Ayat
Terjemahan Per Kata
قُلۡ
katakanlah
إِنَّ
sesungguhnya
رَبِّي
Tuhanku
يَقۡذِفُ
Dia memasukkan/mewahyukan
بِٱلۡحَقِّ
dengan kebenaran
عَلَّـٰمُ
Maha Mengetahui
ٱلۡغُيُوبِ
segala yang gaib
قُلۡ
katakanlah
إِنَّ
sesungguhnya
رَبِّي
Tuhanku
يَقۡذِفُ
Dia memasukkan/mewahyukan
بِٱلۡحَقِّ
dengan kebenaran
عَلَّـٰمُ
Maha Mengetahui
ٱلۡغُيُوبِ
segala yang gaib
Terjemahan
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Sesungguhnya Tuhanku melempar (kebatilan) dengan kebenaran. Dia Maha Mengetahui segala yang gaib.”
Tafsir
(Katakanlah! "Sesungguhnya Rabbku mewahyukan kebenaran) yakni menyampaikannya kepada nabi-nabi-Nya (Dia Maha Mengetahui segala yang gaib") semua apa yang gaib dari makhluk-Nya baik yang di langit maupun yang di bumi.
Tafsir Surat Al-Saba': 47-50
Katakanlah, "Upah apapun yang aku minta kepadamu, maka itu untuk kamu. Upahku hanyalah dari Allah dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. Katakanlah, "Sesungguhnya Tuhanku mewahyukan kebenaran. Dia Maha Mengetahui segala yang gaib. Katakanlah, "Kebenaran telah datang dan yang batil itu tidak akan memulai dan tidak (pula) akan mengulangi. Katakanlah, "Jika aku sesat, maka sesungguhnya aku sesat atas kemudaratan diriku sendiri; dan jika aku mendapat petunjuk maka itu adalah disebabkan apa yang diwahyukan Tuhanku kepadaku.
Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Mahadekat" Allah ﷻ memerintahkan kepada Rasul-Nya untuk mengatakan kepada orang-orang musyrik: Upah apapun yang aku minta kepadamu, maka itu untuk kamu. (Saba: 47) Maksudnya, aku tidak menginginkan dari kalian upah dan pemberian apapun sebagai imbalan dari penyampaian risalah Allah ﷻ ini kepada kalian, tidak (pula) untuk peringatanku kepada kalian dan perintahku kepada kalian untuk menyembah Allah. Upahku hanyalah dari Allah. (Saba: 47) Yakni sesungguhnya aku hanya memohon pahala hal tersebut dari sisi Allah dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. (Saba: 47) Dia mengetahui semua urusan yang sedang kulakukan dalam menjalankan tugas risalah dari-Nya untuk kusampaikan kepada kalian, dan Dia mengetahui pula apa yang sedang kalian kerjakan.
Firman Allah ﷻ: Katakanlah, Sesungguhnya Tuhanku mewahyukan kebenaran. Dia Maha Mengetahui segala yang gaib. (Saba: 48) Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya: Yang mengutus Jibril dengan (membawa) perintah-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya. (Al-Mu-min: 15) Allah ﷻ mengutus malaikat-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya yang ada di bumi, dan Dia Maha Mengetahui yang gaib. Maka tiada sesuatu pun yang tersembunyi bagi-Nya, baik yang ada di bumi maupun yang ada di langit. Firman Allah ﷻ: Katakanlah, "Kebenaran telah datang dan yang batil itu tidak akan memulai dan tidak (pula) akan mengulangi. (Saba: 49) Yaitu telah datang perkara hak dari Allah dan syariat yang besar.
Maka pastilah kebatilan itu akan pudar, surut dan menghilang. Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Sebenarnya Kami melontarkan yang hak kepada yang batil, lalu yang hak itu menghancurkannya, maka dengan serta merta yang batil itu lenyap. (Al-Anbiya: 18) Karena itulah ketika Rasulullah ﷺ memasuki Masjidil Haram pada hari jatuhnya kota Mekah, dan beliau melihat banyak berhala yang dipasang di sekeliling Ka'bah, lalu beliau mendorong sebagian dari berhala itu dengan busurnya seraya membaca firman-Nya: Dan katakanlah, "Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap.
Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap. (Al-Isra: 81) Katakanlah, "Kebenaran lelah datang dan yang batil itu tidak akan memulai dan tidak (pula) akan mengulangi. (Saba: 49) Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Turmuzi, dan Imam Nasai sehubungan dengan tafsir ayat ini; mereka semuanya meriwayatkannya melalui hadis As-Sauri, dari Ibnu Abu Najih, dari Mujahid, dari Abu Ma'mar alias Abdullah ibnu Sahlrah, dari Ibnu Mas'ud r.a. Makna yang dimaksud ialah kebatilan itu pasti akan lenyap, tidak akan kembali lagi, serta tidak mempunyai kepemimpinan lagi, sesudah datangnya perkara hak.
Qatadah dan As-Saddi menduga bahwa makna yang dimaksud dengan batil dalam ayat ini adalah iblis. Dengan kata lain, dapat disebutkan bahwa iblis itu tidak dapat menciptakan satu orang pun dan tidak dapat menghidupkannya kembali, serta tidak akan mampu melakukan semuanya itu. Sekalipun artinya benar, tetapi bukan makna yang dimaksud dalam ayat ini; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Firman Allah ﷻ: Katakanlah, "Jika aku sesat, maka sesungguhnya aku sesat atas kemudaratan diriku sendiri. Dan jika aku mendapat petunjuk, maka itu adalah disebabkan apa yang diwahyukan Tuhanku kepadaku. (Saba: 50) Yakni kebaikan itu semuanya dari sisi Allah melalui apa yang diturunkan oleh-Nya berupa wahyu dan kebenaran yang jelas yang di dalamnya terkandung petunjuk, penjelasan, dan bimbingan. Dan barang siapa yang sesat, maka sesungguhnya kemudaratan kesesatannya itu hanya akan menimpa dirinya sendiri karena ulahnya sendiri.
Abdullah ibnu Mas'ud r.a. ketika ditanya tentang suatu masalah yang berkaitan dengan Mufawwidah mengatakan, "Aku akan menjawab menurut pendapatku sendiri. Jika benar, berarti dari sisi Allah. Dan jika keliru, maka dari sisiku dan dari setan, sedangkan Allah dan Rasul-Nya berlepas diri dari pendapatku yang keliru itu." Firman Allah ﷻ: Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Mahadekat. (Saba: 50) Allah Maha mendengar semua ucapan hamba-hamba-Nya, lagi Mahadekat yang karenanya Dia memperkenankan doa orang yang memohon kepada-Nya. Sehubungan dengan hal ini Imam Nasai telah meriwayatkan sebuah hadis dari Abu Musa r.a. yang terdapat di dalam kitab Sahihain pula, disebutkan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda (kepada para sahabatnya yang berzikir terlalu keras): ". Sesungguhnya kalian berseru (berdoa) bukan kepada Tuhan yang tuli dan bukan pula kepada Tuhan yang gaib, sesungguhnya kalian sedang berdoa kepada Tuhan Yang Maha Mendengar, Mahadekat, lagi Maha Memperkenankan (doa)."
Katakanlah, wahai Nabi Muhammad, 'Sesungguhnya Tuhanku mewahyukan kebenaran untuk menghapuskan kebatilan, sehingga kebatilan pasti akan musnah. Dia Maha Mengetahui segala yang gaib; tidak ada yang tersembunyi bagi Allah. '49. Katakanlah, 'Kebenaran, yakni Islam, telah datang dan yang batil itu, yakni kekufuran yang selama ini kamu pertahankan, pasti akan sirna. Seiring kedatangan Islam, kemusyrikan tidak akan memulai, dalam arti tidak akan tampil dalam bentuk yang baru, dan tidak pula akan mengulangi kembali dalam bentuk yang lama. ' Kebenaran pasti akan menang dan kebatilan pasti akan musnah.
Selanjutnya Nabi Muhammad diminta oleh Allah menegaskan kepada kaum kafir bahwa Allah selalu melontarkan kebenaran, yaitu menanamkan wahyu-Nya, ke dalam hati para rasul-Nya. Hal itu juga sebagaimana difirmankan-Nya dalam ayat lain:
(Dialah) Yang Mahatinggi derajat-Nya, yang memiliki Arsy, yang menurunkan wahyu dengan perintah-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya, agar memperingatkan (manusia) tentang hari pertemuan (hari Kiamat). (al-Mu'min/40: 15)
Rasul-rasul itu adalah orang-orang yang dipilih Allah. Ia Maha Mengetahui siapa yang pantas untuk dipilih-Nya. Dengan demikian, manusia tidak berwenang mempersoalkannya, sebagaimana difirmankan-Nya:
Dan apabila datang suatu ayat kepada mereka, mereka berkata, "Kami tidak akan percaya (beriman) sebelum diberikan kepada kami seperti apa yang diberikan kepada rasul-rasul Allah." Allah lebih mengetahui di mana Dia menempatkan tugas kerasulan-Nya. Orang-orang yang berdosa, nanti akan ditimpa kehinaan di sisi Allah dan azab yang keras karena tipu daya yang mereka lakukan. (al-An'am/6: 124)
Karena wahyu itu dari Allah dan yang menerimanya adalah orang-orang yang terpilih, maka rasul-rasul itu pasti pula benar. Begitu juga ajaran-ajaran yang disampaikannya, sehingga manusia tidak selayaknya membantahnya.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
LANDASAN DAKWAH ISLAMIYAH
Dalam lima ayat ini, ayat 46 sampai 50 dimulai Allah ﷻ dengan ucapan, “Katakanlah! “ Yaitu sebagai bimbingan kepada Utusan-Nya dalam menghadapi manusia, terutama kaumnya sebagai landasan pertama dan dakwah Islam ini.
Ayat 46
“Katakanlah! Hanya satu saja nasihat yang akan aku berikan kepadamu."
Sebagai inti atau puncak dari segala se-ruan dan dakwah, “(yaitu) bahwa kamu menghadap Allah berdua-dua dan sendiri-sendiri." Dalam ayat ini terkandung anjuran kepada pribadi mereka masing-masing seketika mereka tersisih dari kelompok orang banyak.
Di hadapan orang banyak pemimpin-pemimpin Quraisy telah menyebarkan propa-ganda bahwa Al-Qur'an yang dibawa oleh Muhammad ﷺ itu adalah usahanya hendak merintangi mereka dari menyembah apa yang disembah nenek moyang, kemudian dituduh pula bahwa Al-Qur'an itu hanya dusta yang dikarang-karang saja oleh Muhammad, dan ketiga dituduh bahwa anjuran Muhammad itu hanyalah sihir yang nyata.
Di sini Nabi disuruh Allah menganjurkan orang-orang itu supaya berpikir sendiri-sendiri, direnungkan dan tinjau ke dalam hati sendiri. Sebab seluruh kaum itu tetap percaya kepada Allah Yang Esa. Mereka menyembah berhala hanyalah sebagai perantara saja. Dalam anjuran Nabi ini mereka disuruh berdua-dua atau sendiri-sendiri menghadap langsung kepada Allah. Tinggalkan pengaruh yang lain.
Dalam ayat disuruh terlebih dahulu memusatkan persembahan semata-mata kepada Allah itu ialah berdua-dua. Artinya ajaklah seorang teman yang dekat mengadakan per-tukaran pikiran dan persamaan paham. Dengan cara demikianlah akan sama terbebaslah diri dan teman dari pengaruh orang banyak yang sedang dihasut dengan propaganda yang bukan-bukan, sampai menuduh Nabi Muhammad ﷺ itu gila."Kemudian itu hendaklah kamu pikirkan/'yaitu setelah menghadap seluruh ingatan kepada Allah Yang Maha Tunggal Pencipta Alam hendaklah berpikir lagi. Pikirkan segala butir kata dan seruan, ajakan, dan dakwah yang disampaikan oleh Muhammad kepada kamu, sejak ayat-ayat pertama mulai turun sampai sekarang. Niscaya pikiranmu yang jernih dan tidak terpengaruh itu akan dapat mengambil kesimpulan, “Tidaklah ada pada teman kamu itu sakit gila." Tidaklah mungkin butir kata yang begitu mendalam akan timbul dari pikiran orang gila.
“Dianya lain tidak hanyalah menjadi Pengancam bagi kamu di hadapan adzab
yang sangat."
Tidak! Kawanmu itu bukan orang gila. Dia adalah laksana seorang yang keluar tengah malam dari dalam rumahnya karena merasa sangat panas. Lalu dibukanya jendela dan melihat keluar. Tiba-tiba kelihatan olehnya api menyala-nyala meninggi pada dapur rumah tetanggannya, namun tetangga itu masih nyenyak tidur. Lalu dia bersorak-sorak, “Api! Api!" agar orang di kiri kanan, terutama yang sedang terancam bahaya supaya segera bangun me-madamkan api itu.
Ayat 47
“Katakanlah, upah yang aku minta dari kamu maka dia adalah untuk kamu jua."
Ayat ini bukanlah berarti bahwa Rasulullah ﷺ meminta upah dari mereka dalam beliau melakukan dakwah. Ibarat kata ini ialah bantahan dan tangkisan kepada mereka yang menilai dakwah Rasul akan meminta “persen" atau balas jasa. Kepada orang seperti ini Nabi disuruh mengatakan kata sebagaimana itu, yang berarti, “Simpanlah yang kamu sangka akan aku minta itu buat keperluanmu sendiri." Upahku sendiri lain tidak adalah terserah kepada Allah." Yang mengutus aku menjadi rasul adalah Allah sendiri. Sebab itu maka hidupku dan matiku, jaminan hidupku dan keselamatanku adalah dari Allah semata-mata. Jangan kamu menyangka aku mengharapkan apa-apa dari kalian. Harapanku hanya kalian berbahagia, selamat dunia dan akhirat.
“Dan Dia atas segala sesuatu adalah menyaksikan."
Perjuanganku menegakkan dakwah kepada kamu, sanggahan kamu terhadap seruan-ku, ataupun penerimaan kamu dengan baik, semuanya di bawah kesaksian Allah sematamata.
Ayat 48
“Katakanlah, “Sesungguhnya Tuhankulah yang melempankan dengan kebenanan."
Dan lemparan Allah ﷻ itu adalah jitu selalu, apatah yang Allah lemparkan itu kebenaran pula. Maksud pelemparan di sini ialah untuk menghancurkan pertahanan dari perkara yang batil, pendirian yang salah. Dia dilempar oleh Allah ﷻ dengan kebenaran, sehingga pertahanan yang batil itu runtuh tidak dapat bangun lagi. Di ujung ayat disebut sifat Allah SWT, yaitu “'Allamul Ghuyuub “. Allah Yang Maha Mengetahui akan segala yang gaib, sehingga kemungkaran dan kebatilan itu tidak dapat dilindung-lindungi dan disembunyikan.
Ayat 49
“Katakanlah, “Yang benar sudah datang “
Diumpamakan orang sedang ribut-ribut, kacau-balau pada sebuah negeri karena pemimpin sejati tidak ada, hanya pengadu-pengadu untung yang berebut-rebut hendak jadi pemimpin, maka tiba-tiba datanglah berita bahwa Sang Kebenaran telah datang. Meskipun dia belum muncul, masih di tengah perjalanan, maka si batil dan si pengacau pengadu untung itu dengan sendirinya kehilangan tenaga buat melawan. Mereka hilang satu demi satu, dan tidak kelihatan mata hidungnya lagi, “Dan tidaklah yang batil akan bermulai, “ tidaklah akan berhasil kalau masih ada percobaan hendak menyusun kebatilan yang baru, buat menandingi atau mengalahkan kebenaran yang telah datang itu.
“Dan tidaklah dia akan kembali."
Bilamana Islam sebagai kebenaran yang mutlak telah datang, maka daulah kebatilan berhala dengan sendirinya telah hancur dan pasti kalah. Akan menegakkan keberhalaan yang baru sebagai ganti yang lama, tidaklah akan berhasil. Demikian pun buat mengulangi kembali keberhalaan yang runtuh sampai sebagaimana dahulu tidaklah akan tercapai lagi.
Ayat 50
“Katakanlah, “Jika aku tersesat, maka tidak lain kesesatanku itu hanyalah untuk diriku."
Timbul bimbingan Allah ﷻ memberikan tangkisan seperti ini kepada Rasul-Nya ialah karena pasti ada pula di antara musyrikin itu yang mengatakan bahwa Nabi telah tersesat jalan, karena dia telah meninggalkan agama dan tradisi yang telah diterima dari nenek moyang. Dia telah menantang kebiasaan orang banyak. Nabi disuruh menjawab, bahwa kalau langkahku itu kamu namai tersesat, yang demikian adalah tanggung jawabku. “Dan jika aku mendapat petunjuk," sehingga jalan yang aku tempuh itu berhasil dengan baik, “Maka itu adalah dengan sebab apa yang diwahyukan kepadaku oleh Tuhanku." Sama sekali ini adalah berkah dan bimbingan Allah SWT, pimpinan-Nya dan petunjuk yang Dia berikan. “Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengarmaka didengar-Nyalah segala keluhan dan permohonanku. Didengar-Nya pula jika aku terkhilaf mengucapkan kata, lalu ditegurnya,
“Mahadekat."
Sehingga jika aku memohonkan pertolongan di saat itu juga permohonanku Dia ka-bulkan. Dia dekat, Dia menjaga, memelihara, memberikan perlindungan. Dia dekat, sehingga segala bahaya yang akan menimpa kepada Rasul-Nya dan kepada segala umat yang berjuang dengan ikhlas, akan mendapat per-lindungan-Nya. Dan karena Allah itu dekat adanya, baik Rasul atau orang-orang yang mengikuti jejaknya, selalu berhati-hati dalam hidup, jangan sampai melanggar larangan-Nya dan melalaikan apa yang Dia perintahkan.