Ayat
Terjemahan Per Kata
قُلۡ
katakanlah
يُحۡيِيهَا
menghidupkannya
ٱلَّذِيٓ
yang
أَنشَأَهَآ
menumbuhkan/menjadikannya
أَوَّلَ
pertama
مَرَّةٖۖ
kali
وَهُوَ
dan Dia
بِكُلِّ
dengan/tentang segala
خَلۡقٍ
makhluk
عَلِيمٌ
Maha Mengetahui
قُلۡ
katakanlah
يُحۡيِيهَا
menghidupkannya
ٱلَّذِيٓ
yang
أَنشَأَهَآ
menumbuhkan/menjadikannya
أَوَّلَ
pertama
مَرَّةٖۖ
kali
وَهُوَ
dan Dia
بِكُلِّ
dengan/tentang segala
خَلۡقٍ
makhluk
عَلِيمٌ
Maha Mengetahui
Terjemahan
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Yang akan menghidupkannya adalah Zat yang menciptakannya pertama kali. Dia Maha Mengetahui setiap makhluk.
Tafsir
(Katakanlah! "Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya yang pertama kali. Dan Dia tentang segala makhluk) semua yang diciptakan-Nya (Maha Mengetahui) secara global dan rinci, baik sebelum mereka diciptakan maupun sesudahnya.
Tafsir Surat Yasin: 77-80
Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setitik air (mani), maka tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata! Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami; dan dia lupa kepada kejadiannya; ia berkata, "Siapakah yang dapat menghidupkan tulang-belulang yang telah hancur luluh? Katakanlah, "Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya pertama kali. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk, yaitu Tuhan Yang menjadikan untukmu api dari kayu yang hijau, maka tiba-tiba kamu nyalakan (api) dari kayu itu.
Mujahid, Ikrimah, Urwah ibnuz Zubair, As-Saddi, dan Qatadah mengatakan bahwa Ubay ibnu Khalaf laknatullah datang kepada Rasulullah ﷺ dengan membawa sebuah tulang yang sudah rapuh, lalu ia remas-remas tulang itu hingga hancur dan menebarkannya ke udara seraya berkata, "Hai Muhammad, apakah engkau mengira bahwa Allah akan membangkitkan hidup kembali tulang ini?" Rasulullah ﷺ menjawab: Benar, Allah akan mematikanmu, kemudian membangkitkanmu hidup kembali, lalu menggiringmu ke neraka. Dan turunlah ayat-ayat berikut hingga akhir surat, yaitu: Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setitik air (mani). (Yasin: 77), hingga akhir surat. ". "". Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain ibnul Junaid, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Ala, telah menceritakan kepada kami Usman ibnu Sa'id Az-Zayyat, dari Has'yim, dari Abu Bisyr, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa sesungguhnya Al-As ibnu Wa'il memungut sepotong tulang dari Bat-hah, lalu menghancurkannya dengan tangannya, kemudian ia berkata kepada Rasulullah ﷺ, "Apakah Allah akan menghidupkan kembali hewan ini sesudah apa yang kulihat sekarang?" Rasulullah ﷺ menjawab: Benar, Allah akan mematikanmu, lalu menghidupkanmu, kemudian memasukkanmu ke dalam neraka Jahanam.
Ibnu Abbas mengatakan bahwa setelah itu turunlah ayat-ayat yang terakhir dari surat Yasin. Ibnu Jarir meriwayatkannya dari Ya'qub ibnu Ibrahim, dari Hasyim, dari Abu Bisyr, dari Sa'id ibnu Jubair, lalu disebutkan hal yang semisal, tetapi dalam periwayatan ini tidak disebutkan Ibnu Abbas. Telah diriwayatkan pula melalui jalur Al-Aufi, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Abdullah ibnu Ubay datang dengan membawa sepotong tulang, lalu ia menghancurkannya, selanjutnya disebutkan hal yang semisal.
Hal ini jelas mungkar karena surat ini adalah Makkiyyah, sedangkan Abdullah ibnu Ubay ibnu Salul hanya ada di Madinah. Akan tetapi, pada garis besarnya dapat dikatakan bahwa sama saja apakah ayat-ayat ini diturunkan berkenaan dengan Ubay ibnu Khalaf, atau Al-As ibnu Wa'il, atau berkenaan dengan kedua-duanya, makna ayat mengandung pengertian yang umum mencakup semua orang yang ingkar terhadap adanya hari berbangkit.
Huruf alif dan lam yang ada di dalam firman-Nya: Dan apakah manusia tidak memperhatikan. (Yasin: 77) Menunjukkan pengertian al-liljinsi yang berarti mencakup semua orang yang ingkar terhadap adanya hari berbangkit. bahwa Kami menciptakannya dari setitik air (mani), maka tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata. (Yasin: 77) Yakni apakah orang yang ingkar terhadap adanya hari berbangkit tidak menyimpulkan dari permulaan penciptaan dirinya yang menunjukkan kepada pengembaliannya? Karena sesungguhnya Allah mulai menciptakan manusia dari sari pati air yang hina.
Dia menciptakannya dari sesuatu yang hina, lemah, dan kecil, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Bukankah Kami menciptakan kamu dari air yang hina? Kemudian Kami letakkan dia dalam tempat yang kokoh (Rahim). Sampai waktu yang ditentukan (Al Mursalat 20-21) Dan firman Allah ﷻ: Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur. (Al-Insan: 2) Yaitu dari air mani yang bercampur, dan Tuhan yang menciptakan manusia dari nutfah yang lemah ini pasti dapat menghidupkannya kembali sesudah matinya.
Imam Ahmad mengatakan di dalam kitab musnadnya: ". Telah menceritakan kepada kami Abul Mugirah, telah menceritakan kepada kami Hariz, telah menceritakan kepadaku Abdur Rahman ibnu Maisarah, dari Jubair ibnu Nafir, dari Bisyr ibnu Jahhasy yang mengatakan bahwa sesungguhnya Rasulullah ﷺ meludah di telapak tangannya pada suatu hari, lalu meletakkan jari telunjuknya pada ludahnya itu dan bersabda: Allah ﷻ berfirman, "Hai Bani Adam, bagaimanakah engkau menganggap-Ku tidak berkuasa, sedangkan Aku telah menciptakanmu dari hal semisal ini; dan manakala Aku telah menyempurnakan bentukmu dan menyelesaikan ciptaanmu hingga kamu dapat berjalan dengan mengenakan baju burdahmu dan bumi ini sebagai tempat berpijakmu, lalu kamu menghimpun (harta) dan tidak mau bersedekah.
Hingga manakala roh sampai di tenggorokan, lalu kamu katakan, 'Aku akan bersedekah', tetapi masa bersedekah telah habis. Ibnu Majah meriwayatkannya melalui Abu Bakar ibnu Abu Syaibah, dari Yazid ibnu Harun, dari Hariz ibnu Usman dengan sanad yang sama. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya: Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami; dan dia lupa kepada kejadiannya; ia berkata, "Siapakah yang dapat menghidupkan tulang-belulang yang telah hancur luluh?" (Yasin: 78) Yakni dia menganggap mustahil bahwa Allah Yang mempunyai kekuasaan Yang besar yang telah menciptakan langit dan bumi ini dapat mengembalikan jasad dan tulang-belulang yang telah hancur luluh menjadi hidup kembali.
Dia lupa akan dirinya, bahwa Allah telah menciptakannya dari tiada menjadi ada. Padahal kalau dia merenungkan kejadian dirinya, tentulah ia dapat membuktikan hal yang lebih kuat daripada keingkarannya yang membuktikan kekuasaan Allah ﷻ Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan: Katakanlah, "Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya pertama kali. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk. (Yasin: 79) Yakni mengetahui tulang-belulang yang berserakan di seantero bumi, kemana perginya dan ke mana bercerai-berainya. [] ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Affan, telah menceritakan kepada kami Abu Uwwanah, dari Abdul Malik ibnu Umair, dari Rib'i yang mengatakan bahwa Uqbah ibnu Amr berkata kepada Huzaifah, "Mengapa engkau tidak menceritakan kepada kami hadis yang pernah engkau dengar dari Rasulullah ﷺ?" Huzaifah r.a. menjawab, bahwa ia pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: Sesungguhnya pernah ada seorang lelaki yang menjelang ajalnya; ketika ia merasa putus harapan untuk dapat hidup, ia berwasiat kepada keluarganya, "Apabila aku telah mati, maka kumpulkanlah kayu bakar yang banyak sekali untukku, kemudian bakarlah kayu itu.
Manakala api telah menghanguskan dagingku dan membakar tulangku hingga hangus, maka ambillah tubuhku, lalu tumbuklah, setelah itu tebarkanlah abuku ke laut." Maka keluarganya melakukan apa yang diwasiatkannya itu, dan Allah menghimpun kembali semua abunya ke hadapan-Nya, kemudian Allah bertanya kepadanya, "Mengapa engkau lakukan itu? Ia menjawab, "Karena rasa takutku kepada Engkau, maka Allah memberikan ampunan baginya.
Uqbah ibnu Amr mengatakan bahwa ia pernah pula mendengar hadis tersebut dari Nabi ﷺ, dan beliau menjelaskan bahwa lelaki itu adalah tukang mencuri perlengkapan mayat yang telah dikubur dengan menggali kembali kuburnya. Imam Bukhari dan Imam Muslim telah mengetengahkan hadis ini di dalam kitab sahih masing-masing melalui hadis Abdul Malik ibnu Umair dengan teks yang cukup banyak, yang antara lain menyebutkan bahwa lelaki tersebut memerintahkan kepada anak-anaknya agar setelah ia mati, jasadnya dibakar, lalu abunya ditaburkan separonya di daratan dan separonya lagi di laut di hari yang berangin besar; kemudian mereka melakukan hal tersebut.
Kemudian Allah ﷻ memerintahkan kepada laut agar mengumpulkan abu itu yang ada padanya, dan memerintahkan pula kepada bumi untuk mengumpulkan abu itu yang ada padanya. Sesudah itu Allah ﷻ berfirman kepadanya, "Jadilah kamu!" Maka dengan serta merta kembalilah abu itu ke ujud yang semula sebagai lelaki tersebut dalam keadaan utuh, lalu Allah bertanya kepadanya, "Apakah yang mendorongmu berbuat seperti itu?" Lelaki itu menjawab, "Karena takut kepada Engkau, dan Engkau lebih mengetahui." Maka tidak lama kemudian Allah memberikan ampunan kepadanya. Firman Allah ﷻ: yaitu Tuhan yang menjadikan untukmu api dari kayu yang hijau, maka tiba-tiba kamu nyalakan (api) dari kayu itu. (Yasin: 80) Tuhanlah yang menciptakan pohon ini dari air sejak semula hingga menjadi pohon yang hijau lagi segar berbuah dan dapat dituai buahnya, kemudian Dia mengembalikannya hingga jadilah ia kayu yang kering dan dapat dijadikan sebagai kayu bakar.
Dia Maha berbuat terhadap apa yang dikehendaki-Nya, lagi Mahakuasa terhadap apa yang diinginkan-Nya, tiada sesuatu pun yang dapat mencegah-Nya. Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: yaitu Tuhan yang menjadikan untukmu api dari kayu yang hijau, maka tiba-tiba kamu nyalakan (api) dari kayu itu. (Yasin: 80) Bahwa Tuhan Yang mengeluarkan api dari pohon itu mampu mengembalikannya hidup kembali. Menurut pendapat lain, makna yang dimaksud ialah pohon marakh dan 'ifar yang tumbuh di tanah Hijaz.
Orang yang tidak mempunyai pemantik api bisa saja mengambil dua buah tangkai yang masih hijau dari masing-masing pohon itu, lalu menggesekkan yang satu dengan yang lainnya, maka timbullah api dari keduanya, sama saja dengan menyalakan api memakai pemantik api. Hal ini diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. Di dalam peribahasa (Arab) disebutkan bahwa masing-masing pohon mempunyai apinya sendiri, dan yang paling banyak ialah marakh dan 'ifar. Orang-orang bijak mengatakan bahwa setiap pohon itu mempunyai api, kecuali pohon anggur."
Untuk menjawab pertanyaan mereka, katakanlah wahai Nabi Muhammad bahwa yang akan menghidupkannya kembali setelah hancur luluh ialah Allah yang telah menciptakannya pertama kali. Baik menciptakan untuk pertama kali maupun menghidupkan kembali manusia yang telah telah mati adalah hal yang sangat mudah bagi Allah. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk ciptaan-Nya. 80. Tuhan yang akan menghidupkan kembali tulang belulang yang telah lapuk tersebut yaitu Allah yang menjadikan api untukmu dari kayu yang semula berupa pohon yang basah dan hijau. Begitu kayu itu ke-ring, maka seketika itu kamu nyalakan api dari kayu itu dan dapat meng-ambil manfaat dari api itu. '.
Pada ayat ini, Allah memerintahkan Nabi Muhammad ﷺ untuk menjawab pertanyaan orang-orang tersebut di atas, dengan menegaskan bahwa yang akan menghidupkan tulang-tulang lapuk itu kembali menjadi manusia yang hidup dan utuh adalah Allah yang dahulu telah menciptakannya pada kali yang pertama, dari tidak ada menjadi ada. Allah Maha Mengetahui semua makhluk ciptaan-Nya.
Bagi manusia, mengulang suatu perbuatan lebih mudah daripada melakukannya pertama kali. Akan tetapi, bagi Allah menciptakan sesuatu pertama kali, sama saja mudahnya dengan mengulanginya, karena Allah Mahakuasa.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
PERHATIKANLAH ASAL KEJADIANMU!
Sekali lagi manusia disuruh melihat, memerhatikan, dan merenungkan,
Ayat 77
“Dan apakah tidak melihat manusia itu bahwasanya Kami telah menciptakannya dari nuthfah."
Artinya bahwa manusia janganlah lupa dari mana asal-usul kejadiannya. Ini manusia yang gagah perkasa, yang mengangkat muka dan menyombongkan diri, seakan-akan lebih tinggi dari segala-galanya, sekali-kali perhatikanlah dari mana asal kejadiannya. Dia terjadi dari nuthfah, yaitu segumpal mani atau yang dalam bahasa kita disebut kama, perpaduan di antara mani seorang laki-laki dengan mani seorang perempuan. Pada ayat 2 dari surah al-Insaan disebutkan amsyaajin, yaitu telah bercampur jadi satu.
Demi kalau manusia ingat pula bagaimana kelak akhir kesudahan dirinya setelah mati, dia pun akan lebih paham lagi siapa dia. Dimulai dari nuthfah, segumpal mani. Diakhiri dengan tanah sehingga jika satu kuburan tua digali, yang bertemu hanyalah pecahan tulang-tulang yang telah berserak-serak. Tubuh yang dahulu tidak ada lagi.
Tetapi ujung ayat mengatakan,
“Tiba-tiba dia menjadi penantang yang nyata."
Begitulah akibat manusia yang tidak tahu atau lupa asal-usul dirinya dan bagaimana hubungannya dengan Allah ﷻ Dia menjadi penantang Allah SWT, padahal asal-usulnya hanya dari nuthfah. Kalau tidak atas kehendak Allah SWT, apalah artinya mani yang tertumpah. Berapa banyaknya, bahkan banyak sekali mani-mani itu yang terbuang-buang mengalir keluar dengan tidak tentu tujuan, lalu mengotori celana dan kain, dan kalau lama-lama jadi busuk. Maka dengan qudrat iradat Allah Ta'aala adalah mani itu yang dijadikan, diciptakan jadi manusia melalui tingkat perkembangan tertentu dalam kandungan seorang ibu, sampai manusia lahir. Sampai aku dan engkau lahir. Lahir ke dunia pun melalui tempat mengalirnya kotoran pula. Dan setelah lahir sampai dua tiga tahun, empat lima tahun dalam keadaan lemah belum ada arti. Maka dibukakan Allah akal sedikit demi sedikit sampai menjadi manusia yang berarti. Maka jika memikirkan itu, sangatlah tidak patut kalau manusia itu menantang Allah ﷻ atau memusuhi Allah dalam sikap hidupnya. Karena tidak ada ikhtiar lain yang dapat dilaluinya untuk melanjutkan hidup kecuali dengan melalui jalan yang ditentukan Allah SWT, sejak dalam kandungan sampai pulang ke liang kubur.
Di antara orang yang sombong dan lupa dari mana asal kejadiannya itu lalu menantang Allah ﷻ ialah seorang di antara pemuka kaum musyrikin Quraisy yang bernama Ubay bin Khalaf. Menurut keterangan dari Mujahid, Ikrimah, Urwah bin Zubair, Qatadah, dan as-Suddi pada suatu hari Ubay itu datang ke muka Nabi ﷺ membawa sebuah tulang yang telah lapuk berlumuran debu dan tanah, diembusnya debu itu dan digosoknya tanah itu lalu dia bawa ke hadapan Rasulullah seraya katanya, “Hai Muhammad! Benarkah engkau pernah mengatakan bahwa tulang yang telah lapuk semacam ini akan dihidupkan kembali oleh Allah dan dibangkitkan dari kubur?"
Di sinilah asal mula turunnya ayat,
Ayat 78
“Dan dia membuat perumpamaan tentang Kami, padahal dia lupa kejadiannya sendiri."
Artinya bahwa mereka mengambil perumpamaan atau mempersamakan Allah dengan mereka. Mereka memandang tidak mungkin Allah mengembalikan tulang yang telah hancur atau telah rapuh jadi hidup. Kalau Allah itu manusia tentu memang tidak mungkin. Padahal dia lupa kejadian dirinya sendiri sejak semula. Yaitu dari nuthfah.
“Dia berkata, “Siapa yang akan menghidupkan tulang-tulang padahal dia sudah hancur luluh?"
Itulah bunyi pertanyaan dari Ubay bin Khalaf atau orang-orang yang seperti dia di segala masa, yaitu orang-orang yang tidak juga mempercayai kebesaran dan kekuasaan Allah. Yaitu Allah ﷻ yang dengan Maha Kekuasaan-Nya menciptakan berlapis langit dan demikian juga bumi, dan berjuta-juta bintang. Yang dia lihat hanya tulang berserakan. Dia tidak melihat dengan pandangan ruhani ke belakang dari tulang yang berserakan itu, bahwa tulang bukan langsung jadi tulang saja, tetapi berasal dari daging segumpal (mudhghah) dan daging segumpal bukan datang begitu saja, melainkan lanjutan dari darah segumpal (‘alaqah), dan darah segumpal bukan datang begitu saja, melainkan lanjutan dari air mani segumpal (nuthfah). Dan nuthfah itu bukan begitu saja terkumpul, dia adalah saringan dari darah dalam tubuh manusia. Darah tertentu dan tidak dapat dicampur aduk dengan darah yang lain. Dan darah itu pun bukan datang begitu saja; dia berasal dari makanan yang masuk ke dalam tubuh manusia, yang tersari dari tumbuh-tumbuhan, buah-buahan, berbagai zat bergizi, vitamin, kalori yang diambil dari sari bumi. Demikian juga tulang berserakan itu pun kian menciut habis, kembali menjadi tanah.
Ayat 79
Sebab itu maka Allah ﷻ berfirman kepada Rasul-Nya pada ayat selanjutnya, “Katakanlah, “Yang akan menghidupkannya."
Yaitu yang ada menghidupkan kembali tulang-tulang yang dipegang oleh tangan Ubay bin Khalaf, yang telah berlumur debu dan tanah “Dialah yang menciptakannya pada awal mula." Yaitu Allah Ta'aala itu sendiri, yang di dalam tangan-Nya terpegang seluruh kekuasaan.
“Dan Dia tenhadap sekalian makhluk adalah Mahatahu."
Ujung ayat ini amat penting untuk diperhatikan. Yaitu bahwa Allah adalah Maha-tahu terhadap sekalian makhluk yang telah Dia ciptakan ini. Dia Mahatahu keadaan pada ruang dan pada waktu, pada zaman (suatu masa) dan makaan (suatu tempat).
Ahli-ahli filsafat Islam zaman dahulu sebagaimana Ibnu Sina dan ai-Farabi pernah menyatakan pendapat dari segi filsafat bahwa tidak mungkin benda-benda yang digeligakan menjadi tubuh manusia dahulunya itu juga yang akan dikembalikan hidup dalam alam lain kelak. Meskipun beliau-beliau tidak memungkiri akan pokok iman tentang Hari Kiamat. Tetapi paham-paham seperti inilah yang ditolak oleh al-Ghazali, bahwa dalam hal kegaiban seperti demikian, tidaklah layaknya dimasukkan dalam pemikiran secara berfilsafat. Banyaklah bagian di dalam yang maujud ini yang tidak dapat difilsafatkan. Karena kekuatan berpikir kita manusia sangatlah terbatas. Kalau ada ahli filsafat yang mengatakan bahwa alam ini abadi, tidak akan habis-habis, mengapa orang tidak menerima bahwa yang dahulu itu juga yang dipasangkan kembali kepada nyawa atau jiwa yang akan dikembalikan kepada tubuh asalnya?
Ahli filsafat Islam pun percaya bahwa manusia akan dibangkitkan kembali kelak, tetapi bukan dengan tubuhnya yang awal, sebab dia telah hancur. Kaum pemegang Sunnah teguh berkeyakinan bahwa bagi Allah yang “Dia terhadap sekaliannya adalah Mahatahu “, bukanlah perkara sukar buat mempertemukan kembali tubuh yang telah hancur dengan nyawanya walaupun setelah sejuta tahun berpisah. Apa arti hitungan tahun bagi Allah Yang Mahakuasa mengatur perjalanan benda yang jauh lebih besar dari matahari sehingga lebih lama edarannya dari edaran matahari?
Ayat 80
“Yaitu yang telah menjadikan api untuk kamu, dari pohon kayu yang hijau."
Selain dari Mahakuasa mengembalikan hidup tulang yang telah lapuk sekian ribu tahun ada lagi perbuatan Allah yang ganjil. Yaitu menimbulkan api untuk manusia dari pohon kayu yang hijau.
Kayu yang hijau menimbulkan api untuk manusia dapat kita saksikan pada pohon kayu tusam atau pinus. Kayu pinus atau kayu tusam betul-betul pohon yang hijau berdaun rindang lurus, namun dia mengandung minyak yang dapat dinyalakan. Di rimba Takengon yang dahulunya kering telah bertahun-tahun di tanamkan kayu pinus itu. Bilamana dia telah besar, getahnya itu dapat ditakik, sebagaimana menakik pohon karet juga. Dia bisa menyala. Dia dapat berkobar besar. Di Takengon (Aceh Tengah) batangnya yang telah kering dari getah setelah getahnya yang menghidupkan api itu dikeluarkan, bisa dijadikan bahan untuk membuat kertas. Pada rimba-rimba di puncak Pegunungan Burangrang pun mula ditanami pinus itu.
Tetapi selain dari kayu pinus dan beberapa kayu lain yang menimbulkan api ada lagi penyelidikan lain yang lebih dari pohon kayu pinus. Yaitu batubara.
Menurut keterangan ahli-ahlinya, batubara yang tersimpan dalam bumi itu yang sekarang digali orang untuk menghidupkan mesin-mesin adalah lanjutan (proses) alamiah yang telah berlaku jutaan tahun. Kononnya menurut penyelidikan ahli itu batubara tersebut berasal dari pohon-pohon kayu yang besar-besar di zaman purbakala jutaan tahun yang telah lalu, yang telah terbenam ke balik bumi dan tertimbun, lalu dimasak oleh panas matahari sehingga berangsur jadi batu.
“Maka tiba-tiba kamu menyalakan darinya."
Yaitu menyalakan api dari pohon kayu besar lagi hijau yang telah jadi batu yang hitam membara dalam edaran berjuta tahun. Sebagaimana juga segala bensin, gas, aspal, dan minyak tanah yang digali dari dalam bumi, kononnya adalah berasal dari kerang dan udang-udang yang tertimbun dalam bumi berjuta tahun juga.
Melihat kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan manusia tentang alam akhir-akhir ini, maka banyaklah teori filsafat seribu tahun yang telah lalu itu berubah. Maka filsafat Ibnu Sina yang menyatakan bahwa kebangkitan hari esok itu tidak mungkin kembali sebagaimana aslinya, bertubuh kembali, tertolak dengan perkembangan ilmu. Ayat seterusnya menambah keyakinan kita,
Ayat 81
“Dan bukankah yang telah mendptakan semua langit dan bumi itu Mahakuasa Menciptakan yang serupa mereka?"
Jika ditilik kebesaran langit dan bumi, maka penciptaan kembali manusia yang telah meninggal, yang tinggal hanya tulang-tulangnya yang telah lapuk, lalu tegak kembali sebagai manusia, adalah hal yang mudah saja bagi Allah.
“Sungguh! Dan Dia adalah Maha Pendpta, Maha Mengetahui
Sedangkan yang belum terjadi mudah dia menjadikan, yang belum pernah tercipta mudah Dia mendptakan, apatah lagi mengadakan kembali barang yang pernah ada, padahal bahan-bahan dari barang yang telah lenyap itu belum habis atau hilang, cuma bertukar bentuk saja. Dan Dia Maha Mengetahui di mana letak barang bahan itu dan Maha Mengetahui cara menyusunnya kembali.
Maka tersebutlah dalam sebuah hadits yang dirawikan oleh Imam Ahmad, yang beliau terima dengan sanadnya dari Uqbah bin Amr yang pernah bertanya kepada sahabat Rasulullah ﷺ kepada Hudzaifah bin al-Yaman tentang suatu hadits dari Rasulullah. Maka Hudzaifah menceritakan tentang satu hadits yang dia dengar dari Rasulullah ﷺ dengan bunyinya,
“Berkata Rasulullah ﷺ, Ada seorang laki-laki yang telah dekat meninggal. Tatkala tidak ada harapannya untuk hidup lagi dia berwasiat kepada keluarganya, jika aku meninggal kumpulkanlah kayu apt banyak-banyak, kemudian hendaklah bakar mayatku sampai hancur sejak dari daging sampai kepada tulangku sehingga jadi abu. Maka ambillah semua lalu tumbuk sampai halus, onggokkan abuku itu dan lemparkan ke laut! Wasiatnya itu dilakukan orang. Kemudiannya dikumpulkan Allah-lah abu-abu itu ke sisi-Nya, lalu Allah ﷻ menanyakan apa sebab engkau berbuat demikian7 Orang itu menjawab, “Karena takutku kepada Engkau, ya Allah." Lalu diampuni Allah ﷻ dosanya."
Bukhari dan Muslim pun merawikan hadits yang sama artinya dengan ini, dari hadits Abdulmalik bin Umair. Dalam hadits itu tersebut bahwa sesudah mayat itu dibakar lumat jadi abu, maka dikumpulkan abunya itu lalu dibagi dua. Yang separuh dilemparkan ke darat dan yang separuhnya lagi dilemparkan ke laut di waktu udara sedang angin ribut. Maka datanglah perintah Allah ﷻ kepada lautan supaya yang telah berserak-serak di laut itu dikumpulkan kembali dan daratan pun diperintahkan pula, sehingga yang di darat berkumpul pula, lalu keduanya digabungkan jadi satu. Lalu Allah ﷻ berfirman, “Kun." (Jadilah), maka berdirilah dia jadi seorang laki-laki. Maka bertanyalah Allah SWT, “Mengapa engkau berbuat demikian dahulu?" Dia menjawab, “Semata-mata karena takut kepada Engkau ya, Allah. Namun Engkau yang lebih tahu." Lalu dosanya diberi ampun.
Ayat 82
"Sesungguhnya urusan-Nya cuma apabila Dia menghendaki sesuatu, bahwa Dia katakan kepadanya, “Jadilah! “, maka ia pun terjadi."
Sebab itu maka bagi Allah hal-hal yang kita anggap sukar itu, baik yang nyata kelihatan tiap baru, seperti telur jadi ayam, atau sebuah biji mangga kelak membuahkan beribu buah mangga, atau yang hanya kita dengar dari wahyu, semuanya adalah mudah. Cuma bagi kita yang tidak mungkin, karena kita bukan Allah ﷻ
Ayat 83
“Mahasucilah Dia. Yang di tangan-Nya kekuasaan atas segala sesuatu."
Maka dengan segala kerendahan hati kita tunduk kepada-Nya dan percaya akan kekuasaan-Nya yang tidak berbatas,
“Dan kepada-Nyalah kamu semua akan dikembalikan."
Kesadaran kita, bahwa kita semuanya akan kembali kepada-Nya itulah yang akan menyadarkan kita dan menyebabkan kita selalu menempuh jalan yang lurus dan tidak menyembah melainkan kepada Dia. Aamiin.
Selesai Tafisr Surah Yaasiin. Alhamdulillah.