Ayat
Terjemahan Per Kata
مَّا
apa
يَفۡتَحِ
yang bukakan/anugerahkan
ٱللَّهُ
Allah
لِلنَّاسِ
bagi manusia
مِن
dari
رَّحۡمَةٖ
suatu rahmat
فَلَا
maka tidak ada
مُمۡسِكَ
yang menahan
لَهَاۖ
baginya
وَمَا
dan apa
يُمۡسِكۡ
Dia menahan
فَلَا
maka tidak ada
مُرۡسِلَ
menyampaikan/melepaskan
لَهُۥ
baginya
مِنۢ
dari
بَعۡدِهِۦۚ
sesudah itu
وَهُوَ
dan Dia
ٱلۡعَزِيزُ
Maha Perkasa
ٱلۡحَكِيمُ
Maha Bijaksana
مَّا
apa
يَفۡتَحِ
yang bukakan/anugerahkan
ٱللَّهُ
Allah
لِلنَّاسِ
bagi manusia
مِن
dari
رَّحۡمَةٖ
suatu rahmat
فَلَا
maka tidak ada
مُمۡسِكَ
yang menahan
لَهَاۖ
baginya
وَمَا
dan apa
يُمۡسِكۡ
Dia menahan
فَلَا
maka tidak ada
مُرۡسِلَ
menyampaikan/melepaskan
لَهُۥ
baginya
مِنۢ
dari
بَعۡدِهِۦۚ
sesudah itu
وَهُوَ
dan Dia
ٱلۡعَزِيزُ
Maha Perkasa
ٱلۡحَكِيمُ
Maha Bijaksana
Terjemahan
Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, tidak ada yang dapat menahannya. (Demikian pula) apa saja yang ditahan-Nya, tidak ada yang sanggup untuk melepaskannya. Dialah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.
Tafsir
(Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat) seperti rezeki dan hujan (maka tidak ada seorang pun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allah) dari hal-hal tersebut (maka tidak seorang pun yang sanggup untuk melepaskannya sesudah itu) sesudah Allah menahannya. (Dan Dialah Yang Maha Perkasa) Maha Menang atas perkara-Nya (lagi Maha Bijaksana) dalam perbuatan-Nya.
Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorang pun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allah, maka tidak seorang pun yang sanggup untuk melepaskannya sesudah itu. Dan Dialah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. Allah ﷻ menyebutkan bahwa apa saja yang dikehendaki-Nya pasti ada, dan apa saja yang tidak dikehendaki-Nya pasti tidak ada. Tiada seorang pun yang dapat mencegah apa yang Dia berikan, dan tiada seorang pun yang dapat memberi apa yang Dia cegah.
-: Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Asim, telah menceritakan kepada kami Mugirah, telah menceritakan kepada kami Amir, dari Warid maula Al-Mugirah ibnu Syu'bah yang mengatakan, bahwa sesungguhnya Mu'awiyah pernah berkirim surat kepada Al-Mugirah ibnu Syu'bah r.a. yang isinya menyebutkan, "Tuliskanlah buatku apa yang pernah engkau dengar dari Rasulullah ﷺMaka Al-Mugirah berdoa untukku, lalu aku berkirim surat dengan menuliskan, "Sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah ﷺ apabila telah selesai dari salat mengucapkan doa berikut: 'Tidak ada Tuhan selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya Kerajaan dan bagi-Nya segala puji, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.
Ya Allah, tiada seorang pun yang dapat mencegah apa yang Engkau berikan, dan tiada seorang pun yang dapat memberi terhadap apa yang Engkau cegah, dan tiada seorang pun yang dapat memberikan suatu manfaat tanpa seizin dari-Mu betapapun besarnya dia.' Dan aku pernah mendengar beliau ﷺ melarang banyak bicara, banyak bertanya, menghambur-hamburkan harta, mengubur anak perempuan hidup-hidup, menyakiti ibu, bersifat kikir, serta suka meminta-minta. Imam Bukhari dan Imam Muslim mengetengahkan hadis ini melalui berbagai jalur dari orang yang menyampaikannya.
Disebutkan pula di dalam kitab Sahih Muslim melalui Abu Said Al-Khudri r.a. yang mengatakan bahwa sesungguhnya Rasulullah ﷺ apabila mengangkat kepalanya dari rukuk mengucapkan doa berikut: Allah Maha Mendengar terhadap orang yang memuji-Nya, Ya Allah, Tuhan kami, bagi-Mulah segala puji sepenuh langit dan bumi dan sepenuh apa yang Engkau kehendaki dari sesuatu sesudahnya. Ya Allah, Pemilik segala pujian dan keagungan, sebagai perkataan yang paling berhak diucapkan oleh seorang hamba, dan kami semua adalah hamba-Mu. Ya Allah, tiada seorang pun yang dapat mencegah apa yang Engkau berikan, dan tiada seorang pun yang dapat memberi apa yang Engkau cegah, dan tidak dapat memberi manfaat apa pun keagungan seseorang di hadapan keagungan-Mu.
Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat lain, yaitu: Jika Allah menimpakan suatu kemudaratan kepadamu, maka tidak ada yang menghilangkannya melainkan Dia sendiri. Dan jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia Mahakuasa atas tiap-tiap sesuatu. (Al-An'am: 17) Ayat yang semakna masih banyak. Dan Imam Malik rahimahullah telah mengatakan bahwa Abu Hurairah r.a. pernah mengatakan bahwa dahulu apabila diberi hujan, mereka mengatakan, 'Kita diberi hujan oleh bintang Fat-h (yakni munculnya bintang itu sebelumnya)," lalu Abu Hurairah membacakan firman-Nya: Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorang pun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allah, maka tidak seorang pun yang sanggup untuk melepaskannya sesudah itu.
Dan
Dialah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (Fathir: 2) Diriwayatkan pula oleh Ibnu Abu Hatim dari Yunus, dari Ibnu Wahb, dari Abu Hurairah r.a.:"
Apa saja di antara rahmat Allah, seperti kesehatan, rezeki, ilmu, dan lainnya, yang dianugerahkan kepada manusia, maka tidak ada yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan-Nya maka tidak ada yang sanggup untuk melepaskannya setelah itu. Dan Dialah Yang Mahaperkasa untuk berbuat sesuai kehendak-Nya, Mahabijaksana dalam setiap ketetapan-Nya. 3. Limpahan rahmat yang demikian besar harus menjadi pendorong bagi manusia untuk bersyukur. Wahai manusia! Ingatlah akan nikmat Allah yang dilimpahkan kepadamu. Bersyukurlah dengan menaati perintah-Nya dan tidak mendurhakai-Nya. Adakah pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezeki kepadamu dari langit dan bumi' Tentu tidak ada. Tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Dia; maka mengapa kamu bisa berpaling dari tauhid'.
Pada ayat ini, Allah menerangkan bahwa pemberian atau penahanan suatu rahmat termasuk dalam kekuasaan-Nya. Apabila Dia menganugerahkan suatu rahmat kepada manusia, tidak seorang pun dapat menahan dan menghalangi-Nya. Begitu pula sebaliknya, apabila Dia menahan dan menutup sesuatu rahmat dan belum diberikan kepada siapa yang dikehendaki-Nya, maka tiada seorang pun bisa membuka dan memberikannya, karena semua urusan di tangan-Nya. Dia Maha Perkasa berbuat menurut kehendak dan kebijaksanaan-Nya. Oleh karena itu, kita harus selalu menghadap Allah melalui ibadah untuk mencapai cita-cita kita, dan senantiasa dengan bertawakal kepada-Nya, begitu pula di dalam usaha mencapai tujuan dan maksud yang diridai-Nya. Sejalan dengan ini, Allah berfirman:
Dan jika Allah menimpakan suatu bencana kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tidak ada yang dapat menolak karunia-Nya. (Yunus/10: 107)
Dan dalam sebuah hadis disebutkan sebagai berikut:
Dari al-Mugirah bin Syu'bah bahwa ia berkata, "Saya mendengar Rasulullah ﷺ apabila selesai salat mengucapkan, 'Tiada tuhan melainkan Allah. Dia Esa tiada ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan dan bagi-Nya segala puji. Dia kuasa atas segala sesuatu. Ya Allah Tuhanku, tidak ada seorang pencegah pun terhadap sesuatu yang Engkau berikan dan tak ada seorang pemberi terhadap sesuatu yang Engkau cegah, tidak bermanfaat kejayaan seseorang dalam menghadapi siksaan Engkau." (Riwayat Ahmad, al-Bukhari dan Muslim).
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
SURAH FAATHIR
(MAHA PENCIPTA)
SURAH KE 35
45 AYAT
DITURUNKAN DI MEKAH
(AYAT 1-45)
Bismillahirrahmanirrahim
Ayat 1
“Segala puji-pujian bagi Allah."
“Pencipta semua langit dan bumi," Arti yang terkandung di dalam nama dan sifat Allah yang disebut Faathir sangat berdekatan dengan nama dan sifat Allah yang disebut Khaliq. Namun kalau kita halusi sedikit lagi, di dalam kata Khaliq terkandung bentuk atau membentuk, membayangkan bahwa segala yang diciptakan oleh Allah itu adalah membawa bentuknya sendiri. Sedang di dalam kata Faathir lebih meluas lagi dan mencakup bagi kesemuanya, dengan arti memulai. Menurut Ibnu Abbas arti Faathir ialah yang memulai. Dia (Ibnu Abbas) mengatakan bahwa mulanya dia belum paham arti Faathir. Tetapi suatu hari didengarnya dua orang Arab dusun (A'rabi) bertengkar perkara menggali sumur. Yang seorang berkata: Ana fathartuha yang berarti, “Saya yang memulainya." Mungkin kalimat kata Indonesia yang agak sesuai dengan Faathir ialah Pembuat Tetapi oleh karena kata-kata Pembuat sudah banyak terpakai untuk manusia biasa, menjadi agak ringan dia kalau kita artikan dengan itu.
“Yang menjadikan malaikat-malaikat jadi utusan-utusan, yang mempunyai sayap-sayap, dua-dua, tiga-tiga, dan empat-empat." Di samping menciptakan semua langit dan bumi Allah pun menjadikan malaikat-malaikat, yaitu makhluk halus yang terjadi dari Nur belaka, tidak laki-laki dan tidak perempuan. Tugas dari malaikat itu dijelaskan dalam ayat ini yaitu menjadi utusan-utusan dari Allah. Artinya menjalankan perintah yang ditentukan oleh Allah buat masing-masingnya. Dan dijelaskan di sini bahwa malaikat-malaikat itu mem-punyai sayap. Ada yang sayapnya dua-dua, ada yang tiga-tiga dan ada yang empat-empat. ‘Via menambahkan pada yang Dia ciptakan apa yang Dia kehendaki." Maksud lanjutan ayat ini ialah sayap malaikat-malaikat itu selain dua-dua, tiga-tiga dan empat-empat ada lagi yang lebih. Lebihnya itu ialah menurut hendak Allah sendiri, bahkan dalam sebuah hadits yang dirawikan oleh Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Mas'ud, Nabi ﷺ mengatakan bahwa Malaikat Jibril itu mempunyai enam ratus sayap.
“Sesungguhnya Allah itu atas tiap-tiap sesuatu adalah Mahakuasa."
Maka bukanlah Allah semata-mata mencipta, atau Khaliq dan bukan semata-mata memulai atau Faathir sebagaimana dijelaskan di pangkal ayat ini, tetapi adalah Dia selalu Mengatur dan selalu Menguasai, dan tidak ada satu kekuasaan lain pun yang dapat mencam-puri, karena tidaklah ada sesuatu pun yang berkuasa, selain Allah.
Ayat 2
“Apa saja yang dibukakan Allah untuk manusia dari bermacam rahmat, maka tidaklah satu jua pun penahannya. Dan apa yang Dia tahan, maka tidaklah satu jua pun melepaskannya dari sesudahnya."
Setelah pada ayat yang pertama Allah menjelaskan, bahwa Dialah Pencipta semua langit dan bumi, mengutus malaikat yang bersayap dua-dua, tiga-tiga, dan empat-empat, bahkan ada yang lebih, sehingga Nabi pernah melihat Jibril dengan enam ratus sayap, orang yang berpikir tenang dan mendalam akan me-rasakanlah bagaimana alam itu teratur, bahwa Allah bukan semata-mata hanya Mencipta, bahkan Allah pun adalah Pemelihara, Pendidik, Pengasuh. Dia adalah llah, yaitu kalimat yang dibahasakan untuk Allah ﷻ sebagai Pen-cipta. Dan Dia adalah pula Rabbun, yaitu kalimat yang dipakai untuk menyebut Allah ﷻ sebagai Pengatur, Pengasuh, Pemelihara, dan Pendidik. Bertambah mendalam kita me-renung, akan terasalah bahwasanya di segala sesuatunya itu tampak kasih sayang Ilahi me-liputi semuanya.
Kemudian di penutup ayat, Allah ﷻ berfirman,
“Dan Dia adalah Mahapetkasa, Maha bijaksana."
Sesampai di ujung ayat ini, yang menyebutkan dua sifat Allah dan nama-Nya yang mulia, Perkasa dan Bijaksana diberilah tuntunan kepada jiwa kita, agar perkasa menghadapi hidup ini, jangan cengeng, dan pandang indahnya dan baiknya dan hadapi segala kesukaran dengan bijaksana, (angan tergesa mengeluh jika ada sesuatu yang musykil. Karena kalau sudah dikaji lebih mendalam rahmat Allah jualah yang meliputi hidup kita ini.
Ayat 3
“Wahai sekalian manusia! Ingatlah olehmu nikmat Allah ke atas kamu “
Sebelum ayat ini ditafsirkan seterusnya, lebih dahulu patutlah kita ketahui perbedaan arti di antara rahmat dengan nikmat. Di ayat yang terdahulu disebutkan rahmat dan di ayat ini disebut nikmat. Rahmat artinya kasih sayang. Nikmat artinya karunia atau anugerah. Kalau diukur kepada kita manusia, kasih sayang mengenai perasaan. Nikmat mengenai barang yang dapat ditunjukkan. Dalam ayat ini manusia disuruh mengingat bagaimana besarnya nikmat Allah kepada kita manusia. Nikmat itu diberikan Ilahi disertai dengan kasih sayang. Nikmat itu ada dalam diri kita sendiri dan ada di luar diri kita, tetapi berhubungan langsung dengan kita.
Maka banyaklah nikmat Allah tidak diingat ketika dia masih ada, dan mengeluh kalau dia tidak ada lagi. Sebab itu maka ayat ini merekankan seruan kepada manusia, ingatlah nikmat itu sedang adanya dan syukurilah. “Yang memberi rezeki kepada kamu dari langit dan bumi." Rezeki adalah seluruh anugerah Ilahi untuk perbelanjaan hidup kita. Maka sekali-kali tidaklah ada Tuhan yang lain yang memberikan rezeki itu, kecuali Allah ﷻ Rezeki yang turun dari langit dengan turunnya hujan. Rezeki yang tumbuh di bumi untuk makanan, pakaian dan segenap persediaan hidup. “Tidak ada Tuhan selain Dia." Yang menurunkan hujan, yang menyuburkan bumi, yang memberimu mata dapat melihat, telinga dapat mendengar dan memberimu segala keperluan hidup tidak ada yang lain, selain Allah.
“Gerangan apa sebabnya kamu masih dapat dibohongi?"
Mengapa kamu masih saja menyembah kepada yang selain Allah? Kepada berhala atau kepada benda yang lain? Padahal kalau kamu ingat benar-benar dan renungkan, kamu pasti mengakui bahwa tidak ada selain Allah yang memberi kamu nikmat, tidak ada yang memberi kamu rezeki? Apalah artinya berhala-berhala yang kamu buat dengan tangan kamu sendiri, kemudian kamu katakan bahwa buah tangan kamu itu yang menguasai kamu? Alangkah bodohnya kamu, karena mau saja dibohongi dengan persembahan yang tidak-tidak.








