Ayat
Terjemahan Per Kata
وَلَا
dan tidak
تَنفَعُ
berguna
ٱلشَّفَٰعَةُ
pertolongan
عِندَهُۥٓ
di sisi-Nya
إِلَّا
kecuali
لِمَنۡ
bagi orang
أَذِنَ
Dia izinkan
لَهُۥۚ
baginya
حَتَّىٰٓ
sehingga
إِذَا
apabila
فُزِّعَ
dihilangkan ketakutan
عَن
dari
قُلُوبِهِمۡ
hati mereka
قَالُواْ
mereka berkata
مَاذَا
apakah
قَالَ
berkata/kata
رَبُّكُمۡۖ
Tuhan kalian
قَالُواْ
mereka berkata (menjawab)
ٱلۡحَقَّۖ
kebenaran
وَهُوَ
dan Dia
ٱلۡعَلِيُّ
Maha Tinggi
ٱلۡكَبِيرُ
Maha Besar
وَلَا
dan tidak
تَنفَعُ
berguna
ٱلشَّفَٰعَةُ
pertolongan
عِندَهُۥٓ
di sisi-Nya
إِلَّا
kecuali
لِمَنۡ
bagi orang
أَذِنَ
Dia izinkan
لَهُۥۚ
baginya
حَتَّىٰٓ
sehingga
إِذَا
apabila
فُزِّعَ
dihilangkan ketakutan
عَن
dari
قُلُوبِهِمۡ
hati mereka
قَالُواْ
mereka berkata
مَاذَا
apakah
قَالَ
berkata/kata
رَبُّكُمۡۖ
Tuhan kalian
قَالُواْ
mereka berkata (menjawab)
ٱلۡحَقَّۖ
kebenaran
وَهُوَ
dan Dia
ٱلۡعَلِيُّ
Maha Tinggi
ٱلۡكَبِيرُ
Maha Besar
Terjemahan
Tidaklah berguna syafaat (pertolongan) di sisi-Nya, kecuali bagi orang yang diizinkan-Nya sehingga apabila telah dihilangkan ketakutan dari hatinya, mereka berkata, “Apa yang difirmankan Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Kebenaran.” Dialah Yang Mahatinggi lagi Mahabesar.
Tafsir
(Dan tiadalah berguna syafaat di sisi Allah) Maha Tinggi Allah, ayat ini merupakan sanggahan terhadap perkataan mereka, bahwa sesungguhnya tuhan-tuhan sesembahan mereka akan dapat memberikan syafaat kepada mereka di sisi-Nya (melainkan bagi orang yang telah diizinkan) dapat dibaca Adzina atau Udzina (baginya) untuk memberi syafaat itu (sehingga apabila telah dihilangkan ketakutan) dapat dibaca Fazza'a atau Fuzzi'a (dari hati mereka) karena ada orang yang diizinkan untuk memberi syafaat (mereka berkata) sebagian dari mereka berkata kepada sebagian yang lain karena mendapat berita gembira itu, ("Apakah yang telah difirmankan oleh Rabb kalian?") mengenai syafaat itu. (Mereka menjawab) "Perkataan (yang benar") yakni Dia telah memberi izin kepadanya untuk memberi syafaat (dan Dialah Yang Maha Tinggi) di atas semua makhluk-Nya dengan mengalahkan mereka semuanya (lagi Maha Besar) yakni Maha Agung.
Tafsir Surat Al-Saba': 22-23
Katakanlah, "Serulah mereka yang kamu anggap (sebagai tuhan) selain Allah, mereka tidak memiliki (kekuasaan) seberat zarrah pun di langit dan di bumi, dan mereka tidak mempunyai suatu saham pun dalam (penciptaan) langit dan bumi dan sekali-kali tidak ada di antara mereka yang menjadi pembantu bagi-Nya. Dan tiadalah berguna syafaat di sisi Allah melainkan bagi orang yang telah diizinkan-Nya memperoleh syafaat itu, sehingga apabila telah dihilangkan ketakutan dari hati mereka, mereka berkata, "Apakah yang telah difirmankan oleh Tuhanmu" Mereka menjawab: "(Perkataan) yang benar," dan Dialah Yang Mahatinggi lagi Mahabesar.
Allah ﷻ menjelaskan bahwa Dialah Tuhan Yang Maha Esa, bergantung kepada-Nya segala sesuatu, tiada yang menandingi-Nya, dan tiada sekutu bagi-Nya. Bahkan Dia mengatur sendirian tanpa ada yang menyekutui-Nya dan tanpa ada yang menentang atau yang menyaingi-Nya dalam urusan-Nya. Untuk itu Allah ﷻ berfirman: Katakanlah, "Serulah mereka yang kamu anggap (sebagai tuhan) selain Allah. (Saba: 22) Yakni semua tuhan yang disembah selain Allah. mereka tidak memiliki (kekuasaan) seberat zarrah pun di langit dan di bumi. (Saba: 22) Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai apa-apa, walaupun setipis kulit ari. (Fathir: 13) Adapun firman Allah ﷻ: dan mereka tidak mempunyai suatu saham pun dalam (penciptaan) langit dan bumi. (Saba: 22) Maksudnya, mereka tidak memiliki sesuatu apa pun secara menyendiri dan tidak pula secara persekutuan.
dan sekali-kali tidak ada di antara mereka yang menjadi pembantu bagi-Nya. (Saba: 22) Allah tidak memerlukan bantuan dan andil apa pun dari sekutu-sekutu itu dalam semua urusan-Nya, bahkan semua makhluk berhajat kepada-Nya dan merupakan hamba-hamba-Nya. Qatadah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan sekali-kali tidak ada di antara mereka yang menjadi pembantu bagi-Nya. (Saba: 22) Yakni penolong yang membantu-Nya dalam sesuatu urusan. Selanjutnya disebutkan oleh firman-Nya: Dan tiadalah berguna syafaat di sisi Allah melainkan bagi orang yang telah diizinkan-Nya memperoleh syafaat itu. (Saba: 23) Yakni karena kebesaran, kemuliaan, dan keagungan-Nya, tiada seorang pun yang berani memberikan syafaat di sisi-Nya terhadap sesuatu kecuali dengan seizin-Nya, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Tiada seorang pun yang dapat memberi syafaat di sisi Allah kecuali dengan seizin-Nya. (Al-Baqarah: 255) Dan berapa banyaknya malaikat di langit, syafaat mereka sedikit pun tidak berguna kecuali sesudah Allah mengizinkan bagi orang yang dikehendaki dan diridai-(Nya.). (An-Najm: 26) Dan firman Allah ﷻ: dan mereka tiada memberi syafaat melainkan kepada orang yang diridai Allah, dan mereka itu selalu berhati-hati karena takut kepada-Nya. (Al-Anbiya: 28) Di dalam kitab Sahihain telah disebutkan sebuah hadis yang diriwayatkan melalui berbagai jalur dari Rasulullah ﷺ, penghulu anak Adam dan pemberi syafaat yang terbesar di sisi Allah, bahwa ketika beliau berdiri di kedudukan yang terpuji untuk memohon syafaat buat semua makhluk, hendaknyalah Tuhan segera tiba menemui mereka guna memutuskan peradilan di antara mereka, lalu beliau menceritakan melalui sabdanya: .
Maka aku bersujud kepada Allah ﷻ dan Dia membiarkan diriku selama apa yang dikehendaki-Nya, sedangkan saya dalam keadaan bersujud. Lalu Dia memujiku dengan pujian-pujian yang sekarang aku tidak dapat mengungkapkannya. Kemudian Dia berfirman, "Hai Muhammad, angkatlah kepalamu, dan katakanlah engkau didengar, dan mintalah engkau akan diberi, dan mintalah syafaat, engkau diberi izin untuk memberi syafaat, hingga akhir hadis. Firman Allah ﷻ: sehingga apabila telah dihilangkan ketakutan dari hati mereka, mereka berkata, "Apakah yang telah difirmankan oleh Tuhanmu?" Mereka menjawab, "(Perkataan) yang benar," (Saba: 23) Ayat ini menceritakan tentang kedudukan Yang Mahabesar lagi Maha tinggi bagi Allah ﷻ, yaitu apabila Dia berfirman, maka semua penduduk langit mendengar firman-Nya, lalu mereka bergetar karena ketakutan sehingga keadaan mereka sama dengan orang yang pingsan karena ketakutan yang sangat terhadap Kebesaran dan Keagungan Allah ﷻ Demikianlah menurut apa yang diutarakan oleh Ibnu Mas'ud r.a., Masruq r.a., dan lain-lainnya.
sehingga apabila telah dihilangkan ketakutan dari hati mereka. (Saba: 23) Yakni rasa takut yang mencekam mereka hilang. Demikianlah menurut Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Abu Abdur Rahman As-Sulami, Asy-Sya'bi, Ibrahim An-Nakha'i, Ad-Dahhak, Al-Hasan, dan Qatadah sehubungan dengan makna firman-Nya: sehingga apabila telah dihilangkan ketakutan dari hati mereka, mereka berkata, "Apakah yang telah difirmankan oleh Tuhanmu?" Mereka menjawab, "(Perkataan) yang benar. (Saba: 23) Bahwa ketakutan dihilangkan dari hati mereka, karenanya mereka baru bisa angkat bicara.
Qiraat yang lain ada yang membacanya furiga memakai gin yang diriwayatkan melalui hadis yang marfu', tetapi maknanya sama dengan qiraat pertama. Dengan kata lain, apabila ketakutan telah dihilangkan dari hati mereka, maka sebagian dari mereka bertanya kepada sebagian yang lain, bahwa apakah yang telah difirmankan oleh Tuhan kalian? Maka para malaikat penyangga Arasy yang ada di sisi Tuhan menyampaikan berita itu kepada para malaikat yang ada di bawah mereka, lalu disampaikan lagi kepada para malaikat yang ada di bawahnya, demikianlah seterusnya hingga sampailah berita itu kepada para malaikat yang ada di langit yang terdekat dengan dunia.
Karena itulah disebutkan: Mereka menjawab, "(Perkataan) yang benar. (Saba: 23) Dengan kata lain, dapat disebutkan bahwa sampaikanlah apa yang telah difirmankan-Nya tanpa ditambah-tambahi dan tanpa dikurang-kurangi, yakni secara apa adanya. dan Dialah Yang Mahatinggi lagi Mahabesar. (Saba: 23) Menurut ulama lain, sebenarnya makna yang dimaksud oleh firman-Nya: sehingga apabila telah dihilangkan ketakutan dari hati mereka. (Saba: 23) Yaitu menceritakan keadaan orang-orang musyrik saat meregang nyawa dan pada hari kiamat nanti di saat mereka dibangkitkan dalam keadaan menyadari semua kelalaian mereka sewaktu di dunia dan akal sehat mereka kembali, lalu mereka bertanya, "Apakah yang telah difirmankan oleh Tuhanmu?" Maka dikatakan kepada mereka, "Perkataan yang benar," lalu diceritakan kepada mereka semua hal yang telah dilalaikan oleh mereka ketika di dunia.
Ibnu Abu Najih telah meriwayatkan dari Mujahid sehubungan dengan makna firman-Nya: sehingga apabila telah dihilangkan ketakutan dari hati mereka. (Saba: 23) Yakni penutup telah dibukakan bagi mereka di hari kiamat. Al-Hasan mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: sehingga apabila telah dihilangkan ketakutan dari hati mereka. (Saba: 23) Maksudnya, semua keraguan dan kedustaan. Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: sehingga apabila telah dihilangkan ketakutan dari hati mereka. (Saba: 23) Yaitu semua keraguan yang ada dalam hati mereka.
Bahwa setan keluar dari hati mereka dan meninggalkan mereka, tidak lagi memberikan angan-angan kepada mereka dan tidak lagi menyesatkan mereka, hingga mereka sadar. Mereka berkata, "Apakah yang telah difirmankan oleh Tuhanmu? Mereka menjawab, "(Perkataan) yang benar, dan Dialah Yang Mahatinggi lagi Mahabesar. (Saba: 23) Hal ini menceritakan keadaan anak Adam di saat meregang nyawa. Saat itu mereka mulai mengakui kebenaran, akan tetapi sayang pintu tobat telah tertutup dan nasi sudah menjadi bubur.
Ibnu Jarir memilih pendapat pertama yang mengatakan bahwa damir yang ada dalam ayat ini kembali kepada para malaikat. Dan memang pendapat inilah yang benar dan tidak mengandung keraguan karena didukung oleh sejumlah hadis dan asar yang sahih yang menjelaskannya. Untuk itu berikut ini kami kemukakan sebagian darinya yang di dalamnya terkandung isyarat yang menunjukkan pengertian yang berbeda dengan pendapat yang pertama.
Imam Bukhari dalam kitab sahihnya sehubungan dengan tafsir ayat ini menyebutkan, telah menceritakan kepada kami Al-Humaidi, telah menceritakan kepada kami Sufyan, telah menceritakan kepada kami Amr, ia pernah mendengar Ikrimah mengatakan bahwa Ikrimah pernah mendengar Abu Hurairah r.a. mengatakan bahwa sesungguhnya Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Apabila Allah memutuskan suatu urusan di langit, maka para malaikat bergetar mengepak-ngepakkan sayapnya karena ketakutan terhadap firman-Nya, (dari sayap mereka keluar bunyi) seperti rantai (yang dijatuhkan) di atas batu licin. Dan apabila ketakutan telah dihilangkan dari hati mereka, maka (sebagian dari) mereka bertanya (kepada sebagian yang lain), "Apakah yang difirmankan oleh Tuhan kalian? Maka mereka (yang ditanya) menjawab kepada yang bertanya, "(Perkataan) yang benar, dan Dialah Yang Mahatinggi lagi Mahabesar.
Lalu pembicaraan itu dicuri dengar oleh setan-setan yang mencuri-curi dengar berita dari langit. Setan-setan itu sebagian berada di atas sebagian yang lainnya. Sufyan (perawi) memperagakan hal itu dengan membuka semua jari tangannya dan menyusunnya. Lalu setan itu mendengarkan pembicaraan tersebut, maka ia menyampaikannya kepada temannya yang ada di bawahnya, lalu si penerima berita menyampaikannya lagi kepada temannya yang ada di bawahnya.
Demikianlah seterusnya hingga sampai pada setan yang paling bawah, lalu berita tersebut disampaikannya kepada penyihir dan tukang tenung. Dan barangkali setan yang ada di paling atas keburu tertembak oleh bintang yang menyala-nyala sebelum ia sempat menyampaikannya kepada setan yang ada di bawahnya. Barangkali pula setan itu sempat menyampaikannya sebelum terkena lemparan bintang menyala, maka ia mencampuri berita itu dengan seratus kedustaan darinya.
Dan setan itu berkata, "Bukankah telah disampaikan kepada kita bahwa hari anu akan terjadi anu dan anu," dan secara kebetulan bersesuaian dengan kalimat yang didengar dari langit." Hadis ini diriwayatkan secara tunggal oleh Imam Bukhari tanpa Imam Muslim melalui jalur ini. Imam Abu Daud, Imam Turmuzi, dan Imam Ibnu Majah telah meriwayatkannya melalui hadis Sufyan ibnu Uyaynah dengan sanad yang sama.
Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Hadis lain, [] "- []: -: ]: Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ja'far dan Abdur Razzaq. Keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, telah menceritakan kepada kami Az-Zuhri, dari Ali ibnul Husain, dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ duduk bersama sejumlah orang sahabatnya, yang menurut Abdur Razzaq dari kalangan Ansar. Lalu ada bintang meteor yang terlempar mengeluarkan sinar yang terang. Maka Nabi ﷺ bertanya, "Apakah yang akan kalian katakan bila melihat bintang seperti itu di masa Jahiliah?" Kami menjawab, "Kami katakan bahwa akan dilahirkan seorang yang besar atau akan mati seorang yang besar." Saya bertanya kepada Az-Zuhri, "Apakah di masa Jahiliah pun langit itu sudah dijaga dengan bintang-bintang tersebut?" Az-Zuhri menjawab, "Ya, tetapi di masa Nabi ﷺ lebih diperketat." Rasulullah ﷺ bersabda: Sesungguhnya bintang-bintang itu dilemparkan bukan karena matinya seseorang atau lahirnya seseorang, tetapi manakala Tuhan kita menetapkan suatu urusan (perintah), maka bertasbihlah para malaikat pemikul 'Arasy kemudian bertasbih pula penduduk langit (para malaikat) yang ada di bawah mereka, sehingga tasbih sampai kepada penduduk langit yang terdekat.
Kemudian penduduk langit yang ada di bawah para malaikat pemikul 'Arasy bertanya, dan mereka mengatakan kepada para malaikat pemikul Arasy, "Apakah yang telah difirmankan oleh Tuhan kalian? Lalu malaikat pemikul Arasy menceritakannya kepada mereka, selanjutnya para malaikat penerima berita itu menyampaikannya kepada penduduk langit yang ada di bawah mereka, sehingga berita itu sampai kepada para malaikat yang ada di langit yang terdekat ini.
Dan jin mencuri dengar berita itu, lalu mereka dilempari (dengan bintang tersebut). Maka apa yang disampaikan oleh para jin itu dengan apa adanya adalah benar, tetapi para jin itu selalu mencampuradukkannya dengan tambahan-tambahan dari mereka sendiri. Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Imam Muslim telah mengetengahkannya di dalam kitab sahihnya melalui hadis Saleh ibnu Kaisan, Auza'i, Yunus, dan Ma'qal ibnu Ubaidillah; mereka menerimanya dari Az-Zuhri, dari Ali ibnul Husain, dari Ibnu Abbas r.a., dari seorang lelaki Ansar dengan sanad yang sama.
Imam Muslim mengatakan pula bahwa Yunus menerimanya dari beberapa orang lelaki Ansar. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Nasai di dalam kitab tafsir melalui hadis Az-Zubaidi, dari Az-Zuhri dengan sanad yang sama. Imam Turmuzi telah meriwayatkannya pula, yang di dalamnya disebutkan dari Al-Husain ibnu Hurayyis, dari Al-Walid ibnu Muslim, dari Al-Auza'i, dari Az-Zuhri, dari Ubaidillah ibnu Abdullah, dari Ibnu Abbas r.a. dari seorang lelaki Ansar. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Hadis lain, ". Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Auf dan Ahmad ibnu Mansur ibnu Sayyar Ar-Ramadi, sedangkan teks hadis dari Muhammad ibnu Auf. Keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Na'im ibnu Hammad, telah menceritakan kepada kami Al-Walid ibnu Muslim, dari Abdur Rahman ibnu Yazid ibnu Jabir, dari Abdullah ibnu Abu Zakaria, dari Raja Ibnu Haiwah, dari An-Nawwas ibnu Sam'an r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Apabila Allah ﷻ hendak memutuskan suatu perintah, maka Allah berfirman mengutarakannya; dan apabila Allah berfirman, maka semua langit bergetar atau berguncang keras karena takut kepada Allah ﷻ Dan apabila penduduk langit mendengar firman itu, maka mereka pingsan dan bersujud kepada Allah. Dan mula-mula malaikat yang mengangkat kepalanya adalah Jibril a.s.
Lalu Allah berfirman kepada Jibril mengutarakan perintah yang dikehendaki-Nya. Lalu Jibril a.s. turun menjumpai para malaikat; setiap kali ia melewati suatu langit, maka para penduduknya menanyainya, "Hai Jibril, apakah yang telah difirmankan oleh Tuhan kita? Maka Jibril a.s. menjawab, "Kebenaran belaka, dan Dialah Yang Mahatinggi lagi Mahabesar. Dan mereka mengucapkan hal yang sama seperti apa yang disampaikan oleh Jibril.
Lalu Jibril dalam membawa wahyu itu sampai ke tempat yang diperintahkan oleh Allah, baik di langit atau di bumi. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Khuzaimah, dari Zakaria ibnu Aban Al-Masri, dari Na'im ibnu Hammad dengan sanad yang sama. Ibnu Abu Hatim mengatakan, "Ayahku pernah mengatakan bahwa hadis ini diriwayatkan melalui jalur Al-Walid ibnu Muslim rahimahullah tidak lengkap." Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan melalui hadis Al-Aufi, dari Ibnu Abbas r.a. dan dari Qatadah, bahwa keduanya menafsirkan makna ayat ini sebagai permulaan wahyu Allah ﷻ yang diturunkan kepada Nabi Muhammad ﷺ sesudah terputus dalam jarak masa antara beliau ﷺ dengan Nabi Isa a.s. Tidak diragukan lagi bahwa pengertian inilah yang paling utama sebagai takwil dari makna ayat di atas."
Dan syafaat, yakni pertolongan, di sisi-Nya hanya berguna bagi orang yang telah diizinkan-Nya untuk memberi dan memperoleh syafaat itu, seperti para malaikat, nabi, dan orang saleh. Sehingga apabila telah dihilangkan ketakutan dari hati mereka, yakni orang-orang yang akan diberi izin untuk memberi syafaat dan orang-orang yang akan mendapat syafaat, mereka yang akan mendapat syafaat berkata, 'Apakah yang telah difirmankan dan ditetapkan oleh Tuhanmu untuk kami'' Mereka menja-wab, 'Allah memberi keputusan yang benar,' dan Dialah Yang Mahatinggi zat dan kedudukan-Nya, Mahabesar keagungan dan kekuasaan-Nya (Lihat juga: al-Baqarah/2: 255, Y'nus/10: 3, dan al-Anbiy'/21: 28). 24. Usai menegaskan bahwa sembahan selain Allah tidak mampu mendatangkan manfaat apa pun kepada penyembahnya, lalu Allah berfirman, 'Katakanlah, wahai Nabi Muhammad kepada orang-orang musyrik, 'Siapakah yang memberi rezeki kepadamu yang bersumber dari langit dan dari bumi'' Katakanlah, wahai Nabi Muhammad, 'Allah yang memberi rezeki. Dan sesungguhnya kami, orang beriman, atau kamu, wahai kaum musyrik, pasti salah satu dari kita berada dalam kebenaran dengan kedudukan yang tinggi atau terjerumus dalam kesesatan yang nyata de-ngan kedudukan yang sangat hina. ''.
Di akhirat berhala itu tidak dapat menolong mereka dari kesulitan. Juga tidak mungkin memberi syafaat karena pada hari itu tidak ada seorang pun yang dapat memberi syafaat, kecuali dengan izin Allah. Apakah mungkin Allah akan mengizinkan berhala-berhala yang menjadi sebab bagi kesesatan hamba-Nya untuk memberi syafaat? Syafaat tidak akan diberikan Allah kecuali kepada para nabi, malaikat, dan hamba-Nya yang dianggap berhak untuk diberi syafaat. Firman Allah:
Tidak ada yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya. (al-Baqarah/2: 255)
Dan betapa banyak malaikat di langit, syafaat (pertolongan) mereka sedikit pun tidak berguna kecuali apabila Allah telah mengizinkan (dan hanya) bagi siapa yang Dia kehendaki dan Dia ridai. (an-Najm/53: 36)
Pada hari itu, hamba-hamba Allah menunggu dengan perasaan gelisah dan tidak sabar, siapakah di antara mereka yang akan diizinkan-Nya untuk memberi syafaat dan yang akan mendapat syafaat. Ketika itu, mereka berdiam semuanya karena ketakutan telah hilang dari hati mereka dan Allah akan memberi ketetapan-Nya. Mereka menunggu sambil berharap-harap dan bertanya-tanya antara sesama mereka apa yang difirmankan Tuhan. Semua menjawab, "Yang difirmankan Allah ialah perkataan yang benar yaitu syafaat-Nya akan diberikan kepada siapa yang diridai-Nya karena Dia Mahatinggi dan Mahabesar." Pada waktu itu, sadarlah orang-orang kafir bahwa mereka tidak akan mendapat syafaat dan tahulah mereka nasib apa yang harus mereka alami.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
TAK ADA KEKUASAAN BAGI YANG LAIN
Ayat 22
“Katakanlah, “Serulah mereka yang kamu anggap selain Allah itu."
Yaitu yang kamu anggap mempunyai kekuasaan sebagaimana kekuasaan Allah itu pula, yang sanggup memberikan kekuatan kepada manusia melunakkan besi, memerintah burung atau memerintah jin. Allah ﷻ menegaskan bahwa meskipun kamu seru bagaimana jua pun, “Tidaklah mereka mempunyai kuasa sebesar zarrah pun di semua langit dan tidak pun di bumi." Sebab seluruh kekuasaan adalah mutlak pada Allah.
Dengan kemajuan penelitian orangtentang atom di zaman modern ini, sudah jelas bahwa atom itu, bagaimana pun kecilnya, sehingga didapatnya tinggal dalam perhitungan saja lagi, tidak dapat dilihat dengan mata biasa karena kecil sehabis kecil, sudahlah ternyata bahwa atom bukanlah perkara kecil. Atom adalah perkara sangat besar. Sebab telah terbukti bahwa atom adalah semata-mata tenaga dan ada yang berpendapat bahwa atom adalah semata-mata benda dan ada yang berpendapat bahwa tenaga dia juga dan benda dia juga. Melihat kepada bekasnya teryata bahwa sifat benda ada padanya dan tenaga pun ada padanya. Maka timbullah sekarang kesimpulan bahwa pasti adalah Yang Mahakuasa, Mahabijaksana dan Mahatahu yang mengatur atom itu sedemikian rupa. Dan yang ada itu tidak lain, melainkan Allah."Dan tidak ada bagi mereka pada keduanya itu persekutuan." Artinya bahwa segala yang dipuja oleh orang yang kafir dan musyrik selain dari sekali-kali tidaklah mereka masuk berkongsi atau bersekutu dengan Allah pada menciptakan atom itu, baik di langit yang tujuh tingkat ataupun di bumi ini.
“Dan tidak ada bagi Dia, “ yaitu bagi Allah, “dari mereka sesuatu penbantuan pun."
Artinya tidaklah pernah Allah merasa lemah dan kekurangan tenaga lalu Dia me-mohon bantuan kepada berhala yang kamu sembah itu. Atau pohon beringin yang kamu puja, atau keris yang kamu asapi dengan dupa kemenyan pada malam Jum'at, atau minta bantuan kepada tulang-tulang dalam kubur yang kamu anggap keramat.
Ayat 23
“Dan tidaklah membeli syafaat di sisi-Nya kecuali bagi siapa yang diberi izin."
Kata-kata syafaat berarti orang yang diberi izin oleh Allah terhadap-Nya buat me-nyampaikan permohonan agar meringankan adzab atau seseorang atau memberi ampun kesalahan yang besar, memberi maaf berbagai kelalaian. Dalam pangkal ayat ini sudah dijelaskan, bahwa syafaat itu memang ada dan memang boleh, tetapi bukan buat sembarang orang, melainkan bagi barangsiapa yang diberi izin.
Dalam ayat ini dijelaskan bagaimana akan terjadinya syafaat itu kelak. Dan siapa yang akan diberi izin memohonkan syafaat itu kepada Allah. Dijelaskanlah dalam ayat ini, “Sehingga apabila telah dihilangkan ketakutan dari dalam hati mereka, mereka akan berkata, “Apakah yang telah difirmankan Tuhan kamu?" Di suku ayat ini diterangkan bahwa akan kejadianlah Hari Kiamat, bahwa seluruh isi dunia ini pada akhirnya mati semua, terutama setelah berbunyi serunai sangkakala, bahwa waktunya yang telah ditentukan itu telah tiba. Kegoncangan, gempa, letusan, luapan air laut, letusan gunung-gunung dan langsung jadi abu dan pintu langit jadi terbuka, sehingga sangatlah hebat dahsyat di hari itu. Di situ tanya bertanyalah di antara satu dengan yang lain. Bahwasanya seluruh makhluk, malaikat, manusia dan jin tanya bertanya, “Apakah yang telah difirmankan Tuhan kamu?
“Mereka menjawab, “Dialah yang benar." Artinya bunyi jawab hanya serentak, semua mengaku bahwasanya firman Allah yang telah disampaikan kepada seluruh makhluk Allah di alam dunia yang lampau, baik kepada malaikat ataupun kepada jin ataupun kepada manusia, hanya satu saja isinya, yaitu “Yang Benar." Tidak ada firman Allah yang salah, yang bohong, yang tidak wajar.
Dalam firman yang hanya satu saja, yaitu kebenaran terkandunglah hakikat sejati, bahwa yang Mahakuasa hanya Allah,
“Dan Dia adalah Mahatinggi, Mahabesar."
Maka apabila direnungkan ayat ini lebih mendalam lalu kita kembali kepada arti syafaat tadi, sesuai dengan ketinggian dan kebesaran Allah, dapatlah kita pahamkan bahwa orang yang akan diberi keizinan memohonkan syafaat kepada Allah ialah orang yang martabatnya telah tinggi di sisi Allah ﷻ Dan orang yang akan dianugerahi syafaat itu pun ialah orang yang nyata dan terang berusaha mendekati Allah ﷻ dengan tidak berlalai-lalai.
Ayat 24
“Katakanlah, “Siapakah yang memberimu rezeki di semua langit dan di bumi?"
Mereka termenung tidak bisa menjawab. Di saat seperti itu Allah ﷻ menyuruh Nabi menjawabnya sendiri, “Katakanlah, “Allah." Karena mereka itu tidak akan sanggup membuka mulut bahwa mulut mereka akan terkunci untuk mengatakan bahwa berhala yang mereka sembah itulah yang menurunkan hujan dan menerbitkan serta membenamkan matahari. Bahwa berhala-berhala itulah yang menciptakan bintang-bintang sebanyak itu di langit, dan bahwa berhala itulah yang menumbuhkan berbagai ragam tumbuh-tumbuhan untuk dimakan. Sedang lidah mereka itu terkunci, Nabi sendiri yang menjawab tanya itu, “Allah yang menjadikan itu semuanya, bukan berhala. Berhala itu hanya omong kosong kamu belaka."
“Dan sesungguhnya kami atau kamu pastilah dalam petunjuk atau pada kesesalan yang nyata."
Yang diketuk sekarang ialah hati sanubari mereka sendiri dan akal mereka yang murni. Sudah nyata mereka tidak dapat menjawab bahwa yang menurunkan rezeki itu bukan berhala. Lidah mereka gugup buat menjawab, sebab hati sudah merasa bersalah. Lalu dijawab oleh Nabi bahwa Maha Pencipta itu ialah Allah. Akhirnya sekali lagi mereka diajak memikirkan mana di antara kita yang berjalan atas petunjuk Allah ﷻ dan mana di antara kita yang menempuh jalan sesat. Niscaya hati sanubari mereka akan menjawab bahwa merekalah yang sesat, karena perjalanan mereka bukan atas garis petunjuk Ilahi, melainkan karena beragama turut-turutan pusaka nenek moyang belaka.
Ayat 25
“Katakanlah, “Tidaklah kamu yang akan ditanya tentang kesalahan yang kami perbuat dan tidaklah kami yang akan ditanya tentang apa yang kamu amalkan."
Artinya bahwa selama kamu masih tetap menganut paham yang salah, masih mem-persekutukan Allah dengan berhala yang kamu sembah itu, tidaklah ada hubungan kita sama sekali, walaupun kita satu bangsa, satu kaum, satu keluarga. Sehingga misalnya ada perbuatan kami yang salah pada pandangan kamu, maka tempat kami bertanggung jawab hanya Allah semata-mata. Demikian juga segala perbuatan kamu, tingkah laku kamu, untung rugi kamu, tidaklah ada hubungannya dengan kami. Kami sudah nyata tidak akan menganut paham kamu yang sesat itu. Tetapi jika kamu turuti kami, kamu terima seruan kami, tegasnya kamu nyatakan diri memeluk agama yang kami peluk, menjadi satulah kita.
Sama hak sama kewajiban, berat sama dipikul, ringan sama dijinjing. Mendapat sama berlaba, kececeran sama merugi. Sebab kita telah menjadi umat yang satu.
Ayat 26
“Katakanlah, “Akan dikumpulkan di antara kita oleh Tuhan kita."
Artinya ialah di hari Kiamat kelak kita akan dikumpulkan."Kemudian itu akan dibukakan yang ada di antara kita dengan kebenaran." Di hari Kiamat itulah kelak akan dibuka oleh Allah ﷻ sendiri perbedaan yang ada di antara kita, di antara kami dan kamu; mana yang hak dan mana yang batil, mana pegangan yang teguh dan mana pendirian yang goyah tempat tegaknya, siapa di antara kita yang berdiri di atas kebenaran dan siapa pula yang pegangannya rapuh karena tidak berdasar.
“Dan Dia adalah Maha Membuka dan Maha Mengetahui."
Dengan ayat-ayat yang dipangkali dengan “Katakanlah." Suruhan Allah kepada Rasul-Nya, jelas sekali bahwa Nabi dipimpin langsung oleh Allah ﷻ di dalam mengadakan pertukaran pikiran itu. Sebab itu kalau kita, terutama ahli-ahli dakwah hendaklah melakukan pula pertukaran pikiran memilih jalan yang lebih baik itu, hendaklah kita selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT, sehingga ketika bertukar pikiran itu kita sekali-kali tidak hendak mencari kemenangan untuk diri kita sendiri, melainkan mengajak lawan agar tunduk kepada kebenaran, walaupun tadinya mereka sedang menolak kebenaran itu. Itulah sebabnya maka ulama-ulama banyak mengarang tuntunan llmul Bahats wal Munazharah. Ilmu berbahas dan bertukar pikiran.
Ayat 27
“Katakanlah, “Perlihatkanlah kepadaku tambah-tambahan yang kamu kaitkan dengan Dia sebagaimana sekutu-sekutu itu."
Artinya, kalau benar kamu sembah berhala atau yang lain-lain itu, yang kamu anggap sebagai sekutu-sekutu dari Allah, cobalah perlihatkan kepadaku, atau cobalah terang dan jelaskan kepadaku apa kerjanya dan apa jasanya, mana yang diperbuatnya, adakah dia turut menghidupkan dan mematikan atau bagian manakah dari alam ini yang diciptakan oleh berhala-berhala itu.
Sudah pasti mereka tidak akan dapat menerangkan. Sebab sumber asli yang dapat dipertanggungjawabkan tentang kepercayaan itu tidak ada sama sekali. Dia hanya khayat atau bayangan dari angan-angan si pencipta kepercayaan itu sendiri. Sebab itu terusan ayat berkata denganjelas, “Sekali-kali tidak." Artinya sekali-kali tidaklah mereka akan sanggup mengemukakan alasan itu, karena memang tidak ada. Pepatah sudah mengungkapkan,
“Bahkan Dia adalah Allah yang Mahaperkasa, Mahabijaksana."
Bahkan Dia adalah Allah, Yang Tunggal berdiri sendiri-Nya, tidak beranak dan tidak diperanakkan dan tidak ada sesuatu jua pun yang dapat menyamai-Nya, atau duduk sama rendah tegak sama tinggi dengan Dia; Yang Mahaperkasa, sehingga tunduk semua seluruh isi alam ini kepada kehendak-Nya, kepada qudrat dan iradat-Nya, dan Mahabijaksana, sehingga segala sesuatu berjalan, beredar, berubah, berputar menurut peraturan yang sangat sempurna dan sangat indah.