Ayat
Terjemahan Per Kata
لِيَأۡكُلُواْ
supaya mereka makan
مِن
dari
ثَمَرِهِۦ
buahnya
وَمَا
dan apa
عَمِلَتۡهُ
yang diusahakannya
أَيۡدِيهِمۡۚ
tangan-tangan mereka
أَفَلَا
maka mengapa tidak
يَشۡكُرُونَ
mereka bersyukur
لِيَأۡكُلُواْ
supaya mereka makan
مِن
dari
ثَمَرِهِۦ
buahnya
وَمَا
dan apa
عَمِلَتۡهُ
yang diusahakannya
أَيۡدِيهِمۡۚ
tangan-tangan mereka
أَفَلَا
maka mengapa tidak
يَشۡكُرُونَ
mereka bersyukur
Terjemahan
agar mereka dapat makan dari buahnya, dan dari hasil usaha tangan mereka. Mengapa mereka tidak bersyukur?
Tafsir
(Supaya mereka dapat makan dari buahnya) dapat dibaca Tsamarihi atau Tsumurihi, yakni buah pohon yang telah disebutkan tadi, yaitu buah kurma dan buah-buah lainnya (dan dari apa yang diusahakan oleh tangan mereka) bukan dari hasil buah-buahan. (Maka mengapakah mereka tidak bersyukur?) atas nikmat-nikmat Allah yang telah dilimpahkan kepada mereka.
Tafsir Surat Yasin: 33-36
Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah bumi yang mati. Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan darinya biji-bijian, maka darinya mereka makan. Dan Kami jadikan padanya kebun-kebun kurma dan anggur dan Kami pancarkan padanya beberapa mata air, supaya mereka dapat makan dari buahnya, dan dari apa yang diusahakan oleh tangan mereka. Maka mengapakah mereka tidak bersyukur? Mahasuci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.
Firman Allah ﷻ: Dan suatu tanda bagi mereka. (Yasin: 33) Yang menunjukkan adanya Pencipta dan kekuasaan-Nya yang sempurna, serta kemampuan-Nya yang dapat menghidupkan yang telah mati. adalah bumi yang mati. (Yasin: 33) Yakni pada asal mulanya tandus, tidak ada suatu tumbuh-tumbuhan pun padanya. Apabila Allah ﷻ menurunkan hujan padanya, maka menjadi suburlah ia dan menumbuhkan beraneka ragam tumbuh-tumbuhan yang subur. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan: Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan darinya biji-bijian, maka darinya mereka makan. (Yasin: 33) Artinya, Kami menjadikannya sebagai penyebab rezeki bagi mereka dan bagi ternak mereka.
Dan Kami jadikan padanya kebun-kebun kurma dan anggur dan Kami pancarkan padanya beberapa mata air. (Yasin: 34) Yakni Kami jadikan padanya sungai-sungai yang mengalir ke tempat-tempat yang memerlukannya agar mereka dapat bercocok tanam dan memetik hasilnya. Setelah menyebutkan karunia-Nya kepada makhluk-Nya melalui tanam-tanaman yang ditumbuhkan-Nya bagi mereka, lalu Allah menyebutkan berbagai macam buah-buahan yang beraneka ragam, dan dalam firman selanjutnya disebutkan: dan dari apa yang diusahakan oleh tangan mereka. (Yasin: 35) Yakni kesemuanya itu ada tiada lain hanyalah berkat rahmat Allah ﷻ kepada mereka, bukan karena usaha dan jerih payah mereka, bukan pula karena kemampuan dan kekuatan mereka.
Demikianlah menurut pendapat Ibnu Abbas r.a. dan Qatadah. Firman Allah ﷻ: Maka mengapakah mereka tidak bersyukur? (Yasin: 35) Maksudnya, mengapa mereka tidak mensyukuri apa yang telah dilimpahkan oleh Allah kepada mereka berupa berbagai macam nikmat yang tak terhitung itu. Ibnu Jarir memilih bahkan menetapkan dan tiada yang meriwayatkan pendapat berikut selain dia kecuali hanya sebagai kemungkinan, bahwa huruf "" yang terdapat di dalam firman-Nya: dan dari apa yang diusahakan oleh tangan mereka. (Yasin: 35) Bermakna "", yang artinya ialah agar mereka dapat makan dan buahnya yang diusahakan oleh tangan mereka, yakni dan apa yang mereka tanam dan mereka semaikan.
Selanjutnya Ibnu Jarir mengatakan bahwa memang demikianlah menurut qiraat sahabat Ibnu Mas ud r.a. supaya mereka dapat makan dari buahnya yang diusahakan oleh tangan mereka. Maka mengapakah mereka tidak bersyukur? (Yasin; 35) Kemudian disebutkan dalam firman selanjutnya: Mahasuci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi. (Yasin: 36) Yakni berupa berbagai macam tanaman dan pohon-pohonan yang berbuah. dan dari diri mereka sendiri. (Yasin: 36) Maka Dia menjadikan mereka ada yang jenis pria dan ada yang jenis wanita. maupun dari apa yang tidak mereka ketahui. (Yasin: 36) Yaitu dari berbagai macam makhluk yang beraneka ragam yang tidak mereka ketahui.
Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh Allah ﷻ dalam ayat lain melalui firman-Nya: Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat akan kebesaran Allah. (Az-Zariyat: 49)"
Allah menciptakan dan menganugerahkan semua itu kepada manusia agar mereka dapat makan dari buahnya dan menikmati dari hasil usaha tangan mereka. Maka mengapa mereka tidak bersyukur kepada-Nya' Mengingkari nikmat adalah sikap yang tidak pantas bagi orang yang berakal. 36. Mahasuci Allah dari sifat yang tidak layak bagi-Nya, Dialah yang telah menciptakan semuanya berpasang-pasangan, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka sendiri, yaitu keturunan Nabi Adam dari jenis laki-laki dan perempuan, maupun dari apa yang tidak mereka ketahui dari semua ciptaan Allah yang terbentang di alam semesta.
Allah menciptakan dan menganugerahkan semuanya itu kepada manusia, agar mereka memperoleh makanan dari buah dan hasilnya. Begitu pula dari hasil usaha kerajinan tangan mereka, yang sekarang ini kita kenal dengan hasil-hasil pertanian dan industri yang hampir tak terhitung jumlahnya. Jika mereka mau memikirkan betapa besarnya kekuasaan dan nikmat Allah, mengapa mereka tak mau juga bersyukur kepada-Nya. Sikap dan tingkah laku semacam ini sungguh tak layak bagi orang-orang yang berakal.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
MENILIK KEKAYAAN ALLAH DALAM ALAM
Ayat 33
“Dan adalah suatu penanda bagi mereka bumi yang mati; Kami hidupkan dia dan Kami keluarkan darinya biji-bijian."
Bumi menjadi disebut mati karena dua macam. Ada mati musiman dan ada mati berlarut-larut beribu tahun.
Mati musiman ialah keringnya bumi di musim kemarau. Tanah jadi lekang, karena hujan lama tidak turun. Sawah-sawah jadi kering. Tanaman muda yang tadinya hidup bisa jadi layu dan mati karena kekeringan. Musim demikian dinamai orang musim paceklik. Nanti apabila musim hujan telah datang, rumput yang telah mati kering itu menampakkan kepalanya kembali. Dia kembali hidup. Musim-musim hujan dan panas itu diperhatikan benar oleh petani dan ditolong oleh pemerintah dengan mempergunakan alat penyelidik, lalu dikeluarkan yang kita kenal dengan ramalan cuaca. Bila musim hujan telah datang orang kembali ke sawah, lalu diluku, ditenggala dan dibajak kembali. Dilulukkan lalu ditanami padi. Padi yang berusia empat bulan sesuai dengan perjalanan musim hujan yang empat bulan pula.
Yang kedua ialah bumi mati beribu tahun, sebagaimana gurun-gurun pasir yang luas di Jazirah Arab, di Afrika Utara, di Libya dan Gurun Pasir Gobi. AI-Qur'an surah Saba' (dalam Juz 22) menerangkan bagaimana suburnya negeri Saba' di zaman purbakala karena kepandaian orang di zaman itu membuat irigasi atau bendungan air, sehingga keliling negeri dapat dipenuhi dengan kebun-kebun yang subur. Dikatakan bahwa hubungan dari negeri Saba' di sebelah selatan Tanah Arab itu ke negeri yang diberi berkah kesuburan oleh Allah, yang menurut keterangan setengah ahli tafsir ialah negeri Syam, yaitu dari selatan ke utara Arabia dapat dijalani dengan tidak putus. Boleh jalan malam jika musim panas dan boleh jalan siang jika musim dingin; jika berhenti maka tempat perhentian itu ada kampung, ada negeri. Begitu suburnya di waktu itu.
Di zaman sekarang apa yang kita dapati? Yaitu padang pasir terus-terusan. Tidak henti-henti, padang pasir dipagari oleh pegunungan batu keras (granit). Tidak ada tumbuh-tumbuhan apa-apa. Sekali-sekali ada tanah kerendahan berupa lembah. Di sana air meng-endap ke dalam bumi, lalu timbul wadi atau oase. Dan itu jauh-jauh sekali jaraknya. Di tempat basah yang sedikit itulah orang menanam pohon kurma untuk hidup. Selainnya hanya padang pasir. Sedangkan jarak Mekah ke Madinah yang selalu dilalui saja pun, kalau tidak tahu jalan jejak unta, orang dapat tersesat di padang pasir dan mati kering kepanasan.
Maka tanah-tanah itu semuanya menjadi tanah mati. Karena di sana tidak ada air. Sekali setahun datang hujan. Karena tanah hanya pasir belaka, hujan itu hanya membawa hanyut pasir, maka banjirlah yang terjadi. Bila banjir datang, tanaman kecil yang sedianya akan tumbuh, bisa habis disapu banjir.
Kemudian diusahakan oranglah mencari air dengan alat-alat modern. Telah dilakukan di Libya dan di Hejaz sendiri. Air bertemu, tanah-tanah dapat disiram dengan air secara tetap sehingga tanah itu dapat diperkebuni. Maka tanah yang telah mati beribu tahun itu menjadi hidup kembali. Di pekarangan rumah orang-orang hartawan di Jeddah, di Mekah, di Riyadh, dan di Madinah orang telah menanami pohon-pohon keliling rumahnya karena air penyiram sudah cukup. Dalam kota Jeddah yang kering sekarang telah ada pohon-pohon rindang, karena tanah itu telah hidup kembali.
Apabila tanah telah hidup, dia sudah dapat ditanami. Dan dalam tanah yang sudah ditanami itu akan keluarlah hasilnya. Keluarlah biji-bijian. Ditanam biji kurma, maka tumbuhlah kurma yang membawa biji pula. Ditanami biji-bijian yang lain, dia pun menum-buhkan buah dan menumbuhkan biji yang jika ditanam akan tumbuh pula, sebab tanah sudah, hidup. Tanah tidak mati lagi.
“Maka darinyalah mereka makan."
Yakni dari biji-bijian yang telah tumbuh menghasilkan buah itulah mereka, atau ma-nusia itu makan. Biji itulah yang dijadikan benih untuk ditanam. Selain dari padi dan gandum, yang dia biji dan dia makanan, terdapatlah biji kurma; biji dibuang dan yang me-nyelimuti dimakan. Demikian juga yang lain seumpama mangga dan berpuluh makanan yang lain.
Di sini kelihatanlah empat nikmat berturut-turut, yang satu bertali dengan yang lain. Pertama nikmat hidup bagi manusia, kedua nikmat hidup bagi bumi. Ketiga hasil yang keluar dari bumi yang hidup itu untuk dimakan.
Ayat 34
“Dan Kami jadikan padanya kebun-kebun dari kurma dan berbagai anggun."
Di sini datang lagi lanjutan nikmat yang keempat. Manusia diberi petunjuk oleh Allah ﷻ mendirikan kebun-kebun, tiba di padi kita namai sawah-sawah.
“Dan Kami pancarkan padanya dari mata-mata air."
Sudah jelas bahwa air adalah penyebab adanya hidup di muka bumi ini, baik manusia atau binatang, atau serangga, apatah lagi ikan dan sekalian yang tumbuh; semuanya tersebab air. Maka tumbuhnya kurma atau anggur di negeri padang pasir ialah pada wadi dan oase. Karena di sana ada air tumbuh, atau mata air atau telaga.
Mata air yang berasal dari air hujan itu adalah nikmat lapisan kelima. Dan boleh juga dikatakan yang pertama dan utama.
Ayat 35
“Supaya mereka makan dari buah hasilnya dan tidaklah diusahakan oleh tangan mereka."
Ini adalah tafsiran yang pertama, yaitu huruf maa diartikan dengan nafi, yaitu tidak. Artinya bahwa mereka telah datang menerima hasil saja. Sebab yang menumbuhkan hasil-hasil itu bukanlah mereka, melainkan langsung atas kehendak Allah ﷻ
Tafsir yang kedua ialah huruf maa itu diartikan sebagai isim penghubung. Menjadi tafsirnya ialah “Supaya mereka makan dari buah hasilnya dan apa yang diusahakan oleh tangan mereka." Dengan mengartikan maa jadi maushuul, penghubung, diakuilah juga usaha manusia, karena memang manusia itu pun diperintahkan oleh Allah ﷻ supaya berusaha. Kebun-kebun dan sawah-sawah pun jadi lebih teratur kalau manusia mau mengusahakannya juga dengan tangannya. Sebab itu hasil yang diberikan Allah kepadanya ialah sepanjang yang dia usahakan jua.
Sebaiknya kedua tafsir itu dipakai.
Karena memang yang sebenarnya menumbuhkan yang ditanam oleh manusia, bu-kanlah manusia sendiri, melainkan Allah ﷻ (menurut yang pertama).
Dan memang manusia pun wajib berusaha supaya Allah memberi hasil usahanya itu, (menurut arti yang kedua).
“Maka apakah mereka tidak akan bensyukur?"
Di ujung ayat ini dengan secara halus Allah ﷻ kita menanyakan kepada kita manusia, bahwa sesudah menerima nikmat sebanyak itu, baik dari hasil bumi, hasil kebun, yang dikeluarkan dari dalam bumi, padahal tadinya bumi itu adalah seakan-akan mati, sekarang telah hidup dari memberi hidup bagi manusia, apakah manusia tidak patut bersyukur kepada Allah SWT?
Ayat 36
“Mahasucilah yang telah menciptakan berpasang-pasangan semuanya."
Semuanya diciptakan Allah berpasang-pasangan.
Ada awal dan akhir. Ada pangkal ada ujung. Ada langit ada bumi. Ada kasar ada halus, dan banyak lagi, semuanya berpasang-pasangan."Dan apa yang ditumbuhkan oleh bumi." Segala tumbuh-tumbuhan yang tumbuh di muka bumi ini pun berpasangan juga. Tiba pada yang tumbuh dari bumi dan pada binatang-binatang disebut orang ada jantan dan ada betina.
“Dan yang dari diri mereka sendiri." Yaitu kita manusia. Ditakdirkan Allah demikian juga halnya. Pada manusia kita beri nama laki-laki dan perempuan.
“Dan dari apa yang mereka sendiri tidak tahu."
Meskipun tadinya tidak tahu—sebagaimana dikatakan dalam ayat ini—tetapi lama-kelamaan dibukakan Allah ﷻ juga rahasia itu kepada beberapa manusia yang terbuka pikiran dan lanjut akalnya. Yaitu tentang asal mula kejadian atom. Zat paling kecil yang tidak terbagi lagi itu. Menurut penyelidikan makanya atom bisa terjadi ialah karena pergeseran di antara positif (jantan) dan negatif (betina). Dengan pertemuan keduanya itu barulah atom ada, dan atom itu berjantan betina juga, yaitu pertemuan di antara benda dan tenaga. Dari pertemuan positif negatif jualah timbul tenaga listrik dapat dibangkitkan. Sebab itu pada kawat atau dawai listrik dapatlah kita lihat bila kedua ujung kawat itu dipertemukan, hiduplah lampu. Bila keduanya dipisahkan lampu pun mati.
Di zaman akhir ini sudah banyak dipergunakan orang kekuatan listrik itu. Dia diambil dari tenaga air atau uap, mesin-mesin penggerak tenaga itu dihidupkan dengan memakai kekuatan minyak yang diambil dari dalam bumi. Sekarang seluruh dunia telah mempergunakan kekuatan listrik. Sebab itu maka seluruh dunia telah digerakkan oleh pertemuan antara positif dan negatif. Kadang-kadang Allah memperlihatkan Mahakuasa-Nya pada cetusan petir yang mempunyai kekuatan listrik begitu besar. Dia pun bertemu di dalam riam air terjun atau air mancur. Bahkan pada baterai yang sekecil itu didapati pertemuan di antara positif dengan negatif, atau jantan dengan betina, atau laki-laki dengan perempuan. Maka diambillah kesimpulan yang pasti bahwasanya Allah mengendalikan alam semesta ini ialah dengan dua kekuatan itu, kekuatan positif dan negatif. Sehingga dapat pula disimpulkan bahwa dengan kekuatan positif dan negatif alam dicipta dan dengan kekuatan itu pula kelak, menurut janjinya yang tertentu—ajalin musamma—dia akan dihancurkan.