Ayat
Terjemahan Per Kata
قَالُواْ
mereka berkata
سُبۡحَٰنَكَ
Maha Suci Engkau
أَنتَ
Engkau
وَلِيُّنَا
pelindung kami
مِن
dari
دُونِهِمۖ
selain/bukan mereka
بَلۡ
bahkan
كَانُواْ
adalah mereka
يَعۡبُدُونَ
mereka menyembah
ٱلۡجِنَّۖ
jin
أَكۡثَرُهُم
kebanyakan mereka
بِهِم
pada mereka (jin itu)
مُّؤۡمِنُونَ
orang-orang yang beriman
قَالُواْ
mereka berkata
سُبۡحَٰنَكَ
Maha Suci Engkau
أَنتَ
Engkau
وَلِيُّنَا
pelindung kami
مِن
dari
دُونِهِمۖ
selain/bukan mereka
بَلۡ
bahkan
كَانُواْ
adalah mereka
يَعۡبُدُونَ
mereka menyembah
ٱلۡجِنَّۖ
jin
أَكۡثَرُهُم
kebanyakan mereka
بِهِم
pada mereka (jin itu)
مُّؤۡمِنُونَ
orang-orang yang beriman
Terjemahan
Malaikat menjawab, “Mahasuci Engkau. Engkaulah pelindung kami, bukan mereka. Sebenarnya, mereka selalu menyembah jin (dan) kebanyakan mereka beriman kepadanya.”
Tafsir
(Malaikat-malaikat itu menjawab, "Maha Suci Engkau) dari semua sekutu (Engkaulah Pelindung kami, bukan mereka") maksudnya tidak ada saling lindung-melindungi antara kami dan mereka dari pihak kami (bahkan) lafal Bal di sini menunjukkan makna Intiqal, yakni sebenarnya (mereka telah menyembah jin) setan-setan, yaitu mereka menaati setan-setan yang menyuruh mereka untuk menyembah kami (kebanyakan mereka beriman kepada jin) yakni mereka selalu mempercayai apa yang dikatakan oleh jin kepada mereka.
Tafsir Surat Al-Saba': 40-42
Dan (ingatlah) hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka semuanya, kemudian Allah berfirman kepada malaikat, "Apakah mereka ini dahulu menyembah kamu? Malaikat-malaikat itu menjawab, "Mahasuci Engkau, Engkaulah Pelindung kami, bukan mereka; bahkan mereka telah menyembah jin; kebanyakan mereka beriman kepada jin itu. Maka pada hari ini sebagian kamu tidak berkuasa (untuk memberikan) kemanfaatan dan tidak pula kemudaratan kepada sebagian yang lain. Dan Kami katakan kepada orang-orang yang zalim, "Rasakanlah olehmu azab neraka yang dahulunya kamu dustakan itu.
Allah ﷻ menceritakan bahwa kelak di hari kiamat Dia mengecam kaum musyrik di hadapan semua makhluk. Untuk itu Allah menanyai para malaikat yang dahulunya dijadikan oleh orang-orang musyrik sebagai sembahan-sembahan mereka, yang dianggap oleh kaum musyrik bahwa para malaikat itu dapat mendekatkan diri mereka kepada Allah ﷻ dan sebagai sekutu-sekutu Allah. Maka Allah ﷻ berfirman kepada para malaikat: Apakah mereka ini dahulu menyembah kamu? (Saba: 40) Maksudnya, kaliankah yang memerintahkan mereka untuk menyembah kalian, sebagaimana yang dijelaskan dalam surat Al-Furqan melalui firman-Nya: Apakah kamu yang menyesatkan hamba-hamba-Ku itu, atau mereka sendiri yang sesat dari jalan (yang benar)? (Al-Furqan: 17) Dan sebagaimana yang difirmankan oleh Allah ﷻ kepada Nabi Isa a.s.: "Apakah kamu pernah mengatakan kepada manusia, "Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah? Isa menjawab, "Mahasuci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya)" (Al-Maidah: 116) Hal yang sama dikatakan oleh jawaban para malaikat dalam surat ini, yaitu: Mahasuci Engkau. (Saba: 41) Yakni Mahatinggi lagi Mahasuci Engkau, bila dikatakan ada tuhan lain selain Engkau.
Engkaulah Pelindung kami, bukan mereka. (Saba: 41) Artinya, kami adalah hamba-hamba-Mu dan berlepas diri kepada-Mu dari apa yang dilakukan oleh mereka. bahkan mereka telah menyembah jin. (Saba: 41) Yakni menyembah setan-setan, karena setan-setanlah yang membujuk mereka untuk menyembah berhala-berhala sebagai perbuatan yang baik, dan setan-setanlah yang telah menyesatkan mereka. kebanyakan mereka beriman kepada jin itu. (Saba: 41) Semakna dengan apa yang telah disebutkan oleh firman-Nya: Yang mereka sembah selain Allah itu tidak lain hanyalah berhala, dan (dengan menyembah berhala itu) mereka tidak lain hanyalah menyembah setan yang durhaka, yang dilaknati Allah. (An-Nisa: 117-118) Adapun firman Allah ﷻ: Maka pada hari ini sebagian kamu tidak berkuasa (untuk memberikan) kemanfaatan dan tidak pula kemudaratan kepada sebagian yang lain. (Saba: 42) Yakni kalian tidak akan memperoleh manfaat dari berhala-berhala yang kalian harap-harapkan dan kalian seru mereka di saat kalian mendapat musibah, sebagaimana kalian menyeru Tuhan kalian yang sebenarnya.
Pada hari ini mereka tidak dapat memiliki manfaat atau mudarat bagi kalian. Dan Kami katakan kepada orang-orang yang zalim (kaum musyrik), "Rasakanlah olehmu azab neraka yang dahulunya kamu dustakan itu. (Saba: 42) Hal ini dikatakan kepada mereka sebagai kecaman dan cemoohan"
Para malaikat itu menjawab, 'Mahasuci Engkau. Engkaulah pelindung dan sembahan kami, bukan mereka. Kami terbebas dari apa yang mereka kerjakan, bahkan mereka telah menyembah jin yang durhaka, yaitu setan, dan kebanyakan mereka beriman kepada jin itu. ' Hal ini terbukti dengan banyaknya orang yang durhaka kepada Allah akibat tergoda rayuan setan. 42. Maka pada hari Kiamat ini sebagian kamu yang disembah maupun yang menyembah, sama-sama tidak kuasa mendatangkan manfaat bagi yang lain maupun menolak mudarat dari sebagian yang lain. Dan Kami katakan kepada orang-orang yang zalim, yakni yang menyembah selain Allah, 'Rasakanlah olehmu azab neraka yang dahulu kamu dustakan. '.
Para malaikat itu menjawab bahwa mereka tidak pernah meminta demikian, bahkan mereka menyucikan Allah dari adanya sembahan-sembahan selain-Nya. Mereka sendiri mempertuhankan Allah dan memohon perlindungan dari-Nya, sehingga bagaimana mungkin mereka meminta manusia untuk menyembahnya. Mereka menjelaskan bahwa yang selalu menyesatkan manusia adalah jin atau setan. Dengan demikian, manusia sesungguhnya keliru ketika menyangka bahwa mereka menyembah malaikat, karena yang mereka sembah adalah jin atau setan. Sebagian besar manusia yang menyembah jin atau setan itu benar-benar percaya bahwa jin atau setan itulah yang menentukan kehidupan manusia sehingga mempertuhankannya.
Di dalam ayat lain diterangkan bahwa di antara yang ditanya Allah apakah ia pernah meminta manusia untuk menyembahnya adalah Nabi Isa a.s. Beliau pun mengingkarinya seraya menegaskan bahwa ia justru meminta mereka untuk menyembah Allah, sebagaimana diungkapkan ayat berikut:
Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman, "Wahai Isa putra Maryam! Engkaukah yang mengatakan kepada orang-orang, jadikanlah aku dan ibuku sebagai dua tuhan selain Allah?" (Isa) menjawab, "Mahasuci Engkau, tidak patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku. Jika aku pernah mengatakannya tentulah Engkau telah mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada-Mu. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mengetahui segala yang gaib." Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (yaitu), "Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu," dan aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di tengah-tengah mereka. Maka setelah Engkau mewafatkan aku, Engkaulah yang mengawasi mereka. Dan Engkaulah Yang Maha Menyaksikan atas segala sesuatu. (al-Ma'idah./5: 116-117).
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 40
“Dan (ingatlah) akan hari yang mereka akan dikumpulkan semuanya."
Tidak ada yang ketinggalan dan tidak ada yang dapat menyembunyikan diri atau mengelak.
“Kemudian Dia," yaitu Allah Yang Mahakuasa, “akan bertitah kepada sekalian malaikat, “Apakah orang-orang menyembah kepada kamu?"
Artinya pernahkah kalian menyuruh mereka itu menyembah kepada kalian?
Ini semua menunjukkan bahwa Allah tidak sekali-kali suka jika Dia dipersekutukan dengan yang lain, walaupun dengan malaikat-malaikat, ataupun dengan nabi-nabi-Nya.
“Berkata mereka, “Mahasuci Engkau.
Ayat 41
Engkaulah Pelindung kami, bukan mereka."
Malaikat menjawab “Mahasuci Engkau." Artinya Mahatinggi dan tidaklah mungkin bagi Engkau sekutu yang lain. Yang Tuhan hanya Engkau sendiri. “Bahkan adalah mereka itu menyembah jin." Karena semua kesesatan ini adalah anjuran jin belaka, anjuran setan dan Iblis. Karena semua setan dan Iblis itu adalah keturunan jin. Bujukan, perdayaan, rayuan dan ajakan jin itulah yang mereka turuti sehingga mereka tersesat.
“Kebanyakan mereka itu percaya kepada mereka."
Kebanyakan mereka yang musyrik itu lebih percaya kepada jin. Maka kehendak jin itulah yang mereka turuti. Mereka tidak insaf akan harga diri mereka sebagai manusia, yaitu makhluk yang dimuliakan oleh Allah dan dilebihkan dari sekalian makhluk yang lain, termasuk jin itu sendiri.
Ayat 42
“Maka pada hari ini tidaklah berkuasa setengah kamu terhadap yang setengah, untuk memberi manfaat dan tidak pula untuk memberi mudharat."
Artinya bilamana pada hari Kiamat itu, tidaklah satu dengan lain mempunyai kuasa buat memberikan manfaat dan mudharat. Malaikat tidak dapat menolong manusia dengan suatu kemanfaatan atau menjatuhkan bahaya yang mudharat. Jin pun tidak, sesama manusia pun tidak. Sedangkan di atas dunia ini lagi tidak berkuasa makhluk mendatangkan manfaat dan mudharat kepada sesamanya manusia, kalau tidak dengan izin Allah Ta'aala, kononlah di akhirat.
“Dan Kami katakan kepada orang-orang yang zalim, “Rasakanlah olehmu adzab neraka yang telah kamu dustakan terhadapnya."
Mereka dustakan sejak seketika mereka masih berada di dunia.
Ayat 43
“Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang cukup penjelasan."
Ayat-ayat Allah yang dibacakan kepada mereka itu ialah Al-Qur'an dan yang mem-bacakannya itu ialah Rasulullah sendiri. Isinya cukup jelas, memakai bahasa mereka sendiri, bahasa Quraisy. “Mereka berkata, “Orang ini tidak lain hanyalah seorang laki-laki yang hendak menghalangi kamu dari apa yang disembah oleh nenek moyang kamu." Inilah anggapan mereka terhadap Nabi Muhammad ﷺ Yaitu bahwa isi Al-Qur'an yang dibacakan Nabi kepada mereka, yang menyeru mereka agar meninggalkan menyembah berhala dan kembali kepada pokok asli agama, yaitu mengakui Keesaan Allah (tauhid), mereka anggaplah bahwa Nabi itu berusaha hendak mengubah adat pusaka yang telah diterima turun-temurun dari nenek moyang. Penyembahan berhala telah mendarah daging. Meninggalkan kebiasaan itu berarti mengubah petua dan pusaka nenek moyang.
“Dan mereka berkata, ‘ini tidak lain daripada kebohongan yang dibuat-buat." Tang-gapan mereka yang kedua ialah Al-Qur'an itu hanyalah kata-kata bohong yang dibuat-buat, dikarang-karang saja oleh Muhammad ﷺ, tidak sebenar turun dari Allah. Sesudah itu datang pula tanggap buruk yang ketiga.
“Dan berkata orang-orang yang kafir itu terhadap kebenaran tatkala dia datang kepada mereka, “Ini tidak lain dari sihir yang nyata."
Inilah tuduhan ketiga, yaitu bahwa segala seruan yang dibawa oleh Nabi ﷺ hanya sihir belaka untuk memukau mereka, untuk memalingkan mereka dari kebisingan yang mereka pakai selama ini, untuk mengacaukan hubungan mereka dengan adat istiadat, pusaka dan tradisi yang telah diterima dari nenek moyang. Oleh sebab dia ini adalah semacam sihir yang sangat nyata, hendaklah orang pada menjauh dari Muhammad ﷺ, jangan mendekat dan jangan berhubungan.
Perkataan Al-Qur'an itu memang hebat, memukau dan memikat. Sebab dia adalah kebenaran. Dia membuka mata yang selama ini tertutup. Dia membuka pikiran yang selama ini terbelenggu. Dia diturunkan di dalam bahasa mereka sendiri. Asal ada yang mendekat dan memerhatikan pasti kena. Sebab dia mengetuk hati dan perasaan, mengetuk akal buat berpikir. Sebab itu maka jalan yang sebaik-baiknya untuk menjaga para pengikut jangan sampai tertarik mendekati Muhammad ialah menuduh bahwa yang dibawanya ini adalah sihir semata.
Tiga macam tuduhan, habis satu diiringi oleh yang lain. Pertama, kedatangannya akan menghambat kamu dari menyembah apa yang disembah nenek moyangmu. Kedua, ucapannya hanyalah bohong yang dibuat-buat dan dikarang-karang. Tetapi akhirnya, yang ketiga, lebih keras lagi, tidak cukup hanya tuduhan kabar bohong dibuat-buat, bahkan sihir yang nyata.
Bagaimana nyatanya?
Mereka sendiri tidak tahu!
Lalu dibukalah oleh Al-Qur'an rahasia mereka, yaitu bahwa mereka itu kosong. Belum pernah mendapat tuntunan hidup yang sejati sejak semula.
Ayat 44
“Dan tidaklah Kami pennah memberikan kepada mereka sebatang kitab pun untuk mereka pelajari. ‘‘
Yaitu bahwa mereka, orang Arab umumnya dan Quraisy khususnya, yang berdiam beberapa keturunan (generasi) di negeri Mekah itu belum pernah menerima sebarang kitab suci pun. Mereka belum pernah menerima kitab suci, sebagaimana Taurat yang dibawakan Musa kepada Bani Israil atau Injil yang dibawa Nabi Isa bin Maryam.
Sejak Nabi Ibrahim dibantu oleh putranya, Isma'il diperintahkan Allah ﷻ mendirikan Ka'bah, tegasnya sesudah lsma'il, belum pernah ada kitab suci diturunkan di negeri itu.
“Dan tidaklah pernah Kami mengutus kepada mereka seorang Pengancam pun sebelum engkau."
Pendeknya bangsa Arab yang menduduki lembah yang tidak mempunyai tumbuh-tumbuhan itu, zaman perantaraan di antara Ibrahim dan lsma'il dengan bangkitnya Nabi Muhammad ﷺ adalah zaman yang kosong. Belum ada lagi tambahan keterangan. Setelah negeri itu dibuka oleh Nabi Ibrahim dan setelah Ka'bah beliau dirikan atas perintah Allah SWT, beliau berdoa kepada Allah SWT, agar di antara mereka dibangkitkan seorang Rasul dari kalangan mereka sendiri, yang akan membacakan ayat-ayat Allah kepada mereka dan mengajarkan kitab dan hikmah, dan agar hidup mereka disuci dan dibersihkan.
Ayat 45
“Dan telah mendustakan jua orang-orang yang sebelum mereka."
Firman Allah ﷻ ini adalah sebagai tasliyah, yaitu penawar hati bagi Nabi ﷺ, bahwa kalau sekarang kaumnya sendiri memungkiri dia, mendustakan dia, menolak seruan yang dia bawa, maka orang-orang terdahulu sebelum mereka, umat-umat yang didatangi oleh nabi-nabi yang dahulu pun telah mendustakan juga. Biasalah rupanya tiap-tiap seruan kepada perbaikan itu mendapat sanggahan yang keras dari orang yang bertahan pada yang lama. “Dan tidaklah mereka mencapai sepersepuluh dari yang Kami berikan kepada mereka." Ibnu Abbas menafsirkan, bahwa tidaklah sampai sepersepuluh dari kelebihan umat-umat yang terdahulu itu kelebihan yang dipunyai oleh musyrikin Quraisy. Kaum Tsamud, kaum ‘Ad, orang Madyan, orang Sadum (Sodom), dan lain-lain itu mempunyai kelebihan yang Quraisy hanya seperse-puluhnya, “Maka telah mereka dustakan rasul-rasul Kami." Lalu Allah memusnahkan mereka, ada yang musnah kena angin topan, ada yang musnah kena banjir, ada yang musnah terbakar habis, ada yang negerinya ditunggang-baiikkan,
“Maka betapa jadinya kemurkaan-Ku."
Binasa semua, hancur semua dan beberapa bekasnya masih dapat dilihat di zaman Nabi ﷺ oleh kafilah-kafilah perniagaan Quraisy yang lalu lintas ke utara (Syam) atau ke selatan (Yaman). Betapa jadinya kalau Allah ﷻ telah murka.