Ayat
Terjemahan Per Kata
قَالُواْ
mereka berkata
مَآ
tidaklah
أَنتُمۡ
kamu
إِلَّا
kecuali
بَشَرٞ
manusia
مِّثۡلُنَا
seperti kami
وَمَآ
dan tidak
أَنزَلَ
menurunkan
ٱلرَّحۡمَٰنُ
Yang Maha Pengasih
مِن
dari
شَيۡءٍ
sesuatu
إِنۡ
tidaklah
أَنتُمۡ
kamu
إِلَّا
kecuali
تَكۡذِبُونَ
kamu berdusta
قَالُواْ
mereka berkata
مَآ
tidaklah
أَنتُمۡ
kamu
إِلَّا
kecuali
بَشَرٞ
manusia
مِّثۡلُنَا
seperti kami
وَمَآ
dan tidak
أَنزَلَ
menurunkan
ٱلرَّحۡمَٰنُ
Yang Maha Pengasih
مِن
dari
شَيۡءٍ
sesuatu
إِنۡ
tidaklah
أَنتُمۡ
kamu
إِلَّا
kecuali
تَكۡذِبُونَ
kamu berdusta
Terjemahan
Mereka (penduduk negeri) menjawab, “Kamu tidak lain hanyalah manusia seperti kami. (Allah) Yang Maha Pengasih tidak (pernah) menurunkan sesuatu apa pun. Kamu hanyalah berdusta.”
Tafsir
(Mereka menjawab, "Kalian tidak lain hanyalah manusia seperti kami dan Allah Yang Maha Pemurah tidak menurunkan sesuatu pun. Tidak lain) (kalian hanyalah pendusta belaka.").
Tafsir Surat Yasin: 13-17
Dan buatlah bagi mereka suatu perumpamaan, yaitu penduduk suatu negeri ketika utusan-utusan datang kepada mereka; (yaitu) ketika Kami mengutus kepada mereka dua orang utusan, lalu mereka mendustakan keduanya; kemudian Kami kuatkan dengan (utusan) yang ketiga, maka ketiga utusan itu berkata, "Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang diutus kepadamu. Mereka menjawab, "Kamu tidak lain hanyalah manusia seperti kami dan Allah Yang Maha Pemurah tidak menurunkan sesuatu pun, kamu tidak lain hanyalah pendusta belaka.
Mereka berkata, "Tuhan kami mengetahui bahwa sesungguhnya kami adalah orang yang diutus kepada kamu. Dan kewajiban kami tidak lain hanyalah menyampaikan (perintah Allah) dengan jelas. Allah ﷻ berfirman, memerintahkan kepada Nabi-Nya agar membuat suatu perumpaman terhadap kaumnya yang telah mendustakannya. suatu perumpamaan yaitu penduduk suatu negeri ketika utusan-utusan datang kepada mereka. (Yasin: 13) Ibnu Ishaq telah mengatakan berdasarkan berita yang sampai kepadanya dari Ibnu Abbas r.a., Ka'bul Ahbar, dan Wahb ibnu Munabbih, bahwa negeri yang dimaksud adalah Intakiyah, yang diperintah oleh seorang raja yang bernama Antikhas.
Ia adalah seorang penyembah berhala, maka Allah mengutus kepadanya tiga orang rasul. Ketiga orang rasul itu bernama Sadiq, Saduq, dan Syalum; tetapi raja itu mendustakan mereka. Hal yang sama telah diriwayatkan dari Buraidah ibnul Khasib, Ikrimah, Qatadah, dan Az-Zuhri, bahwa negeri tersebut adalah Intakiyah. Akan tetapi, ada sebagian para imam yang merasa ragu bahwa negeri tersebut adalah Intakiyah karena alasan yang akan kami sebutkan kemudian sesudah kisah ini selesai, insya Allah.
Firman Allah ﷻ: (yaitu) ketika Kami mengutus kepada mereka dua orang utusan, lalu mereka mendustakannya. (Yasin: 14) Maksudnya, dengan spontan mereka mendustakan kedua rasul itu. kemudian Kami kuatkan dengan (utusan) yang ketiga. (Yasin: 14) Yakni Kami perkuat keduanya dengan rasul yang ketiga. Ibnu Juraij telah meriwayatkan dari Wahb ibnu Sulaiman, dari Syu'aib Al-Jiba'i yang mengatakan bahwa nama kedua rasul yang pertama itu adalah Syam'un dan Yuhana, sedangkan nama rasul yang ketiga ialah Baulus, dan nama negerinya adalah Intakiyah.
maka ketiga utusan itu berkata. (Yasin: 14) Yaitu kepada penduduk negeri tersebut. Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang diutus kepadamu (Yasin: 14) Yakni dari Tuhan kalian yang telah menciptakan kalian. Dia memerintahkan kepada kalian agar menyembah Dia semata, tiada sekutu bagi-Nya. Demikianlah menurut Abul Aliyah. Tetapi Qatadah ibnu Di'amah menduga bahwa ketiganya adalah utusan-utusan Al-Masih a.s. kepada penduduk negeri Intakiyah. Mereka menjawab, "Kamu tidak lain hanyalah manusia seperti kami. (Yasin: 15) Maksudnya, mana mungkin kalian diberi wahyu, sedangkan kalian adalah manusia seperti kami juga, dan kami tidak mendapat wahyu seperti kalian.
Seandainya kalian benar-benar utusan, tentulah kalian adalah jenis malaikat. Dan memang inilah keraguan yang berada di benak kebanyakan umat yang mendustakan para rasul, sebagaimana yang disebutkan oleh Allah ﷻ dalam firman-Nya yang menceritakan ucapan mereka: Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul mereka (membawa) keterangan-keterangan lalu mereka berkata, "Apakah manusia yang akan memberi petunjuk kepada kami? (At-Tagabun: 6) Yakni mereka merasa heran dan tidak percaya bila rasul berasal dari jenis manusia. Disebutkan pula oleh firman-Nya: Mereka berkata, "Kamu tidak lain hanyalah manusia seperti kami juga.
Kamu menghendaki untuk menghalang-halangi (membelokkan) kami dari apa yang selalu disembah nenek moyang kami, Karena itu, datangkanlah kepada kami bukti yang nyata. (Ibrahim: 10) Dan firman Allah ﷻ lainnya yang menceritakan perkataan mereka: Dan sesungguhnya jika kamu sekalian menaati manusia yang seperti kamu, niscaya bila demikian kamu benar-benar (menjadi) orang-orang yang merugi. (Al-Mu-minun: 34) Dan tidak ada sesuatu yang menghalangi manusia untuk beriman tatkala datang petunjuk kepadanya, kecuali perkataan mereka, "Adakah Allah mengutus seorang manusia menjadi rasul?" (Al-Isra: 94) Karena itulah dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya: "Kamu tidak lain hanyalah manusia seperti kami dan Allah Yang Maha Pemurah tidak menurunkan sesuatu pun, kamu tidak lain hanyalah pendusta belaka.
Mereka berkata, "Tuhan kami mengetahui bahwa sesungguhnya kami adalah orang yang diutus kepada kamu." (Yasin: 15-16) Yakni ketiga orang rasul mereka menjawab, "Namun Allah mengetahui bahwa kami adalah rasuI-rasul-Nya yang diutus kepada kalian. Dan seandainya kami dusta terhadap-Nya, tentulah Dia akan menghukum kami dengan siksaan yang keras. Akan tetapi, Dia pasti akan memenangkan kami dan menolong kami dalam menghadapi kalian, dan kalian akan mengetahui bagi siapakah kesudahan yang baik itu." Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya: Katakanlah, "Cukuplah Allah menjadi saksi antaraku dan antaramu.
Dia mengetahui apa yang di langit dan di bumi. Dan orang-orang yang percaya kepada yang batil dan ingkar kepada Allah, mereka itulah orang-orang yang merugi. (Al-'Ankabut: 52) Adapun firman Allah ﷻ: Dan kewajiban kami tidak lain hanyalah menyampaikan (perintah Allah) dengan jelas. (Yasin: 17) Mereka (para utusan itu) mengatakan, "Sesungguhnya tugas kami hanyalah menyampaikan risalah yang diamanatkan kepada kami untuk kalian. Apabila kalian menaatinya, maka bagi kalian kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Dan jika kalian tidak memperkenankannya, maka kelak kalian akan mengetahui akibat dari penolakan kalian itu; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.""
Penduduk negeri itu mengabaikan dakwah ketiga utusan tersebut. Mereka menjawab, 'Kamu bertiga ini hanyalah manusia seperti kami; tidak ada kelebihan apa pun pada diri kamu atas kami, dan Allah Yang Maha Pengasih sama sekali tidak menurunkan sesuatu apa pun berupa perintah maupun larangan; kamu hanyalah pendusta belaka dalam pengakuan kamu sebagai utusan Tuhan. '16-17. Mendapat bantahan dari penduduk negeri tersebut, mereka berkata, 'Tuhan kami mengetahui sesungguhnya kami adalah utusan-utusan-Nya kepada kamu. Dan kewajiban kami hanyalah menyampaikan perintah-Nya dengan jelas tanpa sedikit pun keraguan. '.
Kemudian dalam ayat ini disebutkan alasan mendasar kaumnya tidak mau beriman kepada Allah. Kebanyakan orang-orang yang mendustakan itu berkeyakinan bahwa ketiga utusan itu adalah manusia biasa saja seperti mereka juga, tanpa ada keistimewaan yang menonjol. Ketika itu, mungkin juga sekarang, seseorang tidak akan dihargai kalau tidak mempunyai kepandaian atau keahlian yang luar biasa.
Alasan kedua, karena mereka yakin bahwa Tuhan Yang Maha Pengasih tidaklah menurunkan risalah ataupun kitab yang berisi wahyu dan Dia tidak pula memerintahkan untuk beriman kepada ketiga utusan itu. Oleh karena itu, mereka menyimpulkan ketiga utusan itu bohong belaka. Firman Allah yang menggambarkan penolakan mereka "ma anzala ar-rahman", menunjukkan bahwa penduduk Antakia itu telah lama mengenal Tuhan, hanya mereka mengingkarinya dan digantinya dengan berhala. Oleh sebab itu, semua rasul mereka tolak.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
TIGA ORANG UTUSAN ALLAH
Lalu Rasulullah ﷺ disuruhkan oleh Allah ﷻ mengemukakan suatu perumpamaan tentang tiga orang rasul yang diutus Allah kepada suatu negeri. Gunanya ialah akan menjadi perumpamaan dan perbandingan dengan sikap mereka sendiri, kaum musyrikin Quraisy itu, sebab mereka pun didatangi pula oleh utusan Allah SWT, yaitu Nabi Muhammad ﷺ sendiri.
Ayat 13
“Dan buatlah untuk mereka suatu perumpamaan."
Perumpamaan ini ialah untuk jadi perbandingan. Meskipun sejarah tidak berulang, namun perangai manusia yang hendak ingkar menolak kebenaran itu sama saja di segala masa. Maka akibatnya kelak pun akan sama pula.
“Penduduk suatu negeri tatkala datang kepada mereka utusan-utusan."
Ada ahli tafsir mengatakan, bahwa negeri itu ialah Inthakiyah (Antiochie), zaman sekarang dalam wilayah negeri Turki, tetapi setelah perang dunia pertama termasuk wilayah Syria. Terjadi di zaman pemerintahan seorang raja bernama Anticus bin Anticus bin Anticus, pemeluk agama menyembah berhala. Nama rasul yang diutus itu ialah Shaiq dan Shaduq dan pembantu yang didatangkan kemudian itu bernama Syalom.
Tetapi ada pula riwayat lain mengatakan, bahwa Rasul itu ialah Syam'un dan Yohana dan pembantu yang dikirim kemudian itu bernama Paulus. Di dalam bahasa Arab disebut Syam'un, Juhana, dan Baulusb. Tetapi cerita ini berdekatan dengan kisah-kisah Kristen, mirip dengan sebuah di antara kitab Perjanjian Baru yang bernama Kisah Segala Rasul.
Kedua cerita ini tidak ada yang dapat kita kuatkan, terutama cerita kedua. Karena kalau kita lihat di dalam kitab Perjanjian Baru itu ternyata bahwa apa yang diajarkan oleh Paulus sudah jauh berbeda dengan ajaran Nabi Isa al-Masih sendiri. Dan di dalam ayat ini disebutkan, bahwa mereka adalah Rasul dari Allah bukan Rasul dari Yesus Kristus (Isa al-Masih) sebagaimana yang dikuatkan oleh penganut agama Nasrani.
Oleh sebab itu, kita berpegang saja kepada apa yang disebutkan di dalam Al-Qur'an tentang Allah ﷻ mengutus rasul-rasul ke sebuah negeri.
Ayat 14
“Seketika Kami utus kepada mereka dua orang, lalu mereka dustakan yang berdua itu."
Mereka tolak dan tidak mereka percayai seruan mereka. "Lalu Kami perkuat dengan yang ketiga." Diperkuat yang kedua itu dengan ditambah seorang lagi, sehingga jadi bertiga.
“Lalu berkatalah mereka, “Kami ini adalah orang-orang yang diutus kepada kamu."
Bahwa Tuhan kamu ialah Allah, yang berdiri sendiri, yang tidak beranak dan tidak diperanakkan, sebagaimana yang diajarkan oleh sekalian nabi-nabi dan rasul-rasul sejak dunia kedatangan nabi dan rasul.
Ayat 15
“Mereka jawab, “Kamu ini tidak lain hanyalah manusia seperti kami."
Kami tidak mempercayai bahwa kalian ini rasul. Karena kalian hanya manusia seperti kami saja, tidak ada kelebihan kalian dari kami."Tuhan Yang Maha Pengasih tidaklah menurunkan apa-apa." Kami tidak percaya bahwa kalian ini mendapat wahyu. Mereka mungkiri dan mereka pandang hina, tidak mendapat, atau bukan semacam mereka itu yang pantas mendapat wahyu.
“Tidak lain kamu ini hanyalah bercakap bohong."
Kamu mendakwakan diri sebagai Rasulullah, berdua ditambah lagi satu. Kami tidak percaya. Kami anggap kamu ini semuanya hanyalah orang-orang yang bercakap bohong, karena tidak mungkin Allah Yang Maha Pengasih memilih kalian jadi rasul, diutus kepada kami, padahal kalian hanya manusia sebagaimana kami juga.
Dengan penuh kepercayaan kepada diri sendiri dan kebenaran bahwa mereka memang Rasulullah, mereka berkata,
Ayat 16
“Tuhan kami lebih tahu bahwa kami ini benar-benar diutus kepada kamu."
Meskipun kalian mungkiri, namun Allah Yang Mahakuasa itu lebih tahu bahwa kami memang Dia yang mengutus.
Ayat 17
“Tidak ada kewajiban kami, kecuali menyampaikan."
Allah ﷻ tahu, itulah yang lebih penting. Kalian menerima atau menolak, kami tidak peduli. Kewajiban kami ialah menyampaikan perintah Allah ﷻ itu kepada kalian. Setelah perintah itu kami sampaikan, sikap apa pun yang akan kalian ambil, bukanlah lagi urusan dengan kami, melainkan dengan Allah ﷻ
Ayat 18
“Mereka menjawab, ‘Sesungguhnya kami menganggap kemalangan nasib kami adalah lantaran kamu.' “
Lantaran kamu, kami jadi kacau. Lantaran kamu hai orang-orang yang mengaku dirinya jadi Rasulullah — kebiasaan yang telah kami terima dari nenek moyang kami, sekarang telah diganggu. Sebab itu maka kalianlah yang jadi biang keladi dari kekacauan kami. Lalu mereka mengancam kepada rasul-rasul itu, “,Sungguh jika tidak kamu hentikan ini, akan kami rajam kamu “ Akan kami lempari dengan batu sampai mati.
“Dan pastilah kamu akan mendapat siksaan pedih dari kami."
Dengan segala kesombongannya mereka telah mengancam utusan-utusan Allah SWT, akan dirajam, ditimpuki batu, akan dianiaya sampai mati.
Ayat 19
“Mereka berkata, “ — yaitu utusan-utusan Allah yang bertiga itu “Kemalangan kamu adalah bersama kamu sendiri."
Dalam penyembahan kepada berhala itulah kamu menjadi malang, sebab pikiran kalian tertutup kepada kebenaran, menjadi gelap gulita karena jahil, mengerjakan perbuatan yang hanya turut-turutan, tidak berpikir. Bahkan ancaman-ancaman kamu yang tidak semena-mena itulah yang menunjukkan dangkalnya jiwa kalian dan yang akan mencelakakan bagi diri kalian sendiri."Adakah karena jika kamu diberi peringatan, “ kamu membalas memaki dan menghina dan mengancam kami. Tidak kamu terima dan tidak kamu pertimbangkan dengan pikiran tenang.
“Bahkan kamu adalah kaum yang melampaui “
Artinya bahwa sambutan kalian terhadap kami sudah melebihi dari yang patut. Tidak lagi menurut kesopanan.
Ayat 20
“Dan datanglah dari ujung negeri itu seorang laki-laki bergegas."
Dalam ayat-ayat yang lalu telah jelas, bahwa dialog atau pertukaran pikiran di antara ketiga rasul itu dengan kaum yang mereka datangi telah memuncak. Sudah sampai kaum itu mengatakan, bahwa kemalangan yang menimpa diri mereka ialah tersebab kedatangan ketiga orang itu. Kalau mereka bertiga tidak datang, mereka aman tenteram. Sekarang sejak ketiga rasul itu membawa-bawa soal baru yang belum pernah didengar, masyarakat mereka telah kacau. Rasul-rasul menjawab bahwa kemalangan atau kekacauan bukan mereka bertiga yang membawa, melainkan telah sedia dalam sebab-sebabnya dalam masyarakat kaum itu sendiri, karena kebodohan mereka. Serupa dengan keadaan orang sakit merana menolak obat yang akan diminumkan, karena mereka rasakan obat itu terlalu pahit.
Sampai ketiga rasul itu mengatakan bahwa kaum itulah yang telah bersikap melampaui. Ibarat orang bermain, mereka tidak sportif lagi. Mereka telah bermain curang.
Karena pertengkaran telah memuncak, sudah ada niat dari kaum itu hendak mem-bunuh ketiga rasul. Telah mereka ancam akan dirajam, yaitu akan dilempari dengan batu. Dalam keadaan yang demikianlah datang seseorang dari ujung jauh negeri itu berjalan tergesa-gesa, terburu-buru. Karena dilihatnya kaum itu sudah berniat hendak membunuh ketiga utusan itu.
“Dia berkata, ‘Wahai kaumku! Ikutilah olehmu orang-orang yang diutus.' “
Dengan seruan orang ini, agar kaumnya mengikuti seruan ketiga rasul itu ternyatalah bahwa dia sendiri mengakui bahwa orang bertiga itu memang rasul.
Disampaikannya seruan itu dengan mengemukakan alasan yang kuat,
Ayat 21
“Ikutilah olehmu orang-orang yang tidak meminta upah kepada kamu."
Ini adalah alasan utama bagi si penyeru yang datang tergesa-gesa itu untuk mem-buktikan kebenaran dan kejujuran ketiga rasul itu. Yaitu dia melakukan dakwah dan seruan, tidaklah meminta upah.
“Dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk."
Mereka mendapat petunjuk dari Allah ﷻ Buktinya ialah karena seruan yang dibawanya itu terang dan jelas, tidak berbelit-belit. Menyeru umat kepada penyembahan Allah Yang Esa tidak bersekutu dengan yang lain.
Dia menarik perhatian kaumnya, karena ketiga rasul ini tidak meminta upah, tidak meminta persen atas seruan yang mereka bawa. Ini pun patut jadi perhatian kita. Karena bukan di zaman sekarang saja, di zaman dahulu pun tidak kurang kejadian ada penipu-penipu dan pembohong masuk ke suatu negeri. Katanya membawa ajaran yang baru untuk keselamatan penduduk negeri itu. Tetapi penduduk itu hendaklah membayar sekian dan sekian. Kemudian setelah mereka pergi baru ternyata bahwa mereka adalah penipu. Maka orang yang datang dengan tergesa dari ujung negeri ini memberi ingat kaumnya bahwa rasul yang bertiga ini tidaklah begitu halnya. Sebab itu patutlah dia ditaati dan ajakannya diterima.
Tentang maksud penduduk negeri itu hendak membunuh ketiga rasul itu, lalu lekas dengan tergesa-gesa pemberi ingat itu datang dari ujung negeri memang diterangkan oleh Ibnu Abbas dalam tafsirnya. Tentang siapa nama orang yang datang tergesa-gesa itu, ada pula disebutkan panjang lebar oleh ahli tafsir yang lain.
Wahab bin Munabbih dan Ka'bul Ahbar menerangkan bahwa nama orang itu Habib. Pekerjaannya ialah menenun sutra, tetapi dia ditimpa penyakit yang berbahaya, yang kian lama kian mendalam penyakit itu. Yaitu penyakit canggu (kusta). Dia suka bersedekah, suka berderma kepada fakir miskin. Sayangnya dia ditimpa sakit yang menakutkan itu.
Riwayat dari Ikrimah mengatakan, bahwa namanya memang si Habib, tetapi bukanlah dia tukang sutra, melainkan tukang kayu (on-Najjaar). As-Suddi mengatakan, bahwa tubuh orang itu pendek. Qatadah mengatakan, bahwa dia adalah seorang ‘Abici atau Begawan yang mengerjakan ibadah dan tafakurnya dalam sebuah gua.
Kita salinkan cerita yang tidak perlu ini bukan karena pentingnya. Karena Al-Qur'an sendiri tidaklah menyebut nama orang itu. Cukup dengan menyebutnya Rajulun, yang berarti seorang laki-laki. Kita salinkan hanya sekadar untuk membuktikan, bahwa ke-banyakan ahli tafsir mementingkan hal yang tidak penting, sehingga kadang-kadang ter-perosok kepada cerita dongeng Israilliyatyang tidak ada faedahnya.