Ayat
Terjemahan Per Kata
قُل
katakanlah
لَّكُم
bagi kalian
مِّيعَادُ
janji
يَوۡمٖ
hari
لَّا
tidak
تَسۡتَـٔۡخِرُونَ
kamu dapat minta diundurkan
عَنۡهُ
daripadanya
سَاعَةٗ
sesaat
وَلَا
dan tidak
تَسۡتَقۡدِمُونَ
kamu dapat minta diajukan
قُل
katakanlah
لَّكُم
bagi kalian
مِّيعَادُ
janji
يَوۡمٖ
hari
لَّا
tidak
تَسۡتَـٔۡخِرُونَ
kamu dapat minta diundurkan
عَنۡهُ
daripadanya
سَاعَةٗ
sesaat
وَلَا
dan tidak
تَسۡتَقۡدِمُونَ
kamu dapat minta diajukan
Terjemahan
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Bagimu ada hari yang telah dijanjikan (hari Kiamat). Kamu tidak dapat meminta penundaan sesaat pun dan tidak pula percepatan.”
Tafsir
(Katakanlah! "Bagi kalian ada hari yang telah dijanjikan yang tiada dapat kalian minta mundur daripadanya barang sesaat pun dan tidak pula kalian dapat meminta supaya diajukan") daripadanya, hari yang dimaksud adalah hari kiamat.
Tafsir Surat Al-Saba': 28-30
Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui. Dan mereka berkata, "Kapankah (datangnya) janji itu, jika kamu adalah orang-orang yang benar? Katakanlah, "Bagimu ada hari yang telah dijanjikan (hari kiamat) yang tiada dapat kamu minta mundur darinya barang sesaatpun dan tidak (pula) kamu dapat meminta supaya diajukan. Allah ﷻ berfirman kepada hamba dan Rasul-Nya, Muhammad ﷺ: Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan. (Saba: 28) Yakni kepada semua makhluk yang dikenai taklif, sebagaimana pengertian yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Katakanlah, "Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada kamu sekalian." (Al-Araf: 158) Dan firman Allah ﷻ: Mahasuci Allah yang telah menurunkan Al-Furqan (Al-Qur'an) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam. (Al-Furqan: 1) Adapun firman Allah ﷻ: sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan. (Saba: 28) Artinya, kamu menyampaikan berita gembira masuk surga bagi orang-orang yang taat kepadamu, dan kamu memberikan peringatan masuk neraka bagi orang-orang yang durhaka kepadamu.
tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (Saba: 28) Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya: Dan sebagian besar manusia tidak akan beriman, walaupun kamu sangat menginginkannya. (Yusuf: 103) Dan firman Allah ﷻ: Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. (Al-An'am: 116) Muhammad ibnu Ka'b telah mengatakan sehubungan dengan makna firman Allah ﷻ: Dan Kami tidak mengutusmu melainkan kepada umat manusia seluruhnya. (Saba: 28) Yakni kepada segenap umat manusia.
Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna ayat ini, bahwa Allah ﷻ mengutus Muhammad ﷺ kepada bangsa Arab dan non-Arab, maka orang yang paling mulia di antara mereka adalah yang paling bertakwa kepada Allah ﷻ dan taat kepada-Nya. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Abdullah Az-Zarani, telah menceritakan kepada kami Hafs ibnu Umar Al-Adni, telah menceritakan kepada kami Al-Hakam ibnu Aban, dari Ikrimah yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar sahabat Ibnu Abbas r.a. mengatakan bahwa sesungguhnya Allah ﷻ telah mengutamakan Muhammad ﷺ di atas semua penduduk langit dan semua para nabi. Murid-murid Ibnu Abbas bertanya, "Wahai Ibnu Abbas, apakah keutamaan Nabi Muhammad ﷺ atas semua para nabi?" Ibnu Abbas menjawab bahwa sesungguhnya Allah ﷻ telah berfirman: Kami tidak mengutus seorang rasul pun, melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. (Ibrahim: 4) Sedangkan sehubungan dengan Nabi Muhammad ﷺ Allah ﷻ berfirman: Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya. (Saba: 28) Maka Allah mengutusnya kepada umat manusia dan umat jin. Apa yang dikatakan oleh Ibnu Abbas ini mempunyai bukti yang menguatkannya disebutkan di dalam kitab Sahihain yang di-marfu '-kan oleh sahabat Jabir r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: ". Aku dianugerahi lima perkara yang belum pernah dianugerahkan kepada seorang nabi pun sebelumku: Aku diberi pertolongan dengan rasa gentar yang mencekam hati musuh sejauh perjalanan satu bulan; bumi ini dijadikan bagiku sebagai masjid dan suci lagi menyucikan, maka barang siapa dari kalangan umatku yang memasuki waktu salat hendaklah ia salat (di mana pun berada); dan dihalalkan bagiku ganimah, padahal ganimah belum pernah dihalalkan kepada seorang pun sebelumku; aku diberi izin untuk memberikan syafaat; dan dahulu seorang nabi diutus khusus hanya kepada kaumnya, sedangkan aku diutus untuk seluruh umat manusia.
Di dalam kitab sahih disebutkan pula bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Aku diutus untuk kulit hitam dan kulit merah. Menurut Mujahid, makna yang dimaksud ialah jin dan manusia seluruhnya. Selain Mujahid mengatakan bahwa yang dimaksud ialah orang Arab dan orang non-Arab. Semua pendapat tersebut benar. Kemudian Allah ﷻ menceritakan perihal orang-orang kafir yang menganggap mustahil hari kiamat terjadi, melalui firman-Nya: Dan mereka berkata, "Kapankah (datangnya) janji ini, jika kamu adalah orang-orang yang benar? (Saba: 29) Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat lain: Orang-orang yang tidak beriman kepada hari kiamat meminta supaya hari itu segera didatangkan dan orang-orang yang beriman merasa takut kepadanya dan mereka yakin bahwa kiamat itu adalah benar (akan terjadi). (Asy-Syura: 18), hingga akhir ayat.
Selanjutnya disebutkan oleh firman-Nya: Katakanlah, "Bagimu ada hari yang telah dijanjikan (hari kiamat) yang tiada dapat kamu minta mundur darinya barang sesaat pun dan tidak (pula) kamu dapat meminta supaya diajukan." (Saba: 30) Artinya, bagi kalian telah ada hari yang ditentukan, yang bilangannya telah dicatat, tidak dapat ditambah-tambahi dan tidak dapat pula dikurangi. Apabila hari itu telah tiba, maka tidak dapat ditanggguhkan barang sesaat pun dan tidak dapat pula diajukan.
Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya: Sesungguhnya ketetapan Allah apabila telah datang tidak dapat ditangguhkan. (Nuh: 4) Dan firman Allah ﷻ: Dan kami tiadalah mengundurkannya, melainkan sampai waktu yang tertentu. Di kala datang hari itu, tidak ada seorang pun yang berbicara, melainkan dengan izin-Nya; maka di antara mereka ada yang celaka dan ada yang berbahagia. (Hud: 104-105)"
Katakanlah, wahai Nabi Muhammad, 'Bagimu ada hari yang telah dijanjikan, yakni hari Kiamat. Ketika hari itu tiba, kamu tidak dapat meminta penundaan atau percepatannya walau sesaat pun. '31. Tidak hanya mengingkari risalah Nabi Muhammad dan kebenar-an Al-Qur'an, kaum kafir juga mengingkari kitab-kitab yang Allah turunkan sebelum Al-Qur'an. Dan orang-orang kafir berkata, 'Kami tidak akan beriman kepada Al-Qur'an ini dan tidak pula kepada Kitab yang sebelumnya, seperti Taurat dan Injil. ' Di dunia mereka bisa berkata dan berbuat apa saja, tetapi kelak mereka harus mempertanggungjawabkannya. Dan alangkah mengerikan kalau kamu melihat ketika orang-orang yang zalim itu, yakni mereka yang mempersekutukan Allah, dihadapkan kepada Tuhannya untuk diadili. Sebagian mereka mengembalikan perkataan kepada sebagian yang lain dengan saling berbantah dan melempar tanggung jawab; orang-orang yang dianggap lemah, yakni para pengikut, berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri, yakni para pemimpin yang sesat dan menyesatkan, 'Kalau tidaklah karena kamu, tentulah kami menjadi orang-orang mukmin. '.
Sebagai jawaban atas keingkaran dan tantangan kaum musyrik itu, Allah menyuruh Nabi Muhammad menegaskan kepada mereka bahwa hari kiamat itu pasti terjadi pada waktu yang telah ditentukan Allah. Bila waktunya sudah tiba, kiamat itu tidak dapat diundurkan atau dimajukan walau sesaat pun. Oleh sebab itu, mereka harus berhati-hati, selalu waspada, dan bersiap-siap dengan iman dan amal saleh. Jika waktu kiamat sudah datang, tidak ada kesempatan lagi bagi seseorang untuk bertobat dan dia akan menyesal kelak bila melihat azab yang disediakan bagi orang yang ingkar.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
SESAL-MENYESALI MENGHADAPI ADZAB
Ayat 29
“Dan mereka berkata, “Bilakah janji itu, jika adalah kamu orang-orang yang benar?"
Kalau semata-mata hanya bertanya, karena memang tidak tahu, tentu tidaklah ada salahnya. Tetapi mereka bertanya ini adalah sebagai tantangan. Dalam saat yang seperti ini seorang Rasul harus tabah hatinya. Sebab itu Allah ﷻ menuntun Rasul-Nya dalam men-jawab tantangan itu,
Ayat 30
“Katakanlah, “Untuk kamu telah ada janji, hari yang tidak dapat diundurkan darinya satu saat pun dan tidak pula dimajukan."
Begitulah yang disuruh jawabkan Allah ﷻ atas pertanyaan mereka yang berisi tan-tangan itu. janji itu telah ada dan waktunya pasti dan tepat, harinya telah ditentukan dan yang menentukan itu ialah Allah sendiri. Nabi pun tidak tahu bila waktu yang telah ditentukan itu. Kewajiban Rasul tidaklah sampai kepada menyampaikan bila jangka waktu itu. Kewajiban Rasul ialah menyuruh orang bersiap-siap menunggunya. Waktu yang telah ditentukan oleh Allah sebagai Penguasa Tunggal itu tidaklah dapat dipengaruhi oleh desakan manusia agar dimundurkan beberapa waktu, karena persiapan manusia belum lengkap. Dan tidak pula dapat digegaskan, dicepatkan dari waktu yang telah ditentukan itu karena golongan umat Allah yang taat sudah sangat ingin hendak diberi kesempatan menghadap wajah Ilahi. Segala sesuatu dijadikan dan diciptakan oleh Allah ﷻ dengan ukuran dan jangka, yang satu berkait dengan yang lain. Qudrat dan iradat Allah teratur bertertib menurut kejadian, tingkat-tingkat tertentu, janji dan waktu, menurut hikmah yang tersembunyi dalam ilmu Allah Ta'aala semata-mata. Hanya kadang-kadang dibukakan Allah barang sedikit saja kepada setengah hamba-Nya yang dinamai kasyaf.
Banyaklah manusia yang tidak mengetahui sampai ke sana. Tetapi bilamana dia telah melatih diri dalam iman dan takwa, dia akan puas dengan hubungan yang senantiasa erat dengan Ilahi. Karena ada ilmu yang dicurahkan Allah ﷻ menurut takaran otak dan akal dan ada pula yang dicapai dengan latihan dan pengalaman, bahkan kadang-kadang lebih tinggi dari ilmu itu sendiri. Itulah makrifat.
Ayat 31
“Dan berkatalah orang-orang yang kafir itu, “Sekali-kali kami tidak akan percaya dengan Al-Qur'an ini dan tidak pula dengan yang sebelumnya."
Inilah suatu gambaran keingkaran, kekerasan kepala yang sangat berlebihan. Telah mereka tutup sejak semula pintu buat percaya. Mereka tidak hendak percaya kepada Al-Qur'an walaupun apa isinya, tidak pula kepada kitab-kitab yang dahulu darinya, entah Taurat entah Injil. Mereka punya jalan sendiri.
Maka berfirman Allah ﷻ kepada Rasul-Nya memperingatkan apa kiranya kelak yang akan dihadapi oleh orang-orang semacam itu di hari Kiamat. "Dan kalau engkau lihat-lah seketika orang-orang zalim itu berdiri semua di hadapan Tuhan mereka." Di sana kelak mereka yang sombong dan zalim aniaya itu, karena menganiaya diri sendiri, melawan perasaannya yang halus dan asli lalu menantang segala kebenaran kitab suci yang dibawa oleh segala rasul. Mereka akan berdiri di hadapan Allah ﷻ dalam keadaan hina, runduk ditekan oleh rasa berdosa. Lalu sambil berbisik-bisik, “Yang setengah mereka me-ngembalikan kata kepada yang setengah," sesal-menyesali, omel-mengomel. “Berkata orang-orang yang diperlemah kepada orang-orang yang membesarkan diri." Orang yang diperlemah ialah orang-orang yang tidak mempunyai kebebasan diri, tidak diberi kemerdekaan menyatakan pada yang terasa di hati buat menyatakan suatu kebenaran atau membantah suatu kesalahan karena mereka tidak berkuasa. Orang-orang yang membesarkan diri ialah orang-orang yang sombong karena kekuasaan atau merasa ada kelebihan pada dirinya, baik karena kekuasaan duniawi sebagaimana kekuasaan Fir'aun di Mesir terhadap Bani Israil yang lemah, atau sebagaimana orang musyrikin yang hidup mewah di Mekah, pemuka-pemuka Quraisy. Ketika masih di dunia mulut orang yang diperlemah itu dikunci, ditutup dengan berbagai ancaman. Disuruh mengatakan yang sebenarnya, tetapi kalau dikatakan yang sebenarnya, mereka dipandang musuh negara.
Perkataan orang-orang yang diperlemah kepada orang-orang yang membesarkan diri itu ialah suatu penyesalan yang berbunyi,
“Kalau bukanlah lantaran kamu, sesungguhnya kami telah jadi orang yang beriman."
Dengan penyesalan yang demikian itu mereka hendak menimpakan kesalahan kepada orang-orang yang memperlemah mereka dan seakan-akan hendak melepaskan tanggung jawab. Namun orang-orang yang membesarkan diri itu tidaklah mau disalahkan begitu saja.
Ayat 32
“Berkata orang-orang yang membesarkan diri itu kepada orang-orang yang diperlemah, “Apakah kami yang merintangi kamu dari petunjuk sesudah dia datang kepada kamu."
Pertanyaan mereka itu adalah guna mengingkari tuduhan yang ditimbulkan kepada diri mereka. Mereka mengatakan bahwa petunjuk yang dibawa Rasul itu datang sendiri kepada kamu. Kamu ada akal, kamu ada pikiran, kamu ada otak. Petunjuk datang secara langsung, mengapa tidak kamu terima? Mengapa kami pula yang disalahkan?
“Bahkan kamu sendirilah orang-orang yang durjana."
Kamu sendirilah yang salah karena tidak-memakai pikiran sendiri. Kamu hanya semata-mata mengikut kepada kami yang kamu anggap lebih kuat. Kamu kehilangan tenaga usaha dan peranan sendiri karena jiwa yang lemah.
Seakan-akan orang-orang yang membesarkan diri mengangkat bahu, membasuh ta-ngan, membersihkan diri dari tuduhan yang dituduhkan oleh orang-orang yang mereka perlemah itu. Tetapi orang-orang yang diperlemah masih saja mempertubi tuduhannya.
Ayat 33
“Dan berkata orang-orang yang diperlemah itu kepada orang-orang yang membesarkan diri tadi, “Bahkan tipu daya siang dan malamlah seketika kamu perintahkan kami supaya kami kafir terhadap Allah dan supaya kami mengadakan sekutu-sekutu untuk-Nya."
Di ayat ini si manusia yang diperlemah itu memberikan pula jawaban yang lemah. Mereka katakan bahwa hal itu telah terjadi, mereka telah tertipu atau terpengaruh oleh orang-orang yang membesarkan diri itu karena tipuan siang dan malam.
Sebagaimana yang ditafsirkan oleh Said bin Jubair, “Bergilir siang dengan malam, mereka terlalai dan lupa, lalu tersesat."
Akhirnya ialah, “Kedua belah pihak menyatakan penyesalan tatkala mereka telah melihat adzab." Tidak lagi satu pihak menyalahkan yang lain atau menimpakan kesalahan kepada yang lain, melainkan telah sama-sama menginsafi dan merasakan bahwa mereka sama-sama salah. Golongan istak-baruu, yang membesarkan diri insaflah di waktu itu bahwa mereka adalah makhluk kecil hina dan lemah, yang tidak ada harga sama sekali, yang tidak dapat mengangkat muka di hadapan Allah. Yang diperlemah itu pun merasalah sekarang bahwa kejatuhan mereka adalah karena salah mereka sendiri, mengapa dikorbankan kemerdekaan diri, kemerdekaan akal dan pikiran, kemerdekaan menyatakan kebebasan keyakinan, lalu merunduk jadi hina di hadapan sesama manusia? Waktu itulah keduanya sama-sama mengerti, yaitu di waktu adzab siksaan Ilahi telah tampak di hadapan mereka; pintu neraka sudah ternganga dan akan sama dihalaukan ke dalamnya, “Dan Kami jadikanlah belenggu pada kuduk orang-orang yang kafir." Sama-sama akan dilekatkan belenggu pada kuduk masing-masing, baik dia Maharaja Besar yang merasa dirinya paling atas di kala hidupnya, atau dia seorang petani kampungan yang selama hidupnya hanya jadi sapi perahan, tidak boleh membuka mulut, wajib turut perintah. Mereka sama-sama dihalau ke neraka dengan belenggu di kuduk masing-masing, meskipun di waktu di dunia dahulu yang seorang memakai mahkota emas bertatahkan intan ratna mutu manikam dan yang seorang lagi hanya jadi orang-orang yang dihalau dan dikerahkan kian kemari.
“Tidaklah mereka akan diganjari melainkan dari sebab apa yang mereka kerjakan?"