diedarkan kepada mereka gelas yang berisi khamr dari sungai yang mengalir. (Warnanya) putih bersih, sedap rasanya bagi orang-orang yang minum. Tidak ada dalam khamr itu alkohol dan mereka tiada mabuk karenanya. (Ash-Shaffat: 45-47) Seperti yang juga disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Mereka dikelilingi oleh anak-anak muda yang tetap muda, dengan membawa gelas (piala), cerek, dan minuman yang diambil dari air yang mengalir, mereka tidak pening karenanya dan tidak pula mabuk. (Al-Waqi'ah: 17-19) Allah membersihkan khamr surga dari penyakit-penyakit yang biasanya terdapat di dalam khamr dunia akibat dari meminumnya, misalnya kepala menjadi pening, perut mulas, dan mabuk yang menghilangkan akal sehat.
Maka dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya: Diedarkan kepada mereka gelas yang berisi khamr dari sungai yang mengalir. (Ash-Shaffat: 45) Yakni khamr yang diambil dari sungai yang mengalir di dalam surga, yang airnya tidak pernah habis dan tidak pernah kering. Malik telah meriwayatkan dari Zaid ibnu Aslam, bahwa khamr itu mengalir berwarna putih, yakni warnanya cemerlang, indah, dan baik. Tidak seperti khamr dunia yang kelihatan kotor lagi buruk, ada yang berwarna merah atau kuning atau keruh, dan lain sebagainya yang menjijikkan bagi orang yang berakal sehat.
Firman Allah ﷻ: sedap rasanya bagi orang-orang yang minum. (Ash-Shaffat: 46) Rasanya enak seperti warnanya, dan wangi baunya, berbeda dengan khamr dunia dalam semua spesifikasinya. Firman Allah ﷻ: Tidak ada dalam khamr itu alkohol (Ash-Shaffat: 47) Maksudnya, tidak menjadikan peminumnya merasa mual perutnya. Demikianlah menurut Ibnu Abbas r.a. Mujahid, Qatadah, dan Ibnu Zaid, tidak sebagaimana khamr dunia yang mempunyai pengaruh tersebut karena mengandung banyak alkohol. Menurut pendapat lain, yang dimaksud dengan gaul ialah pening kepala. Demikian pula menurut apa yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. dalam pendapat lainnya. Qatadah mengatakan, gaul adalah kepala pening dan perut mual.
Qatadah dan As-Saddi mengatakan bahwa arti gaul ialah mabuk yang menyebabkan akal sehat peminumnya hilang. Pengertian ini diambil dari perkataan seorang penyair: ... Gelas-gelas yang berisikan khamr terus-menerus membuat kami mabuk, dan melenyapkan akal sehat para peminumnya seorang demi seseorang. Sa'id ibnu Jubair mengatakan, makna yang dimaksud ialah khamr surga tidak mengandung penyakit dan tidak pula hal yang tidak disukai.
Pendapat yang sahih adalah yang dikatakan oleh Mujahid, yaitu perut mual. Firman Allah ﷻ: dan mereka tiada mabuk karenanya. (Ash-Shaffat: 47) Mujahid mengatakan bahwa akal sehat mereka tidak hilang. Hal yang sama dikatakan oleh Ibnu Abbas, Muhammad ibnu Ka'ab, Al Hasan, Ata ibnu Aslam Al-Khurrasani, As-Saddi dan lain-lainnya. Ad-Dahhak mengatakan dari ibnu Abbas bahwa ada empat reaksi akibat minum khamr yaitu mabuk, pusing, muntah dan kencing.
Allah dalam firman-Nya mencabut reaksi tersebut dari khamr surga, sebagaimana dalam surat Ash-Shaffat. Firman Allah ﷻ: Di sisi mereka ada bidadari-bidadari yang pandangannya tidak liar. (Ash-Shaffat: 48) Yaitu memelihara kehormatannya, tidak mau memandang kepada selain suami mereka. Demikianlah menurut Ibnu Abbas r.a., Mujahid, Zaid ibnu Aslam, Qatadah, As-Saddi, dan lain-lainnya. Firman Allah ﷻ: dan jelita matanya. (Ash-Shaffat: 48) Yakni memiliki mata yang indah dan jelita.
Suatu pendapat menyebutkan bermata lebar, tetapi pendapat ini merujuk kepada pendapat yang pertama, yaitu bermata jeli dan indah. Jadi, mata bidadari-bidadari itu bukan saja indah jelita, tetapi juga terhormat, yakni memelihara matanya dari memandang kepada suami lain. Seperti yang dikatakan oleh Zulaikha tentang Yusuf a.s. ketika menyuruhnya agar keluar menemui sekumpulan wanita pembesar kerajaannya, lalu mereka kagum dan terpana melihat ketampanan dan kecakapan rupa Nabi Yusuf; sehingga mereka menduga bahwa Yusuf a.s.
bukanlah manusia, melainkan salah seorang malaikat yang turun ke bumi karena ketampanan dan keanggunan penampilannya. Maka Zulaikha berkata kepada kaum wanita yang mempergunjingkan dirinya itu yang disitir oleh Allah ﷻ melalui firman-Nya: Itulah dia orang yang kamu cela aku karena (tertarik) kepadanya, dan sesungguhnya aku telah menggoda dia untuk menundukkan dirinya (kepadaku), tetapi dia menolak. (Yusuf: 32) Dengan kata lain dapat disebutkan bahwa selain Nabi Yusuf mempunyai rupa yang tampan, dia juga seorang yang memelihara kehormatannya, bertakwa, lagi bersih. Demikian pula sifat dari bidadari-bidadari di surga nanti.
bidadari-bidadari yang baik lagi cantik-cantik (Ar-Rahman: 70) Dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya: Di sisi mereka ada bidadari-bidadari yang pandangannya tidak liar dan matanya jelita. (Ash-Shaffat: 48) Adapun firman Allah ﷻ: seakan-akan mereka adalah telur (burung unta yang tersimpan dengan baik. (Ash-Shaffat: 49) Allah ﷻ, menggambarkan tentang bidadari-bidadari itu, bahwa mereka memiliki tubuh yang sangat cantik dan berkulit sangat indah. Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. sehubungan dengan makna firman-Nya: seakan-akan mereka adalah telur (burung unta) yang tersimpan dengan baik (Ash-Shaffat: 49) Yakni mutiara yang tersimpan dengan baik, lalu ia mengemukakan suatu bait syair milik Abu Dahbal yang telah mengatakan dalam salah satu bait dan kasidahnya: ...
dia adalah wanita cantik bagaikan mutiara yang tersimpan di kedalaman laut, berbeda dengan permata yang lainnya. Al-Hasan mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: seakan-akan mereka adalah telur (burung unta) yang tersimpan dengan baik. (Ash-Shaffat: 49) Yaitu tersimpan dengan rapi, tidak pernah tersentuh oleh tangan manusia. As-Saddi mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah telur yang tersimpan dengan baik di sarangnya. Said ibnu Jubair telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: seakan-akan mereka adalah telur (burung unta) yang tersimpan dengan baik. (Ash-Shaffat: 49) Maksudnya, bagian dalam telur.
Ata Al-Khurrasani mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah kulit air yang terletak di antara kulit luar dan bagian dalam telur. As-Saddi telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: seakan-akan mereka adalah telur (burung unta) yang tersimpan dengan baik. (Ash-Shaffat: 49) Yakni putih telur bila kulit luarnya telah dikupas. Pendapat ini dipilih oleh Ibnu Jarir karena ada firman-Nya yang mengatakan, "Maknun" yang artinya, tersimpan dengan baik'. Ibnu Jarir mengatakan bahwa bagian luar telur biasa diusap oleh sayap burung, terkena sarang, dan terpegang oleh tangan, lain halnya dengan bagian dalamnya.
Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Abdur Rahman ibnu Wahb, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Faraj As-Sadfi Ad-Dimyati, dari Amr ibnu Hasyim, dari Ibnu Abu Karimah, dari Hisyam, dari Al-Hasan, dari ibunya, dari Ummu Salamah r.a. yang mengatakan bahwa ia pernah bertanya kepada Rasulullah ﷺ tentang makna firman-Nya: bidadari-bidadari yang bermata jeli. (Al-Waqi'ah: 22) Maka Rasulullah ﷺ menjawab, bahwa, artinya bermata jeli, yang putihnya putih sekali dan yang hitamnya hitam sekali dengan bulu mata yang lentik seperti sayap burung elang. Dan ia bertanya lagi tentang makna firman-Nya: seakan-akan mereka adalah telur (burung unta) yang tersimpan dengan baik (Ash-Shaffat: 49). Maka beliau ﷺ bersabda, bahwa kulitnya lembut seperti kulit ari yang melindungi bagian dalam telur. -: Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abu Gassan An-Nahdi, telah menceritakan kepada kami Abdus Salam ibnu Harb, dari Lais ibnur Rabi' ibnu Anas r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Aku adalah orang yang mula-mula keluar (dari kubur) bila mereka dibangkitkan, aku adalah juru bicara mereka bila mereka dihadapkan (kepada Allah), aku adalah orang yang memberikan kegembiraan kepada mereka apabila mereka bersedih hati, aku adalah pemberi syafaat mereka bila mereka ditahan (di perhentian kiamat).
Panji 'Pujian' berada di tanganku hari itu, dan aku adalah anak Adam yang paling mulia di sisi Allah ﷻ tanpa membanggakan diri; berkeliling di sekitarku seribu pelayan seakan-akan mereka seperti telur yang tersimpan dengan baik, atau seperti mutiara yang tersimpan dengan baik. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui kebenaran."
Itulah azab bagimu, wahai kaum musyrik, dan kamu tidak diberi ba-lasan dan azab di akhirat melainkan sebagai balasan terhadap kejahatan apa saja yang telah kamu kerjakan. Allah tidak menzalimimu sedikit pun. 40. Demikianlah siksa pedih yang Allah siapkan bagi orang-orang musyrik, tetapi hamba-hamba Allah yang dibersihkan dari dosa,.
Allah pada ayat ini membantah tuduhan orang-orang kafir Mekah itu. Nabi Muhammad ﷺ tidak pernah mengucapkan kalimat-kalimat khayalan sebagai penyair, tetapi sesungguhnya beliau pembawa dan pendukung kebenaran. Ajaran tauhid yang disebarluaskan beliau tidak perlu lagi diragukan, sebab keesaan Tuhan itu dikukuhkan oleh pikiran yang sehat dan dapat dibuktikan dengan dalil-dalil yang nyata. Tidaklah patut bilamana Rasul itu dikatakan penyair padahal dia membawa ajaran yang benar. Ajaran yang sama telah dibawakan pula sebelumnya oleh para nabi-nabi terdahulu.
Ajaran tauhid yang dibawa beliau meneruskan ajaran tauhid yang dibawa oleh nabi-nabi dahulu, dan bukan sekali-kali buatan Muhammad ﷺ Jadi tuduhan kepada Rasul sebagai penyair dan orang gila hanyalah karena kebencian dan keingkaran semata-mata. Allah pastilah akan menimpakan azab yang pedih dan hukuman yang berat kepada orang-orang kafir yang menuduh Rasul dengan tuduhan nista itu. Azab bagi mereka yang ingkar kepada ajaran rasul-rasul itu bisa jadi dirasakan di dunia ini, sebelum dirasakan di akhirat. Seperti azab yang diderita oleh kaum Samud, Fir'aun dan lain-lain. Namun Tuhan tidak akan menurunkan azab kepada manusia kecuali hanya sebagai balasan dan akibat dari perbuatan mereka sendiri. Allah berfirman:
Barangsiapa mengerjakan kebajikan maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa berbuat jahat maka (dosanya) menjadi tanggungan dirinya sendiri. Dan Tuhanmu sama sekali tidak menzalimi hamba-hamba(-Nya). (Fushshilat/41: 46)
.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
TOLAK BERTOLAK KESALAHAN
Maka terjadilah tolak bertolak kesalahan, atau salah menyalahkan di antara si pengikut dengan yang diikut. Karena kejahatan menantang Allah dan Rasul-Nya itu pun mempunyai pemimpin-pemimpin juga. Setelah mereka dikumpulkan dalam neraka menerima adzab siksaan yang setimpal, di sanalah mereka sesal menyesali, salah-menyalahkan. Ini dijelaskan pada ayat yang selanjutnya.
Ayat 27
“Maka menghadaplah yang setengah mereka kepada yang setengah, tanya bertanya."
Dalam bunyi ayat sudah jelas, bahwa tempat mereka sudah disamakan, karena mereka sama seragam atau sejenis, sama-sama dalam golongan pendurhaka kepada Ilahi. Sehingga si pengikut yang selama dunia dipandang lebih rendah dari pemimpinnya, sekarang sudah berhadapan di satu tempat tinggal dalam neraka.
Ayat 28
“Mereka berkata, “Sesungguhnya kamulah yang datang kepada kami dari sebelah kanan."
Yang berkata ini ialah si pengikut mendakwa atau menuduh orang-orang yang mem-bujuk mereka di kala hidup di atas dunia. Di ujung ayat dikatakan bahwa mereka datang dari sebelah kanan. Jalan dari sebelah kanan ialah berarti merayu, membujuk, memberikan harapan yang indah-indah, menghiasi kata-kata dengan mulut manis, sehingga yang dibujuk merasa senang dan percaya.
Ayat 29
“Mereka menjawab."
Yaitu pemimpin-pemimpin yang telah didakwa dan disesali oleh pengikutnya yang merasa telah tertipu itu.
“Bahkan kamu sendirilah yang sebenarnya tidak beriman."
Bukti mereka tidak beriman ialah karena mereka menurut saja apa yang dibujuk rayukan orang kepada mereka, karena tidak mempunyai pendirian. Orang yang beriman adalah orang yang berpendirian. Mereka itu tidak mudah menurut saja apa yang dikatakan orang. Oleh sebab itu janganlah kesesatan kamu, yang menyebabkan kamu masuk neraka ini semata-mata kalian timpakan kesalahannya kepada kami. Seruan kami tidak akan berkembang kalau tidak ada yang menyambutnya. Kalian telah menerimanya dengan kesukaan kalian sendiri.
Ayat 30
“Dan tidaklah ada pada kami sesuatu kekuasaan pun atas kamu."
Dalam ayat ini dijelaskan pengakuan pemimpin yang membujuk rayu itu bahwa mereka pun tidaklah ada kekuasaan apa-apa atas para pengikut itu. Para mengikut ada akal, ada pikiran buat menimbang. Kalau mereka tidak mau, tidak ada pemimpin yang dapat menguasainya.
“Bahkan kamulah kaum yang melanggar."
Artinya bahwa kamu sendiri pun tahu mana pekerjaan yang melanggar, mana yang melampaui batas.
Ayat 31
“Maka sudah sepantasnyalah keputusan Tuhan kita atas diri kita."
Dan ucapan ini terbayanglah pula penyesalan yang mendalam. Mereka mengakui terus terang bahwa mereka memang telah menyesatkan orang lain, tetapi orang-orang itu tidak akan dapat mereka sesatkan kalau orang itu beriman. Sekarang keduanya sudah nyata bersalah, baik yang mengajak mengapa mengajak, atau yang diajak mengapa mau. Keputusan Allah ﷻ menghukum mereka adalah pantas, adalah benar dan adil.
"Sesungguhnya dia!'—yaitu keputusan yang dijatuhkan Allah itu— “akan kita derita."
Tidak dapat kita mengelakkan diri lagi. Karena keputusan itu adalah tersebab ke-salahan kita sendiri.
Ayat 32
“Maka kami telah menyesatkan kamu."
Kami telah menyesatkan kamu karena selalu kami puji-puji kekafiran kamu dan kami katakan benar segala perbuatan yang salah, kami puji pekerjaanmu yang sepantasnya dicela;
“Sesungguhnya kami pun adalah orang-orang yang sesat."
Kami adalah orang yang sesat karena waswas dan keraguan, karena kedustaan dan kebohongan, karena kekosongan yang dikatakan berisi, karena penipuan kami terhadap orang yang bodoh.
Ayat 33
“Maka sesungguhnya mereka di hari itu di dalam adzab, adalah akan bersekutu."
Baik yang disesatkan atau yang menyesatkan bersama-samalah mereka itu menerima adzab dan siksaan dalam tempat yang sama, yaitu neraka Jahim.
Di dalam ayat-ayat bertemulah satu inti persoalan. Yaitu bahwa di dalam hal beragama tidaklah boleh seseorang hanya turut-turutan saja. Tidaklah boleh hanya menerima apa yang dikatakan dan dibujukrayukan oleh pemimpin dan pemuka. Hendaklah memakai pertimbangan sendiri, berpikir dengan logika (mantiq), mempertimbangkan yang benar dengan yang salah. Di hari Kiamat guru yang disanjung-sanjung itu tidaklah akan dapat memberikan pertolongan, malahan bisa saja sama-sama menerima hukuman di tempat yang sama di neraka.
Ayat 34
“Sesungguhnya Kami, begitulah yang akan Kami pembuat terhadap orang-orang yang berbuat jahat."
Yang durhaka dan mempersekutukan Allah dengan yang lain. Karena kejahatan yang paling besar ialah durhaka dengan mempersekutukan Allah. Dialah puncaknya segala dosa.
Ayat 35
“Sesungguhnya mereka itu jika dikatakan orang kepada mereka, ‘Tidak ada tuhan selain Allah, “ mereka menyombongkan diri."
Menyombongkan diri, bersikap acuh tak acuh dan senang serta bangga dalam kemusyrikannya.
Dengan sikap sombong inilah Nabi Muhammad ﷺ diterima oleh musyrikin Quraisy di kala beliau menyampaikan seruan ini. Malahan seketika paman beliau Abu Thalib di dalam sakit keras akan meninggal, beliau dikerumuni oleh pemuka-pemuka musyrikin Quraisy itu. Maka seketika Nabi ﷺ membujuk pamannya itu supaya segera beliau mengucapkan dua kalimah syahadat, mengakui tidak ada tuhan melainkan Allah dan Muhammad adalah Utusan Allah, pemuka musyrikin yang hadir itu, di antaranya Abu Jahal melarang pula Abu Thalib meninggalkan agama nenek moyangnya, sehingga meninggallah paman yang berjasa itu dalam keadaan musyrik karena dihambat oleh kesombongan pemuka musyrikin itu.
Ayat 36
“Dan mereka berkata, “Apakah kita akan meninggalkan tuhan-tuhan kita karena seorang penyair yang gila?"
Inilah salah satu bukti kesombongan mereka. Nabi Muhammad ﷺ yang menyam-paikan dakwah kepada mereka agar mengakui tidak ada tuhan selain Allah, mereka tuduh seorang penyair yang gila. Apakah karena hendak menuruti penyair gila ini akan kita hentikan menyembah tuhan-tuhan kita, dewa-dewa kita, berhala dan patung yang kita puja sejak zaman nenek moyang kita?
Namun Allah mempertahankan Rasul-Nya.
Ayat 37
“Padahal sebenarnya dia itu datang dengan kebenaran “
Dengan seruan yang tahan uji kebenarannya. Karena tuhan-tuhan berhala yang mereka sembah itu tidak ada mempunyai kekuatan secuil jua pun. Perbuatan mereka adalah perbuatan salah, yang tidak tahan uji dengan pikiran sehat.
“Dan dia pun mengakui rasul-iasul yang telah diutus."
Ayat 38
“Sesungguhnya kamu, pastilah kamu akan merasakan adzab siksaan pedih."
Karena kesombongan kamu dan penolakan kamu atas ajakan Rasul itu.
Ayat 39
“Dan tidaklah kamu akan diberi ganjalan, kecuali karena apa yang telah kamu kerjakan."
Tegasnya bahwa orang yang tidak bersalah, tidaklah akan menerima hukuman setimpal dan semua amalan dinilai menurut coraknya; amal baik diganjari baik, amal jahat diganjari siksaan dan adzab yang dijatuhkan dengan adil.