Ayat

Terjemahan Per Kata
وَمَآ
dan tidak
أَرۡسَلۡنَٰكَ
Kami mengutus kamu
إِلَّا
kecuali
كَآفَّةٗ
seluruh
لِّلنَّاسِ
untuk manusia
بَشِيرٗا
pembawa kabar
وَنَذِيرٗا
dan pemberi peringatan
وَلَٰكِنَّ
tetapi
أَكۡثَرَ
kebanyakan
ٱلنَّاسِ
manusia
لَا
tidak
يَعۡلَمُونَ
mereka mengetahui
وَمَآ
dan tidak
أَرۡسَلۡنَٰكَ
Kami mengutus kamu
إِلَّا
kecuali
كَآفَّةٗ
seluruh
لِّلنَّاسِ
untuk manusia
بَشِيرٗا
pembawa kabar
وَنَذِيرٗا
dan pemberi peringatan
وَلَٰكِنَّ
tetapi
أَكۡثَرَ
kebanyakan
ٱلنَّاسِ
manusia
لَا
tidak
يَعۡلَمُونَ
mereka mengetahui
Terjemahan

Tidaklah Kami mengutus engkau (Nabi Muhammad), kecuali kepada seluruh manusia sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. Akan tetapi, kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.
Tafsir

(Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan untuk semua) lafal Kaaffatan berkedudukan menjadi Hal atau kata keterangan keadaan dari lafal An Naas yang sesudahnya, didahulukan mengingat kedudukannya yang sangat penting (manusia sebagai pembawa berita gembira) kepada orang-orang yang beriman, bahwa mereka akan masuk surga (dan sebagai pemberi peringatan) kepada orang-orang kafir bahwa mereka akan dimasukkan ke dalam neraka (tetapi kebanyakan manusia) yakni orang-orang kafir Mekah (tidak mengetahui hal ini).
Tafsir Surat Al-Saba': 28-30
Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui. Dan mereka berkata, "Kapankah (datangnya) janji itu, jika kamu adalah orang-orang yang benar? Katakanlah, "Bagimu ada hari yang telah dijanjikan (hari kiamat) yang tiada dapat kamu minta mundur darinya barang sesaatpun dan tidak (pula) kamu dapat meminta supaya diajukan. Allah Swt. berfirman kepada hamba dan Rasul-Nya, Muhammad Saw.: Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan. (Saba: 28) Yakni kepada semua makhluk yang dikenai taklif, sebagaimana pengertian yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Katakanlah, "Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada kamu sekalian." (Al-Araf: 158) Dan firman Allah Swt.: Mahasuci Allah yang telah menurunkan Al-Furqan (Al-Qur'an) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam. (Al-Furqan: 1) Adapun firman Allah Swt.: sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan. (Saba: 28) Artinya, kamu menyampaikan berita gembira masuk surga bagi orang-orang yang taat kepadamu, dan kamu memberikan peringatan masuk neraka bagi orang-orang yang durhaka kepadamu.
tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (Saba: 28) Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya: Dan sebagian besar manusia tidak akan beriman, walaupun kamu sangat menginginkannya. (Yusuf: 103) Dan firman Allah Swt.: Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. (Al-An'am: 116) Muhammad ibnu Ka'b telah mengatakan sehubungan dengan makna firman Allah Swt.: Dan Kami tidak mengutusmu melainkan kepada umat manusia seluruhnya. (Saba: 28) Yakni kepada segenap umat manusia.
Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna ayat ini, bahwa Allah Swt. mengutus Muhammad Saw. kepada bangsa Arab dan non-Arab, maka orang yang paling mulia di antara mereka adalah yang paling bertakwa kepada Allah Swt. dan taat kepada-Nya. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Abdullah Az-Zarani, telah menceritakan kepada kami Hafs ibnu Umar Al-Adni, telah menceritakan kepada kami Al-Hakam ibnu Aban, dari Ikrimah yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar sahabat Ibnu Abbas r.a. mengatakan bahwa sesungguhnya Allah Swt. telah mengutamakan Muhammad Saw. di atas semua penduduk langit dan semua para nabi. Murid-murid Ibnu Abbas bertanya, "Wahai Ibnu Abbas, apakah keutamaan Nabi Muhammad Saw. atas semua para nabi?" Ibnu Abbas menjawab bahwa sesungguhnya Allah Swt. telah berfirman: Kami tidak mengutus seorang rasul pun, melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. (Ibrahim: 4) Sedangkan sehubungan dengan Nabi Muhammad Saw. Allah Swt. berfirman: Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya. (Saba: 28) Maka Allah mengutusnya kepada umat manusia dan umat jin. Apa yang dikatakan oleh Ibnu Abbas ini mempunyai bukti yang menguatkannya disebutkan di dalam kitab Sahihain yang di-marfu '-kan oleh sahabat Jabir r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: ". Aku dianugerahi lima perkara yang belum pernah dianugerahkan kepada seorang nabi pun sebelumku: Aku diberi pertolongan dengan rasa gentar yang mencekam hati musuh sejauh perjalanan satu bulan; bumi ini dijadikan bagiku sebagai masjid dan suci lagi menyucikan, maka barang siapa dari kalangan umatku yang memasuki waktu salat hendaklah ia salat (di mana pun berada); dan dihalalkan bagiku ganimah, padahal ganimah belum pernah dihalalkan kepada seorang pun sebelumku; aku diberi izin untuk memberikan syafaat; dan dahulu seorang nabi diutus khusus hanya kepada kaumnya, sedangkan aku diutus untuk seluruh umat manusia.
Di dalam kitab sahih disebutkan pula bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Aku diutus untuk kulit hitam dan kulit merah. Menurut Mujahid, makna yang dimaksud ialah jin dan manusia seluruhnya. Selain Mujahid mengatakan bahwa yang dimaksud ialah orang Arab dan orang non-Arab. Semua pendapat tersebut benar. Kemudian Allah Swt. menceritakan perihal orang-orang kafir yang menganggap mustahil hari kiamat terjadi, melalui firman-Nya: Dan mereka berkata, "Kapankah (datangnya) janji ini, jika kamu adalah orang-orang yang benar? (Saba: 29) Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat lain: Orang-orang yang tidak beriman kepada hari kiamat meminta supaya hari itu segera didatangkan dan orang-orang yang beriman merasa takut kepadanya dan mereka yakin bahwa kiamat itu adalah benar (akan terjadi). (Asy-Syura: 18), hingga akhir ayat.
Selanjutnya disebutkan oleh firman-Nya: Katakanlah, "Bagimu ada hari yang telah dijanjikan (hari kiamat) yang tiada dapat kamu minta mundur darinya barang sesaat pun dan tidak (pula) kamu dapat meminta supaya diajukan." (Saba: 30) Artinya, bagi kalian telah ada hari yang ditentukan, yang bilangannya telah dicatat, tidak dapat ditambah-tambahi dan tidak dapat pula dikurangi. Apabila hari itu telah tiba, maka tidak dapat ditanggguhkan barang sesaat pun dan tidak dapat pula diajukan.
Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya: Sesungguhnya ketetapan Allah apabila telah datang tidak dapat ditangguhkan. (Nuh: 4) Dan firman Allah Swt.: Dan kami tiadalah mengundurkannya, melainkan sampai waktu yang tertentu. Di kala datang hari itu, tidak ada seorang pun yang berbicara, melainkan dengan izin-Nya; maka di antara mereka ada yang celaka dan ada yang berbahagia. (Hud: 104-105)"
Allah adalah Tuhan yang Maha Esa. Dia tidak layak dipersekutukan dengan sesuatu pun. Dia mengutus Nabi Muhammad sebagai rahmat bagi seluruh alam. 'Dan Kami tidak mengutus engkau, wahai Nabi Muhammad, melainkan kepada semua umat manusia sampai hari Kiamat sebagai pembawa berita gembira bahwa orang yang taat akan memperoleh kebahagiaan, dan sebagai pemberi peringatan bagi pendurhaka tentang kesengsaraan jika mereka enggan bertobat, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui sehingga tetap enggan mengimani risalah Nabi Muhammad. (Lihat juga: al-A'r'f/7: 158 dan Y'suf/12: 103)29. Walau Nabi Muhammad terus berusaha meyakinkan tentang risalahnya, kaum kafir tetap mengingkarinya. Mereka juga mengingkari hari Kiamat, dan mereka berkata, 'Kapankah datangnya janji ini, yakni hari Kiamat akan datang, jika kamu orang yang benar''.
Pada ayat ini, Allah menerangkan bahwa Nabi Muhammad diutus kepada seluruh manusia. Ia bertugas sebagai pembawa berita gembira bagi orang yang mempercayai dan mengamalkan risalah yang dibawanya dan sekaligus pembawa peringatan kepada orang yang mengingkari atau menolak ajaran-ajarannya. Nabi Muhammad adalah nabi penutup, tidak ada lagi nabi dan rasul diutus Allah sesudahnya. Dengan demikian, pastilah risalah yang dibawanya itu berlaku untuk seluruh manusia sampai kiamat. Sebagai risalah yang terakhir, maka di dalamnya tercantum peraturan-peraturan dan syariat hukum-hukum yang layak dan baik untuk dijalankan di setiap tempat dan masa.
Risalah yang dibawa Nabi Muhammad bersumber dari Allah Yang Mahabijaksana dan Maha Mengetahui. Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dan segala apa yang ada pada keduanya. Dialah yang mengatur segala apa yang ada pada keduanya. Dialah yang mengatur semuanya itu dengan peraturan yang amat teliti sehingga semuanya berjalan dengan baik dan harmonis. Allah yang demikian besar kekuasaan-Nya tidak mungkin akan menurunkan suatu risalah yang mencakup seluruh umat manusia kalau peraturan dan syariat itu tidak mencakup seluruh kepentingan manusia pada setiap masa. Dengan demikian, pastilah risalahnya itu risalah yang baik untuk diterapkan kepada siapa dan umat yang mana pun di dunia ini. Banyak ayat di dalam Al-Qur'an yang menegaskan bahwa Muhammad diutus kepada manusia seluruhnya.
Mahasuci Allah yang telah menurunkan al-Furqan (Al-Qur'an) kepada hamba-Nya (Muhammad), agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam (jin dan manusia). (al-Furqan/25: 1)
Dan firman-Nya:
Katakanlah (Muhammad), "Wahai manusia! Sesungguhnya aku ini utusan Allah bagi kamu semua, Yang memiliki kerajaan langit dan bumi; tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, (yaitu) Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya). Ikutilah dia, agar kamu mendapat petunjuk."(al-A 'raf/7: 158)
Hal ini tidak diketahui oleh semua orang bahkan kebanyakan manusia menolak dan menantangnya. Di antara penantang-penantang itu adalah kaum Muhammad sendiri yaitu orang-orang kafir Mekah.
Dan kebanyakan manusia tidak akan beriman walaupun engkau sangat menginginkannya. (Yusuf/12: 103).
NABI UNTUK SELURUH MANUSIA
Ayat 28
“Dan tidaklah Kami utus engkau, melainkan merata untuk seluruh manusia."
Maka segala manusia yang mendiami permukaan bumi ini adalah jadi tujuan dari dakwah Nabi Muhammad saw, dengan tidak memandang bangsa, tidak memandang batas daerah, tidak memandang warna kulit. “Menghibur dan mengancam." Menghibur atau memberikan kabar berita yang menggembirakan kebahagiaan jiwa di atas dunia ini. Keluar dari gelap gulita kebodohan kepada terang benderang iman dan tujuan hidup yang nyata. Mengancam barangsiapa yang tidak mematuhi ajaran itu, yang mendurhaka dan membangkang, tidak melalui jalan yang dilalui oleh orang yang beriman, bahwa mereka akan tetap hidup di dunia dalam gelap, hidup tak tentu arah dan di akhirat diancam akan dimasukkan ke dalam neraka, tempat kesengsaraan untuk selama-lamanya.
Oleh sebab itu, bukanlah kedatangan Nabi Muhammad saw. itu semata-mata buat bangsa Arab saja, melainkan meliputi Arab dan Ajam. Qatadah menjelaskan tentang ayat ini. Artinya bahwa diutus oleh Allah Ta'aala kepada Arab dan Ajam, maka barangsiapa yang taat kepada seruan itu akan dimuliakan dia oleh Allah.
Nabi saw. sendiri pun menegaskan dalam sebuah sabdanya,
“Dan Jabir bin Abdillah berkata dia, Berkata Rasulullah saw., “Diberikan kepadaku lima, yang tidak diberikan kepada seorang pun dan nabi-nabi yang sebelum aku: (1) Dibantu aku dengan rasa gentar musuh walaupun masih jarak satu bulan, (2) Dijadikan bumi untuk jadi tempat aku shalat dan bersih, sehingga di mana saja umatku bertemu waktu shalat bolehlah dia shalat, (3) Dihalalkan bagiku harta rampasan perang (ghanimah) padahal dia tidak dihalalkan kepada seorang nabi pun yang sebelum aku, (4) Diberikan kepadaku keizinan memberi syafaat dan (5) Dan nabi yang lain diutus kepada kaumnya saja, sedang aku diutus kepada manusia seluruhnya." (HR Bukhari dan Muslim)
Manusia pun telah sampai dalam abad kedua puluh ini kepada berpikir yang lebih luas, yang dinamai hubungan antar-bangsa, internasional, sampailah orang kepada mencari titik-titik pertemuan pikiran, mencari yang universal; maka Islam yang diajarkan oleh Nabi Muhammad saw. itulah yang dengan sadar atau tidak, yang akan diterima dan yang sesuai dengan kemudahan hubungan manusia itu.
Ada orang yang mengemukakan kritik atau bantahan, mengatakan bahwa bahasa yang dipakai oleh Islam terlalu sempit, yaitu bahasa Arab. Sebab itu maka Islam pun hanya sesuai untuk bangsa Arab saja.
Tanggapan yang seperti ini sangatlah dangkal dan bukan ilmiah. Karena dunia pun sedang mencari bahasa yang mempersatukan atau yang dapat menghubungkan di antara satu sama lain. Sebab itu bangsa-bangsa Eropa yang pada abad kesembilan belas merasa bahwa derajat mereka lebih tinggi selalu berusaha menonjolkan bahasanya sendiri untuk menjadi bahasa dunia. Yang sangat tertonjol dalam hal ini ialah bangsa Inggris. Mereka hendak memengaruhi berpikir dunia dengan bahasa mereka.
Tetapi lupakah kita, bahwa berbagai bangsa yang di pertengahan abad kedua puluh telah mencapai kemerdekaannya, yang di sana telah sangat berpengaruh bahasa Inggris, selalu berusaha hendak membebaskan bangsa dan negaranya dari bahasa Inggris itu?
Nyata sekali bahwa maksud penyebaran bahasa bagi bangsa yang menjajah itu ialah karena hendak menanamkan pengaruh lebih dalam sehingga walaupun Inggris telah me-ninggalkan tempat itu, mereka masih berusaha agar bahasa Inggris jangan turut pergi. Ini pernah dijelaskan oleh Thomas Carlyle, pengarang Inggris terbesar dalam bukunya Pahlawan dan Kepahlawanan. Sehingga di sana dikatakannya, bahwa meskipun Amerika telah merdeka dari kita, namun dia tidak akan dapat memerdekakan diri dari peradaban kita dan kebudayaan kita, sebab bahasa Inggris masih ada di sana. Dan dia pun menegaskan bahwa satu waktu India pun mungkin akan lepas dari tangan kita, namun selama bahasa Inggris masih mendarah mendaging di sana, India tidak akan dapat melepaskan diri dari pengaruh kita.
Namun demikian, bangsa-bangsa terjajah itu mulai saja merdeka, mulai pulalah ber-usaha membebaskan diri dari bahasa bekas jajahannya.
India yang berpenduduk 500 juta berusaha menggantikan bahasa Inggris dengan bahasa Hindustani sebagai bahasa persatuan bangsa. Pakistan berusaha menggantinya de-ngan bahasa Urdhu. Filipina berusaha menggantinya dengan bahasa Tagalog. Malaysia telah memutuskan bahasa Melayu menjadi bahasa kebangsaan. Di Indonesia masih sejak masa penjajahan dulu, pejuang kemerdekaan telah memakai bahasa Melayu (Indonesia) jadi bahasa persatuan.
Adapun bahasa Arab, bukanlah dia membuat bangsa-bangsa yang memeluk agama Islam di luar Arab menjadi bangsa Arab. Islam tidaklah mengubah bangsa-bangsa lain untuk jadi Arab karena pengaruh bahasa Arab karena agama bukanlah kebangsaan. Tetapi dengan sukarela karena didorong oleh iman bangsa-bangsa di luar Arab memakai bahasa Arab untuk menjadi bahasa dalam shalat. Sehingga umat Islam yang di zaman sekarang jumlahnya di dunia sudah mendekati 700.000.000 (tujuh ratus juta) jika shalat memakai bahasa Arab.
Pujangga-pujangga pembela bahasa Arab sejak zaman dahulu kala bukankah semata-mata pemeluk Islam yang berbangsa Arab saja, bahkan didapati nama sebagaimana Sibawaihi yang berdarah Persia. Ulama-ulama bukan Arab, termasuk ulama dari Indonesia banyak yang mengarang pengetahuan Islam di dalam bahasa Arab. Sebagaimana Syekh Nawawi Banten, Syekh Ahmad Khathib Minangkabau, Syekh Hasyim Asy'ari Jombang, Syekh Faqih Maskumambang, Syekh Ibrahim Musa Parabek, Syekh Abdulkarim Amrullah dan muridnya Syekh Abdulhamid Hakim Tuanku Mudo, dan lain-lain.
Itu menjadi bukti bahwasanya bahasa Arab bukan berarti memaksa yang bukan Arab jadi Arab. Bahasa Arab yang jadi bahasa Al-Qur'an dan Sabda Rasul ialah sumber agama Islam. Maka adalah logis bahwa penyelidikan tentang Islam tidak akan sempurna kalau orang tidak masuk menyauk air dari sumbernya itu sendiri.
Bangsa-bangsa penjajah dan kaki tangan penyebar Kristen di negeri-negeri Islam ber-usaha menghilangkan pengaruh bahasa Arab itu agar putus hubungan kaum Muslimin de-ngan sumber agamanya. Lalu untuk gantinya kaum Orientalis mempelajari sendiri agama Islam itu dari sumbernya bahasa Arab tadi, lalu mereka tafsirkan menurut pandangan mereka sendiri yang telah diatur menurut program tertentu. Kemudian karangan-karangan hasil penyelidikan mereka itulah yang diajarkan dalam perguruan-perguruan yang mereka dirikan, untuk dipelajari oleh orang Islam.
Di negeri-negeri Islam sendiri, yang berbahasa Arab, kaki tangan penjajah berusaha propaganda agar penduduk negeri itu menghidupkan dialek daerahnya masing-masing. Memang, bahasa Arab dialek itu sangatlah sukar diketahui oleh orang yang hanya mem-pelajari bahasa Arab klasik. Sedang bahasa dialek Arab Iraq sangat berjauhan dengan dialek Arab Hadramaut. Dialek Arab Nejd sangat berjauhan dengan dialek Arab Maghribi (Aljazair, Tunisia, dan Moroko). Tetapi semua mereka bersatu dalam bahasa klasik dan bahasa pertemuan, bahasa parlemen, bahasa surat kabar, semuanya memakai bahasa klasik, yang dekat dengan Al-Qur'an. Maka kaki tangan penjajah dan penyebar agama Kristen itu berusaha keras propaganda mengatakan supaya tiap-tiap negeri itu maju: negeri Iraq, Syria, Mesir, Saudi Arabia, Yaman, Moroko, dan lain-lain, hendaklah mereka menghidupkan bahasa pakaian sehari-hari, bahasa dialek, bahasa pasar dan kasar, lalu tinggalkan bahasa Al-Qur'an yang mempersatukan mereka.
Malahan ada lagi propaganda agar tulisan Arab itu diganti dengan huruf Latin supaya lebih maju.
Namun segala usaha ini, meskipun berbekas juga sedikit, tidaklah memengaruhi bagi kesatuan kaum Muslimin sedunia, sebagai umat kesatuan Islam, umat pengikut Nabi Muhammad saw..
Cuma orang-orang yang sok ilmiah sajalah yang dapat kena pengaruh. Sebagaimana pernah kejadian di Indonesia, ada seorang yang telah mencapai titel sarjana dari perguruan tinggi Islam mengeluarkan fatwa bahwa shalat boleh dengan bahasa Indonesia, tidak usaha bahasa Arab. Dia tidak menyadari bahwa dengan fatwanya itu berarti dia hendak memencilkan Muslimin Indonesia dari kesatuan umatnya di seluruh dunia.
Ujung ayat menyebutkan,
“Tetapi terlebih banyaklah manusia yang tidak mengetahui."
Kita sudah maklum bahwa surah Saba' ini diturunkan di Mekah. Niscaya jelaslah ma-sih terlebih banyak golongan musyrikin penentang Nabi, dan masih sedikit orang yang beriman. Sebab itu tepatlah kalimat ini, terlebih banyak yang tidak mengetahui bahwa kedatangan Nabi Muhammad diutus Allah SWT ialah buat seluruh manusia.
Meskipun demikian, dan sampai sekarang agama Islam telah berkembang selama empat belas abad, masih juga lebih banyak orang yang tidak mengetahui.
Mereka mengenal bahwa di Tanah Arab, di negeri Mekah, telah lahir seorang Nabi. Mereka telah tahu bahwa kemudian beliau hijrah ke Madinah dan di sana pula beliau meninggal dan berkubur. Sampai sekarang masih dapat disaksikan kuburan beliau. Tetapi masih terlebih banyak orang yang tidak tahu. Maksudnya bukanlah mereka tidak tahu, bahwa Nabi Muhammad saw. telah datang jadi Utusan Allah SWT, yang banyak mereka tidak tahu ialah tentang inti sari dari ajaran beliau, atau misi yang beliau bawa.