Ayat
Terjemahan Per Kata
وَإِذَا
dan apabila
قِيلَ
dikatakan
لَهُمۡ
kepada mereka
أَنفِقُواْ
nafkahkan/belanjakan
مِمَّا
dari sebagian
رَزَقَكُمُ
memberi rezeki
ٱللَّهُ
Allah
قَالَ
berkata
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
كَفَرُواْ
kafir/ingkar
لِلَّذِينَ
kepada orang yang
ءَامَنُوٓاْ
beriman
أَنُطۡعِمُ
apakah kami memberi makan
مَن
orang
لَّوۡ
jika
يَشَآءُ
menghendaki
ٱللَّهُ
Allah
أَطۡعَمَهُۥٓ
Dia memberinya makan
إِنۡ
tidaklah
أَنتُمۡ
kamu
إِلَّا
kecuali
فِي
dalam
ضَلَٰلٖ
kesesatan
مُّبِينٖ
nyata
وَإِذَا
dan apabila
قِيلَ
dikatakan
لَهُمۡ
kepada mereka
أَنفِقُواْ
nafkahkan/belanjakan
مِمَّا
dari sebagian
رَزَقَكُمُ
memberi rezeki
ٱللَّهُ
Allah
قَالَ
berkata
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
كَفَرُواْ
kafir/ingkar
لِلَّذِينَ
kepada orang yang
ءَامَنُوٓاْ
beriman
أَنُطۡعِمُ
apakah kami memberi makan
مَن
orang
لَّوۡ
jika
يَشَآءُ
menghendaki
ٱللَّهُ
Allah
أَطۡعَمَهُۥٓ
Dia memberinya makan
إِنۡ
tidaklah
أَنتُمۡ
kamu
إِلَّا
kecuali
فِي
dalam
ضَلَٰلٖ
kesesatan
مُّبِينٖ
nyata
Terjemahan
Apabila dikatakan kepada mereka, “Infakkanlah sebagian rezeki yang diberikan Allah kepadamu,” orang-orang yang kufur itu berkata kepada orang-orang yang beriman, “Apakah pantas kami memberi makan kepada orang-orang yang jika Allah menghendaki, Dia akan memberinya makan? Kamu benar-benar dalam kesesatan yang nyata.”
Tafsir
(Dan apabila dikatakan) berkata sahabat-sahabat yang miskin (kepada mereka, "Nafkahkanlah) sedekahkanlah kepada kami (sebagian dari rezeki yang diberikan Allah kepada kalian") berupa harta benda (maka orang-orang yang kafir itu berkata kepada orang-orang yang beriman,) dengan nada yang sinis sebagai ejekan yang ditujukan kepada mereka, ("Apakah kami akan memberi makanan kepada orang-orang yang jika Allah menghendaki tentulah Dia akan memberinya makan) sesuai dengan keyakinan kalian itu. (Tiada lain kalian) yaitu apa yang kalian katakan kepada kami, padahal kalian mempunyai keyakinan bahwa Allah pasti memberi makan kalian (melainkan dalam kesesatan yang nyata") yakni jelas sesatnya. Ditegaskannya lafal Al Ladziina Kafaruu mengandung arti yang mendalam.
Tafsir Surat Yasin: 45-47
Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Takutlah kamu akan siksa yang di hadapanmu dan siksa yang akan datang supaya kamu mendapat rahmat, "(niscaya mereka berpaling). Dan sekali-kali tiada datang kepada mereka suatu tanda dari tanda-tanda kekuasaan Tuhan mereka, melainkan mereka selalu berpaling darinya. Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Nafkahkanlah sebagian dari rezeki yang diberikan Allah kepadamu, "maka orang-orang yang kafir itu berkata kepada orang-orang yang beriman, "Apakah kami akan memberi makan kepada orang-orang yang jika Allah menghendaki tentulah Dia akan memberinya makan, tiadalah kamu melainkan dalam kesesatan yang nyata.
Allah ﷻ menceritakan perihal keterlanjuran orang-orang musyrik dalam kesesatan mereka dan tiada kepedulian mereka terhadap dosa-dosa yang telah mereka kerjakan dan terhadap masa depan yang ada di hadapan mereka, yaitu hari kiamat. Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Takutlah kamu akan siksa yang di hadapanmu dan siksa yang akan datang. (Yasin: 45) Mujahid mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah dosa-dosa, sedangkan menurut yang lain adalah kebalikannya. supaya kamu mendapat rahmat. (Yasin: 45) Yakni mudah-mudahan Allah mengasihani kalian dan menyelamatkan kalian dari azab-Nya bila kalian takut akan hal tersebut.
Sebagai kelanjutannya ialah mereka menolak hal tersebut, bahkan berpaling darinya melalui firman berikutnya, yaitu: Dan sekali-kali tiada datang kepada mereka suatu tanda dari tanda-tanda kekuasaan Tuhan mereka. (Yasin: 46) Yang menunjukkan keesaan-Nya dan kebenaran rasul-rasul-Nya. melainkan mereka selalu berpaling darinya. (Yasin: 46) Maksudnya, mereka tidak mau merenungkannya, tidak mau menerimanya, dan tidak mau mengambil manfaat darinya. Firman Allah ﷻ: Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Nafkahkanlah sebagian dari rezeki yang diberikan Allah kepadamu (Yasin: 47) Yakni apabila mereka diperintahkan untuk membelanjakan sebagian dari rezeki yang diberikan oleh Allah kepada mereka untuk kaum fakir miskin maka orang-orang yang kafir itu berkata kepada orang-orang yang beriman. (Yasin: 47) Yaitu memperbincangkan perihal orang-orang beriman yang fakir, Dengan kata lain mereka berkata kepada orang mukmin yang menganjurkan mereka untuk berinfak dengan nada sinis dan tanggapan yang menentang.
Apakah kami akan memberi makan kepada orang-orang yang jika Allah menghendaki tentulah Dia akan memberinya makan (Yasin: 47) Mereka yang kalian anjurkan agar kami berinfak kepada mereka sekiranya Allah menghendaki, tentulah Dia memberikan kecukupan kepada mereka dan memberi mereka makan dari rezeki yang diberikanNya kepada mereka, dan kami sependapat dengan kehendak Allah ﷻ terhadap mereka. tiadalah kamu melainkan dalam kesesatan yang nyata. (Yasin: 47) dalam anjuran kalian kepada kami untuk melakukan hal tersebut. Ibnu Jarir mengatakan, dapat pula ditakwilkan bahwa kalimat ini merupakan firman Allah ﷻ terhadap orang-orang kafir yang menentang itu. saat mereka mendebat orang-orang mukmin yang menganjurkan kepada mereka untuk berinfak.
Allah berfirman kepada mereka: tiadalah kamu melainkan dalam kesesatan yang nyata. (Yasin: 47). Akan tetapi, pendapat ini masih perlu diteliti lagi. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui."
Dan salah satu bukti keingkaran mereka adalah bahwa apabila dikatakan kepada mereka, 'Infakkanlah sebagian rezeki yang diberikan Allah kepadamu kepada orang yang membutuhkan,' orang-orang yang kafir itu berkata kepada orang-orang yang beriman dengan nada mengejek, 'Apakah pantas kami memberi makan kepada orang-orang yang jika Allah menghendaki, Dia akan memberinya makan' Sungguh, kamu benar-benar dalam kesesatan yang nyata. ' Demikianlah sifat orang kafir. Mereka tidak mau berinfak, bersedekah, dan berzakat padahal semua itu akan kembali manfaatnya kepada diri mereka. 48. Tidak hanya mengingkari utusan Allah, orang-orang kafir itu juga mengingkari hari kebangkitan. Dan apabila dikatakan bahwa mereka kelak akan dibangkitkan dari kubur, mereka itu pun berkata dengan nada mengejek, 'Kapan janji hari kebangkitan itu terjadi jika kamu orang yang benar dalam perkataanmu tentangnya''.
Allah menyebutkan sisi lain dari keingkaran mereka, yaitu keengganan mereka menyumbangkan sebagian harta yang telah dikaruniakan-Nya kepada mereka. Apabila kepada mereka dianjurkan menafkahkan harta bagi kepentingan fakir miskin dan orang yang memerlukan bantuan, mereka menjawab kepada orang-orang beriman yang menganjurkan itu, "Apa perlunya kami memberi mereka itu makan, karena Allah dapat memberi makan bila Allah menghendaki." Di samping itu, mereka mengatakan bahwa orang-orang mukmin yang suka menyumbangkan harta benda untuk membantu fakir miskin itu adalah orang-orang yang sesat dan bodoh.
Alangkah jauh pendapat mereka itu dari kebenaran. Menyumbangkan sebagian harta benda dan menolong orang lain berupa sumbangan wajib, seperti zakat, maupun sumbangan suka rela, seperti sedekah, merupakan perwujudan dari rasa iman dan syukur atas nikmat Allah, dan sekaligus menghilangkan sifat bakhil dari jiwa manusia. Harta benda, menurut ajaran Islam mempunyai fungsi sosial, bukan hanya untuk kepentingan diri sendiri.
Harta benda haruslah dijadikan alat untuk mempererat tali persaudaraan, solidaritas, dan kegotongroyongan. Manusia tidak akan dapat hidup sendiri, tanpa mengharapkan pertolongan orang lain dalam berbagai keperluan hidup, walau pun ia seorang yang kaya raya.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
“Dan jika dikatakan kepada mereka,
Ayat 45
“Takwalah kamu kepada apa yang berada di hadapanmu dan apa yang di belakang kamu “
Biasa diartikan orang takwa itu dengan takut, padahal arti takwa lebih luas dan lebih dalam dari takut. Kata-kata takut bisa ditujukan orang seperti takut kepada harimau lalu lari, takut akan kepindahan penyakit kusta lalu menjauh dari orang yang mendapat penyakit itu.
“Agar supaya kamu dirahmati."
Yang di hadapan kita dan di belakang kita hendaklah kita perhatikan, kita camkan dan kita awasi. Yang di hadapan kita boleh diartikan usia kita yang akan kita tempuh; entah berapa tinggal lagi, tidaklah kita ketahui. Mungkin hari ini meninggal, mungkin setahun lagi. Tidak seorang jua pun kita yang tahu. Yang di belakang kita ialah sejarah hidup yang telah kita lalui, manakah yang lebih banyak kita kerjakan, yang baikkah atau yang buruk. Padahal yang telah terletak di belakang kita itu tidak dapat kita ulangi lagi.
Ayat 46
“Dan tidaklah datang kepada mereka semacam ayat pun dari ayat-ayat Tuhan mereka, melainkan adalah mereka itu selalu berpaling darinya."
Ayat ini adalah sebagai jawaban dari ayat yang sebelumnya. Dia menguraikan sikap jiwa dari orang yang kafir. Adapun peringatan dari ayat Allah ﷻ yang dikemukakan kepada mereka, mereka tidak mau peduli. Mereka berpaling kepada yang lain. Malahan orang yang memberikan peringatan itu mereka musuhi. Nabi-nabi yang menyampaikan *seruan Allah secara jujur mereka musuhi. Mereka bersikap dalam hidup semaunya sendiri. Mereka tidak peduli akan nasihat.
Ayat 47
“Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Nafkahkanlah dari apa yang direzekikan Allah kepada kamu."
Artinya, oleh sebab Allah telah memberimu rezeki lebih banyak, sedang sesamamu manusia ada yang lemah, ada yang tidak mempunyai kesanggupan dan kegigihan memburu harta sebagai kesanggupan yang ada pada kamu, maka berikanlah sebagian dari rezeki anugerah Allah itu kepada orang-orang yang patut ditolong, anjuran itu mereka tolak pula. Mereka tidak mau memberikan sebagian rezeki yang diberikan Allah itu agak sedikit kepada yang patut menerima."Berkatalah orang-orongyang kafir itu kepada orang-orang yang beriman, “Apakah kami akan memberi makan kepada orang-orang yang kalau Allah menghendaki niscaya akan diberinya makan?"
Maka dijelaskanlah di akhir ayat,
“Tidak lain kamu ini, melainkan di dalam kesesalan yang nyata."
Yaitu bahwa pendirian mereka yang demikian itu adalah pendirian yang sesat. Mereka tidak hendak mencari hubungan kasih sayang dengan sesamanya manusia. Manusia tidak hendak memedulikan nasib fakir dan miskin. Mereka menyangka dengan demikian mereka telah menempuh jalan yang benar, padahal itu adalah satu jalan tersesat.
Ayat 48
“Dan mereka betkata, “Bilakah janji ini, jika adalah kamu orang-orang yang benar?"
Mereka menantang kepada Rasul dan orang-orang yang beriman yang selalu mengancam mereka dengan adzab bilamana hari Kiamat sudah datang kelak. Kalau Kiamat itu terjadi kelak,
Ayat 49
“Tidaklah mereka akan menunggu melainkan satu pekikan saja."
Pekik ialah suara teriak yang sangat keras. Laksana suara sirene pada mobil pemadam kebakaran yang sedang berkejaran menung-kas memadamkan api rumah terbakar. Tetapi pekik itu demikian kerasnya, meskipun hanya sekali saja, ke seluruh penjuru bumi. Itu juga yang dikatakan serunai sangkakala yang ditiup oleh malaikat Israfil."Yang akan menyeret mereka, “ artinya yang menyebabkan mereka jadi panik, bingung, gugup, hilang akal dan tidak dapat lagi menguasai diri. Mereka telah terseret oleh pengaruh kerasnya bunyi pekik itu.
“Padahal mereka sedang bertengkar."
Laksana binatang di rimba ketika kebakaran hutan, mereka telah diseret pengaruh kebakaran itu, lari ke sana kemari, tidak tahu lagi apa yang akan dikerjakan. Takut, ngeri, bingung, dan ketakutan akan mati. Padahal tadinya sedang bertengkar di pasar, di balai, di apartemen, di medan perang, ketika berebut-rebut mengejar keret api yang akan berangkat. Habis semuanya itu, berganti dengan hiruk pikuk ketakutan, karena maut telah terasa sangat mendekat.
Ayat 50
“Maka tidaklah mereka sempat meninggalkan suatu wasiat pun."
Tidak sempat lagi membuat surat wasiat atau meninggalkan pesan wasiat untuk orang yang tinggal.
“Dan tidak pula mereka bisa pulang kepada kaum keluarganya."
Sebab di mana mereka mendengarkan pekik yang dahsyat itu, di situ pula mereka akan mati. Ada yang mati karena berdesak-desak, atau mati ketakutan, atau mati berlanggar.