Ayat
Terjemahan Per Kata
وَتَرَكۡنَا
dan Kami tinggalkan
عَلَيۡهِ
atasnya
فِي
pada
ٱلۡأٓخِرِينَ
orang-orang yang kemudian
وَتَرَكۡنَا
dan Kami tinggalkan
عَلَيۡهِ
atasnya
فِي
pada
ٱلۡأٓخِرِينَ
orang-orang yang kemudian
Terjemahan
Kami mengabadikan untuknya (pujian) pada orang-orang yang datang kemudian,
Tafsir
(Dan Kami abadikan untuk Ilyas di kalangan orang-orang yang datang kemudian) pujian yang baik.
Tafsir Surat As-Saffat: 123-132
Dan sesungguhnya Ilyas benar-benar termasuk salah seorang rasul-rasul. (Ingatlah) ketika ia berkata kepada kaumnya. 'Mengapa kamu tidak bertakwa? Patutkah kamu menyembah Bal dan kamu tinggalkan sebaik-baik Pencipta, (yaitu) Allah Tuhanmu dan Tuhan bapak-bapakmu yang terdahulu?" Maka mereka mendustakannya-, karena itu mereka akan diseret (ke neraka). kecuali hamba-hamba Allah yang dibersihkan (dari dosa). Dan Kami abadikan untuk Ilyas (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian, (yaitu): "Kesejahteraan dilimpahkan atas Ilyas. Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya dia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman.
Qatadah dan Muhammad ibnu Ishaq mengatakan bahwa menurut suatu pendapat, Ilyas adalah Idris. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abu Na'im, telah menceritakan kepada kami Israil, dari Abu Ishaq, dari Ubaidah ibnu Rabi'ah, dari Abdullah ibnu Mas'ud r.a. yang mengatakan bahwa Ilyas adalah Idris. Hal yang sama dikatakan pula oleh Ad-Dahhak. Wahb ibnu Munabbih mengatakan bahwa dia adalah Ilyas ibnu Nissi ibnu Fanhas ibnul Aizar ibnu Harun ibnu Imran.
Allah mengutusnya kepada kaum Bani Israil sesudah Hizqil a.s. (Hezkiel), saat itu kaumnya menyembah berhala yang disebut Ba'l. Lalu Ilyas menyeru mereka untuk menyembah Allah, dan mencegah mereka dari menyembah kepada selain Allah. Pada mulanya raja mereka telah beriman, kemudian murtad dan terus berkelanjutan dalam kesesatannya bersama kaumnya, sehingga tiada seorang pun dari mereka yang beriman. Maka Nabi Ilyas berdoa kepada Allah untuk memberikan pelajaran terhadap kaumnya, maka Allah menahan hujan dari mereka selama tiga tahun.
Akhirnya mereka meminta kepada Nabi Ilyas agar melenyapkan hal tersebut dari mereka; dan mereka menjanjikan kepadanya bahwa jika berhasil, maka mereka akan beriman kepadanya, yaitu jika mereka kembali memperoleh hujan. Lalu Nabi Ilyas berdoa kepada Allah memohon hujan, maka turunlah hujan kepada mereka sebagaimana biasanya. Akan tetapi, mereka tetap dalam kesesatannya dan bergelimang dalam kekafirannya seperti semula.
Kemudian Nabi Ilyas memohon kepada Allah agar Dia mencabut nyawanya kembali kepada-Nya, dan saat itu telah dibesarkan oleh Ilyasa" ibnu Akhtub a.s. Maka Allah memerintahkan kepada Ilyas agar pergi ke suatu tempat; bilamana ada sesuatu yang datang kepadanya, janganlah ia takut, dan hendaknya ia menaikinya tanpa ragu-ragu. Maka datanglah kepadanya di tempat tersebut seekor kuda dari api, lalu ia menaikinya, dan Allah ﷻ memberi Ilyas pakaian dari cahaya dan memberinya sayap.
Sejak itu Ilyas terbang bersama para malaikat, menjadi manusia penghuni langit, adakalanya juga berada di bumi. Demikianlah menurut apa yang telah diriwayatkan oleh Wahb ibnu Munabbih dari Ahli Kitab; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui kebenarannya. Firman Allah ﷻ: (Ingatlah) ketika ia berkata kepada kautnya,-Mengapa kamu tidak bertakwa?" (Ash-Shaffat: 124) Artinya, mengapa kalian tidak takut kepada Allah ﷻ karena kalian menyembah selain-Nya?. Patutkah kamu menyembah Ba'l dan kamu tinggalkan sebaik-baik Pencipta? (As- Saffat:125) Ibnu Abas Mujahid, Ikrimah, Qatadah, dan As-Saddi mengatakan Bal adalah berhala. Qatadah dan Ikrimah berkata itu menurut dialek Yaman, dalam riwayat lain Qatadah berkata itu menurut dialek suku Sunuah.
Ibnu Ishaq mengabarkan dari sebagian ahli ilmu bahwa Bal adalah berhala wanita. Abdurrahman bin Zaid bin Aslam mengatakan dari Bapaknya, Bal adalah nama patung yang disembang orang Madinah, dinamakan dengan Balabak terletak di sebelah barat Dimasyq. Firman Allah ﷻ: Patutkah kamu menyembah Ba'l. (Ash-Shaffat: 125) Yakni mengapa kamu menyembah berhala? dan kamu tinggalkan sebaik-baik Pencipta, Tuhanmu dan Tuhan bapak-bapakmu yang terdahulu.
Dialah yang pantas disembah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Kemudian disebutkan dalam firman selanjutnya: Maka mereka mendustakannya, karena itu mereka akan diseret (ke neraka). (Ash-Shaffat: 127) Yaitu untuk mendapat azab di hari perhitungan amal perbuatan nanti. kecuali hamba-hamba Allah yang dibersihkan (dari dosa) (Ash-Shaffat: 128) Yakni di antara mereka yang mengesakan Allah, istisna atau pengecualian di sini bersifat munqati' dari musbat. Firman Allah ﷻ: Dan Kami abadikan untuk Ilyas di kalangan orang-orang yang datang kemudian. (Ash-Shaffat: 129) Maksudnya, pujian yang baik dan sebutan yang harum. (yaitu),Kesejahteraan dilimpahkan atas Ilyas. (Ash-Shaffat: 130) Ungkapan ini menurut dialek Bani Asad, misalnya Ismail dikatakan Ismain; sebagian Bani Tamim mendendangkan suatu bait syair berkenaan dengan biawak yang berhasil mereka buru: ...
Mereka mengatakan ketika kami datang, "Ini, demi Tuhan Baitullah, adalah orang-orang Bani Israil" Dikatakan Mikal, Mikail, dan Mikain, sebagaimana dikatakan Ibrahim dan Abraham, dan Israil dikatakan Israin, Tursaina dikatakan Tur Sinina. Semuanya itu diperbolehkan dan menunjukkan makna yang sama Sebagian ulama membacanya Salamun -Ala Idrasin, yang artinya 'kesejahteraan dilimpahkan kepada Idris." Ini menurut qiraat sahabat Ibnu Masud r.a. Yang lainnya ada yang membacanya Ali Yasin, dengan pengertian keluarga Muhammad ﷺ Firman Allah ﷻ: Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya dia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman. (Ash-Shaffat: 131-132) Tafsir mengenainya telah di sebutkan di atas; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui."
129-132. Dan karena kesabaran serta ketabahannya dalam menyampaikan agama tauhid, Kami abadikan untuk Nabi Ilyas suatu pujian yang mulia di kalangan orang-orang yang datang kemudian. dan Kami ucapkan pula kepadanya,'Selamat sejahtera bagi Ilyas,' yakni namanya selalu disebut di kalangan semua makhluk. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik, taat dan sabar dalam memperjuangkan penegakan agama tauhid. Sungguh, dia benar-benar termasuk hamba-hamba Kami yang beriman, yang jujur dalam keimanannya, dan ikhlas dalam melaksanakan perintah Allah. 129-132. Dan karena kesabaran serta ketabahannya dalam menyampaikan agama tauhid, Kami abadikan untuk Nabi Ilyas suatu pujian yang mulia di kalangan orang-orang yang datang kemudian. dan Kami ucapkan pula kepadanya,'Selamat sejahtera bagi Ilyas,' yakni namanya selalu disebut di kalangan semua makhluk. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik, taat dan sabar dalam memperjuangkan penegakan agama tauhid. Sungguh, dia benar-benar termasuk hamba-hamba Kami yang beriman, yang jujur dalam keimanannya, dan ikhlas dalam melaksanakan perintah Allah.
Ayat ini menjelaskan kemuliaan yang diberikan Allah kepada Nabi Ilyas atas perjuangannya yang tidak kenal lelah dalam menyampaikan dakwah kepada manusia. Kemuliaan itu sama dengan kemuliaan yang diberikan kepada Nabi Nuh, Ibrahim, Musa, dan Harun, yaitu dikenangnya nama mereka sepanjang masa oleh umat beragama. Di antaranya adalah dipujinya nama mereka dalam Al-Qur'an yang lestari sampai akhir zaman.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
CERITA NABI MUSA DAN HARUN
Ayat 114
"Dan sesungguhnya telah Kami limpahkan nikmat Kami kepada Musa dan Hanun."
Di antara ayat ini dengan ayat 112 sebelumnya, yaitu karunia nubuwwat yang di-berikan kepada Ishaq, ada pertaliannya. Demikian juga dengan ayat 113. Di dalam ayat 113 itu diterangkan bahwa dari keturunan keduanya, yaitu Isma'il dan Ishaq ada yang suka berbuat kebajikan dan ada juga yang zalim. Ayat 114 ini disambungkan dengan yang sebelumnya dengan huruf waw yang berarti dan. Lalu disebut Musa dan Harun, sedang Musa dan Harun ialah keturunan Ishaq. Ishaq beranak Ya'qub, Ya'qub beranak Yusuf. Di zaman Yusuf berkuasa di Mesir, dipanggilnya ayahnya, Ya'qub, dan kesebelas saudaranya agar pindah ke Mesir. Inilah yang dinamai Bani Israil. Dari kalangan Bani Israil yang berada di Mesir inilah lahir Musa dan Harun, dan Musa dibantu oleh Harun inilah yang ditugaskan Allah SWT, dilimpahkan Allah nikmat kepada keduanya, menjadi nabi dan rasul akan memimpin kaumnya, sehingga mereka terlepas dari kezaliman Fir'aun.
Ayat 115
“Dan Kami selamatkan keduanya dan kaumnya berdua."
Yaitu kedua belas suku Bani Israil
“Dari bencana yang besar."
Adalah bencana yang besar yang menimpa Bani Israil beratus tahun lamanya tinggal menumpang di negeri Mesir itu. Sejak Yusuf meninggal dunia kekuasaan Bani Israil tidak ada lagi di Mesir. Kian lama mereka kian dipandang hina dan ditindas. Terutama setelah Fir'aun bermimpi bahwa kekuasaannya akan dihancurleburkan oleh seorang anak yang akan lahir dari kalangan Bani Israil. Lalu dia memerintahkan membunuhi segala anak laki-laki dan membiarkan tinggal hidup orang-orang perempuan. Dan perempuan-perempuan itu karena laki-laki sudah berkurang dan perempuan sudah lebih banyak, hendak dileburkan diambil gundik oleh golongan Fir'aun, sehingga jika beranak kelak, anak dari orang Qubthi golongan Fir'aun yang akan bertambah banyak, Maka dengan diutus Allah SWT, Musa dibantu oleh saudaranya Harun, nasib Bani Israil di Mesir itu telah dapat diperbaiki dan bencana besar itu telah dapat dielakkan
di tengah lautan, bertautlah kembali lautan itu sebagaimana sediakala dan tenggelamlah Fir'aun dan bala tentaranya.
Ayat 116
“Dan Kami tolong mereka."
Diselamatkan dengan dibawanya Bani Israil itu oleh Musa keluar dari Mesir, menye-berangi Lautan Qulzum, dan seketika mereka telah dikejar oleh Fir'aun dengan bala ten-taranya dengan menghambat mereka itu, maka Allah menyuruh Musa membelah lautan dengan tongkatnya, maka belahlah laut itu dan menyeberanglah Bani Israil di tengah lautan yang sedang kering itu di bawah pimpinan Musa dan Harun sehingga selamat sampai di seberang.
“Maka jadilah mereka orang-orang yang menang."
Karena setelah mereka sampai di seberang, lalu disusul dan dikejar oleh Fir'aun bersama bala tentaranya. Sesampai mereka
Ayat 117
“Dan Kami berikan kepada keduanya sebuah kitab “
Itulah kitab yang bernama Taurat, yang diberikan kepada Musa seketika Musa dipanggil menghadap Allah di atas Bukit Thursina, atau Thursinina, ketika empat puluh hari beliau bertekun di sana menunggu perintah Allah ﷻ Kitab itu ialah
“Yang memberikan kejelasan."
Kejelasan itu ialah tentang tuntunan hidup, baik dalam perhubungan dan ibadah kepada Allah dan menghentikan ibadah kepada yang selain Allah, ataupun tentang peraturan hidup bermasyarakat, hormat kepada ibu dan bapak, hidup rukun dengan sesama manusia, sehingga kaum Bani Israil dapat berdiri sendiri, mempunyai kepribadian, sesudah beratus tahun menjadi bangsa yang tertindas.
Ayat 118
“Dan Kami beni petunjuk keduanya kepada jalan yang lurus."
Mereka diberi petunjuk jalan yang lurus, karena kitab bukan semata-mata mereka baca, melainkan dituruti dengan pimpinan dan bimbingan. Kitab ibarat teori, cara menjalankannya ialah praktik. Praktik itulah yang membawa kepada jalan yang lurus, karena selalu di dalam menghadapi segala persoalan dihadapi dengan mengharapkan pertolongan dari Allah. Sebab Nabi Musa memimpin kaumnya sama juga dengan Nabi Muhammad, yaitu membentuk suatu masyarakat yang berdisiplin, patuh mengikuti perintah. Cuma kaumnya Bani
Israil jualah yang kerap kali keras kepala dan mungkir akan janjinya.
Ayat 119
“Dan Kami tinggalkan untuk keduanya (kenangan) untuk yang datang kemudian."
Maka sebagaimana juga nabi-nabi yang telah terdahulu tadi, sejak Nabi Nuh, dan Ibrahim sebagai nabi-nabi terbesar, Musa dan Harun pun telah meninggalkan kesan dan kenangan yang baik pada manusia yang datang belakang. Memang ajaran-ajaran agamalah yang besar pengaruhnya membentuk budi pekerti manusia di dalam alam ini zaman demi zaman.
Ayat 120
“Selamat sejahteratah atas Musa dan Harun."
Itulah ucapan penghormatan tertinggi yang telah diberikan Allah dan dipujinya ke-pada Nabi kita Muhammad ﷺ di dalam wahyu kepadanya atas kedua Nabi yang berjasa itu. Lalu disebutkan Allah ﷻ pula penghargaan-Nya terhadap tiap-tiap orang yang berjasa.
Ayat 121
“Sesungguhnya demikianlah Kami memberi ganjaran orang-orang yang berbuat kebajikan."
Karena mereka telah berjuang mengatasi segala macam kesulitan, menghadapi seorang raja penguasa yang merasa dirinya sangat tinggi, sehingga berani mengatakan bahwa dia adalah tuhan dan tidak mau menerima seketika Musa mengatakan bahwa ada satu Tuhan yang menguasai seluruh alam ini, yang kekuasaan Fir'aun tidak ada arti apa-apa dibandingkan dengan kemahakuasaan Allah itu.
Iman mereka yang sangat teguh, keyakinan yang tidak dapat digoyangkan sedikit jua pun akan kebenaran dan kesucian perjuangan mereka, itulah pokok utama yang menyebabkan berhasilnya mereka dan kemenangan yang gilang-gemilang.
***
Ayat 122
“Sesungguhnya mereka berdua adalah termasuk hamba-hamba Kami yang beriman."
NABI ILYAS
Ayat 123
“Dan sesungguhnya Ilyas adalah termasuk orang-orang yang diutus jua."
Dua kali kita bertemu nama Ilyas di dalam Al-Qur'an. Pertama dalam surah al-An'aam yang diturunkan di Mekah juga, di ayat 85. Serentetan dengan nama Nabi Zakaria, Yahya dan Isa. Di belakang Isa disebut Ilyas dan dikatakan bahwa semua beliau itu adalah orang-orang yang saleh belaka.
Yang kedua ialah dalam ayat 123 surah ash-Shaaffaat yang tengah kita tafsirkan ini.
Ayat 124
“Seketika dia berkata kepada kaumnya, “Apakah kamu tidak takut?"
Kalimat takwa sebagaimana selalu kita jelaskan, bukan berarti takut semata-mata. Artinya yang lebih ialah memelihara hubungan dengan Allah, karena harap akan ridha-Nya dan takut akan murka-Nya. Tetapi dalam ayat ini kita pakai arti takut karena kaumnya telah melanggar ketentuan Allah SWT, melanggar ketentuan yang telah disampaikan oleh sekalian rasul Allah, karena mereka telah memuja dan menyembah kepada yang selain Allah.
Ayat 125
“Apakah Ba'al yang kamu seru dan kamu abaikan yang sebaik-baik pencipta?"
Ba'al adalah nama berhala yang disembah oleh bangsa Poenicie dahulu kala yang hidup di bagian pantai Arabia Utara. Mereka adalah bangsa pelayar. Sampai sekarang masih didapati sebuah bangunan yang dikenal dengan nama Heliopolis, terletak di negeri yang bernama Ba'albek atau Ba'albaka dalam wilayah negara Libanon sekarang ini, yang menurut cerita orang pada asalnya ialah tempat menyembah Ba'al.
Ba'al itu sendiri adalah bahasa Arab yang mempunyai arti dua tiga. Satu di antara artinya ialah suami. Artinya yang lain ialah tanah ketinggian, dan berarti juga Tuhan. Arti yang terakhir inilah yang mereka pakai untuk barang yang mereka puja itu, mereka rupakan dan gambarkan sebagai suatu patung. Ketiga makna tersebut tadi, yang diuraikan oleh Raghib al-Ashfahani dalam kamusnya dihadapkanlah kepada berhala tersebut. Sebab dia dianggap yang tertinggi disebutlah dia Ba'al. Sebab dia dianggap sebagai suami yang melindungi anak istrinya dianggappya dia Ba'al. Sebab dia dianggap Tuhan, disebutlah dia Ba'al.
Ayat 126
“(Yaitu) Allah Tuhan kamu."
Allah itulah yang telah kamu ganti dengan Ba'al yang kamu buatkan patungnya itu. Tuhan kamu,
“Dan Tuhan dari nenek moyang kamu yang dulu-dulu."
Disebutkan juga bahwa Allah pun Tuhan dari nenek moyang kamu yang dulu-dulu, ialah untuk menyumbat mulut mereka yang selalu mengemukakan alasan bahwa mereka menyembah sesuatu selain Allah karena mereka dapati nenek moyang mereka telah berbuat demikian. Selalu alasan yang dikemuka-kan oleh orang-orang yang mempersekutukan Allah itu untuk mempertahankan pendiriannya, bahwa begitu mereka dapati nenek moyang. Mereka tidak mau mempergunakan pikiran sendiri.
Ayat 127
“Maka mereka dustakan Dia."
Yaitu mereka anggap dusta saja seruan yang disampaikan oleh Nabi Ilyas itu dan mereka masih terus mempertahankan berhala Ba'al itu.
“Maka sesungguhnya mereka akan dihadirkan."
Mereka akan dihadirkan kelak di hari akhirat untuk menerima ganjaran adzab yang setimpal atas dosa mempersekutukan Allah ﷻ atau mendustakan Allah dan mengganti-nya dengan patung dan berhala.
Ayat 128
“Kecuali hamba-hamba Allah yang sudah disucikan."
Yaitu bahwa yang akan dihadirkan di hadapan Mahkamah Rabbi di hari akhirat esok ialah segala orang yang telah mempersekutukan Allah dengan yang lain, atau telah meng-abaikan Allah, sebab mereka tukar dengan berhala. Adapun orang yang telah disucikan, yang imannya teguh kepada Allah, yang tidak terpesona atau terseret ke dalam kesesatan dan mendustakan rasul, tak usah cemas. Karena mereka tidaklah akan dihadirkan dalam majelis itu. Mereka akan mendapat tempat yang mulia di sisi Allah bersama nabi-nabi dan rasul-rasul. Mereka orang suci.
Ayat 129
“Dan Kami tinggalkan atasnya (sebutan) pada yang datang kemudian."
Artinya sebagaimana yang tersebut pada nabi-nabi yang terdahulu tadi begitu pulalah yang terjadi pada Ilyas, bahwa dia telah meninggalkan jejak sebutan yang baik atas perjuangannya memberi ingat kaumnya yang menyembah berhala Ba'al itu.
Ayat 130
“Selamat sejahtera atas Yaasin."
Ucapan selamat sejahtera dari Allah sendiri terhadap seorang di antara rasul-Nya itu, yang di tempat lain disebutkan satu di antara namanya yaitu Ilyas, dan di sini disebut namanya yang satu lagi, yaitu II-Yaasin. Sebagaimana Rasui-Nya yang terakhir bernama Muhammad, dan pernah juga disebut namanya yang lain Ahmad. Negeri Mekah pernah juga disebut namanya yang lain Thurisinina, Nabi Isa anak Maryam juga disebut namanya yang lain al-Masih.
Ayat 131
“Sesungguhnya Kami, demikianlah Kami memberikan ganjaran atas orang-orang yang berbuat kebajikan, “
Demikianlah pujian terpuji lagi dari Allah ﷻ kepada rasul-Nya, Ilyas. Dia diakui sebagai seorang yang sangat besar jasanya. Oleh sebab itu, patutlah dia mendapat ganjaran dan penghargaan dari Allah. Karena Allah memang tidak mau melupakan jasa orang yang berjasa.
Akhirnya diberikan pujian yang lebih tinggi lagi.
Ayat 132
“Sesungguhnya dia adalah termasuk hamba-hamba Kami yang beriman."