Ayat
Terjemahan Per Kata
لِّيَجۡزِيَ
karena hendak memberi balasan
ٱللَّهُ
Allah
ٱلصَّـٰدِقِينَ
orang-orang yang benar
بِصِدۡقِهِمۡ
dengan kebenaran mereka
وَيُعَذِّبَ
dan Dia menyiksa
ٱلۡمُنَٰفِقِينَ
orang-orang munafik
إِن
jika
شَآءَ
menghendaki
أَوۡ
atau
يَتُوبَ
Dia menerima taubat
عَلَيۡهِمۡۚ
atas mereka
إِنَّ
sesungguhnya
ٱللَّهَ
Allah
كَانَ
adalah
غَفُورٗا
Maha Pengampun
رَّحِيمٗا
Maha Penyayang
لِّيَجۡزِيَ
karena hendak memberi balasan
ٱللَّهُ
Allah
ٱلصَّـٰدِقِينَ
orang-orang yang benar
بِصِدۡقِهِمۡ
dengan kebenaran mereka
وَيُعَذِّبَ
dan Dia menyiksa
ٱلۡمُنَٰفِقِينَ
orang-orang munafik
إِن
jika
شَآءَ
menghendaki
أَوۡ
atau
يَتُوبَ
Dia menerima taubat
عَلَيۡهِمۡۚ
atas mereka
إِنَّ
sesungguhnya
ٱللَّهَ
Allah
كَانَ
adalah
غَفُورٗا
Maha Pengampun
رَّحِيمٗا
Maha Penyayang
Terjemahan
agar Allah memberikan balasan kepada orang-orang yang benar itu karena kebenarannya dan mengazab orang munafik jika Dia menghendaki atau menerima tobat mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Tafsir
(Supaya Allah memberikan balasan kepada orang-orang yang benar itu karena kebenarannya, dan menyiksa orang-orang munafik jika dikehendaki-Nya) seumpamanya Dia mematikan mereka dalam kemunafikannya (atau menerima tobat mereka. Sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun) (lagi Maha Penyayang) kepada orang yang bertobat kepada-Nya.
Tafsir Surat Al-Ahzab: 24
Ayat 24
Adapun firman Allah subhaanahu wa ta’aalaa: supaya Allah memberikan balasan kepada orang-orang yang benar itu karena kebenarannya, dan menyiksa orang munafik jika dikehendaki-Nya, atau menerima tobat mereka. (Al-Ahzab: 24) Yakni sesungguhnya Allah hanya ingin menguji hamba-hamba-Nya dengan rasa takut dan keguncangan (gentar) agar Dia membedakan mana yang berhati buruk dan mana yang berhati baik, sehingga apa yang ada di dalam hati mereka menjadi kelihatan dalam bentuk sikap dan perbuatan.
Hal ini sama sekali tidak bertentangan dengan kenyataan bahwa Allah subhaanahu wa ta’aalaa mengetahui sesuatu sebelum penciptaannya. Dan sesungguhnya Allah tidak mengazab makhluk-Nya hanya berdasarkan pengetahuan Allah tentang mereka, melainkan mereka pun harus mengetahui dahulu apa yang Dia ketahui tentang diri mereka, sebagaimana yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya: Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu; dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ikhwalmu. (Muhammad: 31) Hal ini menyangkut pengetahuan terhadap sesuatu setelah keberadaannya, sekalipun pengetahuan mengenainya telah diketahui oleh Allah sebelum keberadaannya dalam ilmu-Nya yang terdahulu.
Hal yang senada disebutkan pula oleh Allah subhaanahu wa ta’aalaa melalui firman-Nya: Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan kamu sekarang ini, sehingga Dia menyisihkan yang buruk (munafik) dari yang baik (mukmin). Dan Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan kepada kamu hal-hal yang gaib. (Ali-Imran: 179) Karena itulah dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya: supaya Allah memberikan balasan kepada orang-orang yang benar itu karena kebenarannya. (Al-Ahzab: 24) Yaitu karena kesabaran mereka dalam memegang teguh apa yang telah mereka janjikan kepada Allah dan pengalamannya serta pemeliharaan mereka terhadap janji tersebut. dan menyiksa orang-orang munafik. (Al-Ahzab: 24) Mereka adalah orang-orang yang merusak janji Allah lagi menentang perintah-perintah-Nya.
Akibat dari perbuatan itu mereka berhak mendapat siksa dan azab dari-Nya. Akan tetapi, mereka berada dalam kehendak Allah selama mereka di dunia; jika Dia suka membiarkan mereka tetap pada perbuatannya hingga mereka menghadap kepada-Nya, maka kelak Allah akan mengazab mereka karena dosa-dosanya. Dan jika Allah suka menjadikan mereka mau bertobat, Maka Dia akan memberi petunjuk kepada mereka untuk meninggalkan kemunafikannya, kembali kepada iman, serta beramal shalih sesudah mereka fasik dan durhaka.
Dan mengingat rahmat Allah dan belas kasihan-Nya kepada makhluk-Nya lebih kuat daripada murka-Nya kepada mereka, maka disebutkan oleh firman-Nya: Sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al-Ahzab: 24)
Tujuan dari pemberian keadaan yang sulit dan berat itu kepada orang mukmin adalah agar Allah memberikan balasan kepada orang-orang yang benar imannya itu karena kebenarannya dengan bersabar dalam menghadapi kesulitan, dan mengazab orang munafik yang berkhianat dan merusak perjanjian, jika Dia kehendaki, atau menerima tobat mereka jika mau bertobat setelah memperoleh hidayah-Nya. Sungguh, Allah Maha Pengampun kepada hamba yang bertobat, Maha Penyayang kepada hamba yang berharap rahmat-Nya. 25. Dan pada akhir Perang Khandak Allah menghalau orang-orang kafir itu dengan mengirim angin kencang yang membuat keadaan mereka penuh kejengkelan karena menderita kekalahan tanpa peperangan dan mereka juga tidak memperoleh keuntungan apa pun, baik ganimah maupun tawanan perang. Dengan demikian, cukuplah Allah yang menolong menghindarkan orang-orang mukmin dalam peperangan karena musuh mereka hancur tersapu angin kencang. Dan Allah Mahakuat, Mahaperkasa; tidak ada yang mampu mengalahkan dan melemahkan-Nya.
Pada ayat ini, Allah menerangkan bahwa sebab adanya ujian dan cobaan bagi orang-orang yang beriman ialah untuk membedakan yang jelek dengan yang baik, yang benar-benar beriman dengan yang kafir. Ujian ini juga bertujuan untuk menyatakan dan menampakkan apa yang berada dalam hati mereka yang sebenarnya. Dalam hal ini, Allah berfirman:
Dan sungguh, Kami benar-benar akan menguji kamu sehingga Kami mengetahui orang-orang yang benar-benar berjihad dan bersabar di antara kamu; dan akan Kami uji perihal kamu. (Muhammad/47: 31)
Dan firman Allah:
Allah tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman sebagaimana dalam keadaan kamu sekarang ini, sehingga Dia membedakan yang buruk dari yang baik. (ali 'Imran/3: 179)
Kemudian setelah jelas keadaan mereka, maka Allah memberi pahala kepada orang-orang yang benar-benar menepati janjinya, dan mengazab orang-orang munafik yang tidak menepati janjinya. Sekalipun demikian pintu tobat masih terbuka bagi orang-orang munafik itu, yaitu jika mereka beriman, menepati janjinya dan mengerjakan amal saleh. Allah akan mengampuni dosa-dosa yang telah diperbuatnya dahulu.
Pada akhir ayat ini, Allah menegaskan kepada hamba-hamba-Nya bahwa Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, menghapus segala dosa orang-orang yang benar-benar bertobat, seakan-akan dosa itu tidak pernah diperbuatnya. Dari ayat ini dipahami bahwa pintu tobat itu selalu terbuka, bagi setiap hamba yang melakukannya. Oleh karena itu, hendaklah kaum Muslimin selalu melakukannya.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 21
“Sesungguhnya adalah bagi kamu pada Rasulullah itu teladan yang baik."
Memang ada orang yang bergoncang pikirannya, berpenyakit jiwanya, pengecut, munafik, tidak berani bertanggung jawab, bersedia-sedia hendak lari jadi Badwi kembali ke dusun-dusun, tenggelam dalam ketakutan melihat dari jauh betapa besar jumlah musuh yang akan menyerbu. Tetapi masih ada lagi orang-orang yang mempunyai pendirian tetap, yang tidak putus harapan, tidak kehilangan akal. Sebab mereka melihat sikap dan tingkah laku pemimpin besar mereka sendiri, Rasulullah ﷺ.
Mulai saja beliau menerima berita tentang maksud musuh yang besar bilangannya itu, beliau terus bersiap mencari akal buat bertahan mati-matian, jangan sampai musuh sebanyak itu menyerbu ke dalam kota. Karena jika maksud mereka menyerbu Madinah berhasil, hancurlah Islam dalam kandangnya sendiri. Dia dengar nasihat dari Salman al-Farisi agar di tempat yang musuh bisa menerobos dibuat khandaq atau parit pertahanan. Nasihat Salman itu segera beliau laksanakan. Beliau sendiri yang memimpin menggali parit bersama-sama dengan sahabat-sahabat yang banyak itu, meneladan sifat Allah ‘Aziz yang disertai Hakim, Perkasa disertai Bijaksana.
Dalam Peperangan Khandaq itu semua bekerja keras siang malam. Mulanya bekerja menggali parit, sesudah itu berjaga siang dan malam. Besar dan kecil, tua dan muda. Kanak-kanak dan perempuan-perempuan dipelihara dalam benteng dan dikawal. Zaid bin Tsabit, yang kemudian terkenal sebagai salah seorang yang dititahkan oleh Khalifah Rasulullah Abu Bakar ash-Shiddiq mengumpulkan Al-Qur'an dalam satu mushaf dan masih sangat muda, turut pula bekerja keras, menggali tanah, memikul pasir, dan memecahkan batu. Rasulullah pernah mengatakan,
“Adapun dia itu sesungguhnya adalah anak baik."
Rupanya oleh karena sangat lelah bekerja dan berjaga, dan hari sangat dingin, dia masuk ke dalam parit itu sampai di sana dia tertidur dan senjatanya terlepas dari tangannya. Datang seorang pemuda lain bernama Ammarah bin Hazem, diambilnya senjata yang telah terjatuh itu dan disimpannya. Setelah dia terbangun dari tidurnya dilihatnya senjatanya tak ada lagi. Dia pucat terkejut dan cemas. Maka tibalah Rasulullah di tempat itu. Setelah beliau lihat Zaid baru terbangun dari tidurnya, berkatalah beliau, “Hai Abaa Fuqaad! (Hai Pak Penidur), engkau tertidur dan senjatamu terbang!" Tetapi wajah beliau tidak membayangkan marah sedikit juga sehingga Zaid bertambah takut disertai malu. Lalu beliau melihat keliling dan berkata pula, “Siapa yang menolong menyimpan senjatanya?" Ammarah menjawab, “Saya yang menyimpannya, ya Rasulullah." Lalu beliau suruh segera kembalikan senjata Zaid dan beliau bernasihat pula kepada Ammarah didengar oleh yang lain, “Saya dibuat seorang Muslim jadi cemas dengan menyembunyikan senjatanya sebagai senda gurau."
Suasana memimpin yang seperti itu adalah teladan yang baik kepada panglima perang yang menyerahkan tentaranya ke medan pertempuran. Beliau tahu benar bahwa Zaid itu anak baik. Tertidur karena sudah sangat lelah, bukanlah hal yang dapat dilawannya. Sambil bergurau saja beliau menegur, namun kesannya kepada Zaid besar sekali.
Lanjutan ayat ialah,
“Bagi barangsiapa yang mengharapkan Allah dan Hari Kemudian!"
Yaitu sesudah di pangkal ayat dikatakan, bahwa pada diri Rasulullah itu sendiri ada hal yang akan dapat dijadikan contoh teladan bagi kamu. Yaitu bagi kamu yang beriman. Semata-mata menyebut iman saja tidaklah cukup. Iman mesti disertai pengharapan, yaitu bahwa inti dari iman itu sendiri. Inti iman ialah harapan. Harapan akan ridha Allah dan harapan akan kebahagiaan di hari akhirat. Kalau tidak ingat akan yang dua itu, atau kalau hidup tidak mempunyai harapan, iman tidak ada artinya. Maka untuk memelihara iman dan harapan hendaklah banyak mengingat Allah ﷻ Sebab itu maka di ujung ayat dikatakan,
“Dan yang banyak ingat kepada Allah."
Ini diperingatkan di akhir ayat. Sebab barang yang mudah mengatakan mengikut teladan Rasul dan barang yang mudah mengatakan beriman. Tetapi adalah meminta latihan batin yang dalam sekali untuk dapat menjalankannya. Seumpama orang yang mengambil alasan menuruti Sunnah Rasul yang membolehkan orang beristri lebih dari satu sampai berempat, tetapi jarang orang yang mengikuti ujung ayat, yaitu meneladan Rasul di dalam berlaku adil kepada istri-istri.
Atau umumnya orang yang mengakui umat Muhammad tetapi tidak mau mengerjakan peraturan yang disampaikan oleh Nabi Muhammad ﷺ.
Maka bertambah besar harapan kita kepada Allah ﷻ dan keyakinan kita akan Hari Kemudian dan bertambah banyak kita mengingat dan menyebut Allah bertambah ringanlah bagi kita meneladan Rasul ﷺ.
Ayat 22
“Dan (ingatlah) tatkala orang-orang yang beriman melihat golongan-golongan bersekutu itu, mereka berkata, ‘Inilah dia yang dijanjikan kepada kami oleh Allah dan Rasul-Nya."
Maka apabila orang-orang yang beriman melihat musuh itu begitu banyaknya dan begitu pula jahat maksud mereka, tidaklah mereka takut. Hati mereka berkata, “Inilah tanda bahwa kemenangan telah dekat, dan kita tidak akan sampai kepada kemenangan itu kalau hal seperti ini belum pernah kita alami." Lantaran itu mereka yakin dan tidak ada ragu-ragu lagi, sampai berkata, “Dan benarlah Allah dan Rasul-Nya."
Karena keyakinan yang demikian tidaklah mereka takut lagi menempuh apa jua pun yang akan terjadi, hatta mati pun mereka mau menempuhnya. Apalah artinya nyawa sendiri, kalau kematian itu sudah nyata akan membawa kemenangan yang gilang-gemilang bagi agama dan aqidah yang mereka peluk. Lantaran kepadatan hati menghadapi segala kemungkinan itu, disebutkanlah keadaan mereka di ujung ayat,
“Dan tidaklah hal ini menambah kepada mereka melainkan iman dan penyerahan."
Ujung ayat ini hendaklah diperhatikan betul-betul. Yaitu setelah melihat musuh telah membuat persekutuan besar karena hendak menghancurkan Islam, mereka yakin akan janji Allah dan Rasul, bahwa inilah pintu kepada kemenangan. Seakan-akan kemenangan itu telah berdiri di hadapan mata mereka, sebab itu iman dan penyerahan mereka kepada Allah ﷻ bertambah kuat dan teguh pula. Artinya bukanlah mereka lalai dan tengah, bukan pula berdiam diri karena telah yakin bahwa mereka akan menang juga. Karena kemenangan yang dijanjikan itu masih juga bergantung kepada taslim, yaitu menyerah bulat kepada kehendak Allah dan Rasul, biar mati lumat di hadapan musuh. Maka -bukanlah mereka berpangku tangan jadinya, bermalas-malas karena janji Allah ﷻ pasti terjadi, yaitu kemenangan. Kelakuan yang demikian tidaklah sesuai dengan orang yang beriman.
Ayat 23
“Setengah dari orang-orang yang beriman itu, adalah beberapa laki-laki yang dengan jujur memenuhi apa yang telah mereka janjikan kepada Allah atasnya."
Allah ﷻ mengatakan bahwa di antara orang-orang yang beriman itu ada beberapa laki-laki, dipenuhinya janjinya yang telah diikatnya dengan Allah ﷻ menghadapi suatu amal perbuatan. Karena Mukmin itu selalu ingat akan Allah SWT, tidak pernah melupakan Allah, maka tidak pulalah dia lupa akan janjinya. Bandingkanlah dengan seorang budiman yang berutang uang kepada seorang yang sudi mengutangi. Selama utang itu belum terbayar, sukarlah dia buat melupakan. Tiap teringat kebaikan budi orang itu, pasti dia teringat akan utangnya yang belum dibayarnya itu.
“Maka setengah dari mereka telah selesai tugasnya." Selesai tugasnya, atau sampai cita-citanya, terkabul apa yang diingininya, yaitu utang kepada Allah ﷻ terbayar dan janji terpenuhi, dan dia pun mati. Hatinya senang menempuh kematian itu. Dia merasa beban yang berat telah diletakkan. Atau pendakian yang amat tinggi dan curam telah selesai terlampaui. “Dan setengah dari mereka menunggu." Artinya menunggu di sini ialah bersedia pula menghadapi maut, menunggu ajal. Rela menantikan panggilan itu, karena merasa diri belum pernah mungkir akan janji dengan Allah SWT, walau nyawa akan melayang dari badan.
“Dan tidaklah mereka mengubah-ubah, perubahan apa pun."
Tidak mereka akan berganjak dari pendirian, tidak dapat dibujuk dengan berbagai macam bujukan atau dirayu dengan rayuan apa pun. “Selangkah tidak surut, setapak tidak kembali. Esa hilang dua terbilang."
Ayat 24
Supaya menggajarilah Allah terhadap orang-orang yang benar karena kebenarannya."
Atau “orang-orang yang jujur karena kejujuran mereka."
Di ayat ini dijelaskanlah bahwasanya orang berbuat jujur, memang karena timbul dari dasar jiwanya yang memang jujur, pastilah akan mendapat ganjaran yang mulia di sisi Allah ﷻ “Dan akan diadzab-Nya orang-orang yang munafik itu jika Dia kehendaki."
Di sini kita pun mendapat lagi dua rahasia ayat. Rahasia pertama ialah orang yang berbuat jujur karena timbul dari lubuk jiwa yang memang jujur, pasti akan mendapat ganjaran yang mulia di sisi Allah ﷻ Berbuat jujur karena orangnya memang jujur jauh berbeda dengan orang yang dipaksa oleh keadaan berbuat jujur, padahal dalam lubuk hatinya kejujuran itu tidak ada.
Rahasia yang kedua ialah “dan akan diadzab-Nya orang-orang yang munafik itu jika Dia kehendaki." Suku ayat ini pun sejalan dengan yang sebelumnya. Mentang-mentang orang berbuat perbuatan munafik, tidaklah langsung saja Allah ﷻ terus mengadzab-nya.
Tidak mustahil mereka menyesal, lalu beriman sesudah munafik, atau beramal saleh sesudah fasik dan durhaka, sedang sifat Allah ﷻ yang disebut rahmat dapat mengalahkan sifat-Nya yang bernama ghadhab atau murka. Sebab itu di ujung ayat dijelaskan sifat Allah ﷻ itu,
“Atau diberi-Nya tobat atas mereka. Sesungguhnya Allah adalah Maha Pemberi Ampun, Maha Penyayang."
Ayat 25
“Dan Allah usir kembali orang-orang yang kafir itu dengan sakit hati."
Niscaya sakitlah hati mereka karena kegagalan itu. Sudah lebih dan 10.000 orang datang hendak menyerbu. Disangka semula akan mudah berhasil, rupanya gagal sama sekali. Sesama sekutu pecah pula sebelum maksud tercapai
“Dan Allah menghindarkan peperangan dari orang-orang yang beriman." Karena parit (khandaq) telah mempertahankan mereka dan angin puyuh yang hebat telah mengusir kembali musuh-musuh mereka. Sehingga orang-orang yang beriman itu tidak sampai berperang,
“Dan Allah adalah Mahakuat, Mahaperkasa."
Dan sejak itu pula mulailah pamor Quraisy menurun. Kalau selama ini mereka yang selalu menyerang, dan kaum Muslimin bertahan, maka mulai waktu itu merekalah yang bertahan dan Islamlah yang menyerang. Waktu itulah dengan tegas Rasulullah ﷺ bersabda,
“Sejak kini kitalah yang mulai menyerang mereka, dan mereka tidak akan menyerang kita lagi." (HR Bukhari)
Kejadian ini bulan Syawwal tahun kelima. Tahun kedelapan jatuhlah Mekah ke tangan Muslimin.
Ayat 26
“Dan Dia menurunkan orang-orang yang membantu mereka."
Yaitu bahwa Allah ﷻ jualah yang menentukan, bahwa orang-orang atau kaum yang membantu kaum Quraisy dan Ghathafan yang hendak menghancurkan pertahanan Islam itu, “Dari Ahlui Kitab itu." Yaitu Bani Quraizhah “dari benteng-benteng mereka". Sesudah mereka bertahan selama 25 hari, akhirnya terpaksa mereka turun juga ke bawah.
Akhirnya setelah genap 25 hari belum juga menyerah, kaum Muslimin memutuskan menyerbu ke dalam benteng itu. Ali bin Abi Thalib pemangku bendera atau petaka perang berseru, Seluruh brigade iman, marilah maju. Saya sendiri ingin hendak merasakan apa yang pernah dirasakan oleh pamanku Hamzah bin Abdul Muthalib, mati hancur badan saya, atau saya kuasai benteng ini seluruhnya. Maju! Maka berlompatanlah brigade iman itu, di dalamnya termasuk pahlawan besar Zubair bin Awwam.
Tetapi Bani Quraizhah yang telah ketakutan itu minta tangguh, lalu berseru, “Ya Muhammad! Kami tunduk kepada keputusan Sa'ad bin Mu'az. Apa yang dia putuskan kami terima."
Ketundukan yang telah mereka nyatakan itu, menyebabkan serbuan besar-besaran tidak jadi. Sa'ad bin Mu'az lekas dijemput, sebagaimana yang telah diterangkan di atas. Maka tersebutlah di ujung ayat, “Sebagian kamu bunuh mereka" yaitu sekalian orang dewasa yang telah mengatur pengkhianatan ini dan jelas bertahan seketika benteng mereka dikepung,
“Dan kamu tawan yang sebagian lagi".
Yang ditawan ialah perempuan-perempuan dan kanak-kanak yang belum tumbuh bulu di mukanya. Yang masih terhitung kanak-kanak.
Ayat 27
“Dan telah Kami wariskan kepada kamu tanah mereka."
Segala ladang, segala kebun kurma, segala bekas tempat tinggal mereka, “Dan harta benda mereka, “ kekayaan banyak yang telah mereka kumpulkan berpuluh tahun, semuanya menjadi harta kekayaan kaum Muslimin. Dan tanah yang belum kamu injak."
Menurut riwayat yang disampaikan oleh Imam Malik dari Zaid bin Aslam, tanah yang kami injak itu ialah Khaibar. Tetapi ada lagi riwayat, ialah Mekah.
Ada pula riwayat mengatakan bahwa yang dimaksud ialah Parsi dan Rum. Ibnu Jurair mengatakan mungkin semuanyalah yang dimaksud.
Tetapi kita lebih berat kepada Khaibar. Sebab Khaibar adalah pertahanan terakhir dan Yahudi di Tanah Arab di waktu itu. Setelah ketiga kabilah Bani Qainuqa, Bani Nadhir, dan
Kita tidak condong kepada tafsiran yang mengatakan, bahwa yang dimaksud dengan tanah yang belum kamu injak itu ialah Mekah. Sebab Mekah sudah diinjak oleh kaum Muhajirin sebelum mereka hijrah ke Madinah dan telah diinjak oleh kaum Muhajirin dan Anshar pada waktu Umratul Qadha. Maka yang lebih cocok ialah Khaibar, sebab di sana benteng Yahudi terakhir.
“Dan adalah Allah itu terhadap segala sesuatu Mahakuasa."