Ayat
Terjemahan Per Kata
وَلَنُذِيقَنَّهُم
dan sungguh Kami rasakan kepada mereka
مِّنَ
dari sebagian
ٱلۡعَذَابِ
azab
ٱلۡأَدۡنَىٰ
dekat
دُونَ
bukan
ٱلۡعَذَابِ
azab
ٱلۡأَكۡبَرِ
besar
لَعَلَّهُمۡ
agar mereka
يَرۡجِعُونَ
mereka kembali
وَلَنُذِيقَنَّهُم
dan sungguh Kami rasakan kepada mereka
مِّنَ
dari sebagian
ٱلۡعَذَابِ
azab
ٱلۡأَدۡنَىٰ
dekat
دُونَ
bukan
ٱلۡعَذَابِ
azab
ٱلۡأَكۡبَرِ
besar
لَعَلَّهُمۡ
agar mereka
يَرۡجِعُونَ
mereka kembali
Terjemahan
Kami pasti akan menimpakan kepada mereka sebagian azab yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat) agar mereka kembali (ke jalan yang benar).
Tafsir
(Dan sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka sebagian azab yang dekat) yakni azab di dunia, seperti dibunuh, ditawan, ditimpa kekeringan dan paceklik serta dilanda wabah penyakit (selain) yakni sebelum (azab yang lebih besar) yaitu azab di akhirat (mudah-mudahan mereka) yaitu sebagian dari mereka yang masih ada (kembali) ke jalan yang benar, yaitu beriman.
Tafsir Surat As-Sajdah: 18-22
Maka apakah orang yang beriman seperti orang yang fasik (kafir)? Mereka tidak sama. Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal shalih, maka bagi mereka surga-surga tempat kediaman, sebagai pahala terhadap apa yang telah mereka kerjakan. Adapun orang-orang yang fasik (kafir), maka tempat mereka adalah neraka. Setiap kali mereka hendak keluar darinya, mereka dikembalikan (lagi) ke dalamnya dan dikatakan kepada mereka, "Rasakanlah siksa neraka yang dahulu kamu mendustakannya. Dan sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka sebagian azab yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat); mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan yang benar). Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya, kemudian ia berpaling darinya? Sesungguhnya Kami akan memberikan pembalasan kepada orang-orang yang berdosa. (AS-Sajdah: 18-22)
Ayat 18
Allah subhaanahu wa ta’aalaa menceritakan tentang keadilan dan kemuliaan-Nya, bahwa di hari kiamat kelak Dia tidak akan menyamakan keputusan hukum-Nya antara orang yang beriman kepada ayat-ayat-Nya lagi mengikuti rasul-rasul-Nya dan orang yang fasik. Yang dimaksud dengan orang fasik ialah orang yang keluar dari jalan ketaatan kepada Tuhannya lagi mendustakan rasul-rasul Allah yang diutus kepadanya, sebagaimana yang disebutkan di dalam firman Allah subhaanahu wa ta’aalaa: Apakah orang-orang yang membuat kejahatan itu menyangka bahwa Kami akan menjadikan mereka seperti orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang shalih, yaitu sama antara kehidupan dan kematian mereka? Amat buruklah apa yang mereka sangka itu. (Al-Jasiyah: 21) Patutkah Kami menganggap orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang shalih sama dengan orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi? Patutkah (pula) Kami menganggap orang-orang yang bertakwa sama dengan orang-orang yang berbuat maksiat? (Sad: 28) Dan firman Allah subhaanahu wa ta’aalaa: Tiada sama penghuni-penghuni neraka dengan penghuni-penghuni surga. (Al-Hasyr: 20), hingga akhir ayat.
Karena itulah dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya: Maka apakah orang yang beriman seperti orang yang fasik (kafir)? Mereka tidak sama. (As-Sajdah: 18) Artinya, mereka tidak sama kelak di sisi Allah pada hari kiamat. ‘Atha’ibnu Yasar dan As-Suddi serta selain keduanya telah menyebutkan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan Ali ibnu Abu Talib dan Uqbah ibnu Abu Mu'it.
Ayat 19
Karena itulah maka diputuskan perkara mereka melalui firman-Nya: Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal shalih. (As-Sajdah: 19) Hatinya membenarkan ayat-ayat Allah dan mengamalkan sesuai dengan petunjuknya, yaitu amal-amal yang shalih.
Maka bagi mereka surga-surga tempat kediaman. (As-Sajdah: 19) Yakni surga-surga yang di dalamnya terdapat tempat-tempat tinggal, gedung-gedung, dan rumah-rumah yang tinggi-tinggi.
Sebagai pahala. (As-Sajdah: 19) Maksudnya, sebagai sajian dan kehormatan. Terhadap apa yang telah mereka kerjakan. (As-Sajdah: 19)
Ayat 20
Dan adapun orang-orang yang fasik. (As-Sajdah: 20) Yaitu orang-orang yang keluar dari jalan ketaatan. tempat mereka adalah neraka. Setiap kali mereka hendak keluar darinya, mereka dikembalikan (lagi) ke dalamnya. (As-Sajdah: 20) Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Setiap kali mereka hendak keluar dari neraka lantaran kesengsaraan mereka, niscaya mereka dikembalikan ke dalamnya. (Al-Hajj: 22), hingga akhir ayat.
Al-Fudail ibnu Iyad mengatakan, "Demi Allah, sesungguhnya tangan-tangan mereka benar-benar terikat dan kaki-kaki mereka benar-benar terbelenggu, dan sesungguhnya luapan api neraka mengangkat mereka dan para malaikat memukuli mereka dengan pemukul." dan dikatakan kepada mereka, "Rasakanlah siksa neraka yang dahulu kamu mendustakannya. (As-Sajdah: 20) Dikatakan hal itu kepada mereka dengan nada kecaman dan celaan.
Ayat 21
Firman Allah subhaanahu wa ta’aalaa: Dan sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka sebagian azab yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat). (As-Sajdah: 21) Ibnu Abbas mengatakan, yang dimaksud dengan azab yang dekat ialah musibah-musibah di dunia, segala macam penyakit dan malapetakanya, serta semua cobaan yang menimpa keluarganya, berupa cobaan yang biasa Allah ujikan kepada hamba-hamba-Nya agar mereka bertobat kepada-Nya.
Hal yang semisal telah diriwayatkan dari Ubay ibnu Ka'b, Abul Aliyah, Al-Hasan, Ibrahim An-Nakha'i, Adh-Dhahhak, Alqamah, Atiyyah, Mujahid, Qatadah, Abdul Karim Al-Jazari, dan Khasif. Ibnu Abbas mengatakan menurut suatu riwayat yang bersumber darinya, bahwa yang dimaksud dengan azab yang dekat ialah ditegakkannya hukuman-hukuman had atas mereka. Al-Barra ibnu Azib, Mujahid, dan Abu Ubaidah mengatakan, yang dimaksud ialah azab kubur.
Imam An-Nasai mengatakan, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Ali, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Mahdi, dari Israil, dari Abu Ishaq, dari Abul Ahwas dan Abu Ubaidah, dari Abdullah sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka sebagian azab yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat). (As-Sajdah: 21) Yang dimaksud dengan azab ialah paceklik yang melanda mereka.
Abdullah putra Imam Ahmad mengatakan bahwa telah menceritakan kepadanya Abdullah ibnu Umar Al-Qawariri, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Sa'id, dari Syu'bah, dari Qatadah, dari Urwah, dari Al-Hasan Al-'Aufi, dari Yahya ibnul Jazzar dari Ibnu Abi Laila, dari Ubay ibnu Ka'b sehubungan dengan firman-Nya: Dan sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka sebagian azab yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat). (As-Sajdah: 21) Rembulan dan asap telah berlalu? dan pukulan serta azab yang pasti. Imam Muslim meriwayatkannya melalui hadis Syu'bah dengan sanad yang mauquf dan lafal yang semisal. Pada Imam Al-Bukhari disebutkan melalui Ibnu Mas'ud hal yang semisal. Abdullah ibnu Mas'ud telah mengatakan pula menurut suatu riwayat yang bersumber darinya, bahwa azab yang dekat ialah musibah yang menimpa mereka dalam Perang Badar, yaitu ada yang terbunuh dan ada yang ditawan.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Malik, dari Zaid ibnu Aslam. As-Suddi dan lain-lainnya mengatakan bahwa tiada suatu rumah pun di Mekah melainkan tertimpa kesedihan karena kematian atau tertawannya orang-orang mereka. Maka mereka tertimpa musibah kematian atau musibah menebus tawanan mereka, dan sebagian dari mereka ada yang tertimpa kedua musibah tersebut.
Ayat 22
Firman Allah subhaanahu wa ta’aalaa: Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya, kemudian ia berpaling darinya? (As-Sajdah: 22) Yakni tidak ada orang yang lebih aniaya daripada orang yang diperingati oleh ayat-ayat Allah, dan dijelaskan dengan terang ayat-ayat itu kepadanya, kemudian ia berpaling darinya dan meninggalkannya serta mengingkarinya dan berpura-pura melupakannya seakan-akan ia tidak mengenalnya.
Qatadah mengatakan bahwa jangan sekali-kali kamu berpaling dari zikrullah, karena sesungguhnya barang siapa yang berpaling dari berzikir kepada-Nya, sesungguhnya dia telah terpedaya sangat parah, sangat memerlukan pertolongan, dan melakukan dosa yang besar. Karena itulah maka Allah subhaanahu wa ta’aalaa mengancam orang yang berbuat demikian melalui firman-Nya: Sesungguhnya Kami akan memberikan pembalasan kepada orang-orang yang berdosa. (As-Sajdah: 22) Maksudnya, Aku akan membalas orang yang berbuat demikian dengan pembalasan yang keras. Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Imran ibnu Bakkar Al-Kala'i, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Mubarak, telah menceritakan kepada kami Ibnu Iyasy, telah menceritakan kepada kami Abdul Aziz ibnu Abdullah, dari Ubadah ibnu Nasiya, dari Junadah ibnu Umayyah, dari Mu’adz ibnu Jabal yang menceritakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda: Ada tiga macam perbuatan, barang siapa yang melakukannya berarti dia telah melakukan dosa, yaitu barang siapa yang membentuk suatu panji tanpa hak, atau menyakiti kedua orang tuanya atau berjalan bersama orang zalim membantuinya, maka sesungguhnya dia telah berdosa.
Allah subhaanahu wa ta’aalaa telah berfirman, "Sesungguhnya Kami akan memberikan pembalasan kepada orang-orang yang berdosa. (As-Sajdah: 22) Ibnu Abi Hatim meriwayatkannya melalui hadis Ismail ibnu Iyasy dengan sanad yang gharib sekali.
Sebelum mendapat azab di akhirat, orang-orang kafir itu sebenarnya sudah tertimpa azab di dunia. Dan pasti Kami timpakan kepada mereka sebagian siksa yang dekat, yakni di dunia, berupa bermacam musibah sebelum azab yang lebih besar di akhirat nanti. Itu semua Allah timpakan agar mereka kembali ke jalan yang benar. Inilah bentuk kasih sayang Allah kepada manusia, bahkan yang durhaka. Allah sudah memberi peringatan tetapi mereka tidak menyadari. 22. Orang-orang kafir itu tidak mampu mengambil pelajaran dari musibah yang menimpa akibat kezaliman telah menutup hati mereka. Pada ayat ini Allah menjelaskan penyebab mereka layak disiksa. Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya, kemudian dia berpaling darinya dan bahkan mendustakannya' Tidak ada. Sungguh, telah menjadi ketetapan bahwa Kami akan memberikan balasan setimpal kepada orang-orang yang berdosa sesuai kadar dosanya.
Pada ayat ini, Allah menerangkan bahwa sebenarnya orang-orang kafir itu sewaktu masih hidup di dunia telah diazab oleh Allah dengan berbagai macam azab, baik yang tampak maupun yang hanya dapat dirasakan oleh mereka. Siksaan bagi mereka di dunia disebut dengan al-'adzab al-adna (azab yang dekat), sedangkan siksaan di akhirat disebut al-'adzab al-akbar (azab yang lebih besar).
Banyak cobaan-cobaan yang diberikan Allah kepada manusia selama hidup di dunia, sejak dari cobaan yang kecil sampai kepada cobaan yang paling besar. Bisa juga dalam bentuk kemewahan lahiriah sampai kepada kemiskinan dan kesengsaraan. Seorang yang kaya tetapi tidak dilandasi dengan iman kepada Allah, hatinya selalu was-was dan khawatir, mungkin ada orang yang akan merampas kekayaannya itu, atau ada ahli waris yang hendak membunuhnya agar memperoleh kekayaan itu.
Seorang penguasa yang tidak beriman selalu khawatir kekuasaannya akan pindah kepada orang lain. Kalau perlu, kekuasaan itu dipertahankan dengan tangan besi dan kekerasan. Kekhawatiran seperti ini pernah terjadi pada Fir'aun di kala tukang-tukang sihirnya dikalahkan oleh Nabi Musa.
Allah berfirman:
Dia (Fir'aun) berkata, "Apakah kamu telah beriman kepadanya (Musa) sebelum aku memberi izin kepadamu? Sesungguhnya dia itu pemimpinmu yang mengajarkan sihir kepadamu. Maka sungguh, akan kupotong tangan dan kakimu secara bersilang, dan sungguh, akan aku salib kamu pada pangkal pohon kurma dan sungguh, kamu pasti akan mengetahui siapa di antara kita yang lebih pedih dan lebih kekal siksaannya." (thaha/20: 71)
Banyak penguasa-penguasa yang bersikap seperti Fir'aun ini. Mereka mengira bahwa merekalah yang memiliki semuanya dan merekalah yang paling berkuasa.
Sebenarnya Allah memberikan cobaan-cobaan dari azab duniawi itu agar semuanya menjadi pelajaran bagi orang-orang kafir itu. Hal ini bertujuan agar mereka mau beriman, beramal saleh, dan mudah-mudahan kembali ke jalan yang benar. Biarlah mereka menanggung siksa yang ringan di dunia ini asal di akhirat nanti mereka terhindar dari siksa yang amat berat.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 18
“Maka apakah orang yang beriman seperti orang yang fasik?"
Jelas tidak sama! Tidak sama orang yang beriman dengan orang yang fasik, orang yang telah membuang jauh segala nilai-nilai kesucian.
“Tidaklah mereka itu sama!"
Ayat 19
“Adapun orang-orang yang beriman dan beramal yang saleh-saleh."
Jiwanya telah penuh dengan kepercayaan kepada Allah ﷻ dan sikap hidupnya telah menghasilkan perbuatan-perbuatan yang baik. Sebab amal adalah hasil dari niat dan yang membentuk niat ialah hati yang ikhlas karena
Ayat 20
“Dan adapun orang-orang yang fasik."
Pengaruh dari pemakaian kata fasik lebih lagi sengitnya daripada kata-kata kafir. Karena kata-kata kafir dipakai semata-mata untuk orang yang tidak mau percaya. Tetapi fasik ialah tidak mau percaya dan menantang, seakan-akan dia bersedia berkelahi dengan Allah ﷻ Seakan-akan agama itu hendak diludahinya. “Maka tempat tinggal mereka adalah api neraka." Itulah yang sepadan dengan kejahatan mereka.
“Tiap kali mereka ingin hendak keluar darinya, dikembalikantah mereka kepadanya, dan dikatakan, “Rasakanlah adzab neraka yang telah pernah kamu dustakan itu."
Ke mana akan lari? Dicoba hendak keluar. Baru melangkah beberapa langkah, tali sudah ditarik kembali, sehingga kembali juga ke tempat pertama.
Ayat 21
“Dan sesungguhnya akan Kami rasakan kepada mereka dari adzab yang dekat, belum adzab yang lebih besar."
Sewaktu-waktu Allah ﷻ akan menimpakan kepada mereka siksaan dunia, yang masih kecil dan belum berarti dengan adzab akhirat yang lebih-lebih sangat besarnya.
“Supaya mereka kembali."
Yaitu supaya adzab yang kecil di dunia itu mudah-mudahan menimbulkan keinsafan mereka sehingga mereka segera kembali kepada jalan yang benar. Pintu masih terbuka buat menerima tobat mereka.
Ayat 22
“Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya, lalu dia berpaling darinya?"
Pangkal ayat bersifat pertanyaan, namun isi maksudnya ialah memberi peringatan, bahwa tidak ada aniaya yang sebesar itu. Diberi peringatan dengan ayat-ayat Allah SWT, lalu peringatan itu tidak dipedulikan, bahkan berpaling, membelakang, acuh tak acuh. Pada-hal peringatan dari ayat-ayat Allah ﷻ itu bukanlah untuk kepentingan orang lain, me-lainkan untuk kebahagiaan dan keselamatan orang itu sendiri.
“Sesungguhnya Kami akan memberikan pembalasan kepada orang-orang yang mendurhaka."
Ini adalah ancaman kepada orang yang berpaling ketika diperingatkan dengan ayat-ayat Allah ﷻ itu. Memberikan pembalasan yang setimpal bagi orang yang memalingkan muka ke jihat lain ketika peringatan diberikan adalah salah satu sifat Allah dan salah satu dari asma-Nya, al-Muntaqim.