Ayat
Terjemahan Per Kata
إِنَّمَا
sesungguhnya hanyalah
يُؤۡمِنُ
beriman
بِـَٔايَٰتِنَا
dengan ayat-ayat Kami
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
إِذَا
apabila
ذُكِّرُواْ
mereka diperingatkan
بِهَا
dengannya
خَرُّواْۤ
mereka menyungkur
سُجَّدٗاۤ
sujud
وَسَبَّحُواْ
dan mereka bertasbih
بِحَمۡدِ
dengan memuji
رَبِّهِمۡ
Tuhan mereka
وَهُمۡ
dan mereka
لَا
tidak
يَسۡتَكۡبِرُونَ۩
mereka menyombongkan diri
إِنَّمَا
sesungguhnya hanyalah
يُؤۡمِنُ
beriman
بِـَٔايَٰتِنَا
dengan ayat-ayat Kami
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
إِذَا
apabila
ذُكِّرُواْ
mereka diperingatkan
بِهَا
dengannya
خَرُّواْۤ
mereka menyungkur
سُجَّدٗاۤ
sujud
وَسَبَّحُواْ
dan mereka bertasbih
بِحَمۡدِ
dengan memuji
رَبِّهِمۡ
Tuhan mereka
وَهُمۡ
dan mereka
لَا
tidak
يَسۡتَكۡبِرُونَ۩
mereka menyombongkan diri
Terjemahan
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Kami, hanyalah orang-orang yang apabila diperingatkan dengannya (ayat-ayat Kami), mereka menyungkur (dalam keadaan) sujud dan bertasbih serta memuji Tuhannya dan mereka pun tidak menyombongkan diri.
Tafsir
(Sesungguhnya orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami) yakni Al-Qur'an (adalah orang-orang yang apabila diperingatkan) dinasihati (dengan ayat-ayat Kami mereka menyungkur sujud dan bertasbih) seraya (memuji Rabbnya) dengan mengucapkan kalimat, "Subhaanallaah wa bihamdihi" (sedangkan mereka tidak menyombongkan diri) lantaran beriman dan berlaku taat itu.
Tafsir Surat As-Sajdah: 15-17
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Kami adalah orang-orang yang apabila diperingatkan dengan ayat-ayat (Kami), mereka menyungkur sujud dan bertasbih serta memuji Tuhannya, sedangkan mereka tidak menyombongkan diri. Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedangkan mereka berdoa kepada Tuhannya dengan rasa takut dan harap, dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka, yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan. (As-Sajdah: 15-17)
Ayat 15
Firman Allah subhaanahu wa ta’aalaa: Sesungguhnya orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Kami adalah. (As-Sajdah: 15) Maksudnya, tiada yang membenarkan ayat-ayat Kami selain dari, orang-orang yang apabila diperingatkan dengan ayat-ayat (Kami), mereka menyungkur sujud. (As-Sajdah: 15) Yaitu mendengarkan dan menaatinya, baik melalui ucapan maupun perbuatan mereka. dan bertasbih serta memuji Tuhannya.
Sedangkan mereka tidak menyombongkan diri. (As-Sajdah: 15) Yakni tidak enggan untuk mengikuti dan menaatinya, tidak sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang jahil dari kalangan orang-orang kafir dan orang-orang yang durhaka. Allah subhaanahu wa ta’aalaa mengancam mereka melalui firman-Nya: Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina. (Al-Mu-min: 60)
Ayat 16
Selanjutnya Allah subhaanahu wa ta’aalaa berfirman: Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya. (As-Sajdah: 16) Yang dimaksud ialah mereka selalu mengerjakan qiyamul lail atau salat sunat di malam hari, dan tidak tidur serta tidak berbaring di tempat tidur atau tempat pembaringannya. Mujahid dan Al-Hasan telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya. (As-Sajdah: 16) Yang dimaksud ialah mengerjakan qiyamul lail. Diriwayatkan dari Anas, Ikrimah, Muhammad ibnul Munkadir, Abu Hazim, dan Qatadah, bahwa yang dimaksud ialah menunggu di antara dua salat Isya (Magrib dan Isya).
Diriwayatkan dari Anas pula bahwa makna yang dimaksud ialah menunggu kedatangan waktu salat Isya. Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dengan sanad yang jayyid (baik). Adh-Dhahhak mengatakan, makna yang dimaksud ialah mengerjakan salat Isya dan salat Subuh secara berjamaah. sedangkan mereka berdoa kepada Tuhannya dengan rasa takut dan harap. (As-Sajdah: 16) Yakni takut kepada siksaan-Nya dan berharap kepada pahala-Nya yang berlimpah. dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. (As-Sajdah: 16) Dengan demikian, berarti mereka menghimpunkan antara amal-amal taqarrub yang wajib dan yang sunat, dan orang yang paling terkemuka, paling depan dan paling dihormati dalam hal ini baik di dunia maupun di akhirat adalah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam Sebagaimana yang dikatakan oleh Abdullah ibnu Rawwahah radhiyallaahu ‘anhu dalam bait-bait syair gubahannya, yaitu: Di kalangan kita terdapat Rasulullah yang membacakan Kitab (Al-Qur'an)-Nya manakala sinar fajar menguak suasana pagi hari. Dia memperlihatkan kepada kita petunjuk sesudah kegelapan, dan hati kita benar-benar yakin bahwa apa yang dikatakannya pasti terjadi. Dia semalaman menjauhkan lambungnya dari tempat peraduannya. Sedangkan kaum musyrik lelap dalam tidurnya di peraduan mereka. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Rauh dan Affan.
Keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, telah menceritakan kepada kami ‘Atha’ibnus Sa'ib, dari Murrah Al-Hamdani, dari Ibnu Mas'ud, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam yang telah bersabda: Tuhan kita merasa kagum kepada dua orang lelaki, yaitu seorang lelaki yang bangkit dari tempat tidur dan selimutnya meninggalkan orang yang dikasihinya dan keluarganya menuju ke tempat salatnya (untuk mengerjakan salat sunat) karena mengharapkan pahala yang ada di sisi-Ku dan takut kepada siksaan yang ada di sisi-Ku.
Dan seorang lelaki lagi yang berperang di jalan Allah subhaanahu wa ta’aalaa lalu mereka (teman-temannya) terpukul mundur, dan dia mengetahui apa akibatnya bila ia lari dari medan perang dan apa yang diperolehnya bila kembali ke medan perang. Maka dia memilih kembali ke medan perang hingga darahnya mengalir, karena mengharapkan pahala yang ada di sisi-Ku dan karena takut kepada azab yang ada di sisi-Ku. Maka Allah subhaanahu wa ta’aalaa berfirman kepada para malaikat, "Perhatikanlah hamba-Ku, dia kembali (ke medan perang) karena mengharapkan pahala yang ada di sisi-Ku dan takut kepada siksaan yang ada pada-Ku sehingga darahnya mengalir (gugur). Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud di dalam Bab "Jihad", dari Musa ibnu Ismail, dari Hammad ibnu Salamah dengan sanad yang semisal dan lafal yang serupa.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari ‘Ashim ibnu Abin Najud, dari Abu Wa'il, dari Mu’adz ibnu Jabal yang menceritakan bahwa ketika ia sedang bersama Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam dalam suatu perjalanan, dan di suatu pagi hari ketika ia berada di dekat Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam yang sama-sama berjalan dengannya, lalu ia bertanya, "Hai Nabi Allah, ceritakanlah kepadaku tentang suatu amal yang dapat menghantarkanku ke surga dan menjauhkan diriku dari neraka." Beliau shallallaahu ‘alaihi wasallam menjawab: Sesungguhnya engkau menanyakan sesuatu yang besar, dan sesungguhnya hal itu mudah bagi orang yang dimudahkan oleh Allah, yaitu hendaknya engkau sembah Allah dan jangan mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun.
Engkau kerjakan salat, tunaikan zakat, puasa bulan Ramadan, dan berhaji ke Baitullah. Kemudian Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam melanjutkan sabdanya, "Maukah engkau kutunjukkan kepadamu pintu-pintu kebaikan? Yaitu puasa adalah benteng, sedekah itu dapat menghapuskan dosa, dan salat seseorang di tengah malam." Kemudian Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam membacakan firman-Nya: Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya. (As-Sajdah: 16) sampai dengan firman-Nya: sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan. (As-Sajdah: 17) Kemudian Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam meneruskan sabdanya, "Maukah engkau kutunjukkan kepadamu pokok dari urusan ini, pilar, dan puncaknya?" Aku (Mu’adz ibnu Jabal) menjawab, "Tentu saja kami mau, ya Rasulullah." Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda: Pokok urusan ini adalah Islam, pilarnya adalah salat, dan puncaknya adalah berjihad di jalan Allah. Kemudian Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, "Maukah engkau kutunjukkan perkara yang menguasai hal itu semua?" Aku menjawab, "Tentu saja kami mau, ya Rasulullah." Maka Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam memegang lisannya, lalu bersabda, "Peliharalah lisanmu!" Aku bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah kita benar-benar akan disiksa karena apa yang kita bicarakan?" Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam menjawab: Semoga ibumu kehilanganmu (celakalah kamu), hai Mu’adz. Tidaklah manusia itu dijerumuskan ke dalam neraka dengan muka di bawah atau dengan hidung di bawah melainkan karena ulah lisannya yang tidak terkendali.
Imam At-Tirmidzi, Imam An-Nasai, dan Ibnu Majah telah meriwayatkannya di dalam kitab sunannya masing-masing melalui berbagai jalur dari Ma'mar dengan sanad yang sama. Imam At-Tirmidzi mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih. Ibnu Jarir meriwayatkannya melalui hadis Syu'bah, dari Al-Hakam yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Urwah ibnun Nizal menceritakan hadis berikut dari Mu’adz, bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda kepadanya: Maukah kutunjukkan kepadamu pintu-pintu kebaikan? Yaitu puasa adalah benteng, sedekah itu dapat menghapuskan dosa, dan salat seorang hamba di tengah malam.
Lalu beliau shallallaahu ‘alaihi wasallam membaca firman-Nya: Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedangkan mereka berdoa kepada Tuhannya dengan rasa takut dan harap, dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. (As-Sajdah: 16) Ibnu Jarir telah meriwayatkannya pula melalui hadis Ats-Tsauri, dari Mansur ibnul Mu'tamir, dari Al-Hakam, dari Maimun ibnu Abu Syabib, dari Mu’adz, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam dengan lafal yang semisal. Juga melalui hadis Al-A'masy, dari Habib ibnu Abu Sabit dan Al-Hakam, dari Maimun ibnu Abu Syabib, dari Mu’adz secara marfu' dengan lafal yang semisal. ". Juga melalui hadis Hammad ibnu Salamah, dari Asim ibnu Abun Nujud, dari Syahr, dari Mu’adz, juga dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam sehubungan dengan makna firman-Nya: Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya. (As-Sajdah: 16) Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, "Salat seorang hamba di malam hari." Ibnu Abi Hatim meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Sinan Al-Wasiti, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Harun, telah menceritakan kepada kami Qatr ibnu Khalifah, dari Habib ibnu Abu Sabit dan Al-Hakam serta Hakim ibnu Jubair, dari Maimun ibnu Abu Syabib, dari Mu’adz ibnu Jabal yang menceritakan bahwa ketika ia bersama Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam dalam Perang Tabuk, Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda: Jika engkau suka, aku akan menceritakan kepadamu tentang pintu-pintu kebaikan, yaitu puasa adalah benteng, sedekah dapat menghapuskan dosa, dan salat seorang lelaki di tengah malam.
Kemudian Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam membacakan firman-Nya: Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya. (As-Sajdah: 16), hingga akhir ayat. Kemudian Ibnu Abi Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Suwaid ibnu Sa'id, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Misar, dari Abdur Rahman ibnu Ishaq, dari Syahr ibnu Hausyab, dari Asma binti Yazid yang menceritakan bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda: Apabila Allah menghimpunkan orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang terkemudian kelak di hari kiamat, datanglah juru penyeru yang menyerukan dengan suara yang terdengar oleh semua makhluk, "Semua ahlul jam'i (semua makhluk yang ada di padang Mahsyar) akan mengetahui hari ini siapakah orang yang paling berhak dihormati.
Kemudian juru penyeru itu kembali menyerukan, "Berdirilah orang-orang yang dahulu lambung mereka jauh dari tempat tidurnya hingga akhir ayat. Maka berdirilah mereka, sedangkan jumlah mereka sedikit. Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Syabib, telah menceritakan kepada kami Al-Walid ibnu ‘Atha’ibnul Agar, telah menceritakan kepada kami Abdul Hamid ibnu Sulaiman, telah menceritakan kepada kami Mus'ab, dari Zaid ibnu Aslam, dari ayahnya yang menceritakan bahwa bilal telah menceritakan sehubungan dengan turunnya ayat ini, yaitu firman-Nya: Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya. (As-Sajdah: 16), hingga akhir ayat.
Ketika kami sedang duduk bersama di suatu majelis, ada sejumlah sahabat Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam melakukan salat sunat sesudah Magrib sampai Isya, lalu turunlah firman Allah subhaanahu wa ta’aalaa: Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya. (As-Sajdah: 16) Kemudian Al-Bazzar mengatakan bahwa kami belum pernah mengetahui Aslam meriwayatkan dari Bilal selain dalam hadis ini, dan dia tidak mempunyai jalur periwayatan sampai kepada Bilal kecuali hanya jalur ini.
Ayat 17
Firman Allah subhaanahu wa ta’aalaa: Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikannya untuk mereka, yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata. (As-Sajdah: 17), hingga akhir ayat.
Al Al-Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Abdullah, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Abuz Zanad, dari Al-A'raj, dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu yang telah menceritakan hadis berikut dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam: Allah subhaanahu wa ta’aalaa berfirman (dalam hadis Qudsi), "Aku telah menyediakan bagi hamba-hamba-Ku yang shalih, yaitu (bermacam-macam nikmat) yang belum pernah dilihat oleh mata, belum pernah terdengar oleh telinga, dan belum pernah terdelik dalam hati seorang manusia pun. Abu Hurairah mengatakan, "Bacalah oleh kalian jika kalian suka firman Allah subhaanahu wa ta’aalaa berikut, yaitu: 'Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka, yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata.' (As-Sajdah: 17) Al Al-Bukhari mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Sufyan, telah menceritakan kepada kami Abuz Zanad, dari Al-A'raj, dari Abu Hurairah yang menyebutkan hadis yang semisal.
Dan dalam riwayat yang lain disebutkan bahwa dikatakan kepada Sufyan, "Nikmat apakah itu?" Imam Muslim dan Imam At-Tirmidzi meriwayatkannya melalui hadis Sufyan ibnu Uyaynah dengan sanad yang sama. Imam At-Tirmidzi mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih. ". Kemudian Imam Al-Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Nasr, telah menceritakan kepada kami Abu Usamah, dari Al-A'masy, telah menceritakan kepada kami Abu Shalih, dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam yang telah bersabda: Allah subhaanahu wa ta’aalaa berfirman (dalam hadis Qudsi), "Aku telah menyediakan bagi hamba-hamba-Ku yang shalih pahala simpanan yang belum pernah dilihat oleh mata, belum pernah terdengar oleh telinga, dan belum pernah terdetik dalam hati seorang manusia pun, karena semua yang pernah diperlihatkan kepada kalian adalah kecil (tiada artinya).
Kemudian Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam membacakan firman-Nya: Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk nya, yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan. (As-Sajdah: 17) Abu Mu'awiyah telah meriwayatkan dari Al-A'masy, dari Abu Shalih, bahwa Abu Hurairah membaca firman-Nya dengan bacaan berikut, "Qurratu a'yunin (dengan lafal jamak pada lafal qurrat), yang artinya berbagai macam nikmat yang menyedapkan pandangan mata. Ditinjau dari segi jalurnya hadis ini diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari secara tunggal. ". Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Hamman ibnu Munabbih yang mengatakan bahwa berikut ini adalah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam, yaitu: Sesungguhnya Allah berfirman, "Aku telah menyediakan bagi hamba-hamba-Ku yang shalih pahala yang belum pernah terlihat oleh mata, belum pernah terdengar oleh telinga, dan belum pernah terdetik di hati seorang manusia pun.
Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan hadis ini di dalam kitab sahihnya masing-masing, melalui riwayat Abdur Razzaq. Imam Ahmad mengatakan bahwa Imam At-Tirmidzi di dalam kitab tafsirnya dan Ibnu Jarir telah meriwayatkannya melalui hadis Abdur Rahim ibnu Sulaiman, dari Muhammad ibnu Amr, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam dengan lafal yang semisal. Kemudian Imam At-Tirmidzi mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih. Hammad ibnu Salamah telah meriwayatkan dari Sabit ibnu Abu Rafi', dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu yang menurut Hammad Abu Hurairah menerima hadis ini dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam, bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam telah bersabda: Barang siapa yang masuk surga akan hidup senang dan tidak akan sengsara, pakaiannya tidak akan rusak, dan usia mudanya tidak akan lenyap.
Di dalam surga terdapat nikmat yang belum pernah terlihat oleh mata, belum pernah terdengar oleh telinga, dan belum pernah terdetik dalam hati seorang manusia pun. Imam Muslim meriwayatkannya melalui hadis Hammad ibnu Salamah dengan sanad yang sama. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Harun, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Abu Sakhr; Abu Hazim pernah menceritakan kepadanya bahwa ia pernah mendengar Sahl ibnu Sa'd As Sa'idi radhiyallaahu ‘anhu mengatakan bahwa ia pernah menyaksikan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam berada di suatu majelis sedang menggambarkan tentang nikmat surga, hingga selesai.
Pada penghujung hadisnya disebutkan: Di dalam surga terdapat nikmat yang belum pernah terlihat oleh mata, belum pernah terdengar oleh telinga, dan belum pernah terdetik oleh hati seorang manusia pun. Kemudian Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam membaca firman-Nya: Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya. (As-Sajdah: 16) sampai dengan firman-Nya: sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan. (As-Sajdah: 17) Imam Muslim mengetengahkannya di dalam kitab sahihnya melalui Harun ibnu Ma'ruf dan Harun ibnu Sa'id, keduanya dari Ibnu Wahb dengan sanad yang sama. ". Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Al-Abbas ibnu AbuTalib, telah menceritakan kepada kami Ma'la ibnu Asad, telah menceritakan kepada kami Salam ibnu Abu Muti', dari Qatadah, dari Aqabah ibnu Abdul Gafir, dari Abu Sa'id Al-Khudri, dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam yang menceritakan hadis ini dari Tuhannya: Allah berfirman, "Aku telah menyediakan bagi hamba-hamba-Ku yang shalih pahala (nikmat) yang belum pernah terlihat oleh mata, belum pernah terdengar oleh telinga, dan belum pernah terdetik dalam hati seorang manusia pun. Mereka tidak mengetengahkannya.
Imam Muslim telah meriwayatkan pula di dalam kitab sahihnya, bahwa telah menceritakan kepada kami Ibnu Abi Umar dan lain-lainnya, telah menceritakan kepada kami Sufyan, telah menceritakan kepada kami Mutharrif ibnu Tarif dan Abdul Malik ibnu Sa'id, keduanya mendengar Asy-Sya'bi menceritakan hadis berikut dari Al-Mugirah ibnu Syu'bah. Asy-Sya'bi mengatakan, ia mendengar Al-Mugirah mengucapkan hadis ini di atas mimbar, bahwa ia me-rafa'-kannya sampai kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam yang telah bersabda: bahwa Musa ‘alaihissalaam pernah bertanya kepada Tuhannya, "Ya Tuhanku, bagaimanakah ahli surga yang paling rendah kedudukannya?" Allah subhaanahu wa ta’aalaa menjawab, "Seorang lelaki yang datang sesudah ahli surga dimasukkan ke dalam surga. Lalu dikatakan kepadanya, 'Masuklah ke dalam surga!' Lelaki itu bertanya, 'Bagaimanakah, ya Tuhanku, sedangkan semua orang telah menempati kedudukannya dan telah mengambil bagiannya masing-masing?' Maka dikatakan kepadanya, 'Relakah kamu bila kamu mendapat bagian sebagaimana salah seorang raja dari raja-raja dunia?' Lelaki itu menjawab, 'Saya rela, ya Tuhanku.' Maka dikatakan, 'Engkau mendapat hal itu dan yang semisal dengannya sebanyak tiga kali.' Dan pada yang kelima kalinya lelaki itu berkata, 'Saya puas, ya Tuhanku.' Maka Allah subhaanahu wa ta’aalaa berfirman, 'Engkau mendapatkan hal itu dan sepuluh kali lipatnya sebagai tambahannya, selain itu kamu mendapat segala sesuatu yang diinginkan oleh dirimu dan yang menyedapkan pandangan matamu.' Lelaki itu berkata, 'Saya puas, ya Tuhanku.'" Musa bertanya lagi, "Ya Tuhanku, bagaimanakah dengan ahli surga yang paling tinggi kedudukannya?" Allah subhaanahu wa ta’aalaa menjawab, "Mereka adalah orang-orang yang Aku kehendaki, Aku menanam kemuliaan mereka dengan tangan-Ku sendiri, lalu Aku lak padanya.
Maka tiada mata yang melihatnya, tiada telinga yang mendengarnya, dan tiada hati seorang manusia pun yang memikirkannya." Al-Mugirah ibnu Syu'bah mengatakan bahwa hal yang membenarkan hadis ini di dalam Kitabullah ialah firman Allah subhaanahu wa ta’aalaa: Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka, yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata. (As-Sajdah: 17), hingga akhir ayat. Imam At-Tirmidzi meriwayatkannya melalui Ibnu Umar, dan ia mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih.
Imam At-Tirmidzi mengatakan, sebagian dari mereka ada yang meriwayatkannya dari Asy-Sya'bi, dari Al-Mugirah, tetapi Al-Mugirah tidak me-rafa'-kannya. Dan pendapat yang mengatakan Al-Mugirah me-rafa'-kannya adalah lebih sahih. Ibnu Abi Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ja'far ibnul Mada'ini, telah menceritakan kepada kami Abu Badr ibnu Syuja' ibnul Walid, telah menceritakan kepada kami Ziad ibnu Khaisamah, dari Muhammad ibnu Jahadah, dari Amir ibnu Abdul Wahid yang mengatakan bahwa telah sampai kepadanya suatu hadis yang menceritakan bahwa seorang lelaki dari ahli surga tinggal di tempatnya (di dalam surga) selama tujuh puluh tahun.
Kemudian ia menoleh, tiba-tiba ia menjumpai seorang wanita yang paling cantik di antara semua wanita yang ada, lalu wanita (bidadari) itu berkata kepadanya, "Sesungguhnya aku datang kepadamu dengan tujuan agar aku mendapat bagian darimu." Lelaki itu bertanya, "Siapakah engkau?" Wanita itu menjawab, "Aku termasuk nikmat tambahan." Maka lelaki itu tinggal bersamanya selama tujuh puluh tahun. Kemudian ia menoleh lagi, tiba-tiba bersua dengan seorang wanita yang jauh lebih cantik daripada yang sebelumnya.
Wanita itu berkata kepadanya, "Sesungguhnya aku datang kepadamu agar mendapat bagian darimu." Lelaki itu bertanya, "Siapakah kamu?" Maka wanita itu menjawab bahwa dirinya adalah apa yang disebutkan oleh firman-Nya: Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka, yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata. (As-Sajdah: 17) Ibnu Lahi'ah mengatakan, telah menceritakan kepadaku ‘Atha’ibnu Dinar, dari Sa'id ibnu Jubair yang telah menceritakan bahwa para malaikat mengunjungi ahli surga setiap hari menurut kadar waktu hari dunia sebanyak tiga kali.
Mereka datang dengan membawa hadiah-hadiah dari Allah, yaitu dari surga Adn yang tidak terdapat di dalam surga mereka. Yang demikian itu disebutkan oleh firman-Nya: Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka, yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata. (As-Sajdah: 17) Dan para malaikat itu memberitahukan kepada mereka bahwa Allah rida kepada mereka. Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Syahl ibnu Musa Ar-Razi, telah menceritakan kepada kami Al-Walid ibnu Muslim, dari Safwan ibnu Amr, dari Abul Yaman Al-Hauzani atau lainnya yang telah mengatakan bahwa surga itu terdiri dari seratus derajat (tingkatan).
Derajat yang pertama ialah perak; buminya dari perak, rumah-rumah (gedung-gedungnya) dari perak, wadah-wadahannya dari perak, dan tanahnya dari misik. Derajat yang kedua adalah emas; buminya dari emas, gedung-gedung tempat tinggalnya dari emas, wadah-wadahannya dari emas, dan tanahnya dari minyak kesturi (misik). Derajat yang ketiga ialah dari mutiara; buminya dari mutiara, gedung-gedungnya dari mutiara, wadah-wadahannya dari mutiara, dan tanahnya dari mutiara. Sedangkan derajat yang sembilan puluh tujuhnya belum pernah terlihat oleh mata, belum pernah terdengar oleh telinga, dan belum pernah terdetik oleh hati seorang manusia pun.
Kemudian ia membaca firman-Nya: Seorang pun tidak mengetahui apa yahg disembunyikan untuk mereka. (As-Sajdah: 17), hingga akhir ayat. Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ya'qub ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Mu'tamir ibnu Sulaiman, dari Al-Hakam ibnu Aban, dari Gatrif, dari Jabir ibnu Zaid, dari Ibnu Abbas, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam, dari Malaikat Jibril ‘alaihissalaam yang telah menceritakan bahwa kelak didatangkan amal-amal kebaikan seseorang hamba dan juga amal-amal buruknya; sebagian darinya dikurangi oleh sebagian yang lain.
Dan apabila masih tersisa suatu amal kebaikan, maka Allah meluaskan baginya tempat di surga. Ibnu Jarir mengatakan bahwa ia menemui Bazdad, dan ternyata dia menceritakan hadis yang semisal. Ibnu Jarir melanjutkan kisahnya, bahwa ia bertanya, "Maka dikemanakankah kebaikan itu?" Ia menjawab dengan membacakan firman-Nya: Mereka itulah orang-orang yang Kami terima dari mereka amal yang baik yang telah mereka kerjakan dan Kami ampuni kesalahan-kesalahan mereka. (Al-Ahqaf: 16), hingga akhir ayat.
Aku (Ibnu Jarir) bertanya, "Bagaimanakah dengan firman-Nya: 'Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka, yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata' (As-Sajdah: 17) Bazdad menjawab, "Seorang hamba yang beramal kebaikan secara sembunyi-sembunyi demi karena Allah, tiada seorang manusia pun yang mengetahuinya, maka Allah menyimpan baginya kelak di hari kiamat bermacam-macam nikmat yang menyedapkan pandangan mata (bidadari-bidadari)
Setelah menjelaskan sikap dan balasan bagi orang kafir, Allah beralih menjelaskan sifat dan balasan bagi orang mukmin. Hanyalah yang beriman dengan ayat-ayat Kami, baik yang tersurat dalam Al-Qur'an maupun yang tersebar di alam raya, itulah orang-orang yang apabila menyimak ayat-ayat kami dan diperingatkan dengannya mereka langsung menyungkur sujud, tunduk, dan patuh kepada Allah dengan khusyuk, dan dalam sujud mereka bertasbih menyucikan Allah dari hal-hal yang tidak patut dengan keagungan-Nya serta memuji Tuhannya atas nikmat-Nya, dan mereka tidak menyombongkan diri dari menghamba dan menaati-Nya sebagaimana orang-orang kafir. 16. Orang yang beriman itu terbiasa bangun pada malam hari untuk salat malam, membuat lambung mereka jauh dari tempat tidurnya. Usai salat malam mereka berdoa kepada Tuhannya dengan penuh rasa takut terhadap azab Allah dan penuh harap atas rahmat-Nya, dan mereka senantiasa menginfakkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka, terutama kepada yang membutuhkan.
Ayat ini menerangkan bahwa orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Al-Qur'an dan mengakui bahwa Muhammad itu adalah rasul Allah adalah orang-orang yang apabila diperingatkan kepada mereka ayat-ayat Allah dan dibacakan di hadapan mereka, mereka lalu bersujud kepada-Nya. Mereka juga bertasbih memuji-Nya seraya membaca, "Subhanallahi wa bihamdihi, subhanallahil 'adhim." Sujud yang demikian dinamakan sujud tilawah. Hukumnya sunah, baik dalam salat maupun di luar salat.
Tindakan mereka itu adalah tanda ketaatan dan ketundukan mereka. Hal itu juga sebagai tanda bahwa mereka benar-benar menghayati ajaran dan petunjuk ayat-ayat yang dibacakan kepada mereka. Tidak sedikit pun terdapat sikap angkuh dan sombong dalam menghambakan diri kepada Allah. Mereka juga senang dan khusyuk dalam beribadah.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 10
“Dan mereka bertanya, “Apakah setelah kami hilang lenyap ke balik bumi, apakah kami akan muncul lagi dalam penciptaan yang batu?"
Pertanyaan yang mempertunjukkan keraguan dan kurang yakin. Sesudah badan ini dikuburkan ke balik bumi, akan dihidupkan kembali.
“Bahkan mereka itu tidak pencaya dengan akan bertemu dengan Tuhan mereka."
Mereka memandang bahwa tubuh yang telah mati dan terkubur di balik bumi, habislah sehingga itu, tidak akan ada lagi hidup yang baru.
Dengan ayat yang selanjutnya keragu-raguan itu dihilangkan dan diberikan ke-tegasan.
Ayat 11
“Katakanlah, “Akan ditemui kamu oleh malaikat maut, yang telah diwakilkan untuk kamu."
Datang menjemput nyawa yang pada hakikatnya adalah kepunyaan Allah SWT, bukan kepunyaan kamu.
“Kemudian itu kamu pun akan dikembalikan kepada Tuhan kamu."
Karena Allah ﷻ yang empunya, tentu kepada-Nya dikembalikan. Maka dengan nyawa atau ruh yang telah dikembalikan kepada Allah ﷻ itu mudah sajalah bagi Allah ﷻ menghidupkan kembali dalam kehidupan baru yang berbeda dengan sekarang, yang bernama hidup akhirat.
Ayat 12
“Dan kiranya engkau lihatlah, seketika orang-orang yang durhaka menekunkan kepala mereka di sisi Tuhan mereka."
Allah ﷻ awali firman-Nya kepada Rasul-Nya dengan perkataan, “Kalau kiranya engkau lihatlah," betapa ngerinya, betapa jadi kecil dan hinanya orang-orang sombong di kala hidupnya di dalam dunia dahulu, kini datang menekurkan kepala, bercampur rasa malu dan takut dan tekanan dosa kesalahan. Sekarang datang mengakui kebenaran yang dahulu diraguinya atau dibantahnya, mengakui terus terang bahwa mereka sekarang telah jera, memang merekalah yang bebal dan durjana. Mereka datang menyembah-nyembah di hadapan Allah ﷻ dengan pengakuan dan rendah diri itu, lalu menyampaikan permohonan yang tidak-tidak. “Ya Tuhan kami! Telah kami lihat dan telah kami dengar." Ternyata benarlah apa yang telah Allah ﷻ peringatkan dahulu. “Maka kembalikanlah kami," hidup di dunia itu, kami ulangi sekali lagi kehidupan kami dan kami ubah sama sekali perbuatan yang salah dan sia-sia pada hidup yang pertama. “Agar kami amalkan yang saleh," kami tobat, kami berbuat kebajikan banyak-banyak, karena
“kami telah yakin."
Begitulah dibayangkan kepada Rasul, betapalah kalau dia melihat kejadian itu kelak. Orang-orang yang di masa hidup di dunia memungkiri akan adanya hari kebangkitan kembali, bahkan kadang-kadang tidak percaya bahwa mereka akan berhadapan dengan Allah SWT, sekarang mereka tegak berdiri di sisi Allah ﷻ itu sendiri dengan kepala tertekun ke bumi dalam hina.
Ayat 13
“Dan jikalau Kami menghendaki niscaya telah Kami berikan kepada tiap-tiap diri akan petunjuknya."
Artinya, bahwa bukanlah Allah ﷻ tidak berkuasa memberi taufik dan hidayah kepada tiap-tiap diri manusia. Allah Mahakuasa berbuat demikian dan buktinya telah kita lihat pada kehidupan binatang-binatang, burung-burung, ikan di laut dan serangga di bumi. Allah Mahakuasa telah memberikan hidup berdasar naluri kepada lebah membuat sarang di bubungan rumah atau di kayu silang di rimba belantara; ada yang jadi ratu, ada yang jadi prajurit pencari makan dan ada yang bertelur, diberi naluri (insting) membuat madu untuk manusia. Allah ﷻ telah pula memberikan naluri kepada semut dalam kehidupan yang tidak berubah-ubah beribu tahun. Allah ﷻ pun telah memberi naluri kepada semacam burung terbang dari selatan ke utara dan sebaliknya pada musim-musim tertentu. Memberi naluri kepada semacam ikan yang mendaki pada air terjun. Burung parkityang berkumpul pada kawat listrik dan telepon senja dan hilang pagi-pagi, dan senja datang pula.
“Tetapi sudah menjadi ketetapan bagi-Ku, Sesungguhnya akan Aku penuhkan neraka Jahannam itu dengan jin dan manusia sama-sama."
Artinya samalah semuanya hukuman yang akan diterima oleh jin yang melanggar dan manusia yang melanggar.
Ayat 14
“Maka deritalah dengan sebab apa yang telah kamu lupakan tentang pertemuan dengan hari kamu ini."
Inilah sambutan Allah ﷻ atas pen-durhaka-pendurhaka yang telah datang me-rundukkan muka ke sisi Allah SWT, mohon diizinkan balik ke dunia itu. Bahwa hidup ke dunia tidak dapat diulangi lagi. Sebab hidup yang sekarang adalah lanjutan hidup yang dahulu, sebagaimana hidup di atas permukaan bumi adalah lanjutan dari permulaan hidup sembilan bulan dalam rahim ibu. Berkali-kali diperingatkan kepada kamu, bahwa nanti pertemuan dengan Allah ﷻ pasti terjadi. Namun dia kamu lupakan juga."Kami pun sesungguhnya telah melupakan kamu pula." Artinya, bahwa mereka diperlakukan seperti orang yang telah dilupakan, sebagai ganjaran atas sikap lupa mereka tatkala hidup dahulu itu juga. Karena Allah ﷻ tidaklah pernah lupa akan hamba-Nya. Demikian pun si durhaka yang disebut lupa itu, bukan pulalah mereka lupa, melainkan sengaja melupakan.
“Dan deritalah adzab yang kekal dengan sebab apa yang telah kamu amalkan."
Berkepanjanganlah dalam neraka, lain tidak karena kesalahan sendiri.
Ayat 15
“Lain tidak, orang-orang yang akan beriman kepada ayat-ayat Kami, hanyalah orang-orang yang apabila diperingatkan dengan dia, mereka meniarap sujud."
Pangkal ayat ini dimulai dengan “Innamaa" yang dalam ayat ini kita artikan “lain tidak." Karena menurut tata bahasa Arab kata-kata yang dimulai dengan Innamaa itu adalah menunjukkan bahwa yang terkandung di dalamnya dibatasi. Innamaa disebut Adaatu hashrin, artinya alat pembatas. Lain tidak artinya bahwa yang lain tidak masuk. Maka arti yang tegas dari ayat ini, bahwa yang bisa menerima iman hanyalah orang yang tersungkur sujud, meniarap sujud bila mendengar orang memperingatkan ayat Allah ﷻ Mereka tunduk tidak banyak tingkah lagi. Mereka menerima dengan tidak banyak bantahan lagi. Apa yang dikatakan Allah ﷻ itulah yang benar. Seumpama seekor kuda kendaraan yang tengah berlari kencang, berhenti serta-merta jika ditarik kekangnya oleh yang mengendarai."Dan mereka mengucapkan tasbih dengan memuji Allah ﷻ mereka; “ me-reka akui kesucian Ilahi, bahwasanya apa saja perintah yang dijatuhkan Allah ﷻ pastilah untuk kebahagiaan hamba-Nya jua, tidak ada sedikit pun maksud untuk merugikannya. Mereka puji Allah SWT, sebab segala apa yang ditentukan Allah ﷻ adalah baik.
“Dan tidaklah mereka menyombongkan diri."
(ujung ayat 15')
Inilah tanda untuk menentukan orang-orang yang diharap akan jadi Mukmin sejati. Kemudian, sesudah mereka tunduk meniarap bersujud, mengakui mutlak kebesaran Ilahi dan patuh menuruti perintah, mereka tanamkan rasa cinta dengan menghubungi Allah ﷻ dengan ibadah. Lalu Allah ﷻ berfirman,
Ayat 16
“Akan menjauhlah tembung mereka dari tempat-tempat berbaring, karena berdoa kepada Tuhan mereka dalam keadaan takut dan ingin."
Yaitu dari sangat takut dan harap serta keinginannya agar diterima Allah ﷻ sebagai seorang hamba yang baik, dia bangun dari tidur nyenyaknya tengah malam, lalu dia shalat dan berdoa menyeru Allah SWT, memohonkan petunjuk dan hidayah, ampunan dan bimbingan. Dikatakan dan diperumpamakan dalam ayat ini bahwa menjauh lembung-nya dari tempat tidur, ialah menggambarkan peperangan di antara keinginan beribadah, shalat malam dengan mata yang sangat mengantuk, akhirnya iman yang menang sehingga lembung terenggang jauh dari tempat berbaring.
“Dan mereka nafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami anugerahkan."
Ujung ayat ini memberi isyarat bahwa beriman kepada Allah SWT, kuat beribadah sampai bangun tengah malam karena takut kemurkaan Allah ﷻ dan ingin akan ridha-Nya, dengan sendirinya akan membawa akibat yang lebih jauh, yaitu cinta kasih kepada sesama manusia. Karena iman tidaklah mungkin disertai oleh benci. Iman bahkan menimbulkan cinta. Karena orang yang beriman tidak mungkin bakhil. Mengapa dia akan bakhil, padahal dia telah tahu bahwa rezeki yang didapatnya adalah pemberian dari Allah.
Ayat 17
“Maka jiwa tak ada yang mengetahui balasan yang disembunyikan dari mereka. Sebagai balas jasa dari apa yang telah mereka amalkan."
Pendeknya adalah segala usaha dan amal tulus ikhlas yang mereka usahakan selama hidup di dunia ini, berdasar ibadah kepada Allah ﷻ dan kasih sayang kepada sesama manusia, tidaklah hilang percuma saja di sisi Allah SWT, bahkan disambut dengan baik dan akan diberi hadiah atau cenderamata yang mengejutkan tetapi menggembirakan dan membahagiakan.