Ayat
Terjemahan Per Kata
وَقَالَ
dan berkata
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
كَفَرُواْ
kafir/ingkar
لَن
tidak
نُّؤۡمِنَ
kami beriman
بِهَٰذَا
dengan/kepada ini
ٱلۡقُرۡءَانِ
Al Qur'an
وَلَا
dan tidak
بِٱلَّذِي
dengan yang (Kitab)
بَيۡنَ
antara
يَدَيۡهِۗ
dihadapannya/sebelumnya
وَلَوۡ
dan kalau
تَرَىٰٓ
kamu melihat
إِذِ
ketika
ٱلظَّـٰلِمُونَ
orang-orang yang zalim
مَوۡقُوفُونَ
mereka berhenti/dihadapkan
عِندَ
di sisi/kepada
رَبِّهِمۡ
Tuhan mereka
يَرۡجِعُ
mengembalikan
بَعۡضُهُمۡ
sebagian mereka
إِلَىٰ
kepada
بَعۡضٍ
sebagian yang lain
ٱلۡقَوۡلَ
perkataan
يَقُولُ
berkata
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
ٱسۡتُضۡعِفُواْ
(mereka) lemah
لِلَّذِينَ
kepada orang-orang yang
ٱسۡتَكۡبَرُواْ
(mereka) menyombongkan diri
لَوۡلَآ
kalau tidak
أَنتُمۡ
kamu
لَكُنَّا
tentu kamu menjadi
مُؤۡمِنِينَ
orang-orang yang beriman
وَقَالَ
dan berkata
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
كَفَرُواْ
kafir/ingkar
لَن
tidak
نُّؤۡمِنَ
kami beriman
بِهَٰذَا
dengan/kepada ini
ٱلۡقُرۡءَانِ
Al Qur'an
وَلَا
dan tidak
بِٱلَّذِي
dengan yang (Kitab)
بَيۡنَ
antara
يَدَيۡهِۗ
dihadapannya/sebelumnya
وَلَوۡ
dan kalau
تَرَىٰٓ
kamu melihat
إِذِ
ketika
ٱلظَّـٰلِمُونَ
orang-orang yang zalim
مَوۡقُوفُونَ
mereka berhenti/dihadapkan
عِندَ
di sisi/kepada
رَبِّهِمۡ
Tuhan mereka
يَرۡجِعُ
mengembalikan
بَعۡضُهُمۡ
sebagian mereka
إِلَىٰ
kepada
بَعۡضٍ
sebagian yang lain
ٱلۡقَوۡلَ
perkataan
يَقُولُ
berkata
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
ٱسۡتُضۡعِفُواْ
(mereka) lemah
لِلَّذِينَ
kepada orang-orang yang
ٱسۡتَكۡبَرُواْ
(mereka) menyombongkan diri
لَوۡلَآ
kalau tidak
أَنتُمۡ
kamu
لَكُنَّا
tentu kamu menjadi
مُؤۡمِنِينَ
orang-orang yang beriman
Terjemahan
Orang-orang yang kufur berkata, “Kami tidak akan pernah beriman kepada Al-Qur’an ini dan tidak (pula) kepada (kitab) yang sebelumnya.” (Alangkah mengerikan) jika engkau (Nabi Muhammad) melihat orang-orang zalim ketika mereka dihadapkan kepada Tuhannya (saat) sebagian mereka mengembalikan perkataan kepada sebagian yang lain (saling berbantah). (Para pengikut) yang dianggap lemah berkata kepada (para pemimpin) yang menyombongkan diri, “Seandainya bukan karenamu, niscaya kami menjadi orang-orang mukmin.”
Tafsir
(Dan orang-orang kafir berkata) yakni sebagian dari penduduk Mekah ("Kami sekali-kali tidak akan beriman kepada Al-Qur'an ini dan tidak pula kepada kitab sebelumnya") kitab-kitab yang telah mendahuluinya, seperti kitab Taurat dan Injil yang di dalam kedua kitab tersebut disebutkan tentang adanya hari berbangkit, demikian itu karena mereka ingkar kepada Al-Qur'an. Lalu Allah berfirman mengenai mereka itu, ("Dan kalau kamu lihat) hai Muhammad ketika orang-orang yang lalim itu) yakni orang-orang yang kafir (dihadapkan kepada Rabbnya, sebagian dari mereka menghadapkan perkataan kepada sebagian yang lain. Orang-orang yang dianggap lemah berkata) yaitu para pengikut dari mereka (kepada orang-orang yang menyombongkan diri) yakni para pemimpinnya, ('Kalau tidak karena kalian) maksudnya seandainya kalian tidak menghalang-halangi kami untuk beriman (tentulah kami menjadi orang-orang yang beriman') kepada Nabi ﷺ
Tafsir Surat Al-Saba': 31-33
Dan orang-orang kafir berkata, "Kami sekali-kali tidak akan beriman kepada Al-Qur'an dan tidak (pula) kepada kitab sebelumnya. Dan (alangkah hebatnya) kalau kamu lihat ketika orang-orang yang zalim itu dihadapkan kepada Tuhannya, sebagian dari mereka menghadapkan perkataan kepada sebagian yang lain; orang-orang yang dianggap lemah berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri, "Kalau tidaklah karena kamu, tentulah kami menjadi orang-orang yang beriman. Orang-orang yang menyombongkan diri berkata kepada orang-orang yang dianggap lemah, "Kamikah yang telah menghalangi kamu dari petunjuk sesudah petunjuk itu datang kepadamu. (Tidak), sebenarnya kamu sendirilah orang-orang yang berdosa.
Dan orang-orang yang dianggap lemah berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri, "(Tidak), sebenarnya tipu daya (mu) di waktu malam dan siang (yang menghalang-halangi kami), ketika kamu menyeru kami supaya kami kafir kepada Allah dan menjadikan sekutu-sekutu bagi-Nya. Kedua belah pihak menyatakan penyesalan tatkala mereka melihat azab. Dan Kami pasang belenggu di leher orang-orang yang kafir. Mereka tidak dibalas melainkan dengan apa yang telah mereka kerjakan.
Allah ﷻ menceritakan perihal keterlaluan orang-orang kafir dalam sikap mereka yang kelewat batas dan keingkaran mereka serta ketidakpercayaan mereka kepada Al-Qur'an dan apa yang diberitakan oleh Al-Qur'an menyangkut hari kiamat. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya: Dan orang-orang kafir berkata, "Kami sekali-kali tidak akan beriman kepada Al-Qur'an dan tidak (pula) kepada kitab yang sebelumnya." (Saba: 31) Kemudian Allah ﷻ berfirman, memperingatkan dan mengancam mereka serta memberitakan tentang kedudukan mereka yang hina di hadapan-Nya kelak di hari kiamat, saat mereka saling berdebat dan adu argumentasi dengan sesamanya. Sebagaimana yang disebutkan oleh firman-Nya: sebagian dari mereka menghadapkan perkataan kepada sebagian yang lain; orang-orang yang dianggap lemah (para pengikut) berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri. (Saba: 31) Pada hari itu orang-orang yang lemah berkata kepada pemimpin dan tetua mereka.
Kalau tidaklah karena kamu, tentulah kami menjadi orang-orang yang beriman. (Saba: 31) Seandainya kalian tidak menghalang-halangi kami, tentulah kami mengikuti para rasul dan beriman kepada apa yang disampaikan oleh mereka kepada kami. Lalu para pemimpin dan tetua mereka yaitu orang-orang yang menyombongkan dirinya berkata seperti yang disitir oleh firman-Nya: Kamikah yang telah menghalangi kamu dari petunjuk sesudah petunjuk itu datang kepadamu? (Saba: 32) Yakni kami tidak melakukan terhadap kalian lebih dari menyeru kalian untuk mengikuti kami, kemudian kalian mau mengikuti kami tanpa berpikir panjang dan tanpa meneliti terlebih dahulu ajakan kami.
Dan kalian menentang dalil-dalil, bukti-bukti, serta hujah-hujah yang disampaikan oleh para rasul, karena keinginan nafsu kalian yang lebih suka memilihnya. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan: . (Tidak), sebenarnya kamu sendirilah orang-orang yang berdosa.Dan orang-orang yang dianggap lemah berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri, "(Tidak), sebenarnya tipu daya (mu) di waktu malam dan siang (yang menghalangi kami).(Saba: 32-33) Tidak seperti yang kamu akui, bahkan kalian melancarkan tipuan terhadap kami di waktu malam dan siang hari, dan tiada henti-hentinya kalian membujuk kami dan memberikan janji-janji kosong serta meyakinkan kami bahwa kalian berada dalam jalan petunjuk; dan jika kami mengikuti kalian, berarti kami berada pada jalan petunjuk.
Akan tetapi, sekarang ternyata semuanya itu batil dan dusta yang jelas. Qatadah dan ibnu Zaid mengatakan sehubungan dengan makna firman Allah ﷻ: (Tidak), sebenarnya tipu daya (mu) di waktu malam dan siang (yang menghalangi kami). (Saba: 33) Yakni tidak, bahkan tipu daya kalian di malam dan siang hari yang menghalang-halangi kami. Hal yang sama dikatakan oleh Malik dari Zaid ibnu Aslam, yakni tipu daya kalian di malam dan siang hari. ketika kamu menyeru kami supaya kami kafir kepada Allah dan menjadikan sekutu-sekutu bagi-Nya. (Saba: 33) Yaitu tandingan-tandingan dan tuhan-tuhan lain bersama-Nya, dan kalian tegakkan kepada kami slogan-slogan palsu dan hal-hal mustahil lainnya untuk menyesatkan kami.
Kedua belah pihak menyatakan penyesalan tatkala mereka melihat azab (Saba: 33) Yakni para pemimpin dan para pengikut, masing-masing menyesali apa yang telah dilakukannya semasa di dunia. Dan Kami pasang belenggu di leher orang-orang yang kafir. (Saba: 33) Maksudnya, rantai-rantai yang menyatukan tangan-tangan dan leher-leher mereka dalam satu ikatan. Mereka tidak dibalas melainkan dengan apa yang telah mereka kerjakan. (Saba: 33) Sesungguhnya Kami hanya membalas amal perbuatan kalian, masing-masing orang mendapat balasan yang sesuai dengan amal perbuatannya; para pemimpin kekafiran mendapat balasannya sendiri, begitu pula para pengikutnya mendapat balasan yang sesuai dengan amal perbuatan mereka.
Dalam ayat lain disebutkan melalui firman-Nya: Allah berfirman, "Masing-masing mendapat (siksaan) yang berlipat ganda, tetapi kamu tidak mengetahui." (Al-A'raf: 38) ". Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Farwah ibnu Abul Migra, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Sulaiman ibnul Asbahani, dari Abu Sinan alias Darrar ibnu Surad, dari Abdullah ibnu Abul Huzail, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Sesungguhnya neraka Jahanam itu ketika orang-orang yang menjadi penghuninya digiring ke sana, ia menyambut mereka dengan luapan apinya, kemudian menjilat mereka sekali jilat. Maka tiada suatu daging pun dari mereka melainkan berguguran sampai ke bagian belakang telapak kakinya.
Telah menceritakan pula kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Abul Hawari, telah menceritakan kepada kami At-Tayyib Abul Hasan, dari Al-Hasan ibnu Yahya Al-Khusyani yang mengatakan bahwa tiada sesuatu pun di dalam neraka Jahanam baik berupa rumah, gua, belenggu, ikatan, dan rantai melainkan tercatat padanya nama-nama pemiliknya (penghuninya). Perawi mengatakan bahwa lalu ia menceritakan riwayat ini kepada Abu Sulaiman Ad-Darani rahimahullah.
Maka ia menangis, kemudian berkata, "Alangkah ngerinya seandainya semua itu dihimpunkan pada diri seseorang, kedua kakinya diikat, kedua tangannya dibelenggu dan lehernya dirantai, kemudian dimasukkan ke dalam neraka dan dimasukkan ke dalam penjara yang ada di neraka. Ya Allah, selamatkan diriku dari siksa neraka.""
Tidak hanya mengingkari risalah Nabi Muhammad dan kebenar-an Al-Qur'an, kaum kafir juga mengingkari kitab-kitab yang Allah turunkan sebelum Al-Qur'an. Dan orang-orang kafir berkata, 'Kami tidak akan beriman kepada Al-Qur'an ini dan tidak pula kepada Kitab yang sebelumnya, seperti Taurat dan Injil. ' Di dunia mereka bisa berkata dan berbuat apa saja, tetapi kelak mereka harus mempertanggungjawabkannya. Dan alangkah mengerikan kalau kamu melihat ketika orang-orang yang zalim itu, yakni mereka yang mempersekutukan Allah, dihadapkan kepada Tuhannya untuk diadili. Sebagian mereka mengembalikan perkataan kepada sebagian yang lain dengan saling berbantah dan melempar tanggung jawab; orang-orang yang dianggap lemah, yakni para pengikut, berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri, yakni para pemimpin yang sesat dan menyesatkan, 'Kalau tidaklah karena kamu, tentulah kami menjadi orang-orang mukmin. '32. Enggan disalahkan, orang-orang yang menyombongkan diri itu me-ngelak dari tanggung jawab dan berkata kepada orang-orang yang dianggap lemah, yakni para pengikut mereka, 'Kamikah yang telah menghalangimu untuk memperoleh petunjuk Allah setelah petunjuk itu datang kepadamu melalui Nabi-Nya' Tidak! Sebenarnya kamu sendirilah orang-orang yang berbuat dosa karena tetap dalam kekafiran. '.
Pada ayat ini, Allah menerangkan bagaimana mendalamnya keingkaran orang-orang musyrik terhadap agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad dengan agama samawi lainnya yang dibawa oleh para rasul sebelumnya. Mereka menyatakan tekad tidak akan beriman kepada Al-Qur'an dan kitab-kitab yang diturunkan Allah kepada para rasul-Nya. Bagi orang-orang yang bertekad seperti ini tidak ada suatu dalil atau bukti pun yang dapat mereka terima, walaupun bukti itu kuat, nyata, dan dapat diterima oleh akal yang sehat atau pikiran yang jernih.
Hati mereka telah dipenuhi dengan fanatisme yang keras sehingga semua yang bertentangan dengan paham mereka adalah salah, sesat, dan sama sekali tidak dapat diterima. Pernah kaum musyrik Mekah bertanya kepada Ahli Kitab tentang bagaimana ciri-ciri dan sifat-sifat Muhammad ﷺ dan apakah hal itu disebutkan dalam kitab mereka. Sebagian Ahli Kitab menerangkan ciri-ciri dan sifat-sifat Muhammad ﷺ Mereka juga mengatakan bahwa mungkin Muhammad ﷺ itu memang seorang rasul utusan Tuhan. Bagi orang yang hatinya bersih dan tidak dikotori oleh kesombongan dan fanatik buta, jawaban ini akan menginsafkan mereka dan menjadikan mereka berpikir. Tetapi, jawaban itu membuat mereka menjadi marah dan menolak mentah-mentah keterangan para Ahli Kitab itu dan tidak mau memercayainya. Memang batin mereka telah ditutup untuk menerima kebenaran sebagaimana disebut dalam firman Allah:
Allah telah mengunci hati dan pendengaran mereka, penglihatan mereka telah tertutup, dan mereka akan mendapat azab yang berat. (al-Baqarah/2: 7)
Oleh karena tidak ada bukti yang dapat menginsafkan mereka, dan yang patut dikemukakan kepada mereka ialah ancaman yang keras, maka pada ayat-ayat ini diceritakan bagaimana keadaan orang-orang kafir itu dan para pemimpin mereka di akhirat nanti ketika berdiri di hadapan Allah. Pada waktu itu, orang-orang kafir itu sadar bahwa mereka telah sesat. Mereka menoleh kepada pemimpin mereka dan berkata, "Kalau tidak karena tindakanmu terhadap kami di dunia, tentu kami tidak akan mengalami hal seperti ini. Kami tentu telah beriman kepada Muhammad ﷺ dan termasuk hamba Allah yang diridai-Nya.".
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
SESAL-MENYESALI MENGHADAPI ADZAB
Ayat 29
“Dan mereka berkata, “Bilakah janji itu, jika adalah kamu orang-orang yang benar?"
Kalau semata-mata hanya bertanya, karena memang tidak tahu, tentu tidaklah ada salahnya. Tetapi mereka bertanya ini adalah sebagai tantangan. Dalam saat yang seperti ini seorang Rasul harus tabah hatinya. Sebab itu Allah ﷻ menuntun Rasul-Nya dalam men-jawab tantangan itu,
Ayat 30
“Katakanlah, “Untuk kamu telah ada janji, hari yang tidak dapat diundurkan darinya satu saat pun dan tidak pula dimajukan."
Begitulah yang disuruh jawabkan Allah ﷻ atas pertanyaan mereka yang berisi tan-tangan itu. janji itu telah ada dan waktunya pasti dan tepat, harinya telah ditentukan dan yang menentukan itu ialah Allah sendiri. Nabi pun tidak tahu bila waktu yang telah ditentukan itu. Kewajiban Rasul tidaklah sampai kepada menyampaikan bila jangka waktu itu. Kewajiban Rasul ialah menyuruh orang bersiap-siap menunggunya. Waktu yang telah ditentukan oleh Allah sebagai Penguasa Tunggal itu tidaklah dapat dipengaruhi oleh desakan manusia agar dimundurkan beberapa waktu, karena persiapan manusia belum lengkap. Dan tidak pula dapat digegaskan, dicepatkan dari waktu yang telah ditentukan itu karena golongan umat Allah yang taat sudah sangat ingin hendak diberi kesempatan menghadap wajah Ilahi. Segala sesuatu dijadikan dan diciptakan oleh Allah ﷻ dengan ukuran dan jangka, yang satu berkait dengan yang lain. Qudrat dan iradat Allah teratur bertertib menurut kejadian, tingkat-tingkat tertentu, janji dan waktu, menurut hikmah yang tersembunyi dalam ilmu Allah Ta'aala semata-mata. Hanya kadang-kadang dibukakan Allah barang sedikit saja kepada setengah hamba-Nya yang dinamai kasyaf.
Banyaklah manusia yang tidak mengetahui sampai ke sana. Tetapi bilamana dia telah melatih diri dalam iman dan takwa, dia akan puas dengan hubungan yang senantiasa erat dengan Ilahi. Karena ada ilmu yang dicurahkan Allah ﷻ menurut takaran otak dan akal dan ada pula yang dicapai dengan latihan dan pengalaman, bahkan kadang-kadang lebih tinggi dari ilmu itu sendiri. Itulah makrifat.
Ayat 31
“Dan berkatalah orang-orang yang kafir itu, “Sekali-kali kami tidak akan percaya dengan Al-Qur'an ini dan tidak pula dengan yang sebelumnya."
Inilah suatu gambaran keingkaran, kekerasan kepala yang sangat berlebihan. Telah mereka tutup sejak semula pintu buat percaya. Mereka tidak hendak percaya kepada Al-Qur'an walaupun apa isinya, tidak pula kepada kitab-kitab yang dahulu darinya, entah Taurat entah Injil. Mereka punya jalan sendiri.
Maka berfirman Allah ﷻ kepada Rasul-Nya memperingatkan apa kiranya kelak yang akan dihadapi oleh orang-orang semacam itu di hari Kiamat. "Dan kalau engkau lihat-lah seketika orang-orang zalim itu berdiri semua di hadapan Tuhan mereka." Di sana kelak mereka yang sombong dan zalim aniaya itu, karena menganiaya diri sendiri, melawan perasaannya yang halus dan asli lalu menantang segala kebenaran kitab suci yang dibawa oleh segala rasul. Mereka akan berdiri di hadapan Allah ﷻ dalam keadaan hina, runduk ditekan oleh rasa berdosa. Lalu sambil berbisik-bisik, “Yang setengah mereka me-ngembalikan kata kepada yang setengah," sesal-menyesali, omel-mengomel. “Berkata orang-orang yang diperlemah kepada orang-orang yang membesarkan diri." Orang yang diperlemah ialah orang-orang yang tidak mempunyai kebebasan diri, tidak diberi kemerdekaan menyatakan pada yang terasa di hati buat menyatakan suatu kebenaran atau membantah suatu kesalahan karena mereka tidak berkuasa. Orang-orang yang membesarkan diri ialah orang-orang yang sombong karena kekuasaan atau merasa ada kelebihan pada dirinya, baik karena kekuasaan duniawi sebagaimana kekuasaan Fir'aun di Mesir terhadap Bani Israil yang lemah, atau sebagaimana orang musyrikin yang hidup mewah di Mekah, pemuka-pemuka Quraisy. Ketika masih di dunia mulut orang yang diperlemah itu dikunci, ditutup dengan berbagai ancaman. Disuruh mengatakan yang sebenarnya, tetapi kalau dikatakan yang sebenarnya, mereka dipandang musuh negara.
Perkataan orang-orang yang diperlemah kepada orang-orang yang membesarkan diri itu ialah suatu penyesalan yang berbunyi,
“Kalau bukanlah lantaran kamu, sesungguhnya kami telah jadi orang yang beriman."
Dengan penyesalan yang demikian itu mereka hendak menimpakan kesalahan kepada orang-orang yang memperlemah mereka dan seakan-akan hendak melepaskan tanggung jawab. Namun orang-orang yang membesarkan diri itu tidaklah mau disalahkan begitu saja.
Ayat 32
“Berkata orang-orang yang membesarkan diri itu kepada orang-orang yang diperlemah, “Apakah kami yang merintangi kamu dari petunjuk sesudah dia datang kepada kamu."
Pertanyaan mereka itu adalah guna mengingkari tuduhan yang ditimbulkan kepada diri mereka. Mereka mengatakan bahwa petunjuk yang dibawa Rasul itu datang sendiri kepada kamu. Kamu ada akal, kamu ada pikiran, kamu ada otak. Petunjuk datang secara langsung, mengapa tidak kamu terima? Mengapa kami pula yang disalahkan?
“Bahkan kamu sendirilah orang-orang yang durjana."
Kamu sendirilah yang salah karena tidak-memakai pikiran sendiri. Kamu hanya semata-mata mengikut kepada kami yang kamu anggap lebih kuat. Kamu kehilangan tenaga usaha dan peranan sendiri karena jiwa yang lemah.
Seakan-akan orang-orang yang membesarkan diri mengangkat bahu, membasuh ta-ngan, membersihkan diri dari tuduhan yang dituduhkan oleh orang-orang yang mereka perlemah itu. Tetapi orang-orang yang diperlemah masih saja mempertubi tuduhannya.
Ayat 33
“Dan berkata orang-orang yang diperlemah itu kepada orang-orang yang membesarkan diri tadi, “Bahkan tipu daya siang dan malamlah seketika kamu perintahkan kami supaya kami kafir terhadap Allah dan supaya kami mengadakan sekutu-sekutu untuk-Nya."
Di ayat ini si manusia yang diperlemah itu memberikan pula jawaban yang lemah. Mereka katakan bahwa hal itu telah terjadi, mereka telah tertipu atau terpengaruh oleh orang-orang yang membesarkan diri itu karena tipuan siang dan malam.
Sebagaimana yang ditafsirkan oleh Said bin Jubair, “Bergilir siang dengan malam, mereka terlalai dan lupa, lalu tersesat."
Akhirnya ialah, “Kedua belah pihak menyatakan penyesalan tatkala mereka telah melihat adzab." Tidak lagi satu pihak menyalahkan yang lain atau menimpakan kesalahan kepada yang lain, melainkan telah sama-sama menginsafi dan merasakan bahwa mereka sama-sama salah. Golongan istak-baruu, yang membesarkan diri insaflah di waktu itu bahwa mereka adalah makhluk kecil hina dan lemah, yang tidak ada harga sama sekali, yang tidak dapat mengangkat muka di hadapan Allah. Yang diperlemah itu pun merasalah sekarang bahwa kejatuhan mereka adalah karena salah mereka sendiri, mengapa dikorbankan kemerdekaan diri, kemerdekaan akal dan pikiran, kemerdekaan menyatakan kebebasan keyakinan, lalu merunduk jadi hina di hadapan sesama manusia? Waktu itulah keduanya sama-sama mengerti, yaitu di waktu adzab siksaan Ilahi telah tampak di hadapan mereka; pintu neraka sudah ternganga dan akan sama dihalaukan ke dalamnya, “Dan Kami jadikanlah belenggu pada kuduk orang-orang yang kafir." Sama-sama akan dilekatkan belenggu pada kuduk masing-masing, baik dia Maharaja Besar yang merasa dirinya paling atas di kala hidupnya, atau dia seorang petani kampungan yang selama hidupnya hanya jadi sapi perahan, tidak boleh membuka mulut, wajib turut perintah. Mereka sama-sama dihalau ke neraka dengan belenggu di kuduk masing-masing, meskipun di waktu di dunia dahulu yang seorang memakai mahkota emas bertatahkan intan ratna mutu manikam dan yang seorang lagi hanya jadi orang-orang yang dihalau dan dikerahkan kian kemari.
“Tidaklah mereka akan diganjari melainkan dari sebab apa yang mereka kerjakan?"