Ayat
Terjemahan Per Kata
إِن
jika
يَشَأۡ
Dia menghendaki
يُذۡهِبۡكُمۡ
Dia melenyapkan kamu
وَيَأۡتِ
dan Dia mendatangkan
بِخَلۡقٖ
dengan makhluk
جَدِيدٖ
baru
إِن
jika
يَشَأۡ
Dia menghendaki
يُذۡهِبۡكُمۡ
Dia melenyapkan kamu
وَيَأۡتِ
dan Dia mendatangkan
بِخَلۡقٖ
dengan makhluk
جَدِيدٖ
baru
Terjemahan
Jika berkehendak, niscaya Dia membinasakan kamu dan mendatangkan makhluk yang baru.
Tafsir
(Jika Dia menghendaki, niscaya Dia memusnahkan kalian dan mendatangkan makhluk yang baru) sebagai ganti daripada kalian.
Tafsir Surat Al-Fatir: 15-18
Hai manusia, kamulah yang berhajat kepada Allah; dan Allah Dialah YangMahakaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji. Jika Dia menghendaki, niscaya Dia memusnahkan kamu dan mendatangkan makhluk yang baru (untuk menggantikan kamu). Dan yang demikian itu sekali-kali tidak sulit bagi Allah. Dan orang-orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Dan jika seseorang yang berat dosanya memanggil (orang lain) untuk memikul dosa itu tiadalah akan dipikulkan untuknya sedikit pun meskipun (yang dipanggilnya itu) kaum kerabatnya.
Sesungguhnya yang dapat kamu beri peringatan hanya orang-orang yang takut kepada azab Tuhannya (sekalipun) mereka tidak melihat-Nya dan mereka mendirikan salat. Dan barang siapa yang menyucikan dirinya, sesungguhnya ia menyucikan diri untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan kepada Allah-lah kembali(mu). Allah ﷻ memberitakan tentang kemahakayaan-Nya dari selain Dia, semua makhluk berhajat kepada-Nya dan hina di hadapan-Nya. Untuk itu Allah ﷻ berfirman: Hai manusia, kamulah yang berhajat kepada Allah. (Fathir: 15) Yakni semuanya berhajat kepada Allah dalam semua gerakan dan diamnya, sedangkan Allah ﷻ tidak memerlukan sesuatu pun dari mereka. Karenanya dalam firman selanjutnya disebutkan: dan Allah, Dialah Yang Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji. (Fathir: 15) Yakni hanya Dia sematalah yang benar-benar Mahakaya, tiada sekutu bagi-Nya dalam sifat-Nya ini, dan Dia Maha Terpuji dalam semua apa yang diperbuat dan dikatakan-Nya, juga dalam semua apa yang ditakdirkan dan yang disyariatkan-Nya.
Firman Allah ﷻ: Jika Dia menghendaki, niscaya Dia memusnahkan kamu dan mendatangkan makhluk yang baru (untuk menggantikan kamu). (Fathir: 16) Yakni seandainya Dia menghendaki, tentulah Dia melenyapkan kamu, hai manusia; lalu Dia mendatangkan kaum lain sebagai pengganti kalian. Hal ini tidak sulit bagi Allah dan tidak pula sukar. Karena itu, disebutkan oleh firman selanjutnya: Dan yang demikian itu sekali-kali tidak sulit bagi Allah. (Fathir: 17) Adapun firman Allah ﷻ: Dan orang-orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. (Fathir: 18) Yaitu kelak di hari kiamat saat dilakukan perhitungan amal perbuatan.
Dan Jika seseorang yang berat dosanya memanggil (orang lain) untuk memikul dosa itu. (Fathir: 18) Maksudnya, jika seorang yang banyak dosanya memanggil orang lain untuk sama-sama memikul dosa-dosanya yang berat agar menjadi ringan, atau untuk memikul sebagian dari dosa-dosanya, tiadalah akan dipikulkan untuknya sedikit pun 'meskipun (yang dipanggilnya itu) kaum kerabatnya. (Fathir: 18) Yakni sekalipun yang dimintai pertolongannya itu adalah kerabatnya sendiri, dan sekalipun dia adalah ayah atau anaknya; masing-masing orang di hari sibuk dengan urusan dan keadaannya sendiri.
Ikrimah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya Dan jika seseorang yang berat dosanya memanggil (orang lain) untuk memikul dosa itu. (Fathir: 18), hingga akhir ayat. Bahwa seseorang dipegangi tetangganya kelak di hari kiamat, lalu orang yang dipeganginya berkata, "Ya Tuhanku, tanyakanlah kepada orang ini mengapa dia menutup pintunya di hadapanku." Dan sesungguhnya orang kafir benar-benar bergantung kepada orang mukmin, lalu orang kafir berkata, "Hai orang mukmin, sesungguhnya aku mempunyai jasa kepadamu, engkau telah mengetahui bagaimana jasaku terhadap dirimu sewaktu di dunia, dan sekarang pada hari ini aku memerlukan pertolonganmu." Maka orang mukmin itu terus-menerus memohonkan syafaat bagi orang kafir itu di hadapan Tuhannya, tetapi pada akhirnya orang kafir itu dikembalikan ke tempat yang lebih rendah daripada tempat orang mukmin itu, yaitu di neraka.
Dan sesungguhnya seorang ayah benar-benar bergantung kepada anaknya kelak di hari kiamat, lalu si ayah berkata, "Hai Anakku, siapakah diriku ini?" Lalu si anak memujinya dengan pujian yang baik. Si ayah berkata, "Hai Anakku, sesungguhnya sekarang aku memerlukan kebaikanmu, walaupun hanya seberat biji sawi, agar aku dapat selamat dari azab seperti yang engkau lihat sekarang ini." Lalu si anak menjawabnya, "Wahai Ayahku, betapa mudahnya permintaanmu, tetapi saya merasa takut sebagaimana takut yang melanda dirimu.
Maka aku tidak dapat memberikan sesuatu kebaikan pun kepadamu." Kemudian orang itu bergantung kepada istrinya dan mengatakan kepadanya, "Hai Istriku, siapakah aku ini? Lalu si wanita itu memujinya dengan pujian yang baik. Kemudian di lelaki berkata, "Sesungguhnya aku meminta suatu kebaikan darimu, sudilah engkau memberikannya kepadaku, barangkali saja dengan kebaikan itu aku dapat selamat dari penderitaanku seperti yang kamu lihat sendiri." Lalu si istri menjawab, "Betapa mudahnya permintaanmu, tetapi aku tidak mampu memberimu sesuatu apa pun, karena sesungguhnya aku pun sama merasa takut seperti ketakutan yang melanda dirimu." Allah ﷻ berfirman: Dan jika seseorang yang berat dosanya memanggil (orang lain) untuk memikul dosa itu. (Fathir: 18), hingga akhir ayat.
seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong bapaknya sedikit pun. (Luqman: 33) Dan firman Allah ﷻ: Pada hari ketika manusia lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya, dari istri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya. ('Abasa: 34-37) Ibnu Abu Hatim rahimahullah telah meriwayatkan dari Abu Abdullah Az-Zahrani, dari Hafs ibnu Umar, dari Al-Hakam ibnu Aban, dari Ikrimah.
Kemudian Allah ﷻ berfirman: Sesungguhnya yang dapat kamu beri peringatan hanya orang-orang yang takut kepada azab Tuhannya (sekalipun) mereka tidak melihat-Nya dan mereka mendirikan salat. (Fathir: 18) Yakni sesungguhnya yang mau menerima apa yang disampaikan olehmu hanyalah orang-orang yang mempunyai akal dan pandangan hati lagi takut kepada Tuhannya dan mengerjakan apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka. Dan barang siapa yang menyucikan dirinya, sesungguhnya ia menyucikan diri untuk kebaikan dirinya sendiri. (Fathir: 18) Maksudnya, barang siapa yang beramal saleh, maka sesungguhnya manfaat dari amal salehnya itu kembali kepada dirinya sendiri.
Dan kepada Allah-lah kembali(mu). (Fathir: 18) Yaitu hanya kepada-Nyalah semua makhluk dikembalikan, Dia Mahacepat perhitungan-Nya, dan setiap orang akan mendapat balasan amal perbuatannya masing-masing. Jika amal perbuatannya baik, maka balasannya baik; dan jika amal perbuatannya buruk, maka balasannya buruk pula."
16-17. Ketaatan manusia sedikit pun menambah kebesaran Allah dan keingkaran mereka sama sekali tidak mengurangi keagungan-Nya. Jika Dia menghendaki, niscaya Dia membinasakan kamu yang ingkar dan mendatangkan makhluk yang baru yang taat kepada-Nya untuk menggantikan kamu. (Lihat juga: Mu'ammad/47: 38). Dan yang demikian itu tidak sulit bagi Allah. Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. (Lihat juga: al-'Ankab't/29: 19)16-17. Ketaatan manusia sedikit pun menambah kebesaran Allah dan keingkaran mereka sama sekali tidak mengurangi keagungan-Nya. Jika Dia menghendaki, niscaya Dia membinasakan kamu yang ingkar dan mendatangkan makhluk yang baru yang taat kepada-Nya untuk menggantikan kamu. (Lihat juga: Mu'ammad/47: 38). Dan yang demikian itu tidak sulit bagi Allah. Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. (Lihat juga: al-'Ankab't/29: 19).
Ayat-ayat ini menjelaskan bahwa Allah tidak memerlukan suatu apa pun, dan Dia mempunyai kekuasaan yang sempurna. Jika Allah mau menghancurkan makhluk-Nya, maka dengan sekejap saja hancur binasalah semuanya, karena sekalipun Dia yang menciptakan, tetapi Dia tidak mempunyai keperluan sedikit pun padanya. Dia lalu menggantinya dengan makhluk lain yang akan patuh dan taat kepada perintah-Nya, menyerukan yang baik dan mencegah yang keji dan mungkar. Yang demikian itu tidak sulit bagi Allah untuk melaksanakannya, tetapi mudah sekali. Firman Allah:
Dan apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana Allah memulai penciptaan (makhluk), kemudian Dia mengulanginya (kembali). Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah. (al-'Ankabut/29: 19).
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
ASAL KEJADIAN MANUSIA
Ayat 11
“Dan Allah telah menciptakan kamu dwti tanah, kemudian itu dari nuthfah."
Sudah banyak diterangkan di surah-surah yang lain tentang asal kejadian manusia. Di sini pada pangkal ayat diterangkan asal kejadian manusia dari tanah, kemudian itu dari nuthfah. Ini boleh ditafsirkan atas dua macam tafsiran. Pertama bahwa asal manusia yang pertama, yaitu nenek moyang manusia, tegasnya Nabi Adam langsung diciptakan Allah ﷻ dari tanah. Tetapi kemudian anak dari Adam sendiri dan manusia keturunan Adam seluruhnya terjadi dari nuthfah, yaitu mani ayah dan mani ibu yang telah bergabung dalam rahim jadi satu.
Boleh juga diartikan bahwa asal masing-masing kita manusia ini memang dari tanah. Karena makanan yang menyuburkan gizi manusia adalah berasal dari tanah. Buah-buahan, beras, gandum, sayur-sayuran yang jadi makanan tiap-tiap hari adalah dari tanah belaka. Makanan menyehatkan darah. Darah menimbulkan mani, dari pertemuan dua mani manusia tercipta. “Kemudian Dia jadikan kamu berpasang-pasangan" sejak dari dalam kandungan telah ditentukan mana yang laki-laki dan mana yang perempuan.
Dengan kekuasaan Allah kelanjutan turunan ditentukan dengan pertemuan dua yang berpasangan, yang disebut positif dan negatif. Pembentukan tubuh sama, tetapi Allah takdirkan bahwa yang dijadikan pihak laki-laki alat kelaminnya tertonjol keluar dan panjang dan alat kelamin perempuan diberi berlubang untuk pertemuan mereka dan mengumpulkan air mani mereka, seraya ditimbulkan pula syahwat keinginan bertemu untuk bersetubuh, sehingga dengan per-setubuhan itu berpadulah kedua mani dan lahirlah manusia baru.
“Dan tidaklah mengandung di antara perempuan dan tidaklah ia melahirkan, melainkan dengan sepengetahuan-Nya". Niscaya demikianlah halnya, yaitu jika seorang mengandung anak, bahkan mulai saja berpadu mani si laki-laki dengan mani si perempuan sampai peringkat-peringkat bulannya, sampai anak itu lahir semuanya dalam pengetahuan Allah ﷻ
Kelanjutan ayat pun menambah jelasnya lagi.
“Dan tidaklah diberi umur orang yang berumur dan tidak dikurangi dari umurnya, melainkan sudah ada dalam Kitab." Artinya dalam catatan Allah ﷻ atau dalam pendaftaran Allah. Bahwa ini akan panjang usianya, sampai berpuluh tahun, dan si fulan akan kurang umur dari itu. Si anu setelah tua renta baru akan mati, entah umur 80 tahun entah umur sampai 100 tahun, sedang si fulan, mungkin cucu dari orang yang berusia panjang itu akan dikurangi, tidak sebanyak yang ditentukan untuk yang telah tua renta itu.
Inilah salah satu tafsir dari ayat ini.
Dalam tafsir yang lain yang dikemukakan oleh Ibnu Jarir dan diterimanya pula dari Abu Malik, yang dimaksud umur dikurang-kurangi, ialah pada tiap-tiap manusia. Bila dia telah lahir ke dunia satu hari, maka telah kuranglah umurnya satu hari. Kalau orang telah berumur 60 tahun, artinya telah kurang umurnya 60 tahun dan tidak diketahui berapa lamanya lagi yang tinggal.
“Sesungguhnya pada yang demikian itu atas Allah amat mudah."
Kemudian disuruh lagi kita merenungkan nikmat Allah pada adanya dua macam laut,
Ayat 12
“Dan tidaklah sama di antara dua lautan."
Yaitu perbedaan di antara daratan dan samudra luas yang membentang seperlima dari seluruh dunia ini dan danau-danau dan sungai-sungai besar yang mengalir dari gunung melalui tanah landai, menurun menuju laut."Yang ini tawar lagi segar, sedap diminumnya “ menjadi persediaan air minum bagi manusia, “Dan yang ini asin lagi pahit." Itulah air asin di lautan lepas.
Di beberapa tempat di tanah air Indonesia, ada sumur air tawar di tepi laut. Orang-orang yang tinggal di pulau, pagi-pagi mengayuh perahunya mengambil air tawar ke telaga di pinggir laut itu. Padahal kalau pasang naik, sumur itu dapat diliputi air pasang, sehingga airnya tidak dapat diambil karena asin. Tetapi kalau pasang sudah turun, air itu kembali dalam keadaan tawar. Sebab itu pada umumnya orang pulau mengambil air ke sana ialah seketika pasang surut. “Dan dari masing-masing kamu makan daging yang empuk." Yaitu ikan-ikan. Pun suatu hal yang mengagumkan bahwa kedua macam ikan itu, ikan lautan asin dan ikan danau dan sungai yang tawar, rasanya sama-sama enak dan sama-sama empuk. Padahal ikan air tawar tidak dapat hidup di lautan asin dan ikan lautan asin tidak dapat hidup di air tawar. “Dan kamu keluarkan perhiasan yang akan kamu pakai dianya." Ter-utama mutiara dan juga giwang yang indah yang diambil dan lokan kulit mutiara. Demikian juga marjaan yang indah-indah dan akar bahar yang hitam, sehingga menjadi mata pencarian sejak zaman dahulu kala. Bahkan negeri Kuwait yang di zaman sekarang terkenal kaya dengan minyak itu sebelumnya adalah yang jadi pokok penghasilan penduduk ialah dari mutiara. Di Indonesia kita ini terkenal mutiara dari Kepulauan Banda dan Kepulauan Maluku Utara (Ternate). “Dan kamu lihat padanya kapal membelah." Yaitu kamu lihat kapal membelah laut itu, berlayar menghubungkan di antara benua dengan benua dan pulau dengan pulau, dan kapal adalah hasil usaha manusia menyesuaikan diri dengan keadaan bumi yang empat perlima lautan dan seperlima saja daratan. Sedang manusia tidaklah dapat melengkapi hidupnya dengan hasil yang timbul dari daerah tempat tinggalnya saja. Sebab itu kapal adalah penghubung antar manusia sejak zaman purbakala. Sampai dengan ilham yang diberikan Allah pembuatan kapal itu sendiri kian berubah dari semata-mata dilayarkan dengan memakai layar yang diembus angin, sampai lama-lama maju kepada kapal uap, kapal mesin dan kapal motor. Sekarang sudah sampai kepada kapal yang dijalankan dengan tenaga atom.
Dijelaskan oleh Allah kegunaan kapal di ujung ayat, “Agar kamu dapat mencari karunia-Nya." Mana yang tidak ada dalam negerimu sendiri, kamu cari ke negeri lain. Atau orang negeri lain mengantarkannya ke negeri kamu dan kamu pun mengantarkan pula hasil negerimu ke negeri orang lain sehingga majulah sistem perniagaan dan jalanlah ekonomi,
“Dan supaya kamu bersyukur."
Supaya kamu bersyukur karena kamu dapat selamat melayari lautan yang kadang-kadang begitu ganas dengan riak, ombak, gelombang dan alun yang kadang-kadang setinggi gunung, Selamat dalam pelayaran yang kadang-kadangselompat hidup selompat mati, patutlah bersyukur. Selamat sampai ke negeri orang, patutlah bersyukur. Terjual barang yang dibawa, terbeli barang yang dicari dan pulang kembali dengan selamat, semuanya itu patutlah disyukuri.
Dan dalam peredaran dunia sejak ayat ini turun empat belas abad yang telah lalu, pembuatan kapal pun telah sangat maju, sehingga telah ada kapal besar-besar mengarungi laut berkat kemajuan teknik hasil ilham Allah yang diberikan kepada manusia, itu pun patut disyukuri. Apatah lagi sekarang ini. Barang-barang dalam jumlah besar, mobil-mobil dan alat keperluan hidup yang lain dapat dikirim dengan kapal dan manusia dapat bepergian dengan cepat dengan majunya perhubungan udara.
Semuanya menimbulkan syukur.
Ayat 13
“Dia masukkan malam ke dalam siang dan Dia masukkan siang ke dalam malam."
Ini pun bukti dari kemahakuasaan Allah itu. Dia mengatur pergantian malam dengan siang dan siang dengan malam; siang yang diliputi cahaya dan malam yang gelap gulita, antara keduanya masuk-memasuki. Artinya sangatlah teratur dan indah pergantian itu, sehingga sangatlah mengagumkan kita.
“Dan Dia tundukkan matahari dan bulan." Matahari dan bulan adalah makhluk ciptaan Allah sebagaimana seluruh aiam yang lain. Sebab itu maka beredarnya matahari dan bulan adalah tunduk kepada apa yang ditentukan oleh Allah.
“Tiap-tiapnya itu mengedar menurut janji yang telah ditentukan." Artinya bahwa sebagaimana seluruh makhluk Allah SWT, matahari dan bulan, demikian juga berjuta-juta bintang di langit, termasuk bumi ini, semuanya itu mengedar adalah menurut janji yang telah ditentukan oleh Allah ﷻ Tidak dia akan mengubah jalannya, tidak dia akan terlambat atau tercepat dari ukuran waktu yang ditentukan itu, sampai kepada janji yang ditentukan. Yaitu sampai kepada masa berhentinya atau rusaknya.
“Demikian itulah Allah." Kata-kata ini adalah penegasan tentang bagaimana kebesaran Allah dan Mahakuasa-Nya. Bumi yang begini besar, yang mengandung empat perlima lautan dan seperlima daratan, bulan sebagai satelit bumi, matahari yang beribu-ribu kali besarnya dari bumi ini, dari beribu berjuta bintang, ada pula yang lebih besar dari matahari, semua tunduk kepada ketentuan Allah. Alangkah Besarnya Allah. Allahu Akbar. “Tuhan kamu." Bagi-Nyalah seluruh kekuasaan." Tak ada sesuatu pun yang lain yang berkuasa. Adalah amat bodoh manusia jika dia menggantungkan harapan dan menyangka bahwa ada pula selain Allah yang berkuasa.
“Dan orang-orang yang menyeru kepada yang selain Dia, tidaklah yang lain itu mempunyai kekuasaan apa-apa, walaupun setipis kulit ari."
Sedangkan matahari, yang disangka oleh setengah orang di zaman jahiliyyah sebagai pusat kekuasaan, sehingga ada yang menyembahnya, adalah semata-mata tunduk kepada peraturan Ilahi, menurut jangka waktu yang telah ditentukan, sehingga nyata bahwa matahari itu tidak berkuasa apa-apa, konon-lah yang lain. Semuanya tidak mempunyai kekuasaan apa-apa, walaupun setipis kulit ari. Setipis kulit pembungkus kacang di bawah kulit kerasnya. Setipis kulit ari salak yang sangat tipis di bawah kulitnya yang luar. Bahkan beras pun mempunyai kulit ari yang sangat tipis. Setipis itu pun tidak ada kekuasaan dari apa yang kamu sembah selain Allah.
Inilah satu perumpamaan yang sangat jauh mengambil perbandingan untuk memberi peringatan kepada orang-orang bodoh yang mempersekutukan yang lain dengan Allah. Alangkah bodohnya orang yang memindahkan persembahan dan pemujaan dari Allah Yang Menguasai bumi dan langit ketujuh tingkatnya, kepada matahari, bulan, dan bintang, kepada sesuatu khayatan yang setipis kulit ari pun tidak ada mempunyai kekuasaan.
Selanjutnya Allah ﷻ jelaskan perbandingan itu,
Ayat 14
“Jika kamu seru mereka, tidaklah akan mereka dengan seruan kamu."
Karena tidak ada pada mereka alat buat mendengar. Mereka hanya patung dan berhala yang kamu perbuat dengan tangan kamu sendiri. Kamu tidak sanggup membuatkannya alat buat mendengar, “Dan walaupun mereka dengar tidaklah mereka akan memperkenankan untuk kamu." Sebab tidak ada mereka mempunyai kekuasaan walaupun setipis kulit ari buat mengurus pengaduan kamu itu. Sebagaimana orang Hindu meminta tolong kepada sapi yang mereka anggap sebagai tuhan. Pergilah mengadukan hal kepada sapi itu, mintalah apa yang akan diminta, menangislah tersedu-sedu mengadukan segala macam pengaduan, namun sapi itu akan tetap berdiam diri sambil mengunyah rumput yang dihidangkan kepadanya. Atau sebagaimana orang-orang yang percaya akan keramat monyet-monyet di tempat-tempat tertentu, dikatakan monyet itu sakti, lalu dibawakan makanan. Namun makanan yang dibawakan akan diperebutkannya, setelah perutnya kenyang dan temboloknya berisi penuh, dia akan kembali ke atas pohon kayu dan sampai di sana digawutnya pingguinya dan dicibirkannya mulutnya. “Dan di hari Kiamat mereka akan menyangkal kemusyrikan kamu itu." Karena segala yang dijadikan tuhan selain Allah itu kelak akan ditanyai oleh Allah SWT, apakah mereka yang menganjurkan supaya diri mereka disembah? Semua akan memungkirinya. Contohnya ialah pertanyaan Allah kepada Nabi Isa bin Maryam, yang tersebut di akhir surah al-Maaldah dari ayat 116 sampai ayat 118.
“Dan tidaklah ada yang akan memberikan berita kepada kamu," sejelas dan seterang itu tentang kemurnian menauhidkan Allah dan kebodohan syirik.
“Sebagaimana yang dibelikan oleh Yang Maha Mengetahui “
Yaitu Allah sendiri. Berita dari Allah sebagai wahyu, yang disampaikan oleh Nabi adalah berita yang lebih jelas, lebih terang, lebih tepat dari segala berita yang lain. Karena Allah memberitahukan hal ini adalah semata-mata petunjuk jalan bagi keselamatan manusia sendiri.
Ayat 15
“Wahai sekalian manusia! “
Oleh sebab surah ini diturunkan di Mekah, maka pokok seruan ialah kepada seluruh manusia. Meskipun yang diseru ialah manusia yang hidup di waktu itu, namun yang dituju ialah seluruh manusia yang hidup di muka bumi ini di segala zaman. “Kamu adalah orang-orang yang fakir kepada Allah." Yang ditulis di dalam ayat ialah fuqaraa' jamak dari faqiir. Orang-orang fakir atau orang-orang yang sangat miskin, atau orang-orang yang sangat melarat, orang-orang banyak sangat yang diperlukannya dan banyak sangat kekurangannya. Maka dalam ayat ini diperingatkan kepada manusia bahwa mereka itu adalah fakir semua, miskin semua, dan melarat semua. Semua manusia tidak ada kecuali sangat memerlukan per-tolongan dari Allah. Tidak ada manusia yang kaya.
Ingat sajalah sejak manusia mulai lahir ke dunia. Manusia telah fakir dan sangat miskin. Sejak lahir ke dunia itu sudah sangat banyak kekurangan. Dia perlu pembelaan, dia perlu kain buat menutupi tubuh. Karena dia lahir bertelanjang tidak mempunyai apa-apa. Tidak ada manusia yang kaya.
Sebab bertambah banyak kekayaan yang dapat dikumpulkan oleh manusia, bertambah banyak pula dia memerlukan penjagaan untuk harta yang dikumpulkan banyak itu. Bertambah terasa kekurangan yang mesti ditambahi. Karena nafsu manusia itu sendiri sentiasa memerlukan tambahannya lagi. Bila nafsu ini akan tidak memerlukan apa-apa lagi, padahal dia masih di dunia?
Selain dari kemiskinan dan kefakiran tentang harta, manusia pun sangat memerlukan perbantuan orang lain. Jika kesehatan telah terganggu, dia memerlukan pulihnya kesehatan. Jika dia telah berangsur tua, dia memerlukan penjagaan. Jika dia seorang kepala negara yang menguasai suatu negara, dia memerlukan para menteri, dia memerlukan tentara besar, dia memerlukan pengawal pribadi. Jelas bahwa dia tidak dapat bertindak sendiri untuk melancarkan kekuasaannya itu. Sebab itu dijelaskan bahwa seluruh manusia, siapa saja, di mana saja dan apabila saja, sangat memerlukan apa-apa dari Allah. “Dan Allah, Dianya adalah Mahakaya." Hanya Allah saja yang tidak memerlukan apa-apa lagi, karena seluruhnya Dia yang punya. Dia tidak pula memerlukan rumah tempat tinggal, sebab hujan dan panas Dia menakdirkan, sebab Dia tidak mengenal dingin dan panas, sifatnya tidak serupa dengan sifat alam. Dia Maha berkecukupan.
“Lagi Maha Terpuji."
Karena meskipun sangat banyak yang dikehendaki oleh manusia karena sangat fakirnya, namun keperluan hidup manusia itu dijamin oleh Allah ﷻ Kalau tidak juga merasa cukup, tidaklah karena Allah tidak membantu, melainkan nafsu manusia jua yang kadang-kadang tidak dapat dikendalikannya, sehingga banyak di antara manusia yang sampai matinya masih belum merasa puas, sebab belum cukup. Oleh sebabitu,yang akan didapatoleh manusia supaya nafsunya dapat dikendalikan, ialah sebagaimana yang diajarkan Nabi, hendaklah manusia mempunyai sifat qana'ah, yaitu dapat menahan hati dan menerima syukur apa yang telah ada dan sabar kalau belum ada.
Selanjutnya Allah ﷻ berfirman,
Ayat 16
“Jika Dia menghendaki, Dia akan memusnahkan kamu, lalu Dia mendatangkan makhluk yang baru."
Ayat ini masih berkait dengan ayat yang sebelumnya, untuk menjelaskan bagaimana fakir dan miskinnya manusia di hadapan Allah SWT, Allahu Akbar. Allah itu Mahabesar. Kebesaran Allah meliputi seluruh langit ketujuh tingkatnya dan bumi dan berjuta-juta bintang-bintang. Bumi adalah salah satu dari bintang-bintang yang berjuta-juta itu. Jika kita tegak di bintang yang lain, akan kelihatanlah berkelap-kelipnya bumi di waktu malam sebagaimana kita di bumi melihatkelap-kelip bintang-bintang itu pula. Amat kecil, seukuran pasir. Ayat yang pertama dari surah al-lnsaan berisi pertanyaan Allah ﷻ sudahkah datang kepada manusia suatu waktu, yang mereka itu menjadi sesuatu yang tidak jadi sebutan? Tidak jadi sebutan karena kecilnya. Berjuta-juta bintang di alam lepas, di ruang angkasa yang tidak terbatas, namun bumi hanya laksana pasir. Hanya dalam bumi itu manusia dapat hidup. Itu pun dalam tempat yang terbatas. Lautan lepas hanya dapat dilayarinya, namun tidak dapat didiaminya. Puncak gunung-gunung terlalu tinggi tidak dapat didiaminya. Laut dalam, terlalu dalam tempat didiaminya. Hanya sebagian kecil saja bumi itu yang dapat mereka diami, yaitu tanah daratan. Sedang tanah daratan hanya seperlima dari bumi, dan empat perlima adalah lautan.
Bahkan baru saja kita naik ke atas kapal udara dan terbang sehabis tinggi, manusia tidak kelihatan lagi.
Di sinilah dapat direnungkan firman Allah ﷻ dalam ayat 16 ini, kalau Allah menghendaki, Dia dapat saja memusnahkan, memusnahkan manusia yang ada ini seluruhnya, lalu mengganti dengan makhluk yang baru.
Ayat 17
“Dan yang demikian itu bagi Allah tidaklah sukai."
Dengan banjir besar sebagaimana kejadian di zaman Nabi Nuh, dengan mengirimkan penyakit taun, dengan mempersangat panas matahari atau mempersangat dingin, semua bisa saja kejadian. Bagi Allah ﷻ semuanya itu bukan perkara sukar. Di bumi itu sendiri Allah ﷻ memancangkan gunung-gunung yang di dalamnya ada api. Buat menyalakan api di atas beberapa gunung disediakan belerang, di bawah dasar bumi disediakan gas, bensin buat menyalakan dan memperluas pembakaran.
Ayat ini amat penting diingatkan kepada manusia yang kadang-kadang timbul sombong, merasa dirinya kuasa, merasa dirinya dapat menguasai alam. Maka dengan menyebutkan hal itu dalam ayat ini, mudah-mudahan manusia sadar akan dirinya bahwa hidupnya di dunia ini semata-mata berdasar kepada belas kasihan Allah, lain tidak. Sehingga tersebut di dalam setengah doa yang ma'tsur dari Rasulullah,
“Rabbi! Tidaklah ada tempat perlindungan dan tempat membebaskan diri dari murka Engkau, melainkan pulang kepada Engkau jua."
DOSA PIKUL SENDIRI-SENDIRI
Ayat 18
“Dan tidaklah seorang yang berdosa akan memikul dosa orang lain."
Bagaimanapun besar dosa dan kesalahan seseorang, namun dosa orang lain, kesalahan yang diperbuat orang lain, tidaklah akan dipikulkan pula kepada dirinya. “Dan jika memanggil seorang yang berat memikul dosa kepada orang lain buat memikulnya, tidaklah akan dapat dipikulkan kepadanya sedikit pun." Ayat ini adalah memupuk tanggung jawab dalam jiwa manusia yang beriman. Ajaran Islam tidak serupa dengan ajaran jahiliyyah yang mengatakan, bahwa orang lain dapat memikul dosa seseorang, dengan misalnya meng-upahkan atau membayar kepadanya agar dia sudi mengambii alih sebagian dari dosa itu supaya si berdosa pertama dapat keringanan sedikit.
Di lanjutan ayat dijelaskan, “Walaupun adalah orang itu kaum kerabatnya
Di dalam Al-Qur'an berkali-kali hal ini telah diterangkan, baik beberapa ketentuan hukum, atau cerita perbandingan. Nuh mengajak anaknya'sama-sama naik perahu. Anak itu tidak mau. Sebab itu dia pun turut tenggelam. Setelah perahu selamat berlabuh karena air telah susut, Nabi Nuh memohonkan penjelasan kepada Allah ﷻ apa yang dimaksud dengan ahli engkau, karena Nabi Nuh disuruh Allah membawa binatang-binatang sepasang-sepa-sang masuk bahtera Nuh itu dan supaya dibawa juga ahli engkau.
Lalu Nuh bertanya, “Bukankah anakku itu ahliku?"
Allah ﷻ menjawab dengan tegas, “Dia bukan ahli engkau, karena dia beramal yang tidak saleh." (Lihat surah Huud, ayat 46).
Diterangkan Allah ﷻ juga bahwa Ibrahim pun tidak dapat menolong ayahnya, bahkan memintakan ampun buat ayahnya pun tidak bisa, karena ayahnya itu nyata mendurhakai Allah ﷻ Sehingga terpaksa Ibrahim hijrah dari ayahnya. (Lihat surah Maryam ayat 41 sampai 48).
Istri Nabi Luth pun terpaksa ditinggalkan ketika negeri Sadum (Sodom) hendak di-hancurkan sehingga turut terbakar dengan kaumnya, karena tidak mengikuti Nabi Luth.
Nabi kita Muhammad ﷺ pun membujuk pamannya yang sangat disayanginya dan menyayanginya, yaitu Abu Thalib, agar di dekat akan mengembuskan napas penghabisan pa-mannya itu menyatakan Islam, namun pamannya tetap setia kepada agama jahiliyyah pusaka nenek moyangnya. Sampai meninggalnya, pamannya tidak meninggal dalam Islam. Hati Nabi sedih, tetapi kesedihan Nabi tidaklah mengubah hukum.
Sebab itu janganlah diukur peraturan Islam yang dari Allah ﷻ ini dengan per-aturan buatan manusia, yang keras menegakkan keadilan untuk menghukum orang lain, namun keluarga terdekat dari yang berkuasa mendapat kemudahan luar biasa, dapat berbuat sesuka hati dan tidak ada orang yang dapat membantah.
Demikian juga sebaliknya di dalam mengejar pendekatan diri kepada Allah. Semua orang yang beriman dianjurkan mendekati Allah SWT, menegakkan iman dan takwa, agar mendapat pangkat jadi auliaa Allah atau Waliullah. Maka tidaklah Islam menyuruh umatnya supaya menumpang saja pada biduk Waliullah itu, meminta saja kepada Waliullah itu, memuja pergi ke kuburnya sebab dia Waliullah, bahwa Islam menganjurkan supaya setiap orang berikhtiar sendiri, beriman, beramal dan berjihad agar dia mendapat tempat jadi WaliuUah, diangkat sendiri oleh Allah ﷻ jadi wali-Nya. Bukan jadi hamba dari wali-wali Allah yang telah ada.
“Sesungguhnya orang-orang yang dapat engkau beri peringatan hanyalah orang-orang yang takut kepada Tuhan mereka di dalam gaib." Takut kepada Allah ﷻ mereka di dalam gaib adalah dua maksudnya. Pertama mereka takut kepada Allah SWT, meskipun Allah itu gaib dari mata mereka, tidak dapat disaksikan dengan pancaindra mereka. Namun mereka percaya bahwa Allah ﷻ yang tidak kelihatan itu pasti melihat mereka. Tafsir ini sesuai dengan apa yang disebut oleh Rasulullah ﷺ dengan ihsan,
“Al-ihsan ialah bahwa kamu memperhambakan diri kepada Allah seakan-akan kamu melihat Dia. Maka meskipun kamu tidak melihat Dia, namun Dia pasti melihat engkau." (HR Bukhari dan Muslim. Hadits Shahih)
Tafsir kedua ialah meskipun dalam keadaan seorang diri, gaib dari pandangan orang lain, namun dia tetap takut kepada Allah. Seumpama orang yang bangun seorang diri tengah malam melakukan shalat tahajud, meskipun orang lain sedang tidur nyenyak, sehingga dia beribadah kepada Allah ﷻ tidak mengharapkan dilihat oleh orang lain, hanya Allah saja yang mellihat.
Maka di ayat ini dijelaskan bahwa orang seperti inilah yang akan mudah menerima peringatan dan petunjuk dari Nabi ﷺ “Dan mereka mendirikan shalat." Shalat adalah bukti nyata dari kepercayaan kepada Allah ﷻ Shalat bukti pula dari orang yang mudah diberi pengajaran.
“Dan barangsiapa yang menyucikan," yaitu selalu berusaha membersihkan diri dari perangai-perangai tercela dan membersihkan diri dari kemusyrikan, “Lain tidak yang disuci-kannya ialah dirinya sendiri “ Artinya bahwa yang akan beruntung adalah dia sendiri bukan orang lain.
“Dan kepada Allah-lah semua kembali."
Ini diperingatkan di ujung ayat, agar manusia jangan lupa tujuan hidupnya agar tidak membuang-buang waktu pada yang tidak berfaedah.