Ayat
Terjemahan Per Kata
هَٰذِهِۦ
ini
جَهَنَّمُ
Jahannam
ٱلَّتِي
adalah
كُنتُمۡ
kalian adalah
تُوعَدُونَ
kamu diancam
هَٰذِهِۦ
ini
جَهَنَّمُ
Jahannam
ٱلَّتِي
adalah
كُنتُمۡ
kalian adalah
تُوعَدُونَ
kamu diancam
Terjemahan
Inilah (neraka) Jahanam yang dahulu telah diperingatkan kepadamu.
Tafsir
(Inilah Jahanam yang kalian dahulu diancam) dengannya.
Tafsir Surat Yasin: 63-67
Inilah Jahanam yang dahulu kamu diancam (dengannya). Masuklah ke dalamnya pada hari ini disebabkan kamu dahulu mengingkarinya. Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan. Dan jikalau Kami menghendaki, pastilah Kami hapuskan penglihatan mata mereka; lalu mereka berlomba-lomba (mencari) jalan. Maka betapakah mereka dapat melihat(nya). Dan jikalau Kami menghendaki, pastilah Kami ubah mereka di tempat mereka berada; maka mereka tidak sanggup berjalan lagi dan tidak (pula) sanggup kembali.
Dikatakan kepada Bani Adam yang kafir-kafir kelak pada hari kiamat saat neraka Jahanam telah dimunculkan di hadapan mereka dengan nada kecaman dan cemoohan: Inilah Jahanam yang dahulu kamu diancam (dengannya). (Yasin: 63) Maksudnya, inilah azab yang pernah diperingatkan oleh para rasul kepada kalian, namun kalian mendustakannya. Masuklah ke dalamnya pada hari ini disebabkan kamu dahulu mengingkarinya. (Yasin: 64) Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: pada hari mereka didorong ke neraka Jahanam dengan sekuat-kuatnya. (Dikatakan kepada mereka), "Inilah neraka yang dahulu kamu selalu mendustakannya.
Maka apakah ini sihir? Ataukah kamu tidak melihat? (At-Tur: 13-15) Adapun firman Allah ﷻ: Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan. (Yasin: 65) Ayat ini menceritakan keadaan orang-orang kafir dan orang-orang munafik kelak di hari kiamat ketika mereka mengingkari perbuatan jahat mereka di dunia dan mengucapkan sumpah untuk itu.
Maka Allah mengunci mulut mereka dan dibiarkanlah oleh-Nya semua anggota tubuh lainnya berbicara menjadi saksi atas apa yang telah mereka perbuat. ". Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Syaibah Ibrahim ibnu Abdullah ibnu Abu Syaibah, telah menceritakan kepada kami Minjab ibnul Haris At-Tamimi, telah menceritakan kepada kami Abu Amir Al-Azdi, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Ubaid Al-Maktab, dari Al-Fadl ibnu Amr, dari Asy-Sya'bi, dari Anas ibnu Malik r.a. yang mengatakan bahwa ketika kami bersama Nabi ﷺ, tiba-tiba beliau tersenyum sehingga gigi serinya kelihatan.
Kemudian beliau ﷺ bersabda, "Tahukah kalian, mengapa aku tertawa?" Kami menjawab, "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui." Nabi ﷺ bersabda: Karena bantahan seorang hamba kepada Tuhannya pada hari kiamat. Si hamba berkata, "Ya Tuhanku, bukankah Engkau melindungiku dari kezaliman?" Tuhan berfirman, "Benar. Si hamba berkata, "Saya tidak memperkenankan ada yang bersaksi terhadapku kecuali hanya diriku sendiri. Tuhan berfirman, "Cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghitung terhadapmu, juga malaikat pencatat amal perbuatanmu sebagai saksinya. Maka dikuncilah mulutnya, lalu dikatakan kepada anggota-anggota tubuhnya, "Berbicaralah kamu, maka semua anggota tubuhnya berbicara tentang amal perbuatannya.
Kemudian dibiarkan antara dia dan anggota tubuhnya untuk berbicara. Maka ia berkata (kepada anggota tubuhnya), "Celaka dan siallah kalian, dahulu aku berjuang membelamu (dan sekarang kamu mencelakakan diriku)." Imam Muslim dan Imam Nasai meriwayatkannya. Mereka berdua menerima hadis ini dari Abu Bakar ibnu Abun Nadr, dari Abun Nadr, dari Ubaidillah ibnu Abdur Rahman Al-Asyja'i, dari Sufyan As-Sauri dengan sanad yang sama. Kemudian Imam Nasai mengatakan bahwa ia tidak mengetahui seseorang meriwayatkan hadis ini dari Sufyan selain Al-Asyja'i.
Hadis ini berpredikat garib, hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Demikianlah menurut Imam Nasai. Dan dalam pembahasan terdahulu telah disebutkan hal yang semisal melalui riwayat Abu Amir, dari Abdul Malik ibnu Amr Al-Asadi Al-Aqdi, dari Sufyan. ". Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Bahz ibnu Hakim, dari ayahnya, dari kakeknya, dari Nabi ﷺ yang telah bersabda: Sesungguhnya kalian kelak akan dipanggil dalam keadaan mulut kalian ditutup dengan penyumbat.
Maka anggota tubuh seseorang dari kalian yang mula-mula ditanyai adalah paha dan bahunya. Imam Nasai meriwayatkannya dari Muhammad ibnu Rafi', dari Abdur Razzaq dengan sanad yang sama. Sufyan ibnu Uyaynah telah menceritakan dari Suhail, dari ayahnya, dari Abu Hurairah r.a., dari Rasulullah ﷺ tentang hadis hari kiamat yang cukup panjang, di dalamnya disebutkan bahwa: -: ". kemudian orang yang ketiga dihadapkan, lalu ditanya, "Amal apakah yang kamu bawa?" Ia menjawab, "Aku adalah hambaMu, beriman kepada-Mu dan kepada Nabi-Mu serta Kitab-Mu.
Dan aku mengerjakan puasa, salat, dan berzakat," lalu ia mengucapkan pujian yang baik sebatas kemampuannya. Lalu dikatakan kepadanya, "Ingatlah, Aku akan membangkitkan saksi dari Kami terhadapmu." Lalu ia berpikir untuk mencari siapa yang akan menjadi saksi terhadap dirinya. Maka Allah membungkam mulutnya dan dikatakan kepada pahanya, "Berbicaralah!" Maka pahanya, dagingnya, dan tulangnya berbicara, menceritakan semua amal perbuatan yang pernah dilakukannya.
Demikianlah nasib yang dialami oleh orang munafik, hal itu dilakukan terhadapnya agar alasan Allah kuat, dan itulah yang membuat Allah murka terhadapnya. Imam Muslim dan Imam Abu Daud meriwayatkannya melalui hadis Sufyan ibnu Uyaynah secara panjang lebar. ". Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Ammar, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Iyasy, telah menceritakan kepada kami Damdam ibnu Zur'ah, dari Syuraih ibnu Ubaid, dari Uqbah ibnu Amir r.a., bahwa ia pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: Sesungguhnya anggota tubuh manusia yang mula-mula berbicara di hari semua mulut dibungkam adalah paha kaki kirinya.
Ibnu Jarir meriwayatkannya dari Muhammad ibnu Auf dari Abdullah ibnul Mubarak dari Ismail ibnu Iyasy dengan sanad dan lafaz yang semisal. Imam Ahmad menilai jayyid sanad hadis ini. Untuk itu dia mengatakan: ". telah menceritakan kepada kami Al-Hakam ibnu Nafi', telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Iyasy, dan Damdam ibnu Zur'ah dari Syuraih ibnu Ubaid Al-Hadrami dari seseorang yang menceritakan hadis ini kepadanya, dari Uqbah ibnu Amir r.a. bahwa ia pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: Sesungguhnya anggota tubuh manusia yang mula-mula berbicara di hari semua mulut dikunci ialah paha kaki kirinya.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ya'qub ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Ibnu Aliyyah, telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu Ubaid, dari Humaid ibnu Hilal yang mengatakan bahwa Abu Burdah pernah mengatakan bahwa Abu Musa Al-Asy'ari r.a. telah berkata bahwa kelak di hari kiamat orang mukmin dipanggil untuk menjalani perhitungan amal perbuatan. Lalu Tuhannya menampakkan kepadanya semua amal perbuatannya antara Dia dan orang mukmin itu. Maka orang mukmin itu mengakuinya dan mengatakan, "Benar, ya Tuhanku, aku telah melakukan anu dan anu dan anu." Maka Allah ﷻ mengampuni semua dosanya dan menutupi sebagian darinya.
Tiada seorang makhluk pun yang melihat dosa-dosa tersebut barang sedikit pun, dan yang tampak hanyalah kebaikan-kebaikannya saja, sehingga orang mukmin itu menginginkan andaikata semua manusia melihatnya. Dan orang kafir serta orang munafik dipanggil untuk menjalani hisab amal perbuatannya, maka Tuhannya membeberkan kepadanya semua amal perbuatannya. Tetapi ia mengingkarinya dan berkata, "Ya Tuhanku, demi Keagungan-Mu, sesungguhnya malaikat ini telah mencatat pada buku amalku hal-hal yang tidak aku kerjakan." Maka malaikat pencatat amal perbuatan berkata kepadanya, "Bukankah kamu telah melakukan anu di hari anu di tempat anu?" Ia menjawab, "Tidak, demi keagungan-Mu, ya Tuhanku, aku tidak melakukannya." Apabila ia mengingkari semuanya itu, maka Allah ﷻ membungkam mulutnya.
Abu Musa Al-Asy'ari r.a. melanjutkan, bahwa sesungguhnya ia menduga anggota tubuhnya yang mula-mula berbicara ialah paha kanannya. Kemudian Abu Musa Al-Asy'ari membaca firman-Nya: Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan. (Yasin: 65) Adapun firman Allah ﷻ: Dan jikalau Kami menghendaki, pastilah Kami hapuskan penglihatan mata mereka; lalu mereka berlomba-lomba (mencari) jalan. Maka betapakah mereka dapat melihatnya). (Yasin: 66) Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan tafsir ayat ini.
Ibnu Abbas mengatakan bahwa seandainya Kami menghendaki, pastilah Kami sesatkan mereka dari jalan petunjuk, maka betapakah mereka dapat melihatnya. Di lain kesempatan Ibnu Abbas mengartikan tamasna dengan pengertian 'Kami butakan'. Al-Hasan Al-Basri mengatakan, "Jikalau Allah menghendaki, tentulah mata mereka dibutakan-Nya sehingga mereka menjadi buta dan tidak dapat melihat jalan yang ditempuhnya." As-Saddi mengatakan bahwa seandainya Kami menghendaki, tentulah Kami butakan penglihatan mereka.
Mujahid, Abu Saleh, Qatadah, dan As-Saddi mengatakan bahwa lalu mereka berlomba-lomba menuju sirat yakni jalan. Ibnu Zaid mengatakan, yang dimaksud dengan sirat dalam ayat ini ialah kebenaran, maka betapakah mereka dapat melihatnya karena Kami telah membutakan penglihatan mereka. Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. bahwa makna fa-anna yubsirun ialah mereka tidak dapat melihat perkara hak. Firman Allah ﷻ: Dan jikalau Kami menghendaki, pastilah Kami ubah mereka di tempat mereka berada. (Yasin: 67) Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. bahwa makna masakhnahum ialah Kami binasakan mereka. As-Saddi mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah Kamu ubah bentuk mereka.
Abu Saleh mengatakan, maksudnya Kami jadikan mereka batu-batuan. Al-Hasan Al-Basri dan Qatadah mengatakan bahwa tentulah Allah menjadikan mereka terduduk di atas kaki mereka. Karena itulah disebutkan dalam firman berikutnya: maka mereka tidak sanggup berjalan lagi. (Yasin: 67) Yakni melangkah ke arah depan. dan tidak (pula) sanggup kembali. (Yasin: 67) Yaitu ke arah belakang, bahkan mereka tetap berada di tempatnya, tidak dapat maju dan tidak dapat mundur."
Dikatakan juga kepada orang kafir, 'Inilah neraka Jahanam, tempat bagi para pendurhaka, yang dahulu telah diperingatkan kepadamu agar kamu menjauhinya. Para rasul telah mengingatkan kamu tentangnya. '64. Allah berkata kepada orang-orang kafir, 'Masuklah ke dalamnya dan rasakanlah pada hari ini panasnya api neraka karena dahulu kamu mengingkarinya. '.
Allah menyatakan kepada orang-orang kafir, "Hai orang-orang kafir, inilah neraka Jahanam yang pernah Aku janjikan kepadamu dan janji itu telah disampaikan oleh rasul yang telah diutus kepadamu semasa hidup di dunia dahulu. Akan tetapi, kamu tidak mempercayainya, bahkan kamu ingkar dan durhaka kepada-Ku dan menyembah tuhan selain-Ku." Al-Qur'an menggunakan kata hadzihi yaitu bentuk isim isyarah untuk sesuatu yang dekat guna menggambarkan bahwa neraka Jahanam sudah berada di hadapan mereka, ini merupakan sebuah gambaran yang mengerikan.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
SESALAN ALLAH TERHADAP ANAK ADAM
Ayat 60
“Bukankah sudah Aku pesankan kepada kamu, wahai Anak Adam supaya kamu jangan menyembah setan."
Artinya bahwa sudah berkali-kali Allah ﷻ memperingatkan kepada anak Adam, supaya janganlah setan yang mereka sembah. Menyembah setan ialah memperturutkan per-dayaannya, mendengarkan bisikannya yang menyesatkan itu. Menyembah setan bukanlah berarti bahwa benar-benar ada orang yang shalat atau ruku' atau sujud kepada setan dalam upacara. Bahkan jika saja seseorang telah mengerjakan perbuatan yang salah dan jiwanya sendiri merasakan bahwa perbuatan itu memang salah, tetapi dikerjakannya juga, nyatalah bahwa orang itu telah menyembah setan.
“Sesungguhnya dia bagi kamu adalah musuh yang nyata."
Berkali-kali telah dijelaskan oleh Allah ﷻ dengan perantaraan Rasul-Nya, bahwa-sanya setan adalah musuh turun-temurun bagi manusia. Bagaimana mungkin orang yang sejak semula telah menyatakan diri jadi musuh kamu, lalu kamu pergi menyembah-nyembah dia?
Ayat 61
“Dan bahwa hendaklah kamu menyembah kepada-Ku."
Tempat kamu menyembah hanyalah satu saja, yaitu Aku! Demikian maksud ayat Sejak Adam dan istrinya didatangkan ke muka bumi ini dan sejak Adam itu sendiri sampai kepada utusan-utusan Allah yang diutus sesudah Adam ganti berganti, pokok ajaran yang mereka bawa ialah yang satu itu saja, yaitu bahwa Allah ﷻ yang patut disembah itu hanya satu. Hanya Dia Pencipta dari seluruh alam ini, atau Ilah. Dan hanya Dia pula yang mengatur, memelihara, menjaga, menguasai, dan mendidik seluruh alam ini, yaitu Rabbun. Oleh sebab la saja Maha Pencipta, maka Dia saja pula yang disembah, tidak yang lain.
“Inilah jalan yang lurus."
Garis lurus adalah jarak yang paling dekat di antara dua titik garis paralel tidak mungkin bertemu sampai ke ujungnya. Selain dari Allah adalah alam semua, termasuk setan, sendiri. Bila menyembah Allah dengan disertai menyembah setan, pastilah tujuan jadi pecah, terjadilah garis paralel. Maka supaya jiwa jadi langgeng, lurus tujuan, cepat sampai, jelas kemana tujuan, tidak lain yang mesti disembah hanya Allah, jalan lurus inilah yang dicari orang di dalam hidup, bukan garis bengkok-bengkok, bukan garis belit-belit, bukan garis pelintat-pelintut.
Ayat 62
“Dan sesungguhnya telah dia sesatkan di antara kamu golongan yang banyak."
Artinya bahwa dia, yaitu setan itu telah banyak sekali menyesatkan orang. Dibujuknya, dirayunya orang di tengah jalan menuju Allah SWT, karena pandainya setan itu merayu terbelok dia dari jalan yang lurus, tersesat dia ke jalan tak ada ujung, maka tersia-sialah tiap napas yang turun naik dalam dirinya. Padahal umur yang telah terpakai tidaklah dapat dikejar lagi.
“Apakah tidak pernah kamu pikirkan?"
Ujung ayat ini berupa pertanyaan, “Pernahkah kamu pikirkan bahwa perbuatanmu itu salah? Allah yang memberimu makan, lalu setan yang kamu sembah?
Ayat 63
“Inilah Jahannam yang pernah diancamkan kepadamu."
Artinya bahwa setan yang kamu turutkan, setan yang kamu sembah, pastilah Jahannam kesudahan perjalananmu. Jahannam inilah yang selalu diperingatkan oleh rasul-rasul Allah yang diutus; Jahannam yang seram, kejam dan suram. Jahannam yang menjadi kumpulan dari segala adzab dan siksaan.
Ayat 64
“Berbenamlah kamu ke dalamnya hari ini."
Kalimat ishlauhaa. Penafsir ini memberinya arti dalam bahasa Indonesia “berbenamlah kamu “, meskipun kata-kata benam yang sama artinya dengan tenggelam, namun bisa orang Melayu memakai kata berbenam dengan arti celaan. Berbenam tidak akan keluar-keluar lagi. Sebab itu mengandung kata siksaan.
“Dengan sebab kamu telah mengingkarinya."
Mengingkarinya menjadi arti juga dari mengkafirinya. Kafir mereka, atau tidak per-caya mereka bahwa Jahannam itu ada. Atau hawa nafsu mereka mengalahkan ingatan me-reka akan adzab neraka, sehingga mereka terperosok ke dalam jahannam itu.
Lalu Allah ﷻ menjelaskan lagi bagaimana pengalaman orang-orang yang bersalah mengingkari neraka itu ketika ditanya dan ketika mencoba hendak mendustai Allah.
Ayat 65
“Pada hari ini Kami tutup atas mulut-mulut mereka."
Artinya bahwa ketika dilakukan pemeriksaan, tanya jawab tentang kesalahan yang telah mereka perbuat menukar persembahan dari menyembah Allah kepada menyembah setan, ketika ditanya di hadapan Mahkamah Allah, lidah mereka atau mulut mereka telah terkunci, tidak sanggup bercakap lagi.
“Dan Kami buat bercakap tangan-tangan mereka dan naik saksi kaki-kaki mereka, atas apa yang mereka usahakan."
Tersebutlah di dalam riwayat dari Anas bin Malik r. a. Berkata dia, “Kami berada di sisi Rasulullah satu waktu. Lalu beliau tertawa. Maka berkatalah beliau, “Apakah kalian tahu apa sebab aku tertawa." Kami jawab, Allah dan Rasul-Nyalah yang lebih tahu. Lalu sabda beliau, “Aku tertawa mengenangkan seorang hamba akan menghadap kepada Allah, lalu dia berkata, “Ya Allah! Bukankah Allah telah memastikan bahwa Allah tidak akan berlaku aniaya kepadaku: “‘ Allah ﷻ bersabda, “Memang, demikianlah." Lalu hamba itu berdatang sembah lagi, “Ya Allah! Aku tidak hendak menerima kesaksian tentang diriku melainkan dari dalam diriku sendiri." Lalu Allah ﷻ bersabda, “Cukuplah di hari ini dirimu sendiri jadi saksi atas dirimu! Dan Malaikat-malaikat ‘pencatat yang mulia' (Kiraaman Kaatibiin) saksi luar." Lalu mulut si hamba itu pun ditutup. Maka diperintahkan Allah anggota tubuh si hamba itu supaya bercakap. Lalu ber-cakaplah anggota tubuhnya itu menjelaskan apa-apa yang telah dia amalkan. Setelah selesai, diberilah si hamba itu kesempatan berkata-kata kembali. Lalu dia berkata, “Celaka kalian, jauhlah kalian, sengsaralah kalian. Aku menutup mulut, kalian yang bercakap, padahal kalian yang aku perjuangkan." (HR Muslim)
Selanjutnya Allah ﷻ berfirman lagi tentang hukuman bagi orang yang durhaka itu,
Ayat 66
“Kalau Kami kehendaki niscaya Kami butakan mata mereka."
Ini pun masih lanjutan dari ayat-ayat yang menunjukkan akibat dari orang yang menukar persembahan itu, dari menyembah Allah lalu mereka tukar dengan menyembah setan. Dari menempuh jalan lurus, shirathal mustaqim, mereka tempuh jalan berbelok-belok tidak menentu; akhirnya mereka kehilangan pedoman, kehilangan arah, lalu dibutakan matanya oleh Allah ﷻ Walaupun terentang jalan lurus di hadapannya, namun dia tidak tahu dan tidak melihat
Dalam keadaan buta yang demikian, dikatakan pada lanjutan ayat, “Lalu mereka berebut jalan." Alangkah hebatnya beratus-ratus orang buta, lalu semuanya berebut jalan. Dari mana mereka akan tahu jalan? Jalan apa yang mereka cari? Ujung ayat menanyakan,
“Namun betapakah mereka akan melihat?"
Ali bin Abi Thalhah pun telah menjelaskan tafsir yang dikemukakan oleh Ibnu Abbas tentang buta di sini, yaitu ‘‘Mereka disesatkan dari petunjuk jalan yang benar." Mereka tidak menemui jalan itu. Semua ingin mencari jalan, semua hendak berebut ke muka padahal mata sendiri buta, hati sendiri buta. Cobalah pikirkan, bagaimana mereka akan mendapat jalan itu. Abu Zaid menerangkan bahwa jalan yang hendak ditempuh itu ialah jalan kebenaran.
Maka banyaklah orang yang hendak memilih jalan sendiri, atau mengatakan bahwa jalan yang dia gariskanlah jalan yang benar. Maka jalan itu pun terdapatlah sebanyak diri mereka sendiri, dan masing-masing menyalahkan jalan kawannya dan mengatakan jalannya sendiri saja yang benar. Kesudahannya semuanya sama tersesat. Karena selama hati masih buta dari kebenaran, selama itu pula jalan itu tidak akan bertemu.
Ayat 67
“Dan kalau Kami kehendaki pastilah Kami ubah muka mereka di tempat mereka berada."
Tegasnya bahwa Allah dapat saja mengubah dia dari sebagai manusia biasa menjadi berupa makhluk yang lain, entah jadi kera, entah jadi babi, entah jadi batu. Di dalam Al-Qur'an pun telah dijelaskan juga tentang ashhabis sabti, nelayan-nelayan Bani Israil yang mencari helat, pergi memasang lukah pada hari Jum'at petang dan membangkitkan lukah itu pada hari Ahad pagi-pagi, lalu mereka dihukum Allah ﷻ semua jadi kera.
“Maka tidaklah mereka sanggup maju dan tidak sanggup kembali."
Karena mereka tidak mempunyai kuasa apa pun untuk menukar sesuatu.
Ayat 68
“Dan baiangsiapayang Kami panjangkan umurnya, niscaya akan Kami balikkan kejadiannya."
Ini adalah hukum hidup yang harus dilalui oleh setiap manusia.
Orang ingin berumur panjang. Kalau umur panjang artinya pastilah tua. Kalau diri bertambah tua, pastilah kekuatan semasa muda kian lama kian hilang. Kian tua kian hilang kekuatan itu, sehingga akhirnya kalau masih hidup juga, berbalik seperti anak kecil. Itulah yang dinamai tua pikun.
“Apakah mereka tidak pikirkan?"
Ujung ayat menyuruh berpikir baik-baik. Umur panjang yang tidak umur panjang yang tidak dipenuhi dengan amal ibadah yang baik, adalah percuma. Sama artinya dengan kosong.
Ada juga orang yang berniat hendak beramal, hendak bersungguh-sungguh mengerja-kan perintah agama setelah tua kelak. Ini pun cara berpikir yang salah. Kalau sudah tua te-naga tidak ada lagi. Lebih baik sedang lagi muda beramallah, latihlah diri dalam kebajikan. Kadang-kadang kalau umur panjang, hasil yang dirasakan setelah tua ialah buah amal seketika lagi muda. Setelah tua hanya tinggal mengenang-ngenang usaha dan kegiatan di kala muda saja, sedang buat bekerja seperti itu sudah tidak bisa lagi.
Ketuaan adalah berarti kembali kecil. Bahkan lebih memberatkan daripada anak kecil sendiri. Kalau ada seorang orang tua yang sudah pikun, yang sudah kembali seperti anak kecil, sehingga—maaf-maaf—sudah tidak sadar lagi beliau ketika kencing dalam celana, tidaklah anak cucunya akan senang lagi membereskannya. Lain sekali dengan anak kecil da-lam pangkuan. Bagaimanapun perangai anak kecil itu, walaupun dia berak di atas pangkuan ibunya, namun ibunya masih menunjukkan cinta kepada anaknya.