Ayat
Terjemahan Per Kata
يَٰٓأَيُّهَا
wahai
ٱلنَّاسُ
manusia
ٱذۡكُرُواْ
ingatlah
نِعۡمَتَ
nikmat
ٱللَّهِ
Allah
عَلَيۡكُمۡۚ
atas kalian
هَلۡ
adakah
مِنۡ
dari
خَٰلِقٍ
pencipta
غَيۡرُ
selain
ٱللَّهِ
Allah
يَرۡزُقُكُم
memberi rezki kepadamu
مِّنَ
dari
ٱلسَّمَآءِ
langit
وَٱلۡأَرۡضِۚ
dan bumi
لَآ
tidak
إِلَٰهَ
Tuhan
إِلَّا
kecuali
هُوَۖ
Dia
فَأَنَّىٰ
maka bagaimana/mengapa
تُؤۡفَكُونَ
kamu berpaling
يَٰٓأَيُّهَا
wahai
ٱلنَّاسُ
manusia
ٱذۡكُرُواْ
ingatlah
نِعۡمَتَ
nikmat
ٱللَّهِ
Allah
عَلَيۡكُمۡۚ
atas kalian
هَلۡ
adakah
مِنۡ
dari
خَٰلِقٍ
pencipta
غَيۡرُ
selain
ٱللَّهِ
Allah
يَرۡزُقُكُم
memberi rezki kepadamu
مِّنَ
dari
ٱلسَّمَآءِ
langit
وَٱلۡأَرۡضِۚ
dan bumi
لَآ
tidak
إِلَٰهَ
Tuhan
إِلَّا
kecuali
هُوَۖ
Dia
فَأَنَّىٰ
maka bagaimana/mengapa
تُؤۡفَكُونَ
kamu berpaling
Terjemahan
Wahai manusia, ingatlah nikmat Allah kepadamu! Adakah pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezeki kepadamu dari langit dan bumi? Tidak ada Tuhan selain Dia. Lalu, bagaimana kamu dapat dipalingkan (dari ketauhidan)?
Tafsir
(Hai manusia!) penduduk Mekah (Ingatlah akan nikmat Allah kepada kalian) yang telah menempatkan kalian di tanah suci dan yang mencegah serangan-serangan dari luar terhadap kalian. (Adakah sesuatu pencipta) huruf Min di sini adalah Zaidah atau tambahan, lafal Khaaliqin sebagai Mubtada (selain Allah) kalau dibaca Ghairu berarti menjadi Na'at atau sifat secara Mahall dari lafal Khaaliqin, kalau dibaca Ghairi berarti di'athafkan kepada lafal Khaaliqin secara Lafzhan, dan Khabar Mubtadanya adalah (yang dapat memberikan rezeki kepada kalian dari langit) yakni berupa hujan (dan) dari (bumi?) berupa tumbuh-tumbuhan. Istifham atau kata tanya di sini mengandung makna Taqrir, yakni tidak ada pencipta dan tidak ada pemberi rezeki selain Allah. (Tidak ada Tuhan selain Dia; maka mengapakah kalian berpaling) dari mentauhidkan-Nya? Padahal kalian telah mengakui, bahwa Dia adalah Yang Maha Pencipta dan Maha Pemberi rezeki.
Hai manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah sesuatu pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezeki kepada kamu dari langit dan dari bumi? Tidak ada Tuhan selain Dia; maka mengapakah kamu berpaling (dari ketauhidan)? Allah ﷻ mengingatkan hamba-hamba-Nya dan memberi mereka petunjuk kepada hal-hal yang mengarahkan mereka untuk mengakui keesaan Allah dan menyembah hanya kepada-Nya. Sebagaimana Allah sendirilah Yang menciptakan dan Yang memberi rezeki, maka sudah sepantasnya bila Allah sematalah yang disembah dan tidak mempersekutukan-Nya dengan yang lain, seperti dengan berhala-berhala, tandingan-tandingan, dan sesembahan-sesembahan lainnya yang batil.
Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya: Tidak ada Tuhan selain Dia; maka mengapakah kamu berpaling (dari ketauhidan)? (Fathir: 3) Yakni mengapa kalian berpaling dari mengesakan Allah sesudah adanya penjelasan dan bukti-bukti yang terang ini, lalu kalian menyembah sesudah itu tandingan-tandingan dan berhala-berhala; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Limpahan rahmat yang demikian besar harus menjadi pendorong bagi manusia untuk bersyukur. Wahai manusia! Ingatlah akan nikmat Allah yang dilimpahkan kepadamu. Bersyukurlah dengan menaati perintah-Nya dan tidak mendurhakai-Nya. Adakah pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezeki kepadamu dari langit dan bumi' Tentu tidak ada. Tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Dia; maka mengapa kamu bisa berpaling dari tauhid'4. Dan jika mereka mendustakan engkau, wahai Nabi Muhammad, setelah engkau memberi mereka seruan untuk beriman kepada Allah yang telah melimpahkan rahmat, maka sungguh, rasul-rasul sebelum engkau telah didustakan pula. Karena itu, janganlah bersedih dan bersabarlah seperti halnya mereka (Lihat juga: al-An''m/6: 34). Dan hanya kepada Allah segala urusan dikembalikan. Dia akan memberi balasan sesuai perbuatan setiap orang.
Pada ayat ini, Allah menganjurkan supaya manusia memberikan perhatian secara khusus atas nikmat yang telah diberikan kepadanya dan menjaganya agar tidak lenyap dan menghilang. Untuk kepentingan ini, manusia selalu harus merendahkan diri mengakui bahwa semua nikmat itu dari Allah sebagai anugerah kepadanya, yang wajib disyukuri dengan melakukan ibadah kepada-Nya tidak kepada lain-Nya, taat kepada segala perintah-Nya, dan menjauhi semua larangan-Nya. Satu-satunya cara untuk memelihara dan menjaga kelestarian nikmat yang ada pada seseorang ialah mensyukuri nikmat itu. Dengan demikian, Allah akan selalu menambahnya. Sebaliknya, kalau nikmat itu tidak disyukuri, maka Allah akan menimpakan azab yang keras, sebagaimana firman-Nya:
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu." (Ibrahim/14: 7)
Allah satu-satunya pemberi rezeki yang hakiki, baik yang turun dari langit berupa hujan dan sebagainya, maupun yang tumbuh dari bumi berupa keperluan hidup seperti beras, air, pakaian, dan sebagainya. Tidak ada Tuhan melainkan Dia. Kalau manusia mau mengerti dan menyadari semuanya itu, tentunya dia tidak akan berpaling daripada-Nya, tetapi dia akan tetap mengesakan-Nya, menyembah hanya kepada-Nya, tidak kepada yang lain-Nya.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
SURAH FAATHIR
(MAHA PENCIPTA)
SURAH KE 35
45 AYAT
DITURUNKAN DI MEKAH
(AYAT 1-45)
Bismillahirrahmanirrahim
Ayat 1
“Segala puji-pujian bagi Allah."
“Pencipta semua langit dan bumi," Arti yang terkandung di dalam nama dan sifat Allah yang disebut Faathir sangat berdekatan dengan nama dan sifat Allah yang disebut Khaliq. Namun kalau kita halusi sedikit lagi, di dalam kata Khaliq terkandung bentuk atau membentuk, membayangkan bahwa segala yang diciptakan oleh Allah itu adalah membawa bentuknya sendiri. Sedang di dalam kata Faathir lebih meluas lagi dan mencakup bagi kesemuanya, dengan arti memulai. Menurut Ibnu Abbas arti Faathir ialah yang memulai. Dia (Ibnu Abbas) mengatakan bahwa mulanya dia belum paham arti Faathir. Tetapi suatu hari didengarnya dua orang Arab dusun (A'rabi) bertengkar perkara menggali sumur. Yang seorang berkata: Ana fathartuha yang berarti, “Saya yang memulainya." Mungkin kalimat kata Indonesia yang agak sesuai dengan Faathir ialah Pembuat Tetapi oleh karena kata-kata Pembuat sudah banyak terpakai untuk manusia biasa, menjadi agak ringan dia kalau kita artikan dengan itu.
“Yang menjadikan malaikat-malaikat jadi utusan-utusan, yang mempunyai sayap-sayap, dua-dua, tiga-tiga, dan empat-empat." Di samping menciptakan semua langit dan bumi Allah pun menjadikan malaikat-malaikat, yaitu makhluk halus yang terjadi dari Nur belaka, tidak laki-laki dan tidak perempuan. Tugas dari malaikat itu dijelaskan dalam ayat ini yaitu menjadi utusan-utusan dari Allah. Artinya menjalankan perintah yang ditentukan oleh Allah buat masing-masingnya. Dan dijelaskan di sini bahwa malaikat-malaikat itu mem-punyai sayap. Ada yang sayapnya dua-dua, ada yang tiga-tiga dan ada yang empat-empat. ‘Via menambahkan pada yang Dia ciptakan apa yang Dia kehendaki." Maksud lanjutan ayat ini ialah sayap malaikat-malaikat itu selain dua-dua, tiga-tiga dan empat-empat ada lagi yang lebih. Lebihnya itu ialah menurut hendak Allah sendiri, bahkan dalam sebuah hadits yang dirawikan oleh Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Mas'ud, Nabi ﷺ mengatakan bahwa Malaikat Jibril itu mempunyai enam ratus sayap.
“Sesungguhnya Allah itu atas tiap-tiap sesuatu adalah Mahakuasa."
Maka bukanlah Allah semata-mata mencipta, atau Khaliq dan bukan semata-mata memulai atau Faathir sebagaimana dijelaskan di pangkal ayat ini, tetapi adalah Dia selalu Mengatur dan selalu Menguasai, dan tidak ada satu kekuasaan lain pun yang dapat mencam-puri, karena tidaklah ada sesuatu pun yang berkuasa, selain Allah.
Ayat 2
“Apa saja yang dibukakan Allah untuk manusia dari bermacam rahmat, maka tidaklah satu jua pun penahannya. Dan apa yang Dia tahan, maka tidaklah satu jua pun melepaskannya dari sesudahnya."
Setelah pada ayat yang pertama Allah menjelaskan, bahwa Dialah Pencipta semua langit dan bumi, mengutus malaikat yang bersayap dua-dua, tiga-tiga, dan empat-empat, bahkan ada yang lebih, sehingga Nabi pernah melihat Jibril dengan enam ratus sayap, orang yang berpikir tenang dan mendalam akan me-rasakanlah bagaimana alam itu teratur, bahwa Allah bukan semata-mata hanya Mencipta, bahkan Allah pun adalah Pemelihara, Pendidik, Pengasuh. Dia adalah llah, yaitu kalimat yang dibahasakan untuk Allah ﷻ sebagai Pen-cipta. Dan Dia adalah pula Rabbun, yaitu kalimat yang dipakai untuk menyebut Allah ﷻ sebagai Pengatur, Pengasuh, Pemelihara, dan Pendidik. Bertambah mendalam kita me-renung, akan terasalah bahwasanya di segala sesuatunya itu tampak kasih sayang Ilahi me-liputi semuanya.
Kemudian di penutup ayat, Allah ﷻ berfirman,
“Dan Dia adalah Mahapetkasa, Maha bijaksana."
Sesampai di ujung ayat ini, yang menyebutkan dua sifat Allah dan nama-Nya yang mulia, Perkasa dan Bijaksana diberilah tuntunan kepada jiwa kita, agar perkasa menghadapi hidup ini, jangan cengeng, dan pandang indahnya dan baiknya dan hadapi segala kesukaran dengan bijaksana, (angan tergesa mengeluh jika ada sesuatu yang musykil. Karena kalau sudah dikaji lebih mendalam rahmat Allah jualah yang meliputi hidup kita ini.
Ayat 3
“Wahai sekalian manusia! Ingatlah olehmu nikmat Allah ke atas kamu “
Sebelum ayat ini ditafsirkan seterusnya, lebih dahulu patutlah kita ketahui perbedaan arti di antara rahmat dengan nikmat. Di ayat yang terdahulu disebutkan rahmat dan di ayat ini disebut nikmat. Rahmat artinya kasih sayang. Nikmat artinya karunia atau anugerah. Kalau diukur kepada kita manusia, kasih sayang mengenai perasaan. Nikmat mengenai barang yang dapat ditunjukkan. Dalam ayat ini manusia disuruh mengingat bagaimana besarnya nikmat Allah kepada kita manusia. Nikmat itu diberikan Ilahi disertai dengan kasih sayang. Nikmat itu ada dalam diri kita sendiri dan ada di luar diri kita, tetapi berhubungan langsung dengan kita.
Maka banyaklah nikmat Allah tidak diingat ketika dia masih ada, dan mengeluh kalau dia tidak ada lagi. Sebab itu maka ayat ini merekankan seruan kepada manusia, ingatlah nikmat itu sedang adanya dan syukurilah. “Yang memberi rezeki kepada kamu dari langit dan bumi." Rezeki adalah seluruh anugerah Ilahi untuk perbelanjaan hidup kita. Maka sekali-kali tidaklah ada Tuhan yang lain yang memberikan rezeki itu, kecuali Allah ﷻ Rezeki yang turun dari langit dengan turunnya hujan. Rezeki yang tumbuh di bumi untuk makanan, pakaian dan segenap persediaan hidup. “Tidak ada Tuhan selain Dia." Yang menurunkan hujan, yang menyuburkan bumi, yang memberimu mata dapat melihat, telinga dapat mendengar dan memberimu segala keperluan hidup tidak ada yang lain, selain Allah.
“Gerangan apa sebabnya kamu masih dapat dibohongi?"
Mengapa kamu masih saja menyembah kepada yang selain Allah? Kepada berhala atau kepada benda yang lain? Padahal kalau kamu ingat benar-benar dan renungkan, kamu pasti mengakui bahwa tidak ada selain Allah yang memberi kamu nikmat, tidak ada yang memberi kamu rezeki? Apalah artinya berhala-berhala yang kamu buat dengan tangan kamu sendiri, kemudian kamu katakan bahwa buah tangan kamu itu yang menguasai kamu? Alangkah bodohnya kamu, karena mau saja dibohongi dengan persembahan yang tidak-tidak.








