Ayat
Terjemahan Per Kata
إِنَّ
sesungguhnya
ٱللَّهَ
Allah
وَمَلَٰٓئِكَتَهُۥ
dan malaikat-malaikatnya
يُصَلُّونَ
menyampaikan/mohon rahmat
عَلَى
atas
ٱلنَّبِيِّۚ
nabi
يَٰٓأَيُّهَا
wahai
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
ءَامَنُواْ
beriman
صَلُّواْ
mohonkan rahmat
عَلَيۡهِ
atasnya
وَسَلِّمُواْ
dan mohonkan keselamatan
تَسۡلِيمًا
kesejahteraan/penghormatan
إِنَّ
sesungguhnya
ٱللَّهَ
Allah
وَمَلَٰٓئِكَتَهُۥ
dan malaikat-malaikatnya
يُصَلُّونَ
menyampaikan/mohon rahmat
عَلَى
atas
ٱلنَّبِيِّۚ
nabi
يَٰٓأَيُّهَا
wahai
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
ءَامَنُواْ
beriman
صَلُّواْ
mohonkan rahmat
عَلَيۡهِ
atasnya
وَسَلِّمُواْ
dan mohonkan keselamatan
تَسۡلِيمًا
kesejahteraan/penghormatan
Terjemahan
Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya berselawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, berselawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.
Tafsir
(Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bersalawat untuk Nabi) untuk Nabi Muhammad ﷺ (Hai orang-orang yang beriman! Bersalawatlah kalian untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya) yaitu katakanlah oleh kalian, "Allaahumma Shalli 'Alaa Sayyidinaa Muhammad Wa Sallim", artinya, "Ya Allah! Limpahkanlah salawat dan Salam-Mu kepada junjungan kami Nabi Muhammad.".
Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bersalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bersalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. Imam Bukhari mengatakan, Abul Aliyah telah mengatakan bahwa yang dimaksud dengan salawat dari Allah ialah pujian-Nya kepada Nabi ﷺ di kalangan para malaikat, dan salawat dari para malaikat ialah doa mereka untuknya. Ibnu Abbas mengatakan bahwa makna yusalluna ialah memberikan keberkahan. Demikianlah menurut apa yang telah diriwayatkan oleh Imam Bukhari secara ta'liq (memakai komentar) yang bersumber dari keduanya (Abul Aliyah dan Ibnu Abbas).
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ja'far Ar-Razi, dari Ar-Rabi' ibnu Anas, dari Abul Aliyah. Hal yang sama telah diriwayatkan pula dari Ar-Rabi'. Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan hal yang sama dari Ibnu Abbas. Kedua riwayat yang terakhir diketengahkan oleh Ibnu Abu Hatim. Abu Isa At-Turmuzi mengatakan, telah diriwayatkan dari Sufyan As-Sauri dan lainnya yang bukan hanya seorang dari kalangan ahlul 'ilmi; mereka mengatakan bahwa salawat dari Allah adalah rahmat-Nya, dan salawat dari para malaikat adalah permohonan ampun bagi yang bersangkutan.
Kemudian Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Amr Al-Audi, telah menceritakan kepada kami Waki', dari Al-A'masy, dari Amr ibnu Murrah yang mengatakan bahwa ia merasa yakin bahwa Al-A'masy meriwayatkannya dari Ata ibnu Abu Rabah sehubungan dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bersalawat untuk Nabi. (Al-Ahzab: 56) Bahwa salawat dari Allah ﷻ ialah firman-Nya, "Mahasuci lagi Mahakudus, rahmat-Ku mendahului azab-Ku." Makna yang dimaksud dari ayat ini ialah Allah ﷻ memberitahukan kepada hamba-hamba-Nya tentang kedudukan hamba dan Nabi-Nya di kalangan makhluk-Nya yang tertinggi (para malaikat), bahwa Dia memujinya di kalangan para malaikat yang terdekat dengan-Nya, dan bahwa para malaikat pun ikut bersalawat untuknya.
Kemudian Allah ﷻ memerintahkan kepada penghuni alam bawah (bumi) untuk bersalawat dan bersalam untuk Nabi ﷺ Dengan demikian, maka terhimpunkanlah baginya pujian dari kalangan penduduk alam atas dan alam bawah. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Abdur Rahman, telah menceritakan kepadaku ayahku, dari ayahnya, dari Asy'as ibnu Ishaq, dari Ja'far ibnul Mugirah, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas, bahwa salah seorang nabi kaum Bani Israil berkata kepada Musa a.s., "Apakah Tuhanmu pernah mengucapkan salawat?" Maka Tuhan menyeru Musa, "Hai Musa, mereka menanyakan kepadamu, apakah Tuhanmu pernah mengucapkan salawat? Katakanlah, 'Ya.' Aku selalu bersalawat dan juga para malaikat-Ku buat para nabi dan para rasulKu." Dan Allah ﷻ menurunkan kepada Nabi-Nya firman berikut: Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bersalawat untuk Nabi.
Hai orang-orang yang beriman, bersalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. (Al-Ahzab: 56) Dalam ayat lain disebutkan bahwa Allah pun bersalawat buat hamba-hamba-Nya yang beriman melalui firman-Nya: Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang. Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu). (Al-Ahzab: 41-43) Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un.
Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhannya. (Al-Baqarah: 155-157), hingga akhir ayat. Di dalam sebuah hadis disebutkan: Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya melimpahkan rahmat dan berkah kepada saf-saf barisan yang ada di sebelah kanan (imam). Dan di dalam hadis yang lain disebutkan: Ya Allah, limpahkanlah rahmat dan berkah kepada keluarga Abu Aufa. Rasulullah ﷺ pernah mendoakan istri Jabir yang telah meminta kepada beliau agar beliau mendoakan buat dirinya dan suaminya, yaitu: Semoga Allah melimpahkan berkah dan rahmat kepadamu, juga kepada suamimu.
Dan banyak hadis mutawatir dari Rasulullah ﷺ yang menganjurkan orang-orang mukmin agar banyak membaca salawat untuknya. Mengenai tata cara bersalawat untuk Nabi ﷺ, berikut ini akan kami kemukakan sebagian darinya -insya Allah- sesuai dengan apa yang mudah kami raih, dan hanya kepada Allah-lah kami memohon pertolongan. -: ": Imam Bukhari di dalam tafsir ayat ini mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Yahya ibnu Sa'id, telah menceritakan kepada kami ayahku, dari Mis'ar, dari Al-Hakam, dari Ibnu Abu Laila, dari Ka'b ibnu Ujrah yang menceritakan bahwa pernah ditanyakan kepada Rasulullah, "Wahai Rasulullah, adapun cara mengucapkan salam penghormatan kepadamu kami sudah mengetahuinya.
Maka bagaimanakah cara bersalawat untukmu?" Rasulullah ﷺ menjawab: Ucapkanlah, Ya Allah, limpahkanlah salawat kepada Muhammad dan keluarganya, sebagaimana telah Engkau limpahkan salawat kepada keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Mahaagung. Ya Allah, limpahkanlah berkah kepada Muhammad dan keluarganya, sebagaimana telah Engkau limpahkan berkah kepada keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Mahaagung (Mulia). -: ": [] ". Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ja'far, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Al-Hakam yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Ibnu Abu Laila menceritakan hadis berikut, bahwa ia bersua dengan Ka'b ibnu Ujrah, lalu Ka'b mengatakan, "Maukah aku beri kamu suatu hadiah?, (yakni suatu hadis)? Yaitu bahwa Rasulullah ﷺ keluar menemui kami, lalu kami bertanya, 'Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami telah mengetahui atau mengenal bagaimana caranya mengucapkan salam kepadamu, maka bagaimanakah cara bersalawat untukmu?" Rasulullah ﷺ menjawab: "Ucapkanlah: Ya Allah, limpahkanlah salawat kepada Muhammad dan keluarganya, sebagaimana telah Engkau limpahkan salawat kepada keluarga Ibrahim.
Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Mahamulia. Ya Allah, limpahkanlah berkah kepada Muhammad dan keluarganya, sebagaimana telah Engkau limpahkan berkah kepada keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Mahamulia. Hadis ini telah diketengahkan pula oleh Jamaah di dalam kitab mereka masing-masing melalui berbagai jalur dari Al-Hakam (yakni Ibnu Uyaynah). Imam Bukhari menambahkan dan juga dari Abdullah ibnu Isa, keduanya menerima hadis ini dari Abdur Rahman ibnu Abu Laila, kemudian Imam Bukhari menyebutkan mereka (para perawinya) .
": ". Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu Arafah, telah menceritakan kepada kami Hasyim ibnu Basyir, dari Yazid ibnu Abu Ziyad, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Abu Laila, dari Ka'b ibnu Ujrah yang mengatakan, bahwa ketika ayat ini diturunkan, yaitu firman-Nya: Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bersalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bersalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. (Al-Ahzab: 56) Lalu kami bertanya, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami telah mengetahui bagaimana cara mengucapkan salam penghormatan kepadamu.
Maka bagaimanakah caranya mengucapkan salawat untukmu?" Rasulullah ﷺ menjawab: Ucapkanlah, "Ya Allah, limpahkanlah salawat buat Muhammad dan keluarganya, sebagaimana telah Engkau limpahkan salawat buat Ibrahim dan keluarganya. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Mahamulia. Dan limpahkanlah berkah buat Muhammad dan keluarganya sebagaimana telah Engkau limpahkan berkah buat Ibrahim dan keluarganya. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Mahamulia. Dan Abdur Rahman ibnu Abu Laila mengatakan, "Dan semoga dilimpahkan pula kepada kami disertakan dengan mereka." Imam Turmuzi telah meriwayatkannya dengan tambahan ini.
Mengenai ucapan para sahabat yang mengatakan, "Adapun mengucapkan salam penghormatan kepadamu, maka hal itu telah kami ketahui." Dimaksudkan adalah salam yang terdapat di dalam tasyahhud, yang pernah diajarkan oleh Nabi ﷺ kepada mereka, sebagaimana beliau mengajari mereka suatu surat dari Al-Qur'an. Di dalam tasyahhud itu terdapat kalimah yang mengatakan, ". "Semoga keselamatan terlimpahkan kepadamu, wahai Nabi, dan juga rahmat serta berkah dari Allah." Hadis lain. ": ". ]: ". Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Yusuf, telah menceritakan kepada kami Al-Lais, dari Ibnul Had, dari Abdullah ibnu Khabbab, dari Abu Sa'id Al-Khudri r.a. yang menceritakan bahwa kami (para sahabat) pernah bertanya, "Wahai Rasulullah, mengenai salam untukmu sudah kami maklumi, tetapi bagaimanakah cara mengucapkan salawat untukmu?" Nabi ﷺ menjawab: Katakanlah, "Ya Allah limpahkanlah salawat buat Muhammad, hamba dan Rasul-Mu, sebagaimana telah Engkau limpahkan salawat buat keluarga Ibrahim.
Dan limpahkanlah berkah untuk Muhammad dan keluarganya, sebagaimana Engkau telah limpahkan berkah buat keluarga Ibrahim. Menurut Abu Saleh yang bersumber dari Al-Lais disebutkan, "Buat Muhammad dan keluarganya, sebagaimana telah Engkau limpahkan kepada Ibrahim dan keluarganya." -: -: ". Telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Hamzah, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Hazm dan Ad-Darawardi, dari Yazid (yakni Ibnul Had) yang mengatakan, "Sebagaimana Engkau limpahkan salawat buat Ibrahim.
Dan limpahkanlah berkah buat Muhammad dan juga buat keluarganya, sebagaimana telah Engkau limpahkan berkah buat Ibrahim dan keluarganya." Imam Nasai dan Imam Ibnu Majah telah mengetengahkannya melalui hadis Ibnul Had dengan sanad yang sama. Hadis lain. ": [] ". Imam Ahmad mengatakan bahwa ia pernah mengaji kepada Abdurrahman Malik, dari Abdullah ibnu Abu Bakar, dari ayahnya, dari Amr ibnu Salim yang mengatakan bahwa telah menceritakan kepadaku Abu Humaid As-Sa'idi, bahwa mereka (para sahabat) pernah bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimanakah caranya mengucapkan salawat untukmu?" Rasulullah ﷺ menjawab: Ucapkanlah, "Ya Allah, limpahkanlah salawat untuk Muhammad dan semua istrinya serta keturunannya, sebagaimana telah Engkau limpahkan salawat buat Ibrahim, dan limpahkanlah berkah buat Muhammad dan semua istrinya serta keturunannya, sebagaimana Engkau telah limpahkan berkah buat keluarga Ibrahim.
Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Mahamulia. Hadis lain. -: -: ": ". Imam Muslim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Yahya At-Tamimi yang mengatakan bahwa ia pernah mengaji, kepada Malik ibnu Na'im ibnu Abdullah Al-Mujammir, telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Abdullah ibnu Zaid Al-Ansari, (dia adalah orang yang memimpikan azan salat) bahwa Ibnu Mas'ud pernah bercerita kepadanya, "Rasulullah ﷺ datang menemui kami yang saat itu sedang berada di majelis Sa'd ibnu Ubadah. Maka bertanyalah kepadanya Basyir ibnu Sa'd, "Wahai Rasulullah, Allah telah memerintahkan kepada kami untuk bersalawat buatmu, maka bagaimanakah caranya mengucapkan salawat buatmu?" Rasulullah ﷺ diam sehingga kami menyesal mengapa dia bertanya demikian kepadanya.
Tidak lama kemudian Rasulullah ﷺ menjawab: "Ucapkanlah: Ya Allah, limpahkanlah salawat untuk Muhammad dan juga untuk keluarganya, sebagaimana telah Engkau limpahkan salawat buat keluarga Ibrahim. Dan limpahkanlah berkah buat Muhammad dan keluarganya sebagaimana telah Engkau limpahkan berkah buat keluarga Ibrahim di kalangan umat manusia. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Mahamulia. Sedangkan mengenai ucapan salam penghormatan adalah sebagaimana yang telah kalian ketahui itu. Imam Abu Daud, Imam Turmuzi dan Imam Nasai serta Imam Ibnu Jarir telah mengetengahkannya melalui hadis Malik dengan sanad yang sama.
Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih. Imam Ahmad, Imam Abu Daud, Imam Nasai, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, dan Imam Hakim di dalam kitab Mustadrak-nya telah meriwayatkan melalui hadis Muhammad ibnu Ishaq, dari Muhammad ibnu Ibrahim At-Taimi, dari Muhammad ibnu Abdullah ibnu Zaid ibnu Abdu Rabbih, dari Abu Mas'ud Al-Badri, disebutkan bahwa para sahabat pernah bertanya, "Wahai Rasulullah, adapun salam buatmu kami telah mengetahuinya, tetapi bagaimanakah cara bersalawat untukmu dalam salat kami?" Rasulullah ﷺ menjawab: ": ...
Katakanlah, "Ya Allah, limpahkanlah salawat untuk Muhammad dan keluarganya. Lalu disebutkan kalimat yang selanjutnya. Imam Syafii rahimahullah telah meriwayatkan hal yang semisal di dalam kitab musnadnya melalui Abu Hurairah. Berangkat dari riwayat ini Imam Syafii rahimahullah berpendapat bahwa diwajibkan atas orang yang salat mengucapkan salawat untuk Nabi ﷺ dalam tasyahhud terakhirnya. Jika ditinggalkan, maka salatnya tidak sah. Akan tetapi, sebagian ulama mutaakhkhirin dari kalangan mazhab Imam Malik dan lain-lainnya mengecam pendapat Imam Syafii ini yang mensyaratkan bacaan salawat dalam salat.
Mereka yang menyanggahnya menduga bahwa Imam Syafii sendirilah yang mempunyai pendapat demikian. Abu Ja'far At-Tabari, At-Tahawi, Al-Khattabi dan lain-lainnya menurut apa yang dinukil oleh Al-Qadi dari mereka telah menyatakan adanya kesepakatan yang bertentangan dengan pendapat Imam Syafii tersebut. Akan tetapi, orang yang melakukan sanggahan terhadap Imam Syafii ini benar-benar tidak beralasan dalam pengakuannya yang menyatakan adanya kesepakatan yang bertentangan dengan pendapat Imam Syafii.
Keadaannya tidak ubahnya seperti seseorang yang menilai sesuatu yang berada jauh dari jangkauan pengetahuannya. Karena sesungguhnya kami telah meriwayatkan hal yang menunjukkan bahwa membaca salawat untuk Rasulullah ﷺ di dalam salat hukumnya wajib dan kita diperintahkan untuk melakukannya, sebagaimana yang dimengerti dari makna lahiriah ayat, lalu ditafsirkan oleh hadis ini yang bersumberkan dari sejumlah sahabat, antara lain Ibnu Mas'ud, Abu Mas'ud Al-Badri, dan Jabir ibnu Abdullah. Juga dari kalangan tabi'in, antara lain Asy-Sya'bi, Abu Ja'far Al-Baqir, dan Muqatil ibnu Hayyan.
Lalu pendapat ini dijadikan pegangan oleh Imam Syafii, dalam masalah ini tidak ada perbedaan pendapat antara Imam Syafii dan murid-muridnya. Hal yang sama telah dikatakan oleh Imam Ahmad di penghujung usianya menurut apa yang telah diriwayatkan oleh Abu Zar'ah Ad-Dimasyqi bersumber darinya. Hal yang sama telah dikatakan pula oleh Ishaq ibnu Rahawaih, juga oleh Al-Faqih Imam Muhammad ibnu Ibrahim yang dikenal dengan julukan Ibnul Mawwaz Al-Maliki.
Sehingga ada sebagian ulama mazhab Hambali yang mengatakan bahwa wajib membaca salawat di dalam salat, seperti apa yang diajarkan oleh Nabi ﷺ kepada para sahabatnya ketika mereka menanyakan kepadanya cara membaca salawat untuknya. Sehingga ada sebagian dari teman-teman kami yang mewajibkan membaca salawat untuk keluarga Nabi ﷺ menurut apa yang telah diriwayatkan oleh Al-Bandaniji dan Salim Ar-Razi serta muridnya yang bernama Nasr ibnu Ibrahim Al-Maqdisi, dan hal yang sama telah dinukil oleh Imam Haramain serta muridnya yang bernama Al-Gazali sebagai suatu pendapat dari Imam Syafii.
Sebenarnya pendapat di atas yang mengatakan bahwa jumhur ulama berbeda pendapat dengan Imam Syafii dan mereka meriwayatkan adanya kesepakatan yang bertentangan dengan pendapat ini, hal ini merupakan suatu alasan. Sedangkan pendapat yang mengatakan wajib adalah berpegangan kepada makna lahiriah hadis; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Yang dimaksud dengan pendapat Imam Syafii yang mengatakan bahwa membaca salawat untuk Nabi ﷺ dalam salat wajib adalah menurut pendapat ulama Salaf dan ulama Khalaf, sebagaimana yang telah diterangkan sebelumnya.
Oleh karena itu, tidak ada yang namanya kesepakatan yang berbeda dengan pendapatnya dalam masalah ini, baik di masa dahulu ataupun di masa sekarang; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Di antara dalil yang memperkuat pendapat Imam Syafii ialah hadis lainnya yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Imam Abu Daud, dan Imam Turmuzi di dalam kitab sahihnya; juga Imam Nasai, Ibnu Khuzaimah, dan Ibnu Hibban di dalam kitab sahihnya masing-masing: ".
[] melalui riwayat Haiwah ibnu Syuraih Al-Masri, dari Abu Hani' Humaid ibnu Hani' alias Amr ibnu Malik Abu Ali Al-Husaini, dari Fudalah ibnu Ubaid r.a. yang menceritakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah mendengar seorang lelaki berdoa di dalam salatnya tanpa mengagungkan Allah, juga tanpa membaca salawat untuk Nabi ﷺ Maka Rasulullah ﷺ bersabda, "Orang ini tergesa-gesa." Kemudian Rasulullah ﷺ memanggilnya, lalu bersabda kepadanya atau kepada orang lain (yang disuruhnya untuk memanggilnya): Apabila seseorang di antara kalian berdoa, hendaklah ia memulainya dengan mengagungkan Allah dan memuji-Nya, lalu bacalah salawat untuk Nabi, kemudian sesudahnya hendaklah ia memanjatkan doa yang disukainya. Hal yang sama telah disebutkan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah: melalui Abdul Muhaimin ibnu Abbas ibnu Sahl ibnu Sa'd As-Sa'idi, dari ayahnya, dari kakeknya, dari Rasulullah ﷺ yang telah besabda: Tiada salat bagi orang yang tidak berwudu, tiada wudu bagi orang yang tidak menyebut nama Allah padanya, tiada salat bagi orang yang tidak membaca salawat untuk Nabi, dan tiada salat bagi orang yang tidak mencintai sahabat Ansar.
Akan tetapi, Abdul Muhaimin yang ada dalam sanad hadis ini orangnya matruk (tidak terpakai hadisnya). Imam Tabrani telah meriwayatkannya melalui saudaranya (saudara Abdul Muhaimin) yang bernama Ubay ibnu Abbas, tetapi masih diragukan keabsahannya, mengingat yang dikenal hanyalah melalui riwayat Abdul Muhaimin; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Hadis lain. ": ". Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Harun, telah menceritakan kepada kami Ismail, dari Abu Daud Al-A'ma, dari Buraidah yang menceritakan bahwa kami (para sahabat) pernah bertanya, "Wahai Rasulullah, kami telah mengetahui cara mengucapkan salam penghormatan kepadamu, maka bagaimanakah caranya bersalawat untukmu?" Rasulullah ﷺ menjawab: Ucapkanlah, "Ya Allah, curahkanlah salawat, rahmat, dan berkah-Mu kepada Muhammad dan keluarganya, sebagaimana yang telah Engkau curahkan kepada Ibrahim dan keluarganya.
Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Mahamulia. Abu Daud Al-A'ma namanya adalah Nafi' ibnul Haris, dia orangnya berpredikat matruk. Hadis lainnya berpredikat mauquf, kami telah meriwayatkannya melalui jalur Sa'id ibnu Mansur, Yazid ibnu Harun, dan Zaid ibnul Habbab, ketiga-tiganya dari Nuh ibnu Qais, bahwa telah menceritakan kepada kami Salamah Al-Kindi, bahwa sahabat Ali r.a. sering mengajarkan doa berikut kepada orang-orang, "Ya Allah, Yang menghamparkan semua yang rata, Yang menciptakan langit-langit yang tinggi, dan Yang menundukkan semua hati menurut fitrahnya ada yang celaka dan ada yang bahagia.
Jadikanlah salawat-salawat-Mu yang mulia, berkah-berkah-Mu yang terus berkembang, dan kasih sayang-Mu yang sangat lembut kepada Muhammad, hamba dan Rasul-Mu yang dapat membuka semua yang terkunci, yang menjadi penutup bagi nabi-nabi yang sebelumnya, yang mengumumkan kebenaran dengan cara yang benar, dan yang mengikis habis bala tentara kebatilan. Dia telah mengemban perintahMu dengan penuh ketaatan kepada-Mu, melangkah maju menuju jalan rida-Mu dengan pantang mundur dan tidak pernah lemah, tetapi penuh dengan keteguhan hati.
Dia menghafal semua wahyu-Mu dan memelihara janji-Mu seraya terus melangkah melaksanakan perintah-Mu sehingga sampailah tanda-tanda kekuasaan Allah dapat dilihat oleh orang yang mendapat hidayah. Melaluinya hati manusia yang beriman mendapat petunjuk sesudah terbenam ke dalam fitnah dan dosa, dan dia telah membuat cemerlang semua rambu yang menuju ke jalan hidayah. Dialah yang menerangkan dengan jelas semua hukum-hukum agama dan yang menjadikan Islam bercahaya.
Dia adalah kepercayaan-Mu yang tepercaya, bendahara ilmu-Mu yang tersimpan, saksi-Mu kelak di hari pembalasan, yang memohonkan nikmat kepada-Mu, dan Rasul-Mu yang membawa kebenaran sebagai rahmat dari-Mu. Ya Allah, luaskanlah baginya tempat di surga' Adn-Mii, berikanlah kepadanya balasan kebaikan yang berlipat ganda sebagai karunia dari-Mu, dengan balasan yang menyenangkannya dan tidak membuatnya bersedih hati, yaitu dari balasan pahala-Mu yang berlimpah.
Ya Allah, tinggikanlah bangunannya di atas bangunan manusia, dan muliakanlah kedudukan dan tempatnya di sisiMu. Sempurnakanlah baginya cahayanya, dan berilah dia imbalan sebagai seseorang yang telah Engkau angkat menjadi rasul-Mu orang yang diterima persaksiannya, diridai ucapannya, mempunyai lisan yang adil, rencana yang memisahkan (antara hak dan batil), dan sebagai hujah dan bukti yang besar." Hal ini sudah dikenal sebagai perkataan sahabat Ali r.a. dalam bacaan salawatnya untuk Nabi ﷺ Akan tetapi, Ibnu Qutaibah telah membicarakannya di dalam kitab Musykilul hadis-nya. Hal yang sama telah dikatakan oleh Abul Husain Ahmad ibnu Faris Al-Lugawi di dalam kitabnya yang ia himpun membahas keutamaan membaca salawat untuk Nabi ﷺ, hanya saja di dalam sanadnya terdapat hal yang masih diragukan.
Guru kami Al-Hafiz Abul Hajjaj Al-Mazi telah mengatakan bahwa Salamah Al-Kindi adalah seorang yang tidak dikenal dan dia tidak menjumpai masa sahabat Ali. Demikianlah menurutnya. Al-Hafiz Abul Qasim At-Tabrani telah meriwayatkan asar ini dari Muhammad ibnu Al-As Sa'ig, dari Sa'id ibnu Mansur, bahwa telah menceritakan kepada kami Nuh ibnu Qais, dari Salamah Al-Kindi yang mengatakan bahwa dahulu Ali r.a. mengajarkan kepada kami suatu bacaan salawat untuk Nabi ﷺ yang bunyinya, "Ya Allah, Yang menghamparkan semua yang datar," hingga akhir asar. Hadis lain. Ibnu Majah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ziad ibnu Abdullah, telah menceritakan kepada kami Al-Mas'udi, dari Aun ibnu Abdullah, dari Abu Fakhitah, dari Al-Aswad ibnu Yazid, dari Abdullah ibnu Mas'ud r.a. yang mengatakan, "Apabila kalian membaca salawat untuk Rasulullah ﷺ, maka bacalah salawat yang baik untuknya.
Karena sesungguhnya kalian tidak mengetahui, barangkali salawat kalian itu disampaikan kepadanya." Mereka berkata kepada Ibnu Mas'ud, "Ajarilah kami." Maka Ibnu Mas'ud berkata, "Ucapkanlah oleh kalian, 'Ya Allah, limpahkanlah salawat, rahmat dan berkah-Mu kepada junjungan para rasul, pemimpin orang-orang yang bertakwa, penutup para nabi, yaitu Muhammad, hamba dan rasul-Mu, Imam kebaikan, pemimpin kebaikan, dan rasul pembawa rahmat.
Ya Allah, berikanlah kepadanya kedudukan yang terpuji yang diingini oleh orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang kemudian. Ya Allah, limpahkanlah salawat kepada Muhammad, dan kepada keluarga Muhammad, sebagaimana telah Engkau limpahkan salawat kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Mahamulia." Riwayat ini berpredikat mauquf, yakni hanya sampai kepada Ibnu Mas'ud. Ismail Al-Qadi telah meriwayatkan hal yang hampir sama dengan asar ini dari Abdullah ibnu Amr atau dari Umar.
Perawi ragu, karenanya memakai kata 'atau'. Hadis lain. -: Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami Malik ibnu Ismail, telah menceritakan kepada kami Abu Israil, dari Yunus ibnu Khabbab yang menceritakan bahwa Yunus ibnu Khabbab berkhotbah kepada kami di negeri Persia dengan membacakan firman-Nya: Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bersalawat untuk Nabi.
Hai orang-orang yang beriman, bersalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. (Al-Ahzab: 56) Lalu ia mengatakan, telah menceritakan kepadaku seseorang yang pernah mendengar Ibnu Abbas mengatakan bahwa demikianlah ayat ini diturunkan, lalu kami (para sahabat) atau mereka (para sahabat) berkata, "Wahai Rasulullah, kami telah mengetahui bagaimana cara mengucapkan salam penghormatan untukmu, maka bagaimanakah cara bersalawat untukmu?" Rasulullah ﷺ menjawab: Ya Allah, limpahkanlah salawat kepada Muhammad dan keluarganya, sebagaimana telah Engkau limpahkan salawat kepada Ibrahim dan keluarganya. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Mahamulia. Dan rahmatilah Muhammad dan keluarganya sebagaimana telah Engkau rahmati keluarga Ibrahim.
Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Mahamulia. Dan limpahkanlah berkah kepada Muhammad dan keluarganya, sebagaimana telah Engkau limpahkan berkah kepada Ibrahim: Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Mahamulia. Hadis ini dijadikan dalil oleh orang yang berpendapat bahwa diperbolehkan memohonkan rahmat buat Nabi ﷺ seperti yang dikatakan oleh jumhur ulama, dan diperkuat oleh hadis orang Arab Badui yang mengatakan dalam doanya, "Ya Allah, rahmatilah aku dan Muhammad, dan janganlah Engkau rahmati seseorang pun bersama kami." Maka Rasulullah ﷺ bersabda: ". Sesungguhnya kamu telah membatasi hal yang luas. Al-Qadi Iyad telah meriwayatkan dari kebanyakan ulama mazhab Maliki, bahwa memohonkan rahmat buat Nabi ﷺ tidak diperbolehkan.
Dan Al-Qadi mengatakan bahwa tetapi Abu Muhammad ibnu Abu Zaid (salah seorang ulama mazhab Maliki) membolehkannya. Hadis lain. ". Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ja'far, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Asim ibnu Ubaidillah yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Abdullah ibnu Amir ibnu Rabi'ah menceritakan hadis berikut dari ayahnya yang menceritakan bahwa ia pernah mendengar Nabi ﷺ bersabda: Barang siapa yang mengucapkan salawat untukku sekali, maka para malaikat terus-menerus memohonkan ampunan buatnya selama ia masih membaca salawat.
Karena itu, hendaklah seseorang hamba membaca salawat, baik banyak ataupun sedikit. Ibnu Majah meriwayatkannya melalui hadis Syu'bah dengan sanad yang sama. Hadis lain. ". Abu Isa At-Turmuzi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Bandar, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Khalid ibnu Asmah, telah menceritakan kepadaku Musa ibnu Ya'qub Az-Zam'i, telah menceritakan kepadaku Abdullah ibnu Kaisan, bahwa Abdullah ibnu Syaddad pernah menceritakan kepadanya dari Abdullah ibnu Masud, bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Orang yang paling berhak mendapat syafaatku kelak di hari kiamat adalah orang yang paling banyak membaca salawat untukku.
Imam Turmuzi meriwayatkannya secara tunggal, kemudian ia mengatakan bahwa hadis ini hasan garib. Hadis lain. ". ". ". ". Ismail Al-Qadi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali Ibnu Abdullah, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Ya'qub ibnu Zaid ibnu Talhah yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Telah datang kepadaku utusan dari Tuhanku, lalu mengatakan kepadaku bahwa tidaklah seorang hamba membaca salawat untukku sekali melainkan Allah membalasnya sepuluh kali untuknya.
Lalu berdirilah seorang lelaki dan bertanya, "Wahai Rasulullah, bolehkah aku jadikan separo doaku untukmu?" Rasulullah ﷺ menjawab, "Terserah kamu." Lelaki itu bertanya lagi, "Bolehkah saya menjadikan dua pertiga doaku untukmu?" Rasulullah ﷺ menjawab, "Terserah kamu." Lelaki itu bertanya lagi, "Bolehkan aku jadikan seluruh doaku untukmu?" Rasulullah ﷺ bersabda: Kalau begitu, Allah akan menghindarkanmu dari kesusahan di dunia dan kesusahan di akhirat. Seorang syekh di Mekah yang dikenal dengan nama Mani' mengatakan kepada Sufyan (yakni bertanya kepada Sufyan) tentang sanad hadis ini dari siapa ia menerimanya. Maka Sufyan menjawab,-"Tidak tahu." Hadis lain. -: ". "". "". Ismail Al-Qadi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Salam Al-Attar, telah menceritakan kepada kami Sufyan As-Sauri, dari Abdullah ibnu Muhammad ibnu Aqil, dari At-Tufail ibnu Ubay ibnu Ka'b, dari ayahnya yang menceritakan, bahwa Rasulullah ﷺ keluar di tengah malam, lalu bersabda, "Tiupan yang mengguncangkan alam pasti datang diiringi dengan tiupan lainnya yang mengguncangkan, maut menimpa semuanya (yakni hari kiamat dan hari berbangkit)." Maka Ubay bertanya, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya saya selalu berdoa di sebagian malam hari.
Bolehkah aku jadikan sepertiga doaku untukmu?" Rasulullah ﷺ bersabda, "Separonya." Ubay bertanya lagi, "Bolehkah kujadikan separo doaku untukmu?" Rasulullah ﷺ menjawab, "Dua pertiganya." Ubay bertanya lagi, "Bolehkan saya jadikan semua doaku untukmu?" Rasulullah ﷺ menjawab: Kalau begitu, Allah akan mengampuni semua dosamu. Imam Turmuzi telah meriwayatkan hal yang semisal. Untuk itu ia mengatakan, ". ". ". ". ". ". telah menceritakan kepada kami Hannad, telah menceritakan kepada kami Qubaisah, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Abdullah ibnu Muhammad ibnu Aqil, dari At-Tufail ibnu Ubay ibnu Ka'b, dari ayahnya yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ apabila telah berlalu dua pertiga malam hari, beliau bangun, lalu bersabda: Hai manusia, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, tiupan pertama yang mengguncangkan alam pasti akan datang dan diiringi oleh tiupan kedua yang mengguncangkan; maut datang dengan segala sesuatunya, maut datang dengan segala sesuatunya.
Maka Ubay bertanya, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya saya banyak membaca salawat untukmu, maka berapa banyakkah salawat yang harus kubaca untukmu?" Rasulullah ﷺ menjawab, "Sesukamu." Ubay bertanya, Bagaimanakah dengan seperempat dari doaku?" Rasulullah ﷺ menjawab, "Sesukamu. Tetapi jika engkau tambahkan, lebih baik bagimu." Ubay bertanya, "Bagaimana dengan separonya?" Rasulullah ﷺ menjawab, "Sesukamu. Tetapi jika engkau tambahkan, lebih baik bagimu." Ubay bertanya, "Bagaimanakah dengan dua pertiganya?" Rasulullah ﷺ menjawab, "Sesukamu. Tetapi jika engkau tambahkan, lebih baik bagimu." Ubay berkata, "Aku akan menjadikan semua doaku dengan membaca salawat untukmu." Rasulullah ﷺ bersabda: Kalau demikian, engkau akan terhindar dari kesusahanmu dan semua dosamu diampuni. Kemudian Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Waki' telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Abdullah ibnu Muhammad ibnu Aqil, dari At-Tufail ibnu Ubay, dari ayahnya yang menceritakan bahwa seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah ﷺ, "Wahai Rasulullah, bagaimanakah pendapatmu jika kujadikan semua doaku untukmu?" Rasulullah ﷺ menjawab: Kalau demikian, Allah akan menghindarkan dirimu dari kesusahan dunia dan akhiratmu.
Hadis lain. -: Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Salamah Mansur ibnu Salamah Al-Khuza'i dan Yunus ibnu Muhammad. Keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Lais, dari Yazid ibnul Had, dari Amr ibnu Abu Umar, dari Abul Huwairis, dari Muhammad ibnu Jabir ibnu Mut'im, dari Abdur Rahman ibnu Auf yang menceritakan bahwa Rasulullah ﷺ keluar, lalu aku mengikutinya hingga beliau memasuki sebuah kebun kurma, kemudian beliau sujud dalam waktu yang lama sehingga aku merasa khawatir atau merasa takut bila beliau telah diwafatkan oleh Allah ﷻ Abdur Rahman ibnu Auf melanjutkan kisahnya, bahwa lalu aku mendekatinya dan memeriksanya, tiba-tiba beliau mengangkat kepalanya dan bertanya, "Mengapa kamu, hai Abdur Rahman?" Maka kuceritakan kepada beliau tentang kekhawatiran diriku, lalu beliau ﷺ bersabda: Sesungguhnya Jibril a.s.
telah mengatakan kepadaku, "Ingatlah, aku akan menyampaikan berita gembira kepadamu, bahwa sesungguhnya Allah ﷻ telah berfirman, 'Barang siapa yang mengucapkan salawat untukmu, Aku akan membalas salawatnya. Dan barang siapa yang mengucapkan salam untukmu, Aku akan membalas salamnya. Hadis lain. [] Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id maula Bani Hasyim, telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Bilal, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Abu Amr, dari Abdul Wahid ibnu Muhammad ibnu Abdur Rahman ibnu Auf, dari Abdur Rahman ibnu Auf yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ bangkit, lalu menuju ke arah kebun kurma hasil zakat, kemudian beliau masuk ke dalamnya dan menghadap ke arah kiblat, lalu bersujud.
Beliau melakukan sujudnya dalam waktu yang cukup lama, sehingga aku menduga bahwa Allah ﷻ telah mencabut nyawanya dalam sujud itu. Aku mendekatinya dan duduk di dekatnya, maka beliau mengangkat kepalanya (dari sujudnya) dan bersabda, "Siapakah orang ini?" Aku menjawab, "Abdur Rahman." Nabi ﷺ bertanya, "Ada perlu apa?" Aku menjawab, "Wahai Rasulullah, engkau telah melakukan sujud cukup lama dan saya merasa khawatir bila Allah mencabut nyawamu dalam sujudmu itu." Maka Rasulullah ﷺ bersabda: Sesungguhnya Jibril telah datang kepadaku dan menyampaikan berita gembira kepadaku, bahwa Allah ﷻ telah berfirman ditujukan kepadaku, "Barang siapa yang mengucapkan salawat untukku, maka Dia akan mencurahkan rahmat dan berkahNya kepadanya. Dan barang siapa yang mengucapkan salam penghormatan kepadaku, maka Dia akan membalasnya, karena itulah aku bersujud kepada Allah ﷻ sebagai ungkapan rasa syukur (ku kepada-Nya). Ismail ibnu Ishaq Al-Qadi telah meriwayatkannya di dalam kitabnya, dari Yahya ibnu Abdul Hamid, dari Ad-Darawardi, dari Amr ibnu Abdul Wahid, dari ayahnya, dari Abdur Rahman ibnu Auf dengan sanad yang sama.
Ia telah meriwayatkannya pula melalui jalur lain bersumber dari Abdur Rahman. Hadis lain. [] Abdul Qasim At-Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdur Rahim ibnu Bujair ibnu Abdullah ibnu Mu'awiyah ibnu Bujair ibnu Rayyan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Ayyub, telah menceritakan kepadaku Ubaidillah ibnu Umar, dari Al-Hakam ibnu Utaibah, dari Ibrahim An-Nakha'i, dari Al-Aswad ibnu Yazid, dari Umar ibnul Khattab r.a. yang menceritakan bahwa Rasulullah ﷺ keluar untuk menunaikan hajatnya dan beliau tidak menjumpai seorang pun untuk menemaninya. Ketika Umar melihatnya tak berteman, terkejutlah ia, lalu dengan segera Umar mengambil air untuk bersucinya dan menyusulnya dari belakang.
Umar menjumpai Nabi ﷺ sedang sujud di dekat sebuah sumur, maka Umar mengambil jarak dari arah belakangnya dan tidak mendekat hingga Nabi ﷺ mengangkat kepalanya. Lalu Nabi ﷺ bersabda: Tindakanmu baik, hai Umar. Ketika kamu menjumpai diriku sedang sujud, kamu agak menjauh dariku. Sesungguhnya Jibril telah datang kepadaku dan mengatakan, "Barang siapa yang mengucapkan salawat untukku dari kalangan umatku sebanyak sekali, maka Allah membalasnya dengan sepuluh kali salawat dan meninggikan derajatnya sepuluh kali. Al-Hafiz Ad-Diya Al-Maqdisi telah memilih hadis ini di dalam kitabnya yang berjudul Al-Mustakhraj 'Alas Sahihain. Ismail Al-Qadi telah meriwayatkannya dari Al-Qa'nabi, dari Salamah ibnu Wardan, dari Anas, dari Umar dengan lafaz yang semisal.
Ia telah meriwayatkannya pula dari Ya'qub ibnu Humaid, dari Anas ibnu Iyad, dari Salamah ibnu Wardan, dari Malik ibnu Aus ibnul Hadsan, dari Umar ibnu Khattab dengan lafaz yang semisal. Hadis lain. ". Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Kamil, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, dari Sabit ibnu Sulaiman maula Al-Hasan ibnu Ali, dari Abdullah ibnu Abu Talhah, dari ayahnya yang meceritakan bahwa pada suatu hari Rasulullah ﷺ datang dengan wajah yang tampak berseri-seri karena gembira.
Maka mereka (para sahabat) bertanya, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami melihat pertanda kegembiraan di wajahmu." Rasulullah ﷺ menjawab: Sesungguhnya telah datang kepadaku malaikat yang mengatakan, "Hai Muhammad, tidakkah kamu rela bila Tuhanmu berfirman, bahwa sesungguhnya tidak ada seorang pun dari umatmu yang membaca salawat untukmu melainkan Dia membalasnya dengan sepuluh kali lipatnya. Dan tidak ada seorang pun dari umatmu yang mengucapkan salam penghormatan kepadamu melainkan Dia membalasnya dengan sepuluh kali salam penghormatan?" Maka aku berkata, "Tentu saja rela.
Imam Nasai meriwayatkannya melalui hadis Hammad ibnu Salamah dengan sanad yang sama. Ismail Al-Qadi telah meriwayatkannya dari Ismail ibnu Abu Uwais, dari saudaranya, dari Sulaiman ibnu Bilal, dari Ubaidillah ibnu Umar, dari Sabit, dari Anas, dari AbuTalhah dengan lafaz yang semisal. Jalur lain. [] Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Syuraih, telah menceritakan kepada kami Abu Ma'syar, dari Ishaq ibnu Ka'b ibnu Ujrah, dari Abu Talhah Al-Ansari yang menceritakan bahwa pada suatu pagi hari Rasulullah ﷺ kelihatan cerah dan wajahnya menunjukkan rasa gembira, maka para sahabat bertanya, Wahai Rasulullah, pagi hari ini engkau kelihatan cerah dan wajahmu tampak gembira." Rasulullah ﷺ menjawab: Benar, telah datang kepadaku utusan dari Tuhanku yang mengatakan, "Barang siapa yang membaca salawat untukmu dari kalangan umatmu sekali salawat, maka Allah mencatatkan baginya sepuluh kebaikan, dan menghapuskan darinya sepuluh keburukan, dan meninggikan kedudukannya sepuluh derajat (tingkatan), dan membalasnya dengan salawat yang semisal.
Sanad riwayat ini pun terbilang jayyid, tetapi mereka tidak ada yang mengetengahkannya. Hadis lain. Imam Muslim, Imam Abu Daud, Imam Turmuzi, dan Imam Nasai telah meriwayatkan: ". melalui hadis Ismail ibnu Ja'far, dari Al-Ala ibnu Abdur Rahman, dari ayahnya, dari Abu Hurairah r.a. yang telah menceritakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Barang siapa yang besalawat untukku sekali, maka Allah akan membalasnya dengan sepuluh kali salawat untuknya. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih. Dalam bab yang sama telah diriwayatkan sebuah hadis dari Abdur Rahman ibnu Auf, Amir ibnu Rabi'ah, Ammat, Abu Talhah, Anas, dan Ubay ibnu Ka'b.
". Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Husain ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Syarik, dari Lais, dari Ka'b, dari Abu Hurairah, dari Nabi ﷺ yang telah bersabda: Bacalah salawat untukku, karena sesungguhnya salawat itu adalah pencuci (dosa) bagi kalian, dan mohonkanlah al-wasilah kepada Allah untukku, karena sesungguhnya al-wasilah itu merupakan suatu kedudukan yang tertinggi di surga dan tidak diberikan kecuali hanya kepada seseorang, dan aku berharap semoga orang itu adalah aku sendiri. Imam Ahmad meriwayatkannya secara tunggal.
Dan Al-Bazzar meriwayatkannya melalui jalur Mujahid, dari Abu Hurairah dengan lafaz yang semisal. -: -: ". Untuk itu Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ishaq Al-Bakkali, telah menceritakan kepada kami Usman ibnu Sa'id, telah menceritakan kepada kami Daud ibnu Aliyyah, dari Lais, dari Mujahid, dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Bacalah salawat untukku, karena sesungguhnya salawat untukku merupakan pencuci (dosa) bagi kalian, dan mohonkanlah kedudukan al-wasilah di surga untukku kepada Allah.
Lalu kami bertanya, atau beliau ﷺ menceritakan kepada kami melalui sabdanya: Al-wasilah adalah suatu kedudukan yang tertinggi di surga, dan diperuntukkan hanya bagi seorang lelaki, dan aku berharap semoga lelaki itu adalah diriku. Akan tetapi, di dalam sanad hadis ini terdapat perawi yang masih diragukan predikatnya. Hadis lain. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Ishaq, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah, dari Abdur Rahman ibnu Barih Al-Khaulani; ia pernah mendengar Abu Qais maula Amr ibnul As mengatakan bahwa ia pernah mendengar Abdullah ibnu Amr mengatakan, "Barang siapa yang membaca salawat untuk Rasulullah ﷺ sekali, maka Allah dan para malaikat-Nya membalasnya dengan tujuh puluh kali salawat untuknya.
Karena itu, hendaklah seseorang hamba rajin membaca salawat, baik banyak ataupun sedikit." Amr ibnul As telah mengatakan pula bahwa ia pernah mendengar Abdullah ibnu Aier mengatakan, "Pada suatu hari Rasulullah ﷺ keluar menemui kami (para sahabat) seakan-akan sikap beliau seperti orang yang mengucapkan selamat jalan, lalu beliau ﷺ bersabda: 'Akulah Muhammad nabi yang ummi sebanyak tiga kali dan tidak ada nabi lagi sesudahku. Aku telah dianugerahi semua pembuka kalam, penutup, dan semua gabungannya. Dan aku mengetahui berapa jumlah malaikat penjaga neraka dan malaikat-malaikat pemikul 'Arasy. Aku dibawa melalui sirat dan umatku diselamatkan.
Maka tunduk dan patuhlah kalian kepadaku selama aku berada di antara kalian. Dan apabila aku telah tiada, hendaklah kalian berpegang kepada Kitabullah; halalkanlah semua yang dihalalkannya, dan haramkanlah semua yang diharamkannya '. Hadis lain. ". Abu Daud At-Tayalisi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Salamah Al-Khurrasani, telah menceritakan kepada kami Abu Ishaq, dari Anas yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Barang siapa yang disebutkan namaku di hadapannya, maka hendaklah ia membaca salawat untukku.
Dan barang siapa membaca sekali salawat untukku, maka Allah membalasnya dengan sepuluh kali lipat. Imam Nasai meriwayatkannya di dalam Kitabul Yaum wal Lailah-nya melalui hadis Abu Daud At-Tayalisi, dari Abu Salamah alias Al-Mugirah ibnu Muslim Al-Khurrasani, dari Abu Ishaq alias Amr ibnu Abdullah As-Subai'i, dari Anas dengan sanad yang sama. Hadis lain diriwayatkan melalui sahabat Anas.
-: Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Fudail, telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu Amr, dari Yunus ibnu Abu Ishaq, dari Yazid ibnu Abu Maryam, dari Anas yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Barang siapa yang membaca salawat untukku sekali, maka Allah membalasnya dengan sepuluh kali salawat dan menghapuskan darinya sepuluh kesalahan. Hadis lain. []: ". Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdul Malik ibnu Amr dan Abu Sa'id, (keduanya) telah menceritakan kepada kami Sulaiman Ibnu Bilal, dari Imarah ibnu Gazyah, dari Abdullah ibnul Husain, dari ayahnya Ali ibnul Husain, dari Al-Husain, bahwa Rasulullah ﷺ pernah besabda: Orang kikir tulen ialah seseorang yang disebutkan namaku di hadapannya, lalu ia tidak membaca Salawat untukku.
Menurut riwayat Abu Sa'id disebutkan, "Dan tidak membaca salawat untukku." Imam Turmuzi meriwayatkannya melalui hadis Sulaiman ibnu Bilal. Kemudian Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan garib sahih. Di antara para perawi ada yang menjadikannya termasuk ke dalam musnad Al-Husain ibnu Ali, dan di antara mereka ada yang memasukkannya ke dalam musnad Imam Ali sendiri.
Hadis lain. Ismail Al-Qadi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hajjaj ibnu Minhal, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, dari Ma'bad ibnu Bilal Al-Anazi, telah menceritakan kepada kami seorang lelaki dari kalangan ulama Dimasyq, dari Auf ibnu Malik, dari Abu Zar r.a. yang menceritakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Sesungguhnya orang yang paling kikir ialah orang yang disebutkan namaku di hadapannya, lalu ia tidak membaca salawat untukku. Hadis lain bepredikat mursal. Ismail mengatakan, telah menceritakan pula kepada kami Sulaiman ibnu Harb, telah menceritakan kepada kami Jarir ibnu Hazim, bahwa ia pernah mendengar Al-Hasan mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Cukuplah kekikiran bagi seseorang bila aku disebutkan di hadapannya, lalu ia tidak membaca salawat untukku.
Hadis lain. ". Imam Turmuzi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Ibrahim Ad-Dauraqi, telah menceritakan kepada kami Rib'i ibnu Ibrahim, dari Abdur Rahman ibnu Ishaq, dari Sa'id ibnu Abu Sa'id Al-Maqbari, dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Celakalah seseorang yang disebutkan namaku di hadapannya, lalu ia tidak membaca salawat untukku. Celakalah seseorang yang memasuki bulan Ramadan, kemudian bulan Ramadan berlalu sebelum dia mendapat ampunan. Dan celakalah seseorang yang menjumpai kedua orang tuanya memasuki usia lanjut, kemudian keduanya tidak dijadikan olehnya sebagai penyebab yang menghantarkannya masuk ke surga.
Kemudian Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan garib. Menurut hemat kami, Imam Bukhari telah meriwayatkannya di dalam Kitabul Adab, dari Muhammad ibnu Ubaidillah. Ia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Hazm, dari Kasir ibnu Zaid, dari Al-Walid ibnu Rabah, dari Abu Hurairah secara marfu' dengan sanad yang semisal. Kami telah meriwayatkannya pula melalui hadis Muhammad ibnu Amr, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah dengan sanad yang semisal.
Imam Turmuzi mengatakan bahwa dalam bab yang sama telah diriwayatkan sebuah hadis dari Jabir dan Anas. Dan menurut kami juga diriwayatkan oleh Ibnu Abbas dan Ka'b ibnu Ujrah, yang jalur-jalurnya telah kami sebutkan di dalam permulaan Kitabus Siyam pada tafsir firman-Nya: Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu. (Al-Isra: 23) Hadis ini dan hadis sebelumnya merupakan dalil yang menunjukkan wajib membaca salawat untuk Nabi ﷺ, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
Dan ini merupakan pendapat sejumlah ulama, antara lain At-Tahawi dan Al-Hulaimi, lalu diperkuat dengan hadis lain yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah: yang menyebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Jubarah ibnul Mugallas, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Zaid, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Dinar, dari Jabir ibnu Zaid, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Barang siapa yang lupa membaca salawat untukku, berarti ia menyimpang dari jalan ke surga.
Junadah orangnya daif. Akan tetapi, Ismail Al-Qadi telah meriwayatkannya melalui berbagai jalur dari Abu Ja'far alias Muhammad ibnu Ali Al-Baqir yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: ". Barang siapa yang lupa membaca salawat untukku, berarti ia telah menyimpang dari jalan surga. Hadis ini mursal yang diperkuat dengan hadis yang sebelumnya. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Ulama lainnya berpendapat bahwa dalam suatu majelis diwajibkan membaca salawat untuk Nabi ﷺ sekali, kemudian yang selanjutnya tidak diwajibkan lagi melainkan hanya sunat. Demikianlah menurut apa yang dinukil oleh Imam Turmuzi dari sebagian di antara mereka, dan diperkuat oleh hadis yang diriwayatkan olehnya.
". Yaitu bahwa telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Basysyar, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Saleh maula At-Tau'amah, dari Abu Hurairah, dari Nabi ﷺ yang telah bersabda: Tidaklah suatu kaum duduk di suatu mejelis tanpa menyebut nama Allah padanya dan juga tanpa mengucapkan salawat untuk nabi mereka melainkan majelis itu akan menjadi penyesalan bagi mereka di hari kiamat. Jika Allah menghendaki untuk mengazab mereka, Dia akan mengazab mereka; dan jika Dia menghendaki memberikan ampunan kepada mereka, Dia akan memberikan ampunan kepada mereka.
Imam Turmuzi meriwayatkannya secara tunggal melalui jalur ini. Imam Ahmad meriwayatkannya dari Hajjaj dan Yazid ibnu Harun, keduanya dari Ibnu Abu Zi'b, dari Saleh maula At-Tau'amah, dari Abu Hurairah secara marfu' dengan lafaz yang semisal. Kemudian Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan. Telah diriwayatkan pula hal yang semisal dari Abu Hurairah, dari Nabi ﷺ melalui berbagai jalur. Ismail Al-Qadi telah meriwayatkannya melalui hadis Syu'bah, dari Sulaiman ibnu Zakwan, dari Abu Sa'id yang mengatakan, "Tidaklah suatu kaum duduk di majelis, lalu mereka bangkit darinya tanpa membaca salawat untuk Nabi ﷺ melainkan majelis itu akan menjadi penyesalan bagi mereka kelak di hari kiamat.
Dan jika mereka masuk surga, niscaya mereka tidak dapat melihat pahalanya." Telah diriwayatkan pula dari sebagian ulama yang mengatakan bahwa sesungguhnya kewajiban membaca salawat untuk Nabi ﷺ adalah sekali seumur hidup, karena mengamalkan ayat ini. Kemudian hukumnya sunat untuk kelanjutannya. Pendapat inilah yang didukung oleh Al-Qadi Iyad sesudah meriwayatkan tentang adanya kesepakatan yang bertentangan dengannya. Lalu Qadi Iyad mengulas bahwa kesepakatan tersebut barangkali berkaitan dengan yang lebih dari satu kali.
Dan hal yang diwajibkan adalah sekali, misalnya dalam persaksian yang menyatakan kenabiannya. Sedangkan untuk kelanjutannya adalah sunat dan dianjurkan serta termasuk hal-hal yang disunatkan dan syiar dari pemeluk Islam. Menurut hemat kami (Ibnu Kasir) pendapat yang didukung oleh Al-Qadi Iyad ini aneh, karena sesungguhnya telah ada perintah yang menganjurkan untuk membaca salawat untuk Nabi ﷺ di berbagai waktu dan kesempatan. Antara lain ada yang wajib, ada pula yang sunat, sebagaimana yang akan kami jelaskan berikut ini.
Dan antara lain ialah dianjurkan sesudah azan salat karena berdasarkan sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad. ". Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Abu Abdur Rahman, telah menceritakan kepada kami Haiwah, telah menceritakan kepada kami Ka'b ibnu Alqamah; ia pernah mendengar Abdur Rahman, ibnu Jubair mengatakan bahwa sesungguhnya dia pernah mendengar Abdullah ibnu Amr ibnul As mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: Apabila kalian mendengar suara muazzin, maka ucapkanlah seperti apa yang diserukannya, kemudian bacalah salawat untukku.
Karena sesungguhnya barang siapa yang membaca salawat untukku, maka Allah akan membalasnya dengan sepuluh kali lipat. Kemudian mohonkanlah kepada Allah al-wasilah untukku, karena sesungguhnya al-wasilah itu ada/ah suatu kedudukan di surga yang tidak diberikan melainkan hanya kepada seseorang dari hamba-hamba Allah. Dan aku berharap semoga orang tersebut adalah aku sendiri. Barang siapa yang memohonkan wasilah buatku, maka dia akan mendapat syafaat.
Imam Muslim, Imam Abu Daud, Imam Turmuzi, dan Imam Nasai telah meriwayatkannya melalu hadis Ka'b ibnu Alqamah. Jalur lain. Ismail Al-Qadi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abu Bakar, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Ali, dari Abu Bakar Al-Jusyami, dari Safwan ibnu Salim, dari Abdullah ibnu Amr yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: Barang siapa yang memohon kepada Allah al-wasilah untukku, maka wajib baginya mendapat syafaat dariku kelak di hari kiamat.
Hadis lain. ". ". Ismail Al-Qadi telah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Harb, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Zaid, dari Lais, dari Ka'b Al-Ahbar, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Bacalah salawat untukku, karena sesungguhnya salawat kalian untukku dapat menyucikan (dosa) kalian, dan mohonkanlah kepada Allah al-wasilah untukku. Hadis berikutnya adakalanya beliau ﷺ sendiri yang menceritakannya kepada kami, adakalanya-kami yang menanyakannya, yaitu sabda beliau yang mengatakan: Al-wasilah adalah kedudukan yang tertinggi di surga yang tidak dapat diraih kecuali hanya oleh seseorang saja, dan aku berharap semoga orang itu adalah aku. Kemudian Ismail Al-Qadi meriwayatkannya dari Muhammad ibnu Abu Bakar, dari Mu'tamir, dari Lais ibnu Abu Salim dengan sanad yang sama.
Hal yang sama disebutkan oleh hadis lainnya yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad. ". Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Hasan ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah, telah menceritakan kepada kami Bakar ibnu Saudah, dari Ziad ibnu Na'im, dari Warqa Al-Hadrami dan Ruwaifi' ibnu Sabit Al-Ansari, bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Barang siapa mengucapkan salawat untuk Muhammad dan mengucapkan doa, "Ya Allah, tempatkanlah dia pada kedudukan yang terdekat di sisi-Mu kelak di hari kiamat," maka wajiblah baginya syafaat dariku.
Sanad hadis ini dapat diterima, tetapi mereka tidak mengetengahkannya. Ada suatu asar yang hasan diriwayatkan oleh Ismail Al-Qadi, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Abdullah, telah menceritakan kepada kami Sufyan, telah menceritakan kepadaku Ma'mar, dari Ibnu Tawus, dari ayahnya yang mengatakan, bahwa ia pernah mendengar Ibnu Abbas mengatakan dalam doanya, "Ya Allah, terimalah syafaat kubra Muhammad dan tinggikanlah lagi derajatnya yang tinggi itu, dan berikanlah kepadanya apa yang dimintanya kelak di akhirat dan juga di dunia, sebagaimana telah Engkau berikan kepada Ibrahim dan Musa 'alaihimas salam." Sanad asar ini jayyid, kuat sahih.
Dianjurkan lagi membaca salawat saat hendak memasuki masjid dan saat keluar darinya, karena berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad. [] ". Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Lais ibnu Abu Salim, dari Abdullah ibnul Hasan, dari ibunya Fatimah bintil Husain, dari neneknya Fatimah binti Rasulullah yang menceritakan bahwa Rasulullah apabila memasuki masjid mengucapkan salawat dan salam untuk dirinya sendiri, kemudian berdoa: Ya Allah, ampunilah semua dosa-dosaku dan bukakanlah bagiku semua pintu rahmat-Mu.
Dan apabila keluar dari masjid, beliau mengucapkan salawat dan salam untuk dirinya, kemudian berdoa: Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku, dan bukakanlah bagiku semua pintu kemurahan-Mu. Ismail Al-Qadi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Abdul Hamid, telah menceritakan kepada kami Sufyan ibnu Amr At-Tamimi, dari Sulaiman Ad-Dabbi, dari Ali ibnu Husain yang menceritakan bahwa Ali ibnu Abu Talib r.a. pernah berkata, "Apabila kalian melalui masjid, maka bacalah salawat untuk Nabi ﷺ" Adapun mengenai membaca salawat untuk Nabi ﷺ dalam salat telah kami sebutkan keterangannya, yaitu dilakukan dalam tasyahhud terakhir, juga keterangan mengenai ulama yang berpendapat demikian, seperti Imam Syafii dan Imam Ahmad.
Adapun mengenai tasyahhud pertama, tiada suatu pendapat pun yang mengatakannya wajib. Tetapi apakah disunatkan, ada dua pendapat mengenainya di kalangan mazhab Imam Syafii. Hal yang juga dianjurkan membaca salawat padanya ialah dalam salat jenazah, karena menurut ketetapan sunat disebutkan hendaknya orang yang salat jenazah membaca surat Al-Fatihah setelah takbir pertamanya. Dalam takbir yang kedua membaca salawat untuk Nabi ﷺ Dan dalam takbir yang ketiga mendoakan mayat, sedangkan pada takbir yang keempat hendaknya diucapkan doa berikut, "Ya Allah, janganlah Engkau halangi kami dari pahalanya dan janganlah Engkau fitnah (menguji) kami sesudahnya." Imam Syafii rahimahullah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Mutarrif ibnu Mazin, dari Ma'mar, dari Az-Zuhri, telah menceritakan kepadaku Abu Umamah ibnu Sahl ibnu Hanif, bahwa ia telah menerima hadis berikut dari seorang sahabat Nabi ﷺ yang menceritakan bahwa salat jenazah menurut ketentuan sunnah ialah hendaknya imam melakukan takbir pertamanya, kemudian membaca surat Al-Fatihah sesudahnya dengan suara yang perlahan dan hanya didengar oleh sendiri.
Kemudian membaca salawat untuk Nabi ﷺ, lalu mendoakan mayat dengan ikhlas. Perlu diketahui bahwa dalam semua takbir (selain setelah takbir pertama) tidak dilakukan bacaan Al-Qur'an apa pun, kemudian mengucapkan salam dengan suara perlahan yang hanya dapat didengar sendiri. Imam Nasai telah meriwayatkan hal yang semisal dari Abu Umamah yang menyebutkan bahwa menurut tuntunan sunnah dalam salat jenazah ialah, lalu disebutkan hal yang semisal.
Abu Umamah adalah salah seorang sahabat dan hadisnya dihukumi marfu' menurut pendapat yang sahih. Ismail Al-Qadi telah meriwayatkannya dari Muhammad ibnul Musanna, dari Abdul A'la, dari Ma'mar, dari Az-Zuhri, dari Abu Umamah ibnu Sahl, dari Sahl, dari Sa'id ibnul Musayyab yang mengatakan bahwa menurut tuntunan sunnah dalam salat jenazah ialah, lalu disebutkan hal yang semisal.
Hal yang sama telah diriwayatkan melalui Abu Hurairah, Ibnu Umar, dan Asy Sya'bi. Dianjurkan pula mengucapkan salawat untuk Nabi ﷺ dalam salat hari raya, Ismail Al-Qadi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muslim ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Hisyam Ad-Dustuwa'i, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Abu Sulaiman, dari Ibrahim, dari AIqamah, bahwa Ibnu Mas'ud dan Abu Musa serta Huzaifah dijumpai oleh Al-Walid ibnu Uqbah di suatu hari sebelum hari raya, lalu Al-Walid bertanya kepada mereka, "Sesungguhnya hari raya sudah dekat, maka bagaimanakah cara melakukan salat hari raya itu?" Abdullah ibnu Mas'ud menjawab, bahwa engkau memulainya dengan takbiratul ihram untuk pembuka salat, lalu kamu memuji Tuhanmu dan membaca salawat untuk Nabi, dan berdoa, lalu bertakbir lagi, selanjutnya kamu lakukan hal yang sama.
Kemudian kamu takbir lagi dan kamu lakukan hal yang sama seperti sebelumnya, lalu kamu takbir lagi dan melakukan hal yang sama, kemudian baru kamu membaca (Al-Qur'an, yakni Al-Fatihah dan surat lainnya), kemudian kamu takbir dan rukuk. Setelah kamu berdiri dan membaca Al-Qur'an serta memuji Tuhanmu dan membaca salawat untuk Nabi ﷺ Kemudian kamu berdoa dan bertakbir lagi, lalu kamu lakukan hal yang sama, setelah itu kamu rukuk. Maka Huzaifah dan Abu Musa berkata, "Abu Abdur Rahman benar." Sanad hadis ini sahih.
Disunatkan pula membaca salawat dalam penutup doa. Imam Turmuzi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Daud, telah menceritakan kepada kami An-Nadr ibnu Syamil, dari Abu Qurrah Al-Asadi, dari Sa'id ibnul Musayyab, dari Umar ibnul Khattab yang telah mengatakan, bahwa doa itu dihentikan di antara langit dan bumi, tiada sesuatu pun dari doa itu yang dapat naik sebelum dibacakan salawat untuk nabimu.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ayyub ibnu Musa, dari Sa'id ibnul Musayyab, dari Umar ibnul Khattab. Mu'az ibnul Haris telah meriwayatkannya dari Abu Qurran, dari Said ibnul Musayyab, dari Umar secara marfu'. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Razin ibnu Mu'awiyah di dalam kitabnya secara marfu' dari Nabi ﷺ yang telah bersabda: Doa itu dihentikan di antara langit dan bumi, tidak dapat naik sebelum dibacakan salawat untukku, maka janganlah kalian jadikan diriku bagaikan wadah air seorang pengendara (yakni habis manis sepah dibuang); bacalah salawat untukku di permulaan doa, di akhirnya, dan juga di tengah-tengahnya.
Tambahan ini hanyalah diriwayatkan melalui Jabir ibnu Abdullah yang ada di dalam kitab Musnad Imam Abdu ibnu Humaid Al-Kasysyi, karena dia telah mengatakan dalam hadisnya bahwa: ". telah menceritakan kepada kami Ja'far ibnu Aun, telah menceritakan kepada kami Musa ibnu Ubaidah, dari Ibrahim ibnu Muhammad ibnu Ibrahim, dari ayahnya yang mengatakan bahwa Jabir pernah mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda kepada kami (para sahabat): Janganlah kalian jadikan diriku seperti wadah air pengendara, yaitu apabila gantungannya telah dicantolkan, maka wadahnya diambil, lalu dipenuhi dengan air.
Jika pemiliknya mempunyai keperluan untuk wudu, maka ia wudu darinya, dan jika mempunyai keperluan untuk minum, maka ia minum dari airnya. Dan jika tidak mempunyai keperluan lagi, maka airnya ditumpahkan (dibuang). Jadikanlah diriku (bacalah salawat untukku) pada permulaan doa, pertengahannya, dan di akhirnya. Hadis ini garib, dan Musa ibnu Ubaidah orangnya daif dalam periwayatan hadis. Dan termasuk hal yang paling disunahkan membaca salawat ialah dalam doa qunut, karena berdasarkan apa yang.telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan para pemilik kitab sunan, juga Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, dan Imam Hakim melalui hadis Abul Jauza: [] dari Al-Hasan ibnu Ali r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah mengajarkan kepadanya doa yang dibaca dalam salat witir, yaitu: Ya Allah, berilah aku petunjuk bersama-sama dengan orang-orang yang telah Engkau beri petunjuk, maafkanlah aku bersama-sama dengan orang-orang yang telah Engkau beri maaf tolonglah aku bersama-sama dengan orang-orang yang telah Engkau beri pertolongan, dan berkatilah aku dalam pemberian-Mu, dan peliharalah aku dari takdir buruk yang telah Engkau tetapkan, karena sesungguhnya Engkau adalah Tuhan Yang memutuskan dan tiada seorang pun yang mempunyai keputusan terhadap-Mu.
Sesungguhnya tidak akan terhina orang yang Engkau tolong, dan tidak akan mulia orang yang Engkau musuhi. Mahasuci Engkau, ya Tuhan kami, dan Mahatinggi Engkau. Imam Nasai di dalam kitab sunannya menambahkan sesudah doa tersebut bacaan, "Dan semoga Allah melimpahkan salawat kepada Muhammad." Termasuk pula hal yang disunahkan membaca salawat ialah pada hari dan malam Jumat, dianjurkan banyak-banyak membaca salawat padanya.
". -: -: ". Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Husain ibnu Ali Al-Jufri, dari Abdur Rahman ibnu Yazid ibnu Jabir, dari Abul Asy'as As-San'ani, dari Aus ibnu Aus As-Saqafi r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Termasuk hari yang mulia bagi kalian ialah hari Jumat, karena Adam diciptakan pada hari Jumat dan diwafatkan pada hari Jumat pula. Tiupan sangkakala terjadi pada hari Jumat, dan hari kiamat pun terjadi pada hari Jumat. Maka perbanyaklah oleh kalian membaca salawat untukku (pada hari Jumat), karena sesungguhnya bacaan salawat kalian untukku ditampakkan kepadaku.
Mereka (para sahabat) bertanya, "Wahai Rasulullah, begaimanakah salawat kami ditampakkan kepadamu, sedangkan engkau telah menjadi tulang belulang yang hancur?" Rasulullah ﷺ menjawab: Sesungguhnya Allah telah mengharamkan kepada tanah memakan jasad para Nabi. Imam Abu Daud, Imam Nasai, dan Imam Ibnu Majah meriwayatkannya melalu hadis Husain ibnu Ali Al-Ju'fi, dan hadis ini dinilai sahih oleh Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, Ad-Daruqutni, dan Imam Nawawi di dalam kitab Al-Azkar-nya. Hadis lain. ". Abu Abdullah alias Ibnu Majah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Sawad Al-Masri, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Wahb, dari Amr ibnul Haris, dari Sa'id ibnu Abu Hilal, dari Zaid ibnu Aiman, dari Ubadah ibnu Nissi, dari Abu Darda yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Perbanyaklah membaca salawat untukku pada hari Jumat, karena sesungguhnya hari Jumat itu adalah hari yang disaksikan, para malaikat menyaksikannya.
Dan tidak sekali-kali seseorang membaca salawat untukku pada hari Jumat melainkan salawatnya itu ditampilkan kepadaku sehingga ia selesai dari bacaan salawatnya. Abu Darda bertanya, "Sekalipun sesudah engkau tiada?" Rasulullah ﷺ menjawab: Sesungguhnya Allah telah mengharamkan bumi memakan jasad para nabi. Nabi Allah tetap dalam keadaan hidup lagi diberi rezeki. Hadis ini bila ditinjau dari segi jalurnya terdapat mata rantai sanad yang terputus antara Ubadah ibnu Nissi dan Abu Darda, karena sesungguhnya Ubadah tidak menjumpai masa Abu Darda.
Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Imam Baihaqi telah meriwayatkan melalui hadis Abu Umamah dan Ibnu Mas'ud, dari Nabi ﷺ tentang adanya perintah yang menganjurkan agar banyak membaca salawat untuk Nabi ﷺ pada malam hari dan siang hari Jumat, tetapi di dalam sanadnya terdapat kelemahan. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Dan telah diriwayatkan secara mursal dari Al-Hasan Al-Basri; -: untuk itu Ismail Al-Qadi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Harb, telah menceritakan kepada kami Jarir ibnu Hazm; ia pernah mendengar Al-Hasan Al-Basri mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Bumi tidak akan memakan jasad orang-orang yang pernah diajak bicara oleh Ruhul Quds (Malaikat Jibril). Hadis berpredikat hasan mursal, menurut Imam Nawawi di dalam kitab Al-Azkar-nya.
". Al-Qadi dan Imam Syafii mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Safwan ibnu Salim, bahwa Nabi ﷺ pernah bersabda: Apabila datang hari dan malam Jumat, perbanyaklah membaca salawat untukku. Hadis ini berpredikat mursal. Diwajibkan pula bagi seorang khatib membaca salawat untuk Nabi ﷺ dalam khotbah Jumatnya (yakni pada kedua khotbahnya) Kedua khotbah tidak sah tanpa dibacakan salawat di dalamnya, sebab membaca salawat dalam khotbah merupakan ibadah. Dan menyebut nama Allah dalam khotbah merupakan syarat sahnya, begitu pula menyebut Rasulullah ﷺ di dalam khotbah; perihalnya sama dengan dalam azan dan salat. Demikianlah menurut mazhab Imam Syafii dan Imam Ahmad. Termasuk juga hal yang dianjurkan membaca salawat dan salam padanya ialah saat berziarah ke kuburan Nabi ﷺ ".
Abu Daud mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Auf alias Muhammad, telah menceritakan kepada kami Al-Muqri, telah menceritakan kepada kami Haiwah, dari Abu Sakhr alias Humaid ibnu Ziad, dari Yazid ibnu Abdullah ibnu Qasit, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Tidaklah seseorang di antara kalian mengucapkan salam penghormatan kepadaku melainkan Allah mengembalikan rohku hingga aku menjawab salamnya. Imam Abu Daud meriwayatkannya secara munfarid (tunggal), dan dinilai sahih oleh Imam Nawawi di dalam kitab Al-Azkar-nya. ". Selanjutnya Abu Daud mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Saleh yang mengatakan bahwa ia pernah mengaji kepada Abdullah ibnu Nafi yang mengatakan bahwa telah menceritakan kepadaku Ibnu Abu Zi'b, dari Sa'id Al-Muqri, dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ telah bersabda: Janganlah kalian jadikan rumah-rumah kalian seperti kuburan, dan janganlah kalian jadikan (pada) kuburanku seperti hari raya, dan bacalah salawat untukku, karena sesungguhnya bacaan salawat kalian sampai kepadaku di mana pun kalian berada.
Hadis ini diriwayatkan secara munfarid pula oleh Imam Abu Daud. Dan Imam Ahmad meriwayatkannya dari Syuraih, dari Abdullah ibnu Nafi', dan jalur inilah yang terkenal, juga dinilai sahih oleh Imam Nawawi. Telah diriwayatkan pula melalui jalur lain secara muttasil. Al-Qadi Ismail ibnu Ishaq di dalam kitab Fadlus Salati 'Alan Nabi (Keutamaan Membaca Salawat untuk Nabi ﷺ) mengatakan: ". telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Abu Uwais, telah menceritakan kepada kami Ja'far ibnu Ibrahim ibnu Muhammad ibnu Ali ibnu Abdullah ibnu Ja'far ibnu Abu Talib, dari seorang ahli baitnya yang telah menceritakan kepadanya hadis ini dari Ali ibnul Husain ibnu Ali, bahwa pernah ada seorang lelaki setiap pagi menziarahi kuburan Nabi ﷺ dan mengucap kan salawat untuk Nabi ﷺ serta melakukan kebiasaan yang dilakukan oleh Ali ibnul Husain.
Maka Ali ibnul Husain bertanya kepadanya, "Apakah yang mendorongmu berbuat demikian?" Lelaki itu menjawab, "Saya suka mengucapk
Allah menurunkan ketentuan tentang etika bagi umat Islam ketika berinteraksi dengan istri-istri untuk menjaga kehormatan dan keagungan pribadi Rasulullah. Di antara bukti keagungan beliau ialah bahwa sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bersalawat untuk Nabi. Salawat dari Allah berarti memberi rahmat, dan dari malaikat berarti memohonkan ampunan. Karena itu, wahai orang-orang yang beriman! Bersalawatlah kamu untuk Nabi, seperti dengan berkata all'humma 'alli 'al' Mu'ammad (semoga Allah melimpahkan kebaikan dan ke-berkahan kepada Nabi Muhammad), dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya, dengan mengucapkan perkataan seperti assal'mu 'alaika ayyuhan-nabiy (semoga keselamatan tercurah kepadamu, wahai Nabi). 57. Setelah meminta orang yang beriman untuk bersalawat kepada Nabi pada ayat yang lalu, Allah lalu menyusulinya dengan ancaman kepada orang yang menyakiti beliau. Sesungguhnya terhadap orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya, baik dengan ucapan maupun perbuatan, Allah akan melaknatnya, menjauhkannya dari rahmat Allah, di dunia dan di akhirat, dan menyediakan azab yang menghinakan bagi me-reka.
Sesungguhnya Allah memberi rahmat kepada Nabi Muhammad, dan para malaikat memohonkan ampunan untuknya. Oleh karena itu, Allah menganjurkan kepada seluruh umat Islam supaya bersalawat pula untuk Nabi ﷺ dan mengucapkan salam dengan penuh penghormatan kepadanya.
Diriwayatkan dari Abu Sa'id al-Khudri bahwa ia bertanya, "Wahai Rasulullah, adapun pemberian salam kepadamu kami telah mengetahuinya, bagaimana kami harus membaca salawat?" Nabi menjawab, ucapkanlah: Allahumma shalli 'ala Muhammad wa 'ala ali Muhammad kama shallaita 'ala Ibrahim wa 'ala ali Ibrahim innaka hamid majid. Allahumma barik 'ala Muhammad wa 'ala ali Muhammad kama barakta 'ala Ibrahim wa 'ala ali Ibrahim innaka hamid majid. (Riwayat al-Bukhari, Ahmad, an-Nasa'i, Ibnu Majah, dan lainnya)
Diriwayatkan juga oleh 'Abdullah bin Abu thalhah dari ayahnya:
Bahwa Rasulullah datang pada suatu hari dan terlihat tanda-tanda kegembiraan di wajahnya. Lalu kami bertanya, "Kami telah melihat tanda-tanda kegembiraan di wajahmu." Nabi menjawab, "Memang, Jibril telah datang kepadaku dan berkata, 'Wahai Muhammad sesungguhnya Tuhanmu telah menyampaikan salam kepadamu dan berfirman, 'Tidakkah kamu merasa puas bahwa tidak ada seorang pun dari umatmu yang membaca salawat untukmu melainkan Aku membalasnya dengan sepuluh kali lipat. Dan tidak seorang pun yang menyampaikan salam kepadamu dari umatmu melainkan Aku membalas dengan salam sepuluh kali lipat.".
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
SHALAWAT
Ayat 56
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi."
Ayat ini memperkuat rasa hormat yang wajib kita lakukan kepada Nabi, bukan saja di kala hidupnya, bahkan sampai setelah beliau wafat pun. Bukan saja istri beliau jangan dikawini setelah beliau wafat, bahkan Umar bin Khaththab pernah memarahi beberapa orang pemuda yang datang dari luar kota ziarah ke kuburan Nabi, lalu dia hiruk-pikuk di dekat kuburan itu. Umar berkata, “Kalau engkau anak di sini saya pukul engkau. Mengapa engkau angkat suaramu tinggi-tinggi di hadapan kuburan beliau? Berlakulah hormat!"
Dengan ayat ini Allah memberi bukti bahwa Allah sendiri pun berlaku hormat kepada Nabi. Allah mengucapkan shalawat kepada Nabi. Malaikat-malaikat di langit pun mengucapkan shalawat kepada Nabi. Maka orang-orang yang beriman hendaklah meng-ucapkan shalawat pula kepada beliau.
Imam Bukhari berkata, “Menurut Abul Aliyah yang dimaksud dengan shalawat Allah Ta'aala kepada Nabi ialah pujian yang Dia berikan terhadap Nabi. Dan shalawat malaikat kepada Nabi ialah doanya.
Ibnu Abbas menerangkan bahwa yang dimaksud dengan Allah ﷻ memberi sha-iawat ialah memberikan berkah.
Abu Isa Tarmidzi mengatakan bahwa Sufyan dan bukan seorang dua dari orang-orang yang berilmu mengatakan, bahwa sha-lawat Allah atas Nabi ialah Rahmat-Nya kepada beliau, Shalawat Malaikat ialah ketika dia memohonkan ampun untuk Nabi kepada Allah.
“Wahai orang-orang yang beriman! Bershalawat pulalah kamu untuknya dan salam kepadanya yang sebenar salam."
Maka diriwayatkanlah oleh Imam Bukhari ketika menafsirkan ayat ini berkata, bahwa beliau menerima hadits dari Said bin Yahya bin Said, Beliau ini menerima dari Mas'ar, dari al-Hakam, dari Ibnu Abu Laylaa dari Ka'ab bin Ajrah, Beliau ini berkata, “Pernah ditanyakan orang kepada Rasulullah ﷺ, “Ya Rasulullah! Tentang mengucapkan salam kepada tuan kami telah tahu, tetapi kami ingin tahu pula bagaimana caranya mengucapkan shalawat kepada tuan." Beliau menjawab,
“Ya Allah shalawatlah atas Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau shalawat atas keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau adalah Maha Terpuji, Mahamulia. Ya Allah anugerahi berkahlah atas Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau menganugerahi berkah atas keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau adalah Maha Terpuji, Mahamulia." (HR Bukhari)
Hadits yang serupa maksudnya pun dirawikan oleh Ibnu Abi Hatim, sanadnya disambut dari Abdurrahman bin Abu Laylaa dan dari Ka'ab bin Ajrah juga. Dia berkata, “Ya Rasulullah! Kami telah mengerti bagaimana mengucapkan salam kepada tuan, tetapi bagaimana kami mengucapkan shalawat?"
“Lalu Nabi menjawab, “Katakanlah, Ya Allah shalawatlah atas Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau shalawat atas Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau adalah Maha Terpuji, Mahamulia. Ya Allah anugerahilah berkah atas Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau anugerahi berkah atas Ibrahim. Sesungguhnya Engkau, adalah Maha Terpuji, Mahamulia." (HR Ibnu Abi Hatim)
Sebuah hadits lagi,
“Dari Abu Mas'ud al-Anshari, berkata dia, “Datanglah Rasulullah ﷺ kepada kami sedang kami bersama-sama dalam majelis Sa'ad bin Ubbadah. Maka bertanyalah Basyir bin Sa'ad, “Kami diperintahkan Allah supaya mengucapkan shalawat untuk tuan, ya Rasulullah, maka bagaimana caranya kami mengucapkan shalawat itu! Berkata dia, “Maka berdiamlah Rasulullah ﷺ beberapa lamanya sehingga timbul perasaan kami, alangkah baiknya jika dia tidak bertanya tadi. Kemudian barulah berkata Rasulullah ﷺ, “Sebutlah, ya Allah shalawatlah atas Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberikan shalawat atas Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Dan anugerahilah berkah atas Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana telah Engkau anugerahi berkah atas Ibrahim dan keluarga Ibrahim di dalam alam sekalian. Sesungguhnya Engkau adalah Maha Terpuji, lagi Mahamulia." “Kemudian itu ucapkanlah salam sebagaimana yang telah kamu ketahui." (HR Muslim, Abu Dawud, an-Nasa'i, Ibnu Jarir dari Imam Malik. Tirmidzi mengatakan hadits ini hasan dan shahih)
Shalawat yang dirawikan Muslim dan ahli-ahli hadits yang tersebut kemudian inilah yang banyak kita pakai.
Dalam hadits-hadits yang kita salinkan ini dan beberapa hadits lain ada tersebut, “Tentang salam kepada engkau kami sudah tahu." Yang dimaksud ialah salam yang telah dijadikan bacaan kita juga seketika mengucapkan tasyahud, yaitu,
“Salam atas engkau, wahai Nabi dan Rahmat Allah dan berkat-berkat-Nya. Salam atas kami dan hamba-hamba Allah yang saleh."
Di samping itu terdapatlah banyak hadits-hadits yang menganjurkan agar selalu, bukan dalam shalat saja, mengucapkan shalawat dan salam untuk Nabi ﷺ. Di antaranya,
“Dari Abdullah bin Mas'ud r.a. bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, “Orang yang paling pertama dengan daku di hari Kiamat ialah yang lebih banyak mengucapkan shalawat untukku." (HR Tirmidzi)
“Dari Abu Hurairah r.a. berkata, berkata Rasulullah ﷺ, “Barangsiapa yang bershalawat untuk aku satu kali, maka Allah akan her-shalawat pula untuknya sepuluh kali “ (HR Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, dan an-Nasa'i)
Ayat 57
“Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya, dikutuklah mereka oleh Allah di dunia dan di akhirat."
Tentu saja dalam ayat ini disebut menyakiti Allah SWT, bukanlah diartikan dan dipahamkan sebagaimana biasa. Sebab Allah ﷻ tidaklah bertubuh yang dapat dipukul atau disepak oleh manusia, sehingga Allah kesakitan. Kalau begitu kita memahamkan ayat, tentu jelas benar bahwa paham kita amat dangkal dalam hal agama, atau sengaja menye-lewengkan maksud Allah ﷻ Menyakiti Allah ﷻ artinya ialah dengan sengaja mengolok-olokkan perintah-Nya atau menyesali takdir-Nya, mengomel dan merasa kecewa atas ketentuan yang telah Dia tetapkan. Misalnya mengatakan Allah tidak adil.
Ada sebuah hadits shahih, dirawikan oleh Bukhari dan Muslim, diterima dari Sufyan bin Uyainah, dia menerima dari az-Zuhri. Az-Zuhri ini menerima dari Said bin Musayyab dan dia ini menerima dari Abu Hurairah, Nabi bersabda,
“Disakiti Aku oleh Anak Adam, dicelanya masa, padahal Akulah masa; Aku perputarkan malamnya dengan siangnya." (HR Bukhari dan Muslim)
Di ujung ayat Allah ﷻ berfirman,
“Dan Dia sediakan untuk mereka adzab yang membuat hina."
Yaitu bahwa sesudah mereka itu dikutuk oleh Allah ﷻ dunia akhirat sehingga jiwa mereka tidak akan merasa tenteram dan tujuan hidup mereka menjadi gelap, maka di akhirat adzab siksaan neraka pulalah yang akan mereka derita. Penderitaan paling hebat ialah mereka menjadi orang-orang yang hina rendah jadi penduduk neraka.
Ayat 58
“Dan orang-otang yang menyakiti orang-orang yang beniman laki-laki dan perempuan dengan sesuatu yang tidak pernah mereka perbuat."
Menyakiti Allah dan Rasul telah kita ketahui apa artinya, yaitu tidak menghormati dengan tidak menyelenggarakan perintah, atau mencemooh dan mencela. Itu belumlah cukup sebelum seorang yang beriman menjauhi pula menyakiti sesamanya beriman. Jangan disakiti hati mereka. Sudah nyata bahwa kita tidaklah dapat hidup sendiri menyembah Allah ﷻ dengan memutuskan hubungan dengan orang lain. Keindahan beribadah hanya dapat dilaksanakan kalau kita pun berbaik dengan orang lain sesama beriman. Selama hubungan sesama Mukmin masih belum lancar, selama kita hanya mementingkan diri sendiri dengan tidak memedulikan orang lain, selama itu pula jiwa belum akan tenteram. Terutama janganlah membuat-buatkan, mengarang-ngarang-kan yang tidak-tidak, membuat fitnah. Semuanya itu termasuk dalam golongan menyakiti. Orang-orang yang menyakiti sesama Mukmin itu,
“Maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata."