Ayat
Terjemahan Per Kata
سُبۡحَٰنَ
Maha Suci
ٱللَّهِ
Allah
عَمَّا
dari apa
يَصِفُونَ
mereka sifatkan
سُبۡحَٰنَ
Maha Suci
ٱللَّهِ
Allah
عَمَّا
dari apa
يَصِفُونَ
mereka sifatkan
Terjemahan
Mahasuci Allah dari apa yang mereka sifatkan,
Tafsir
(Maha Suci Allah) kalimat ini memahasucikan Dia (dari apa yang mereka sifatkan) yaitu bahwasanya Allah mempunyai anak.
Tafsir Surat As-Saffat: 149-160
Tanyakanlah (ya Muhammad) kepada mereka (orang-orang kafir Mekah), "Apakah untuk Tuhanmu anak-anak perempuan dan untuk mereka anak laki-laki, atau apakah Kami menciptakan malaikat-malaikat berupa perempuan dan mereka menyaksikan (nya)? Ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka dengan kebohongannya benar-benar mengatakan, Allah beranak.Dan sesungguhnya mereka benar-benar orang yang berdusta. Apakah Tuhan memilih (mengutamakan) anak-anak perempuan daripada anak laki-laki? Apakah yang terjadi padamu? Bagaimanakah (caranya) kamu menetapkan? Maka apakah kamu tidak memikirkan? Atau apakah kamu mempunyaL bukti yang nyata? Maka bawalah kitabmu jika kamu memang orang-orang yang benar.
Dan mereka adakan (hubungan) nasab antara Allah dan antara Jin. Dan sesungguhnya jin mengetahui bahwa mereka benar-benar akan diseret (ke neraka), Mahasuci Allah dari apa yang mereka sifatkan. Kecuali hamba-hamba Allah yang dibersihkan (dari dosa). Allah ﷻ berfirman, mengingkari sikap orang-orang musyrik karena mereka telah menjadikan bagi Allah anak-anak perempuan; Mahasuci Allah dari apa yang mereka tuduhkan. Sedangkan bagi mereka apa yang disukai oleh mereka, yakni anak laki-laki. Dengan kata lain, menginginkan yang terbaik untuk diri mereka. Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah. (An-Nahl: 58) Yakni dia tidak senang dengan kelahiran anak perempuan itu, dan yang dipilih buat dirinya hanyalah anak laki-laki.
Allah ﷻ berfirman, bahwa mengapa mereka menisbatkan kepada Allah ﷻ bagian yang tidak mereka ingini buat diri mereka sendiri. Karena itulah disebutkan oleh firman Allah ﷻ: Tanyakanlah kepada mereka. (Ash-Shaffat: 149) Perintah ini mengandung nada ingkar terhadap perbuatan mereka. Apakah untuk Tuhanmu anak-anak perempuan dan untuk mereka anak laki-laki. (Ash-Shaffat: 149) Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Apakah patut untuk kamu (anak) laki-laki dan untuk Allah (anak) perempuan? Yang demikian itu tentulah suatu pembagian yang tidak adil. (An-Najm: 21-22) Adapun firman Allah ﷻ: atau apakah Kami menciptakan malaikat-malaikat berupa perempuan dan mereka menyaksikan (nya)? (Ash-Shaffat: 150) Yakni mengapa mereka memutuskan bahwa malaikat-malaikat itu perempuan, padahal mereka tidak menyaksikan penciptaannya. Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh ayat lain melalui firman-Nya: Dan mereka menganggap malaikat-malaikat yang mereka itu adalah hamba-hamba Allah Yang Maha Pemurah sebagai orang-orang perempuan.
Apakah mereka menyaksikan penciptaan malaikat-malaikat itu? Kelak akan dituliskan persaksian mereka dan mereka akan dimintai pertanggungjawaban. (Az-Zukhruf 19) Yaitu mereka akan ditanyai mengenai hal tersebut kelak di hari kiamat. Firman Allah ﷻ: Ketahuilah bahwa sesunggunhya mereka dengan kebohongannya benar-benar mengatakan, "Allah beranak. (Ash-Shaffat: 151-152) Allah mempunyai anak, kata mereka. Dan sesungguhnya mereka benar-benar orang yang berdusta. (Ash-Shaffat: 152) Allah ﷻ menyebutkan tiga pendapat mereka terhadap para malaikat yang merupakan sikap mereka yang sangat kafir lagi bohong. Pertama, mereka menganggap para malaikat adalah anak-anak Allah, Mahasuci Allah dari apa yang dikatakan mereka.
Kedua, mereka menganggap para malaikat adalah jenis perempuan: Ketiga, mereka menyembah para malaikat itu selain Allah ﷻ Mahasuci Allah dari segala perbuatan mereka; masing- masing dari ketiga perlakuan tersebut cukup untuk menjerumuskan pelakunya ke dalam neraka menjadi penghuni abadinya. Selanjutnya Allah berfirman, mengingkarinya perbuatan mereka: Apakah Tuhan memilih (mengutamakan) anak-anak perempuan daripada anak laki-laki (Ash-Shaffat: 153) Yakni apakah yang mendorong Dia untuk memilih anak-anak perempuan, bukan anak laki-laki. Seperti pengertian yang terdapat di dalam firman-Nya: Maka apakah patut Tuhan memilihkan bagimu anak-anak laki-laki, sedangkan Dia sendiri mengambil anak-anak perempuan di antara para malaikat? Sesungguhnya kamu benar-benar mengucapkan kata-kata yang besar (dosanya). (Al-Isra: 40) Karena itulah disebutkan dalam surat ini oleh firman-Nya: Apakah yang terjadi padamu? Bagaimanakah (caranya) kamu menetapkan? (Ash-Shaffat: 154) Maksudnya, kalian ini memang tidak mempunyai akal yang dapat dijadikan sebagai kontrol berfikir sebelum kalian berucap.
Maka apakah kamu tidak memikirkan? Atau apakah kamu mempunyai bukti yang nyata? (Ash-Shaffat: 155-156) Yakni alasan yang menguatkan apa yang kamu katakan itu. Maka bawalah kitabmu jika kamu memang orang-orang yang benar. (Ash-Shaffat: 157) Yaitu kemukakanlah bukti yang menguatkan hal tersebut dengan bersandar pada suatu kitab yang diturunkan dari langit, dari Allah ﷻ yang menyebutkan bahwa Dia mengambil seperti apa yang kamu katakan itu. Sesungguhnya apa yang kamu katakan itu tidak dapat diterima oleh akal yang sehat, bahkan secara mutlak rasio menolaknya sama sekali.
Firman Allah ﷻ: Dan mereka adakan (hubungan) nasab antara Allah dan antara jin. (Ash-Shaffat: 158) Mujahid mengatakan bahwa orang-orang musyrik menganggap malaikat-malaikat itu adalah anak-anak perempuan Allah ﷻ Maka Abu Bakar r.a. bertanya kepada mereka, "Lalu siapakah ibunya?" Mereka (orang-orang musyrik) menjawab, "Anak-anak perempuan jin yang terkemuka." Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Qatadah dan Ibnu Zaid. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya: Dan sesungguhnya jin mengetahui bahwa mereka benar-benar akan diseret (ke neraka). (Ash-Shaffat: 158) Yakni orang-orang yang menisbatkan hal tersebut kepada jin, kelak mereka benar-benar akan diseret ke dalam azab di hari penghisaban karena kebohongan mereka dalam hal tersebut yang telah dibuat-buat oleh mereka sendiri dan ucapan mereka yang batil tanpa pengetahuan.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan mereka adakan (hubungan) nasab antara Allah dan antara jin. (Ash-Shaffat: 158) Musuh-musuh Allah menduga bahwa Dia dan iblis adalah dua bersaudara, Mahasuci lagi Mahatinggi Allah dari hal tersebut dengan ketinggian yang setinggi-tingginya. Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir. Firman Allah ﷻ: Mahasuci Allah dari apa yang mereka sifatkan. (Ash-Shaffat: 159) Yaitu Mahasuci lagi Mahatinggi Allah dari mempunyai anak dan dari apa yang digambarkan oleh orang-orang zalim lagi pengingkar itu dengan ketinggian yang setinggi-tingginya.
Firman Allah ﷻ: Kecuali hamba-hamba Allah yang dibersihkan (dari dosa). (Ash-Shaffat: 160) Istisna atau pengecualian di sini bersifat munqati, dan ia berasal dari kalam yang musbat, terkecuali damir yang terdapat di dalam firman-Nya: Dari apa yang mereka sifatkan (Ash-Shaffat: 159) kembali kepada semua manusia. Kemudian Allah mengecualikan dari mereka hamba-hamba Allah yang dibersihkan dari dosa-dosanya; mereka adalah orang-orang yang mengikuti kebenaran yang diturunkan kepada semua nabi yang diangkat menjadi rasul.
Ibnu Jarir menganggap istis'na ini dari firman Allah ﷻ: bahwa mereka benar-benar akan diseret (ke neraka). (Ash-Shaffat: 158) Selanjutnya dikecualikanlah dari mereka: Kecuali hamba-hamba Allah yang dibersihkan (dari dosa). (Ash-Shaffat: 160) Akan tetapi, pendapat yang dikatakan oleh Ibnu Jarir ini masih diragukan kebenarannya; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui."
158-160. Dan mereka juga menganggap bahwa Allah mengadakan hubungan nasab antara Dia dan jin. Alangkah buruk anggapan tersebut, dan sungguh jin yang menyesatkan manusia telah mengetahui bahwa mereka pasti akan diseret ke neraka. Mahasuci dan Mahamulia Allah dari apa yang mereka sifatkan. Dia suci dari segala sifat-sifat yang menyamai makhluk-Nya. Mereka yang menyematkan sifat-sifat tersebut kepada Allah akan diseret ke neraka. Demikianlah, kecuali hamba-hamba Allah yang dipilih; mereka disucikan dari dosa karena menyembah Allah de-ngan ikhlas dan tidak mempunyai pandangan salah tentang-Nya. 158-160. Dan mereka juga menganggap bahwa Allah mengadakan hubungan nasab antara Dia dan jin. Alangkah buruk anggapan tersebut, dan sungguh jin yang menyesatkan manusia telah mengetahui bahwa mereka pasti akan diseret ke neraka. Mahasuci dan Mahamulia Allah dari apa yang mereka sifatkan. Dia suci dari segala sifat-sifat yang menyamai makhluk-Nya. Mereka yang menyematkan sifat-sifat tersebut kepada Allah akan diseret ke neraka. Demikianlah, kecuali hamba-hamba Allah yang dipilih; mereka disucikan dari dosa karena menyembah Allah de-ngan ikhlas dan tidak mempunyai pandangan salah tentang-Nya.
Selanjutnya Allah menegaskan bahwa Ia Mahasuci dari segala anggapan dan pandangan seperti itu, bahwa Ia punya anak perempuan yaitu malaikat dan bahwa antara Ia dan jin ada hubungan kekerabatan. Bahkan Ia Mahasuci dari apa pun pandangan manusia mengenai diri-Nya, karena keadaan-Nya yang sebenarnya tidak dapat dilukiskan manusia dengan sebenar-benarnya, karena Ia tidak akan dapat ditangkap mata, tidak dapat didengar telinga, dan tidak tergores di dalam hati. Orang yang berpandangan demikian adalah musyrik.
Hamba-hamba Allah yang terpilih, yaitu yang telah dijadikan-Nya memiliki sifat ikhlas, tidak akan mempunyai pandangan yang salah tentang-Nya. Mereka selalu mengagungkan-Nya sejauh yang ia mampu mengagungkan-Nya, memuji-Nya sejauh yang ia mampu memuji-Nya, dan melaksanakan perintah-Nya dengan patuh sejauh yang ia mampu melaksanakannya. Begitu pulalah malaikat dalam pandangan mereka. Malaikat bukanlah anak perempuan Allah, tetapi adalah hamba Allah yang selalu menghambakan diri kepada-Nya dan melaksanakan perintah-Nya tanpa pamrih sedikit pun.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
“Dan untuk, mereka anak-anak laki-laki."
Mereka tidak senang kalau dapat anak perempuan. Mereka merasa malu dan marah kalau dapat anak perempuan. Bahkan ada yang menguburkan anak perempuannya hidup-hidup dari sangat bencinya kepada anak perempuan. Sekarang bagaimana perasaan mereka terhadap Allah, kalau mereka katakan bahwa malaikat-malaikat itu semua anak Allah dan semuanya perempuan. Bukankah dengan demikian mereka telah menghinakan Allah?
Apakah Allah itu mereka anggap hina, karena anak-Nya perempuan semua? Dan me-reka lebih mulia dari Allah, mana di antara mereka yang dapat anak laki-laki? Atau mereka sendiri mana yang laki-laki lebih mulia dari malaikat?
Orang-orang musyrikin itu mengatakan bahwa malaikat-malaikat itu adalah anak perempuan Allah. Bahkan ada pula di antara mereka yang lancang mengatakan, bahwa berhala-berhala yang mereka sembah itu bangsanya atau jenisnya ialah perempuan. Sebab itu nama-namanya nama perempuan semua, tidak ada yang nama laki-laki. Misalnya al-Laata, al-Uzza, al-Manaata; semuanya nama perempuan.
Sekarang Nabi disuruh,
Ayat 149
‘Tanyakanlah kepada mereka, “Apakah untuk tuhan engkau anak-anak perempuan."
Dikatakan malaikat-malaikat itu anak Allah, dan malaikat itu semuanya perempuan, jadi anak Allah perempuan semua.
Ayat 150
“Ataukah Kami telah menciptakan malaikat benupa perempuan, dan mereka menyaksikan?"
Ini pun salah satu dongeng atau cerita bohong, cerita karangan dan khayal, yaitu tentang mengatakan bahwa malaikat itu sendiri adalah jenis perempuan. Dari mana mereka dapat berita itu? Dari mana sumber berita? Atau mereka turut menyaksikan ketika ada malaikat lahir ke dunia? Atau ada di antara mereka yang pernah melihat malaikat, sehingga jelas bagi mereka bahwa memang malaikat itu perempuan jenis kelaminnya?
Ayat 151
“Ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka dari sebab kebohongan mereka itu, benar-benar mengatakan: “
Ayat 152
“Allah beranak “
Kemudian pada lanjutan ayat ditegaskan,
“Dan sesungguhnya mereka adalah pembohong belaka."
Mengatakan pembohong jika orang mengatakan Allah beranak?
Ialah karena yang demikian itu bukan timbul dari ilmunya, bukan timbul dari akal-nya, melainkan dikarang-karangkannya saja. Dari mana mereka dapat kalau sekiranya mengatakan Allah beranak itu semacam ilmu? Terutama kepercayaan yang demikian itu, dalam hal ini di kalangan musyrikin Quraisy atau Arab di zaman itu. Ayat yang selanjutnya menjelaskan lagi kebohongan pendirian itu.
Ayat 153
“Apakah Dia mengutamakan anak-anak penempaan dari anak-anak laki-laki?"
Mereka pun percaya bahwa Allah mempunyai makhluk tertinggi bernama malaikat. Bahwa malaikat itu diserahi tanggung jawab yang besar-besar pada seluruh alam ini. Ada yang mengatur perjalanan matahari, bulan dan cakrawala seluruhnya dan ada yang di-perintahkan mengatur pembagian hujan dan panas. Bayangkan! Bagaimana! Bagaimana Allah mengistimewakan tugas-tugas demikian hanya kepada anak-anak Allah yang perem-puan? Apakah anak Allah tidak ada yang laki-laki?
Maka datanglah pertanyaan selanjutnya,
Ayat 154
“Apa sebab kamu begitu? Bagaimana kamu menetapkan begitu?"
Bukankah itu semuanya pekerjaan atau kepercayaan yang sama sekali tidak ada dasarnya? Artinya bohong semua?
Ayat 155
“Maka apakah tidak kamu sadar?"
Bahwa segala pemujaan kamu kepada berhala selama ini adalah pekerjaan yang tidak tentu ujung pangkal? Kamu mengakui juga kekuasaan Allah Mahakuasa, Maha Esa, tetapi ibadah kepada-Nya kamu kacau balaukan?
Ayat 156
“Atau adakah pada kamu bukti yang nyata?"
Yang akan dapat menguatkan pendapat dan pendirian kamu itu?
Ayat 157
“Maka datangkanlah kitabmu itu jikalau adalah kamu di pihak orang-orang yang benar."
Niscaya mereka tidak akan dapat mengemukakan bukti itu, karena memang tidak ada. Dan tidak pula mereka akan sanggup mengemukakan kitab pegangan mereka, karena mereka tidak mempunyai kitab. Agama yang mereka pegang adalah agama hasil khayalan manusia, bukan wahyu yang diterima dari Allah ﷻ
Dan dengan ayat-ayat ini dapatlah dipahamkan bahwa ajaran Islam tidaklah menyukai suatu yang biasa dinamai tahsisul-‘umyaan, hasil raba-raba orang buta.
Ayat 158
“Dan mereka adakan hubungan nasab antara Allah dan antara jin."
Menurut suatu riwayat dari Mujahid, di antara kaum musyrikin itu mengatakan malaikat itu anak Allah. Lalu Abu Bakar bertanya, “Kalau begitu siapa ibunya?" Mereka menjawab, “Allah itu kawin dengan jin perempuan yang cantik-cantik."
“Dan sungguh jin sendiri telah tahu, bahwa sesungguhnya mereka akan dihadinkan."
Artinya bahwa jin sendiri sudah lebih dahulu tahu, lebih dahulu mengerti bahwa mereka adalah sejenis makhluk Allah yang di hari Kiamat kelak mereka pun akan dihadirkan di hadapan Allah, akan dihisab dihitung juga amal baik dan amal jahatnya dan akan mendapat ganjaran yang setimpal. Tidak ada jin yang mengakui bahwa mereka bermenantu Allah, bercucu malaikat.
Ayat 159
“Mahasuci Allah dari yang mereka sifatkan itu."
Tegasnya bahwa Allah itu Tunggal, Mahakuasa yang mutlak, tidak beranak dan tidak diperanakkan, dan tidak beristri dan tidak pula beranak perempuan.
Ayat 160
“Kecuali hamba-hamba Allah yang disucikan."
Artinya bahwa orang-orang yang telah disucikan ruhnya oleh Allah karena imannya, tidaklah akan turut menganut paham yang bodoh dan bohong itu. Karena mereka telah menerima dan percaya keterangan-keterangan yang diberikan oleh Rasul tentang Allah dan sifat-sifat-Nya dan kebesaran-Nya dan kekuasaan-Nya.