Ayat
Terjemahan Per Kata
قُلۡ
katakanlah
يَوۡمَ
pada hari
ٱلۡفَتۡحِ
kemenangan
لَا
tidak
يَنفَعُ
berguna
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
كَفَرُوٓاْ
kafir/ingkar
إِيمَٰنُهُمۡ
iman mereka
وَلَا
dan tidaklah
هُمۡ
mereka
يُنظَرُونَ
mereka diberi tangguh
قُلۡ
katakanlah
يَوۡمَ
pada hari
ٱلۡفَتۡحِ
kemenangan
لَا
tidak
يَنفَعُ
berguna
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
كَفَرُوٓاْ
kafir/ingkar
إِيمَٰنُهُمۡ
iman mereka
وَلَا
dan tidaklah
هُمۡ
mereka
يُنظَرُونَ
mereka diberi tangguh
Terjemahan
Katakanlah, “Pada hari kemenangan itu tidak berguna lagi bagi orang-orang kafir keimanan mereka dan mereka tidak diberi penangguhan.”
Tafsir
(Katakanlah, "Pada hari kemenangan itu) yaitu pada hari turunnya azab atas mereka (tidak berguna bagi orang-orang kafir iman mereka dan tidak pula mereka diberi tangguh") ditangguhkan supaya mereka dapat bertobat atau meminta maaf.
Tafsir Surat As-Sajdah: 28-30
Dan mereka bertanya, "Bilakah kemenangan itu (datang) jika kamu memang orang-orang yang benar? Katakanlah, "Pada hari kemenangan itu tidak berguna bagi orang-orang kafir iman mereka dan tidak (pula) mereka diberi tangguh. Maka berpalinglah kamu dari mereka dan tunggulah, sesungguhnya mereka (juga) menunggu. (As-Sajdah: 28-30)
Ayat 28
Allah subhaanahu wa ta’aalaa menceritakan sikap orang-orang kafir yang tergesa-gesa ingin agar azab Allah, murka-Nya, dan pembalasan-Nya segera menimpa mereka. Kata-kata ini mereka ungkapkan sebagai sikap mereka yang menganggap mustahil akan terjadinya azab itu, mereka mendustakan dan mengingkarinya. Dan mereka bertanya, "Bilakah kemenangan itu (datang). (As-Sajdah: 28) Yakni kapankah kemenangan itu kamu peroleh, hai Muhammad, atas diri kami? Sebagaimana yang kamu duga, bahwa kamu akan beroleh kemenangan atas diri kami dan kamu dapat membalas kami, bilakah hari itu terjadi? Tidaklah kami lihat engkau dan semua sahabatmu, melainkan bersembunyi ketakutan lagi hina.
Ayat 29
Maka Allah menjawab melalui firman-Nya: Katakanlah, "Pada hari kemenangan itu. (As-Sajdah: 29) Yakni manakala telah menimpa pembalasan Allah atas kalian, murka dan kemarahan-Nya di dunia dan akhirat. "Tidak berguna bagi orang-orang kafir iman mereka dan tidak (pula) mereka diberi tangguh. (As-Sajdah: 29) Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya: Maka tatkala datang kepada mereka rasul-rasul (yang diutus kepada) mereka dengan membawa keterangan-keterangan, mereka merasa senang dengan pengetahuan yang ada pada mereka. (Al-Mu-min: 83), hingga akhir surat. Barang siapa yang menakwilkan bahwa makna yang dimaksud dengan kemenangan ini adalah kemenangan atas kota Mekah, maka sesungguhnya pendapatnya jauh dari benar dan salah fatal.
Karena sesungguhnya di hari kemenangan atas kota Mekah, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam menerima keislaman orang-orang yang dibebaskan, yang jumlah mereka kurang lebih ada dua ribu orang. Dan sekiranya yang dimaksudkan dengan ayat ini adalah kemenangan atas kota Mekah, tentulah keislaman mereka tidak dapat diterima, karena ada firman Allah subhaanahu wa ta’aalaa yang mengatakan: Katakanlah, "Pada hari kemenangan itu tidak berguna bagi orang-orang kafir iman mereka dan tidak (pula) mereka diberi tangguh." (As-Sajdah: 29) Sesungguhnya makna yang dimaksud dengan istilah al-fat-h ini hanyalah hari peradilan dan hari keputusan, yaitu hari kiamat. Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat yang lain: maka itu adakanlah suatu keputusan antaraku dan antara mereka. (Asy-Syu'ara: 118), hingga akhir ayat.
Sama pula dengan firman-Nya: Katakanlah, "Tuhan kita akan menghimpun kita semua, kemudian Dia memberi keputusan antara kita dengan benar. (Saba: 26), hingga akhir ayat. Dan mereka memohon kemenangan (atas musuh-musuh mereka) dan binasalah semua orang yang berlaku sewenang-wenang lagi keras kepala. (Ibrahim: 15) padahal sebelumnya mereka biasa memohon (kedatangan Nabi) untuk mendapat kemenangan atas orang-orang kafir. (Al-Baqarah: 89) Dan firman Allah subhaanahu wa ta’aalaa: Jika kamu (orang-orang musyrik) mencari keputusan, maka telah datang keputusan kepadamu. (Al-Anfal:19)
Ayat 30
Kemudian Allah subhaanahu wa ta’aalaa berfirman: Maka berpalinglah kamu dari mereka dan tunggulah, sesungguhnya mereka (juga) menunggu. (As-Sajdah: 30) Maksudnya, berpalinglah dari orang-orang musyrik itu dan sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Ikutilah apa yang telah diwahyukan kepadamu dari Tuhanmu; tidak ada Tuhan selain Dia; dan berpalinglah dari orang-orang musyrik. (Al-An'am: 106) Dan tunggulah, karena sesungguhnya Allah pasti akan menunaikan kepadamu apa yang telah Dia janjikan kepadamu, dan Dia akan menolongmu dalam menghadapi orang-orang yang menentangmu.
Sesungguhnya Dia tidak akan menyalahi janji. Firman Allah subhaanahu wa ta’aalaa: sesungguhnya mereka (juga) menunggu. (As-Sajdah: 30) Yakni engkau menunggu. Mereka pun menunggu dan selalu mengintai-intai kelengahanmu. Bahkan mereka mengatakan, "Dia adalah seorang penyair yang kami tunggu-tunggu kecelakaan menimpanya. (At-Tur: 30) Maka engkau akan menyaksikan buah dari kesabaranmu terhadap mereka, dan buah jerih payahmu dalam menyampaikan risalah Allah, Yaitu Allah akan menolongmu dan mendukungmu. Kelak mereka akan menjumpai akibat dari apa yang mereka tunggu-tunggu terhadapmu dan sahabat-sahabatmu, yaitu siksaan Allah yang berturut-turut menimpa mereka dan azab Allah yang membinasakan mereka.
Cukuplah Allah sebagai Pelindung kami dan Dia adalah sebaik-baik pemberi pertolongan. Demikianlah akhir dari tafsir surat As-Sajdah. Segala puji bagi Allah atas segala limpahan karunia-Nya.
29-30. Allah memberi petunjuk kepada Nabi Muhammad untuk menanggapi pertanyaan kaum kafir itu. Katakanlah, 'Ketahuilah, pada hari kemenangan itu, yaitu hari kiamat ketika setiap manusia akan memperoleh putusan dan balasan dengan adil, tidak berguna lagi bagi orang-orang kafir itu keimanan mereka dan mereka tidak diberi penangguhan untuk dikembalikan ke dunia supaya bertobat, beriman, dan beramal saleh. ' Maka, wahai Nabi Muhammad, berpalinglah engkau dari mereka. Abaikanlah pendustaan mereka dan tunggulah masa ketika Allah mendatangkan janji-Nya dengan memenangkan orang beriman atas orang kafir, sesungguhnya mereka juga menunggu kapan kalian mati atau terbunuh dalam perang. []29-30. Allah memberi petunjuk kepada Nabi Muhammad untuk menanggapi pertanyaan kaum kafir itu. Katakanlah, 'Ketahuilah, pada hari kemenangan itu, yaitu hari kiamat ketika setiap manusia akan memperoleh putusan dan balasan dengan adil, tidak berguna lagi bagi orang-orang kafir itu keimanan mereka dan mereka tidak diberi penangguhan untuk dikembalikan ke dunia supaya bertobat, beriman, dan beramal saleh. ' Maka, wahai Nabi Muhammad, berpalinglah engkau dari mereka. Abaikanlah pendustaan mereka dan tunggulah masa ketika Allah mendatangkan janji-Nya dengan memenangkan orang beriman atas orang kafir, sesungguhnya mereka juga menunggu kapan kalian mati atau terbunuh dalam perang. [].
Ayat ini menjelaskan bahwa Muhammad mengatakan kepada orang-orang musyrik Mekah itu, termasuk juga di dalamnya orang-orang kafir, bahwa hari kemenangan dan hari penyelesaian yang adil itu ialah hari Kiamat. Pada hari itu tidak bermanfaat lagi iman seseorang yang hanya diucapkan ketika itu, padahal waktu di dunia, dia adalah orang kafir. Mereka pada hari itu tidak diberi kesempatan untuk bertobat. Tidak memberi kesempatan bertobat kepada orang-orang kafir pada hari itu adalah wajar karena mereka selama hidup di dunia telah diberi peringatan oleh rasul yang diutus kepada mereka. Rasul itu telah menunjukkan jalan kebahagiaan yang abadi kepada mereka yang termuat di dalam Al-Qur'an dan hadis, tetapi mereka tetap ingkar dan membangkang.
Allah akan menetapkan hukum di antara manusia dengan adil pada hari Kiamat. Orang-orang yang berbuat baik akan dibalas dengan pahala yang baik, sedangkan orang-orang yang berbuat buruk akan diazab dengan siksaan yang pedih. Hal ini sesuai dengan firman Allah:
"Ya Tuhan kami, berilah keputusan antara kami dan kaum kami dengan hak (adil). Engkaulah pemberi keputusan terbaik." (al-A'raf/7: 89).
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Dalam ayat yang akan kita tafsirkan ini, kita merasakan bagaimana Allah ﷻ menunjukkan kasih-Nya kepada Rasul-Nya, Nabi kita Muhammad ﷺ dan bagaimana pula hubungan tugas beliau dengan nabi-nabi yang terdahulu daripada beliau, terutama seorang nabi pejuang besar, Nabi Musa.
Maka berfirmanlah Allah SWT,
Ayat 23
“Dan sesungguhnya telah Kami berikan sebuah Kitab kepada Musa. Maka janganlah engkau, ragu-ragu dari menemuinya."
Dalam banyak hal, jalan perjuangan Nabi Muhammad sama pada garis besarnya dengan perjuangan Nabi Musa. Nama Musa pun sampai tiga ratus kali di dalam Al-Qur'an. Qatadah menafsirkan janganlah Nabi Muhammad ﷺ merasa ragu-ragu, bahwa dia akan mendapat martabat yang paling tinggi lagi. Kalau Musa mendapat kehormatan dengan diajak bercakap-cakap oleh Allah ﷻ di atas Gunung Thursina yang permai itu, maka Nabi Muhammad ﷺ tak usah ragu-ragu lagi, bahwa dia pun akan diberi peluang kesempatan bertemu dengan Allah ﷻ pada martabat yang lebih tinggi dari Musa. Dan itu pun telah berlaku ketika Nabi kita Muhammad ﷺ dipanggil Allah ﷻ melakukan Isra' dan Mfraj, sehingga pertemuan beliau dengan Allah ﷻ bukan berlaku di bumi, melainkan pada martabat yang paling tinggi, di atas lebih di atas lagi dari langit yang tujuh tingkat, lebih tinggi lagi dari Sidratul Muntaha. Maka yang dimaksud dengan menemui-Nya di sini tentu saja ialah menemui Allah ﷻ
Ada juga dibawakan orang riwayat dari tafsir yang dibangsakan kepada Ibnu Abbas, bahwa menemui-Nya dalam ayat ini ialah akan menemui Nabi Musa itu sendiri kelak di langit ketika melakukan Mi raj. Tetapi kita berat kepada tafsir Qatadah yang pertama itu, karena sudah nyata, bahwa Al-Kitab Al-Qur'an sendiri lebih sempurna dan penggenap dari Kitab Taurat, dan Nabi Musa menurut keterangan Nabi kita Muhammad ﷺ, sendiri, jika misalnya dia hidup, dia pasti akan menuruti syari'at Nabi Muhammad ﷺ. Sebab itu kalau sekadar hanya bertemu dengan ruh Nabi Musa di langit, bukan kemuliaan yang lebih tinggi bagi Nabi kita Muhammad ﷺ. Barulah kemuliaan lebih tinggi jika Nabi kita menemui Allah ﷻ di atas Sidratul Muntaha itu, sedang Musa hanya mendengar suaranya di bumi.
Adapun bertemu secara muwaajahah sehingga Allah ﷻ terlihat oleh mata, dalam keadaan yang sekarang, tidaklah dapat baik Musa atau Muhammad. Lihat kembali dalam surah al-A'raaf ayat 143. Di sana jelas dikatakan bahwa ketika Musa ingin Allah ﷻ memperlihatkan diri kepada beliau, Allah telah menyatakan dengan tegas,
“Engkau sekali-kali tidak akan dapat melihat-Ku." (al-A'raaf: 143)
Setelah Allah ﷻ memperlihatkan kuat kuasa-Nya ke gunung sehingga gunungitu jatuh runtuh, pingsanlah Musa, lalu setelah siuman dia memohon ampun atas kelancangannya meminta hal yang dia tidak berhak.
Nabi kita pun demikian. Setelah beliau turun dari langit, ada sahabat yang bertanya, di antaranya Abu Dzar, “Apakah engkau dapat melihat Allah SWT?" Beliau jawab tegas,
“Bagaimana aku akan dapat melihat Dia?"
Kata-kata Annaa menunjukkan tidak mungkin!
Kemudian lanjutan firman Allah SWT,
“Dan Kami jadikan Kitab itu petunjuk bagi Bani lsmail."
Yaitu bahwa kitab yang diturunkan kepada Musa tadi dijadikan oleh Allah ﷻ akan petunjuk bagi Bani Israil. Sebagaimana kitab yang diturunkan kepada Muhammad ﷺ untuk petunjuk pula bagi seluruh alam, yang lebih luas dari semata-mata satu kaum atau bangsa saja.
Ayat 24
“Dan telah Kami jadikan di antara mereka itu."
Yaitu di antara Bani Israil yang kepada mereka Nabi Musa membawa kitab Taurat itu, “Beberapa imam yang dapat memberikan petunjuk dengan perintah Kami." Artinya oleh karena berpedoman dan memegang teguh isi kitab yang diturunkan kepada Nabi Musa itu, maka dalam kalangan Bani Ismail muncullah imam-imam, yaitu orang-orang yang dapat memimpin Bani Israil, walaupun setelah Nabi Musa dan Nabi Harun wafat. “Tatkala mereka bersabar." Dalam ayat ini dijelaskan bahwa mereka dapat mencapai derajat yang tinggi, menjadi imam-imam dari kaum mereka ialah karena mereka bersabar. Dalam susunan kata yang sedikit ini saja diberi pedoman untuk barangsiapa yang hendak jadi pemimpin dari kaumnya. Maksudnya yang mulia itu tidaklah akan tercapai, kalau mereka tidak mempunyai kesabaran, kalau mereka lekas berputus asa. Karena untuk naik ke tempat pimpinan tidaklah mudah. Mestilah melalui berbagai macam rintangan dan hambatan. Kalau lekas naik pitam, naik darah atau putus asa, tidaklah akan sampai ke tempat yang dituju, jadi imam dari kaum.
“Dan mereka itu adalah terhadap ayat-ayat Kami amat yakin."
Maka sekalian orang yang telah mencapai derajat jadi imam-imam itu oleh karena kesabaran, tetap jugalah martabat itu, tumbuh sinar pimpinan oleh karena mereka terus-menerus pula memupuk keyakinan kepada Allah SWT, keyakinan akan ada-Nya, keyakinan akan kebenaran janji-Nya, keyakinan akan benarnya apa yang mereka perjuangkan.
Ayat 25
“Sesungguhnya Tuhan engkau, Dialah yang akan memutuskan di antara mereka di hari Kiamat, pada hal-ihwat yang selama ini mereka perselisihan."
Artinya, bahwa dalam memimpin umat, di antara imam-imam yang benar akan terjadi juga beberapa perlainan pendapat, perbedaan hasil ijtihad. Bukti bahwa manusia itu bebas berpikir dalam rangka kesatuan aqidah. Maka perselisihan pendapat yang demikian, jangan sampai jadi selisih yang mendalam, lalu membawa perbedaan haluan, melainkan serahkanlah kepada Allah ﷻ tentang ke-putusan mana yang benar dan mana yang salah. Asal saja ada iktikad baik, tidaklah Allah akan memburukkan perselisihan pikiran.
Ayat 26
“Dan apakah tidak jadi petunjuk bagi mereka, benapa telah Kami binasakan dari sebelum mereka, berbagai abad demi abad."
Maksudnya ialah memberikan peringatan, bahwa sebelum mereka, yaitu musyrikin Quraisy sebagai tujuan pertama dari ayat yang diturunkan di Mekah ini, tidaklah mereka perhatikan, untuk dijadikan pengajaran, betapa kurun demi kurun yang telah lalu, atau menurut bahasa sekarang generasi demi generasi, zaman demi zaman, angkatan demi angkatan yang telah berganti datang berganti pergi. Ada dalam kalangan kaum yang telah lalu itu tidak mau menerima, mereka berpaling dari petunjuk yang dibawakan oleh rasul-rasul. Seperti kaum Ad, kaum Tsamud, penduduk Madyan, negeri Sadum dan Gamurah, semuanya telah habis dibinasakan Allah SWT, dihancurkan sehingga yang tinggal hanya bekas. “Yang mereka telah berjalan pada tempat-tempat tinggal mereka." Yaitu bahwa kaum yang mendustakan sekarang selalu berjalan melalui bekas-bekas negeri yang telah musnah karena menantang seruan nabi-nabi Allah itu. Karena bekas-bekas runtuhan negeri itu terdapat di tempat-tempat yang dapat dijalani manusia, dalam perhubungan jalan dari Hejaz ke Syam atau dari Hejaz ke sebelah Yaman dan Hadramaut.
“Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar jadi tanda-tanda" yang membuktikan bahwa Allah ﷻ pun dapat berbuat demikian pula terhadap mereka, kalau mereka masih terus-menerus saja menantang kebenaran.
“Apakah mereka tidak mendengar?"
Apakah tidak sampai kepada mereka berita itu, apakah mereka tidak juga mau men-dengarkan pelajaran dan peringatan yang disampaikan kepada mereka?
Ayat 27
“Dan apakah tidak mereka lihat bahwa Kami mencurahkan air ke bumi tandus, lalu Kami tumbuhkan dengan dia tanam-tanaman."
Bumi yang tandus atau kering menjadi subur setelah Allah mencurahkan air hujan dari langit, maka bumi yang tandus itu pun menjadi suburlah sehingga tidak lama kemudian tumbuhlah tanam-tanaman berbagai ragam. “Yang darinyalah makan ternak-ternak mereka dan diri mereka sendiri." Sayur-mayur dimakan oleh manusia, rumput-rumputan dimakan oleh binatang-binatang ternak, namun yang jadi sebab tumbuhnya ialah karena hujan yang curah dari langit.
“Apakah mereka tidak melihat?"
Padahal hal itu bisa saja kejadian sewaktu-waktu dan di mana-mana.
Ayat 28
“Dan mereka berkata, “Bilakah kemenangan itu? Jika memang kamu orang-orang yang benar?"
Sebagai orang yang teguh aqidah, teguh iman dan keyakinan, Rasulullah ﷺ dan orang-orang yang beriman beserta beliau sangat percaya bahwa kemenangan pasti akan dicapai. Mereka yakin demikian itu iaiah karena apa yang mereka perjuangkan adalah benar, padahal yang dipertahankan oleh pihak musyrikin adalah batil. Oleh sebab itu. walaupun di saat kelihatan masih lemah, masih golongan kecil di Mekah dan jahiliyah masih sangat berpengaruh, mereka tetap percaya, bahwa akan tiba saatnya mereka pasti menang. Orang-orang musyrikin itu hanya tertawa mencemooh. Tidak makan di akal mereka, bahwa pihak Islam akan menang, sebab mereka tidak memegang kekuasaan. Sebab itulah mereka bertanya, “Bilakah kemenangan itu, jika memang kamu orang-orang benar, bukan orang yang hanya berkhayat."
Mereka tidak menampak tanda-tanda Islam akan menang itu. Muhammad ﷺ dan pengikutnya lemah, miskin, terdiri dari orang-orang kecil yang tidak berpengaruh.
Ayat 29
“Katakanlah, — hai Rasul Kami — “Pada hari kemenangan itu tidaklah bermanfaat bagi orang-orang yang kafir itu iman mereka."
Apa faedahnya lagi kalau pada masa itu menyatakan iman. Kalau hendak beriman, berimanlah sekarang, agar sama-sama merasakan nikmat kemenangan itu. jangan hanya berdiri di tepi jalan, atau dilanda dan disapu oleh kemenangan Islam.
“Dan tidaklah mereka akan diberi tangguh."
Baik kemenangan yang pertama di dunia, karena itu pun pasti datang, atau kemenangan kelak di akhirat. Kejahatan dan kedurhakaan mereka sudah pasti beroleh pem-balasan.
Ayat 30
“Maka berpalinglah engkau dari mereka."
Artinya janganlah diladeni lagi segala sanggahan dan bangkangan yang tidak ber-ketentuan dari kaum musyrikin itu, dan teruskanlah kewajiban engkau menyampaikan dak-wah, melakukan seruan memberi peringatan dan ancaman kepada yang durhaka dan memberikan berita gembira untuk yang percaya. “Dan tunggulah." Yaitu tunggulah hasil dari usaha engkau itu karena usaha itu pasti berhasil dan kemenangan yang ditunggu-tunggu itu pasti akan datang.
“Sesungguhnya mereka pun menunggu."
Engkau menunggu kemenangan dan pertolongan Allah ﷻ yang pasti datang, sebab agama ini tidak akan dapat mereka tahan-tahan lagi kemajuannya dan orang akan berbondong-bondong masuk ke dalamnya. Sedang mereka menunggu pula, yaitu menunggu kekalahan demi kekalahan, sampai daerah tempat berkisar mereka kian lama kian sempit dan akhirnya pasti habis.
Selesai Tafsir Surah as-Sajdah. Alhamdulillah.