Ayat
Terjemahan Per Kata
إِنَّ
sesungguhnya
أَصۡحَٰبَ
penghuni
ٱلۡجَنَّةِ
sorga
ٱلۡيَوۡمَ
pada hari itu
فِي
dalam
شُغُلٖ
kesibukan
فَٰكِهُونَ
bersenang-senang
إِنَّ
sesungguhnya
أَصۡحَٰبَ
penghuni
ٱلۡجَنَّةِ
sorga
ٱلۡيَوۡمَ
pada hari itu
فِي
dalam
شُغُلٖ
kesibukan
فَٰكِهُونَ
bersenang-senang
Terjemahan
Sesungguhnya penghuni surga pada hari itu berada dalam kesibukan (sehingga tidak sempat berpikir tentang penghuni neraka) lagi bersenang-senang.
Tafsir
(Sesungguhnya penghuni surga pada hari itu dalam kesibukan) mereka tidak menghiraukan lagi apa yang dialami oleh ahli neraka, karena mereka sibuk dengan kenikmatan-kenikmatan yang sedang mereka rasakan, seperti memecahkan selaput dara bidadari-bidadari; mereka tidak mempunyai kesibukan yang membuat mereka lelah atau payah, karena di dalam surga tidak ada kelelahan. Lafal Syughulin dapat pula dibaca Syughlin (bersenang-senang) yakni bergelimangan di dalam kenikmatan. Lafal Faakihuuna menjadi Khabar kedua dari Inna, sedangkan Khabar yang pertama adalah Fii Syughulin.
Tafsir Surat Yasin: 55-58
Sesungguhnya penghuni surga pada hari itu bersenang-senang dalam kesibukan (mereka). Mereka dan istri-istri mereka berada dalam tempat yang teduh, bertelekan di atas dipan-dipan. Di surga itu mereka memperoleh buah-buahan dan memperoleh apa yang mereka minta. (Kepada mereka dikatakan), "Salam, "sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang. Allah ﷻ menceritakan perihal ahli surga, bahwa keadaan mereka di hari kiamat apabila telah diberangkatkan dari Padang Mahsyar, lalu mereka ditempatkan di taman-taman surga, dan bahwa mereka sibuk dengan urusan mereka sendiri yang bergelimang dalam kenikmatan yang abadi dan keberuntungan yang besar.
Al-Hasan Al-Basri dan Ismail ibnu Abu Khalid mengatakan bahwa ahli surga terlalu sibuk dengan urusannya untuk memperhatikan azab yang diterima oleh penghuni neraka. Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: bersenang-senang dalam kesibukan (mereka). (Yasin: 55) Yakni merasa kagum dengan kenikmatan yang mereka alami. Hal yang sama telah dikatakan oleh Qatadah. Ibnu Abbas mengatakan bahwa arti fakihun adalah bersenang-senang. Abdullah ibnu Mas'ud, Ibnu Abbas, Sa'id ibnul Musayyab, Ikrimah, Al-Hasan, Qatadah, Al-A'masy, Sulaiman At-Taimi, dan Al-Auza'i telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya penghuni surga pada hari itu bersenang-senang dalam kesibukan (mereka). (Yasin: 55) Mereka mengatakan bahwa kesibukan ahli surga ialah memecahkan selaput-selaput dara (istri-istri mereka).
Dan Ibnu Abbas r.a. sendiri mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: bersenang-senang dalam kesibukan (mereka). (Yasin: 55) Yakni mendengarkan alunan musik petikan kecapi. Abu Hatim mengatakan bahwa barangkali kekeliruan dari pendengarnya (yang mendengarnya dari Ibnu Abbas), sesungguhnya yang dimaksud dengan kesibukan di sini adalah memecahkan selaput-selaput dara Firman Allah ﷻ: Mereka dan istri-istri mereka. (Yasin: 56) Yaitu bersama permaisuri-permaisurinya, menurut Mujahid. berada dalam tempat yang teduh. (Yasin: 56) Maksudnya, berada di dalam naungan pepohonan surga. bertelekan di atas dipan-dipan. (Yasin: 56) Ibnu Abbas Mujahid, Ikrimah, Muhammad ibnu Ka'b, Al-Hasan, Qatadah As-Saddi, dan Khasif mengatakan makna ara-ik ialah ranjang-ranjang yang berkelambu. Menurut hemat kami, perumpamaannya di dunia ini sama dengan pelaminan-pelaminan yang dihiasi dengan aneka ragam kain kelambu.
Hanya Allah sajalah Yang Maha Mengetahui: Firman Allah Swt: Di surga itu mereka memperoleh buah-buahan. (Yasin: 57) dari berbagai jenis buah-buahan. dan memperoleh apa yang mereka minta. (Yasin: 57) Apa pun yang mereka minta, pasti mereka mendapatkannya dari semua jenis kesenangan. ". ": ". Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Auf Al-Himsi, telah menceritakan kepada kami Usman ibnu Sa'id ibnu Kasir ibnu Dinar, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Muhajir, dari Ad-Dahhak Al-Mu'afiri, dari Sulaiman ibnu Musa, telah menceritakan kepadaku Kuraib, ia pernah mendengar Usamah ibnu Zaid r.a. mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Adakah orang yang menginginkan masuk surga, karena sesungguhnya surga itu keindahannya tidak dapat terbayangkan.
Surga itu demi Tuhan Ka'bah, semuanya merupakan nur (cahaya) yang berkemilauan, wewangian yang semerbak aromanya, gedung-gedung yang kokoh, sungai-sungai yang mengalir, buah-buahan yang masak, istri-istri yang cantik jelita, perhiasan yang banyak, tempat tinggal yang abadi di negeri yang penuh dengan keselamatan, buah-buahan yang segar, kebaikan dan nikmat yang berlimpah di tempat yang tinggi lagi menyenangkan. Mereka (para sahabat) berkata, "Ya, wahai Rasulullah, kamilah orang-orang yang sedang mengadakan persiapan untuk memasukinya." Rasulullah ﷺ bersabda.Katakanlah. 'Insya Allah'Maka para sahabat mengatakan, "Insya Allah" Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Majah di dalam Kitabuz Zuhud, bagian dari kitab Sunan-nya melalui hadis Al-Walid ibnu Muslim, dari Muhammad ibnu Muhajir dengan sanad yang sama.
Firman Allah ﷻ: (Kepada mereka dikatakan), "Salam, sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang. (Yasin: 58) Ibnu Juraij mengatakan bahwa Ibnu Abbas r.a. telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: (Kepada mereka dikatakan).Salam. sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang. (Yasin: 58) Sesungguhnya Allah ﷻ sendirilah yang melimpahkan selamat kepada penduduk surga. Pendapat yang dikatakan oleh Ibnu Abbas ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya: Salam penghormatan kepada mereka (orang-orang mukmin itu) pada hari mereka menemui-Nya ialah, "Salam. (Al-Ahzab: 44) Ibnu Abu Hatim sehubungan dengan makna ayat ini telah meriwayatkan sebuah hadis yang di dalam sanadnya terdapat hal yang perlu diteliti. Ia mengatakan: Telah menceritakan kepada kami Musa ibnu Yusuf, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdul Malik ibnu Abusy Syawarib, telah menceritakan kepada kami Abu Asim Al-Ibadani, telah menceritakan kepada kami Al-Fadl Ar-Raqqasyi, dari Muhammad ibnul Munkadir, dari Jabir ibnu Abdullah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda, bahwa ketika ahli surga sedang bergelimang di dalam kenikmatannya, tiba-tiba muncullah cahaya pada mereka, lalu mereka mengangkat kepalanya memandang ke arah cahaya itu, dan ternyata Tuhan Yang Maha Agung menengok mereka dari atas mereka, lalu berfirman, "Selamat kepada kalian semua, hai penduduk surga.'' Yang demikian itulah yang dimaksud oleh firman-Nya: (Kepada mereka dikatakan), "Salam, sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang. (Yasin: 58) Maka Allah memandang kepada mereka, dan mereka memandang kepada-Nya.
Mereka tidak mengalihkan pandangannya kepada sesuatu pun selama mereka memandang kepada Allah ﷻ karena nikmatnya yang tak terperikan, hingga Allah ﷻ menutup diri dari mereka dengan hijab-Nya dan yang tertinggal adalah cahaya dan berkah-Nya yang melimpah atas mereka di rumah-rumah mereka. Imam Ibnu Majah meriwayatkan hadis ini di dalam Kitabus Sunnah bagian dari kitab Sunan-nya melalui Muhammad ibnu Abdul Malik ibnu Abusy Syawarib dengan sanad yang sama. Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu Abdul A'la, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepada kami Harmalah, dari Sulaiman ibnu Humaid yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi menceritakan hadis berikut dari Umar ibnu Abdul Aziz yang mengatakan bahwa apabila Allah ﷻ telah selesai dari ahli surga dan ahli neraka, maka Dia datang dengan diselimuti oleh awan bersama para malaikat.
Lalu Allah ﷻ mengucapkan selamat kepada penghuni surga, dan mereka menjawab ucapan selamat Allah ﷻ Selanjutnya Al-Qurazi mengatakan bahwa hal tersebut disebutkan di dalam Kitabullah oleh firman-Nya yang mengatakan: (Kepada mereka dikatakan), "Salam, sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang. (Yasin: 58) Kemudian Allah ﷻ berfirman, "'Mintalah kepada-Ku." Mereka menjawab, "Wahai Tuhan, apakah yang harus kami minta kepada-Mu?" Allah ﷻ berfirman, "Benar, mintalah kepada-Ku." Mereka berkata, "Kami memohon kepada-Mu, ya Tuhan kami, rida-Mu." Allah ﷻ berfirman, "Rida-Ku Kulimpahkan kepada kalian di rumah kehormatan-Ku." Mereka berkata, "Ya Tuhan kami, lalu apa lagi yang harus kami mintakan kepada-Mu. Maka demi keagungan dan kebesaran-Mu serta ketinggian kedudukan-Mu. seandainya Engkau beri izin kepada kami untuk memberi rezeki kepada manusia dan jin, tentulah kami dapat memberi mereka makan, minum, pakaian, dan pelayanan kepada mereka tanpa mengurangi barang sedikit pun dari apa yang ada pada kami." Allah ﷻ berfirman, "Sesungguhnya Aku masih mempunyai tambahan buat kalian." Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi melanjutkan, bahwa lalu hal tersebut diputuskan buat mereka di tempat-tempat mereka, hingga akhirnya Allah bersemayam di singgasana-Nya, setelah itu datanglah hadiah-hadiah dari Allah ﷻ untuk mereka yang dibawa oleh para malaikat.
Kemudian
disebutkan selanjutnya hingga akhir asar. Asar ini berpredikat garib. diketengahkan oleh Ibnu Jarir melalui berbagai jalur; hanya Allah Yang Maha Mengetahui."
Beralih dari penjelasan tentang keniscayaan hari Kiamat dan kebangkitan, Allah kemudian menggambarkan kebahagiaan orang mukmin di surga. Sesungguhnya penghuni surga pada hari itu bersenang-senang dalam kesibukan mereka. Mereka merasakan kesenangan dan kenikmatan yang belum pernah mereka temukan, keindahan yang belum pernah mereka lihat, dan suara menyejukkan kalbu yang belum pernah mereka dengar. 56. Orang-orang beriman itu bersenang-senang di surga. Mereka dan pasangan-pasangannya di surga berada dalam tempat yang teduh, bersandar di atas dipan-dipan sambil berbincang dan menikmati berbagai rezeki dari Allah.
Allah menerangkan bahwa orang-orang yang beriman dibalas Allah dengan pahala yang berlipat ganda, berupa surga yang penuh kenikmatan. Di dalamnya, mereka merasakan kesenangan dan kenikmatan yang belum pernah mereka rasakan, keindahan yang belum pernah mereka lihat, dan suara yang menyejukkan kalbu yang belum pernah mereka dengar. Waktu itu tidak terpikir olehnya azab yang sedang diderita orang-orang kafir yang terbenam dalam neraka. Yang dirasakan dan diingatnya hanyalah kegembiraan dan kepuasan hati bersama teman-temannya di dalam surga.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
BILA KIAMAT DATANG
Ayat 51
“Dan ditiuplah pada senunai sangkakala."
Pekik yang terdengar sekali yang pertama sebagaimana disebutkan di ayat 49 di atas tadi, ialah pekik panggilan untuk mematikan segala manusia yang manusia dan segala yang bernyawa yang masih hidup di waktu itu. Sebagaimana yang diterangkan tadi, bila pekik itu terdengar orang pun mati di waktu itu juga, sehingga tidak sempat meninggalkan wasiat dan tidak sempat pulang ke rumah, Dengan demikian matilah semua yang bernyawa.
“Maka tiba-tiba mereka pun pada muncul dari dalam pusara-pusara menuju kepada Tuhan mereka."
Berkumpullah mereka datang ke sana, keluar atau muncul dari pusara-pusara atau kuburan masing-masing.
Maka janganlah kita sampai bingung karena yang terkhayal dalam pikiran kita ialah orang yang telah beratus tahun ditidurkan di dalam kubur, akan bangkit kembali dalam kehidupan. Padahal kerap kali suatu kuburan tergali, didapati sedangkan tulang-tulangnya hanya tinggal sedikit dan sudah terpotong-potong, ujung-ujung jari sudah tidak ada lagi. Tulang kaki sudah patah, tulang tangan sudah remuk, bagaimana menyusun kembali. Dan ada orang yang meninggal terbakar hangus jadi abu. Dan ada orang yang mati di kapal lalu dibuangkan di lautan dimakan habis oleh ikan-ikan. Bagaimana semuanya itu akan disusun kembali?
Bukankah kita telah mengakui mutlaknya kekuasaan Allah SWT? Mengapa Allah akan kita ukur dengan pikiran kita yang pendek dan daerah penglihatan yang terbatas?
Hal itu hanya sukar bagi kita, karena ilmu kita sangat sempit. Bagi Allah ﷻ tidak sukar. Sedangkan kita manusia diciptakan Allah ﷻ dari mani atau kama, yang jadi darah segumpal, daging segumpal kemudian jadi manusia yang hidup di dunia, padahal kalau kejadian itu kita saksikan tiap hari, dan tidak juga dapat seorang ahli pengetahuan di mana pun jua menguraikan bagaimana jadi demikian. Setinggi-tinggi pengetahuan mereka hanyalah dapat mengatakan, “Begitulah kejadiannya, dan kita tidak tahu bagaimana jalannya maka sampai demikian." Kononlah tentang hari berbangkit itu keiak. Kita pun akan percaya kemungkinan itu, sebab telah kita lihat kekuasaan Allah, sanggup mencipta manusia hanya dari segumpal air yang kita namai mani. Niscayatah Dia sanggup dan Mahakuasa mengembalikan hidup manusia dalam keadaan lain dari hanya bekas yang tinggal. Baik bekas itu sepotong tulang, atau sejemput tanah yang berasal dari tubuh yang telah kembali ke asal, ataupun setengah genggam debu yang telah terserak di mana-mana.
Ayat 52
“Mereka pun berkata, “Wahai celakalah kita! Siapakah yang membangkitkan rata dari tempat tidur kita."
Itulah ucapan yang diliputi rasa heran dan tercengang melihat diri telah bangun kembali. Sebab sejak mengembuskan napas yang penghabisan dan kemudian dihantarkan dan dimasukkan ke dalam kubur, kesadaran nyawa tidak ada lagi. Dia telah tidur dengan nyenyak, yaitu setelah selesai pemeriksaan pertama di dalam alam kubur. Tidak ada di antara mereka yang tahu berapa lama mereka tidur nyenyak itu. Sebab perhitungan jam, hari, bulan, dan tahun di alam barzakh sudah berbeda dengan perhitungan kita di dalam dunia ini yang berpedoman kepada perjalanan matahari. Maka datanglah jawaban,
“Inilah yang dijanjikan oleh Tuhan Pengasih, dan benarlah utusan-utusan."
Itulah hal yang sekalian rasul yang diutus Allah ﷻ telah memberitahukannya semasa di dunia. Ini tinggal semata-mata pelaksanaan, bahwasanya orang yang telah meninggal dunia akan dibangkitkan kembali dalam kehidupan yang lain.
Ayat 53
“Tidak ada pekikan itu selain sekali saja."
Ayat ini menunjukkan betapa kekuasaan Allah dan kebesaran-Nya. Panggilan itu tidak akan diadakan berulang kali. Satu kali tiupan serunai sangkakala itu sudahlah cukup.
“Maka tiba-tiba mereka semua dihadirkan ke hadapan Kami."
Kalau dalam gambaran terbatas dapatlah kita umpamakan dengan terompet apel pagi membangunkan tentara dalam asrama di waktu pagi; terompet berbunyi hanya satu kali. Dengan satu kali sudah cukup, segala perajurit bangun, bersiap dan terus berbaris. Demi-kianlah keadaan di hari berbangkit (ba'ats) dan hari berkumpul (mahsyar) itu kelak dan berjuta-juta hamba Allah SWT, dari pangkal adanya hidup di muka bumi ini bagi manusia sampai kepada manusia yang terakhir.
Sesudah siap berkumpul mulailah diadakan perhitungan (Yaumul Hisab), sesudah itu datanglah keputusan. Amal baik mendapat keputusan baik. Amal buruk mendapat keputusan buruk. Bersilang siurlah keluar surat keputusan. Berbahagialah orang yang menerima keputusan dari sebelah kanan dan celakalah, orang yang menerima keputusan dari sebelah kiri atau dari belakang.
Ayat 54
“Maka di hari itu tidaklah akan dianiaya suaku diri sedikit jua pun."
Allah ﷻ akan berlaku menurut nama-Nya, yaitu al-'Adlu, adil sebenar adil. Sehingga orang yang menerima hukuman tidaklah akan menyesali Allah SWT, melainkan menyesali dirinya sendiri, sebab tidak menjalankan sebagaimana tuntunan Rasul. Dan orang yang diberi ganjaran yang mulia tidak pula akan menyangka, bahwa dia dilebihkan dari orang lain, melainkan ganjaran yang patut, yang sesuai dengan kasih sayang Allah kepada hamba-Nya.
“Dan hendaklah kamu akan diganjari melainkan menunut apa yang kamu kerjakan."
Oleh sebab itu, keraguan pada segala pihak tidak akan ada lagi. Dan untuk menentukan ke mana beratnya daun timbangan di akhirat itu kelak, tidak ada tempat yang lain untuk mengerjakannya, hanyalah di dunia ini saja.
Ayat 55
“Sesungguhnya penghuni-penghuni surga di hari itu, di dalam keadaan santai bersenda-gurau."
Setelah semuanya selesai menerima ke-putusan, maka ahli neraka digiring bersama-sama ke dalam neraka dan ahli surga diarak dengan serba kehormatan, bersama-sama pula, beramai-ramai ke dalam surga. Sesampai ahli surga itu di dalam tempat yang mulia itu, duduklah mereka pada tempat masing-masing yang telah disediakan. Di sanalah mereka beristirahat dengan santai. Tidak lagi sibuk, tidak lagi bekerja keras membanting tulang sebagaimana di dunia. Di sanalah mereka bersenda gurau, baik dengan anak dan istri yang sama-sama berhak duduk di dalamnya karena amalnya, atau dengan tolan sahabat yang sepaham menegakkan agama Allah semasa di dunia, dan bagi yang lain lagi bercengkeramalah dia dengan anak-anak bidadari untuk menambah kegembiraan.
Pertemuan dengan istri-istri itu dijelaskan lagi dalam ayat berikutnya,
Ayat 56
“Mereka dan istri-istri mereka di dalam tempat kelindungan."
Tidak kena terik panasnya matahari, melainkan nyaman, aman dan tenteram.
“Ke atas singgasana-singgasana mereka itu bertelekan “
Bertelekan di atas singgasana, yaitu tempat duduk dan boleh sambil berbaring, ber-sandar kepada bantal-bantal beludru buatan surga.
Ayat 57
“Untuk mereka di dalamnya ada buah-buahan."
Segala buah-buahan segar dari berbagai macam yang ada kita kenal di daerah kelahiran kita dan di tempat lain.
“Dan untuk mereka di dalamnya sedia apa saja yang mereka pesan."
Apa saja yang mereka ingini dari segala macam kesenangan, sampai kepada anggur yang tidak memabukkan, semuanya sedia.
Ayat 58
“Selamat sejahtera." Ucapan dari Tuhan Maha Penyayang."
Artinya bahwa dengan ucapan selamat datang ahli-ahli surga itu disambut oleh Allah ﷻ kedatangan mereka ke dalam surga itu, sebagaimana malaikat-malaikat pemelihara surga itu pun mengucapkan salam demikian pula kepada mereka. Dan surah lain-lain. Apatah lagi surga itu sendiri pun bernama “Darus Salam “, negara bahagia. Bahkan satu di antara nama Allah yang 99 itu pun ialah “Assalam “.
As-Salam mempunyai arti keselamatan, kedamaian, ketenteraman. Itulah yang diinginkan oleh tiap-tiap orang. Dan itulah yang akan mereka temui di sana kelak.
Ayat 59
“Dan terpencillah (menyisihlah) kamu hari ini, wahai orang-orang durjana."
Mendengar berita dari Allah ﷻ bagaimana nikmat dan rahmat yang akan diterima oleh orang-orang yang beriman itu di dalam surga kelak kemudian hari, tentu ada juga terasa di hati orang yang selama ini mendurhaka kepada Allah, yang hidupnya penuh dengan kedurjanaan belaka, bagaimanalah akan nasibnya kelak. Samalah halnya dengan seorang bapak yang banyak anak dan sebagian besar dari anak itu patuh menuruti bimbingan orang tua. Maka pada hari-hari tertentu anak-anak itu dipanggil berkumpul oleh orang tuanya itu dan ditunjukkannya kasih sayang kepada mereka. Maka anak yang nakal dan keras kepala tidak mau menuruti kehendak orang tua itu, melihat saudara-saudaranya berkumpul ke dekat ayahnya, dia pun ingin pula masuk dalam kumpulan itu. Tetapi ayahnya tidak memanggil dia. Dia tidak menegur dia, tidak menyapa dia. Sehingga terpencillah dia seorang diri, tersisih dari saudara-saudaranya.