Ayat
Terjemahan Per Kata
وَلَقَدۡ
dan sesungguhnya
أَضَلَّ
ia telah menyesatkan
مِنكُمۡ
diantara kamu
جِبِلّٗا
sejumlah/sebagian
كَثِيرًاۖ
banyak/besar
أَفَلَمۡ
maka apakah tidak
تَكُونُواْ
kalian menjadi
تَعۡقِلُونَ
kalian menggunakan akal
وَلَقَدۡ
dan sesungguhnya
أَضَلَّ
ia telah menyesatkan
مِنكُمۡ
diantara kamu
جِبِلّٗا
sejumlah/sebagian
كَثِيرًاۖ
banyak/besar
أَفَلَمۡ
maka apakah tidak
تَكُونُواْ
kalian menjadi
تَعۡقِلُونَ
kalian menggunakan akal
Terjemahan
Sungguh, ia (setan itu) benar-benar telah menyesatkan sangat banyak orang dari kamu. Maka, apakah kamu tidak mengerti?
Tafsir
(Sesungguhnya setan itu telah menyesatkan sebagian besar di antara kalian) lafal Jibillan adalah bentuk jamak dari Jabiilun seperti wazan Qadiimun, artinya makhluk. Menurut qiraat yang lain dibaca Jibullan dengan harakat Dhammah pada huruf Ba. (Maka apakah kalian tidak memikirkan?) tentang permusuhan setan dan penyesatannya; atau azab yang bakal menimpa mereka, yang karenanya mereka lalu mau beriman. Dikatakan kepada mereka di akhirat nanti:.
Tafsir Surat Yasin: 59-62
Dan (dikatakan kepada orang-orang kafir), "Berpisahlah kamu (dari orang-orang mukmin) pada hari ini, hai orang-orang yang berbuat jahat. Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu, hai Bani Adam, supaya kamu tidak menyembah setan. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu. dan hendaklah kamu menyembah-Ku. Inilah jalan yang lurus. Sesungguhnya setan itu telah menyesatkan sebagian besar di antaramu. Maka apakah kamu tidak memikirkan? Allah ﷻ berfirman, menceritakan nasib yang dialami oleh orang-orang kafir kelak di hari kiamat, yaitu Dia telah memerintahkan kepada mereka agar berpisah dari tempat orang-orang mukmin.
Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh Allah ﷻ dalam firman-Nya: (Ingatlah) suatu hari (ketika itu) Kami mengumpulkan mereka semuanya kemudian Kami berkata kepada orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan), "Tetaplah kamu dan sekutu-sekutumu di tempatmu itu. Lalu Kami pisahkan mereka. (Yunus. 28) Dan pada hari terjadinya kiamat, di hari itu mereka (manusia) bergolong-golongan. (Ar-Rum: 14) Dan firman Allah ﷻ: pada hari itu mereka terpisah-pisah (Ar-Rum: 43) Yakni menjadi dua golongan yang terpisah (golongan orang mukmin dan golongan orang kafir). Dan firman Allah ﷻ: (Kepada malaikat diperintahkan), "Kumpulkanlah orang-orang yang zalim beserta teman sejawat mereka dan sembahan-sembahan yang selalu mereka sembah selain Allah; maka tunjukkanlah kepada mereka jalan ke neraka. (Ash-Shaffat: 22-23) Firman Allah ﷻ: Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu, hai Bani Adam, supaya kamu tidak menyembah setan? Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu. (Yasin: 60) Ini merupakan ancaman dari Allah ﷻ yang ditujukan kepada orang-orang kafir dari kalangan Bani Adam.
Yaitu mereka yang menaati setan, padahal setan itu adalah musuh besar mereka; dan mereka durhaka terhadap Tuhan Yang Maha Pemurah, padahal Dialah Yang Menciptakan dan Yang Memberi rezeki mereka. Karena itulah dalam firman berikutnya disebutkan: dan hendaklah kamu menyembah-Ku. Inilah jalan yang lurus (Yasin: 61) Artinya, Aku telah memerintahkan kepada kalian sewaktu di dunia untuk menentang setan. Kuperintahkan pula kalian agar menyembah-Ku, karena inilah jalan yang lurus.
Tetapi kalian menempuh jalan yang lain, dan kalian mengikuti apa yang diperintahkan oleh setan. Dalam firman berikutnya disebutkan: Sesungguhnya setan itu telah menyesatkan sebagian besar di antaramu. (Yasin: 62) Lafaz jibillan menurut pendapat lain diucapkan jubilan, dan di antara ahli qiraat ada yang membacanya jiblan, maka yang dimaksud ialah 'sebagian besar dari manusia'. Demikianlah menurut Mujahid, Qatadah, As-Saddi, dan Sufyan ibnu Uyaynah.
Firman Allah ﷻ: Maka apakah kamu tidak memikirkan? (Yasin: 62) Yakni apakah kalian tidak berakal hingga menentang Tuhan kalian yang telah memerintahkan kepada kalian agar menyembah-Nya semata tiada sekutu bagi-Nya, lalu justru kalian mengikuti setan? Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Muhammad Al-Muharibi, dari Ismail ibnu Rafi', dari seseorang yang telah menceritakan kepadanya hadis berikut dari Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: bahwa apabila hari kiamat tiba, Allah ﷻ memerintahkan kepada neraka Jahanam (untuk keluar). Maka keluarlah dari neraka Jahanam sesuatu yang bentuknya seperti leher dalam rupa yang hitam pekat, lalu berkata: "Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu, hai Bani Adam, supaya kamu tidak menyembah setan? Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu," dan hendaklah kamu menyembah-Ku.
Inilah jalan yang lurus. Sesungguhnya setan itu telah menyesatkan sebagian besar di antaramu. Maka apakah kamu tidak memikirkan. Inilah Jahanam yang dahulu kamu diancam (dengannya). (Yasin: 60-63) Maka manusia pun bergolong-golong secara terpisah dan mereka berlutut; hal inilah yang diungkapkan oleh Allah ﷻ melalui firman-Nya: Dan (pada hari itu) kamu lihat tiap-tiap umat berlutut. Tiap-tiap umat dipanggil untuk (melihat) buku catatan amalnya. Pada hari itu kamu diberi balasan terhadap apa yang telah kamu kerjakan. (Al-Jasiyah: 28)"
Janganlah kamu menyembah setan. Dan ketahuilah bahwa sungguh, ia telah menyesatkan sebagian besar di antara kamu dengan mendorong mereka untuk ingkar terhadap perintah Allah, bahkan menyekutukan-Nya. Maka, apakah kamu tidak mengerti akibat dari mengikuti langkah setan dan menempuh jalan kesesatan'63. Dikatakan juga kepada orang kafir, 'Inilah neraka Jahanam, tempat bagi para pendurhaka, yang dahulu telah diperingatkan kepadamu agar kamu menjauhinya. Para rasul telah mengingatkan kamu tentangnya. '.
Ayat ini menerangkan pengaruh dan akibat godaan setan kepada manusia, yaitu mereka ingkar dan tidak menaati Allah, bahkan banyak di antara mereka yang mempersekutukan-Nya.
Alangkah lemahnya hati manusia, sehingga mereka dapat tergoda oleh setan. Padahal mereka telah dianugerahi akal, pikiran, perasaan, kemampuan jasmani dan rohani, demikian pula taufik dan hidayah berupa agama yang disampaikan rasul kepada mereka. Sebenarnya dengan semua anugerah yang diberikan itu, manusia dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah, mana jalan yang lurus dan mana jalan yang sesat, mana perbuatan dosa dan mana amal yang saleh. Tetapi mereka lalai dan selalu memperturutkan hawa nafsunya.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
SESALAN ALLAH TERHADAP ANAK ADAM
Ayat 60
“Bukankah sudah Aku pesankan kepada kamu, wahai Anak Adam supaya kamu jangan menyembah setan."
Artinya bahwa sudah berkali-kali Allah ﷻ memperingatkan kepada anak Adam, supaya janganlah setan yang mereka sembah. Menyembah setan ialah memperturutkan per-dayaannya, mendengarkan bisikannya yang menyesatkan itu. Menyembah setan bukanlah berarti bahwa benar-benar ada orang yang shalat atau ruku' atau sujud kepada setan dalam upacara. Bahkan jika saja seseorang telah mengerjakan perbuatan yang salah dan jiwanya sendiri merasakan bahwa perbuatan itu memang salah, tetapi dikerjakannya juga, nyatalah bahwa orang itu telah menyembah setan.
“Sesungguhnya dia bagi kamu adalah musuh yang nyata."
Berkali-kali telah dijelaskan oleh Allah ﷻ dengan perantaraan Rasul-Nya, bahwa-sanya setan adalah musuh turun-temurun bagi manusia. Bagaimana mungkin orang yang sejak semula telah menyatakan diri jadi musuh kamu, lalu kamu pergi menyembah-nyembah dia?
Ayat 61
“Dan bahwa hendaklah kamu menyembah kepada-Ku."
Tempat kamu menyembah hanyalah satu saja, yaitu Aku! Demikian maksud ayat Sejak Adam dan istrinya didatangkan ke muka bumi ini dan sejak Adam itu sendiri sampai kepada utusan-utusan Allah yang diutus sesudah Adam ganti berganti, pokok ajaran yang mereka bawa ialah yang satu itu saja, yaitu bahwa Allah ﷻ yang patut disembah itu hanya satu. Hanya Dia Pencipta dari seluruh alam ini, atau Ilah. Dan hanya Dia pula yang mengatur, memelihara, menjaga, menguasai, dan mendidik seluruh alam ini, yaitu Rabbun. Oleh sebab la saja Maha Pencipta, maka Dia saja pula yang disembah, tidak yang lain.
“Inilah jalan yang lurus."
Garis lurus adalah jarak yang paling dekat di antara dua titik garis paralel tidak mungkin bertemu sampai ke ujungnya. Selain dari Allah adalah alam semua, termasuk setan, sendiri. Bila menyembah Allah dengan disertai menyembah setan, pastilah tujuan jadi pecah, terjadilah garis paralel. Maka supaya jiwa jadi langgeng, lurus tujuan, cepat sampai, jelas kemana tujuan, tidak lain yang mesti disembah hanya Allah, jalan lurus inilah yang dicari orang di dalam hidup, bukan garis bengkok-bengkok, bukan garis belit-belit, bukan garis pelintat-pelintut.
Ayat 62
“Dan sesungguhnya telah dia sesatkan di antara kamu golongan yang banyak."
Artinya bahwa dia, yaitu setan itu telah banyak sekali menyesatkan orang. Dibujuknya, dirayunya orang di tengah jalan menuju Allah SWT, karena pandainya setan itu merayu terbelok dia dari jalan yang lurus, tersesat dia ke jalan tak ada ujung, maka tersia-sialah tiap napas yang turun naik dalam dirinya. Padahal umur yang telah terpakai tidaklah dapat dikejar lagi.
“Apakah tidak pernah kamu pikirkan?"
Ujung ayat ini berupa pertanyaan, “Pernahkah kamu pikirkan bahwa perbuatanmu itu salah? Allah yang memberimu makan, lalu setan yang kamu sembah?
Ayat 63
“Inilah Jahannam yang pernah diancamkan kepadamu."
Artinya bahwa setan yang kamu turutkan, setan yang kamu sembah, pastilah Jahannam kesudahan perjalananmu. Jahannam inilah yang selalu diperingatkan oleh rasul-rasul Allah yang diutus; Jahannam yang seram, kejam dan suram. Jahannam yang menjadi kumpulan dari segala adzab dan siksaan.
Ayat 64
“Berbenamlah kamu ke dalamnya hari ini."
Kalimat ishlauhaa. Penafsir ini memberinya arti dalam bahasa Indonesia “berbenamlah kamu “, meskipun kata-kata benam yang sama artinya dengan tenggelam, namun bisa orang Melayu memakai kata berbenam dengan arti celaan. Berbenam tidak akan keluar-keluar lagi. Sebab itu mengandung kata siksaan.
“Dengan sebab kamu telah mengingkarinya."
Mengingkarinya menjadi arti juga dari mengkafirinya. Kafir mereka, atau tidak per-caya mereka bahwa Jahannam itu ada. Atau hawa nafsu mereka mengalahkan ingatan me-reka akan adzab neraka, sehingga mereka terperosok ke dalam jahannam itu.
Lalu Allah ﷻ menjelaskan lagi bagaimana pengalaman orang-orang yang bersalah mengingkari neraka itu ketika ditanya dan ketika mencoba hendak mendustai Allah.
Ayat 65
“Pada hari ini Kami tutup atas mulut-mulut mereka."
Artinya bahwa ketika dilakukan pemeriksaan, tanya jawab tentang kesalahan yang telah mereka perbuat menukar persembahan dari menyembah Allah kepada menyembah setan, ketika ditanya di hadapan Mahkamah Allah, lidah mereka atau mulut mereka telah terkunci, tidak sanggup bercakap lagi.
“Dan Kami buat bercakap tangan-tangan mereka dan naik saksi kaki-kaki mereka, atas apa yang mereka usahakan."
Tersebutlah di dalam riwayat dari Anas bin Malik r. a. Berkata dia, “Kami berada di sisi Rasulullah satu waktu. Lalu beliau tertawa. Maka berkatalah beliau, “Apakah kalian tahu apa sebab aku tertawa." Kami jawab, Allah dan Rasul-Nyalah yang lebih tahu. Lalu sabda beliau, “Aku tertawa mengenangkan seorang hamba akan menghadap kepada Allah, lalu dia berkata, “Ya Allah! Bukankah Allah telah memastikan bahwa Allah tidak akan berlaku aniaya kepadaku: “‘ Allah ﷻ bersabda, “Memang, demikianlah." Lalu hamba itu berdatang sembah lagi, “Ya Allah! Aku tidak hendak menerima kesaksian tentang diriku melainkan dari dalam diriku sendiri." Lalu Allah ﷻ bersabda, “Cukuplah di hari ini dirimu sendiri jadi saksi atas dirimu! Dan Malaikat-malaikat ‘pencatat yang mulia' (Kiraaman Kaatibiin) saksi luar." Lalu mulut si hamba itu pun ditutup. Maka diperintahkan Allah anggota tubuh si hamba itu supaya bercakap. Lalu ber-cakaplah anggota tubuhnya itu menjelaskan apa-apa yang telah dia amalkan. Setelah selesai, diberilah si hamba itu kesempatan berkata-kata kembali. Lalu dia berkata, “Celaka kalian, jauhlah kalian, sengsaralah kalian. Aku menutup mulut, kalian yang bercakap, padahal kalian yang aku perjuangkan." (HR Muslim)
Selanjutnya Allah ﷻ berfirman lagi tentang hukuman bagi orang yang durhaka itu,
Ayat 66
“Kalau Kami kehendaki niscaya Kami butakan mata mereka."
Ini pun masih lanjutan dari ayat-ayat yang menunjukkan akibat dari orang yang menukar persembahan itu, dari menyembah Allah lalu mereka tukar dengan menyembah setan. Dari menempuh jalan lurus, shirathal mustaqim, mereka tempuh jalan berbelok-belok tidak menentu; akhirnya mereka kehilangan pedoman, kehilangan arah, lalu dibutakan matanya oleh Allah ﷻ Walaupun terentang jalan lurus di hadapannya, namun dia tidak tahu dan tidak melihat
Dalam keadaan buta yang demikian, dikatakan pada lanjutan ayat, “Lalu mereka berebut jalan." Alangkah hebatnya beratus-ratus orang buta, lalu semuanya berebut jalan. Dari mana mereka akan tahu jalan? Jalan apa yang mereka cari? Ujung ayat menanyakan,
“Namun betapakah mereka akan melihat?"
Ali bin Abi Thalhah pun telah menjelaskan tafsir yang dikemukakan oleh Ibnu Abbas tentang buta di sini, yaitu ‘‘Mereka disesatkan dari petunjuk jalan yang benar." Mereka tidak menemui jalan itu. Semua ingin mencari jalan, semua hendak berebut ke muka padahal mata sendiri buta, hati sendiri buta. Cobalah pikirkan, bagaimana mereka akan mendapat jalan itu. Abu Zaid menerangkan bahwa jalan yang hendak ditempuh itu ialah jalan kebenaran.
Maka banyaklah orang yang hendak memilih jalan sendiri, atau mengatakan bahwa jalan yang dia gariskanlah jalan yang benar. Maka jalan itu pun terdapatlah sebanyak diri mereka sendiri, dan masing-masing menyalahkan jalan kawannya dan mengatakan jalannya sendiri saja yang benar. Kesudahannya semuanya sama tersesat. Karena selama hati masih buta dari kebenaran, selama itu pula jalan itu tidak akan bertemu.
Ayat 67
“Dan kalau Kami kehendaki pastilah Kami ubah muka mereka di tempat mereka berada."
Tegasnya bahwa Allah dapat saja mengubah dia dari sebagai manusia biasa menjadi berupa makhluk yang lain, entah jadi kera, entah jadi babi, entah jadi batu. Di dalam Al-Qur'an pun telah dijelaskan juga tentang ashhabis sabti, nelayan-nelayan Bani Israil yang mencari helat, pergi memasang lukah pada hari Jum'at petang dan membangkitkan lukah itu pada hari Ahad pagi-pagi, lalu mereka dihukum Allah ﷻ semua jadi kera.
“Maka tidaklah mereka sanggup maju dan tidak sanggup kembali."
Karena mereka tidak mempunyai kuasa apa pun untuk menukar sesuatu.
Ayat 68
“Dan baiangsiapayang Kami panjangkan umurnya, niscaya akan Kami balikkan kejadiannya."
Ini adalah hukum hidup yang harus dilalui oleh setiap manusia.
Orang ingin berumur panjang. Kalau umur panjang artinya pastilah tua. Kalau diri bertambah tua, pastilah kekuatan semasa muda kian lama kian hilang. Kian tua kian hilang kekuatan itu, sehingga akhirnya kalau masih hidup juga, berbalik seperti anak kecil. Itulah yang dinamai tua pikun.
“Apakah mereka tidak pikirkan?"
Ujung ayat menyuruh berpikir baik-baik. Umur panjang yang tidak umur panjang yang tidak dipenuhi dengan amal ibadah yang baik, adalah percuma. Sama artinya dengan kosong.
Ada juga orang yang berniat hendak beramal, hendak bersungguh-sungguh mengerja-kan perintah agama setelah tua kelak. Ini pun cara berpikir yang salah. Kalau sudah tua te-naga tidak ada lagi. Lebih baik sedang lagi muda beramallah, latihlah diri dalam kebajikan. Kadang-kadang kalau umur panjang, hasil yang dirasakan setelah tua ialah buah amal seketika lagi muda. Setelah tua hanya tinggal mengenang-ngenang usaha dan kegiatan di kala muda saja, sedang buat bekerja seperti itu sudah tidak bisa lagi.
Ketuaan adalah berarti kembali kecil. Bahkan lebih memberatkan daripada anak kecil sendiri. Kalau ada seorang orang tua yang sudah pikun, yang sudah kembali seperti anak kecil, sehingga—maaf-maaf—sudah tidak sadar lagi beliau ketika kencing dalam celana, tidaklah anak cucunya akan senang lagi membereskannya. Lain sekali dengan anak kecil da-lam pangkuan. Bagaimanapun perangai anak kecil itu, walaupun dia berak di atas pangkuan ibunya, namun ibunya masih menunjukkan cinta kepada anaknya.