Ayat
Terjemahan Per Kata
وَقَالُوٓاْ
dan mereka berkata
أَءِذَا
apakah bila
ضَلَلۡنَا
kami telah sesat
فِي
dalam
ٱلۡأَرۡضِ
bumi
أَءِنَّا
apakah sesungguhnya kami
لَفِي
sungguh dalam
خَلۡقٖ
ciptaan
جَدِيدِۚ
baru
بَلۡ
bahkan
هُم
mereka
بِلِقَآءِ
dengan pertemuan
رَبِّهِمۡ
Tuhan mereka
كَٰفِرُونَ
mereka ingkar
وَقَالُوٓاْ
dan mereka berkata
أَءِذَا
apakah bila
ضَلَلۡنَا
kami telah sesat
فِي
dalam
ٱلۡأَرۡضِ
bumi
أَءِنَّا
apakah sesungguhnya kami
لَفِي
sungguh dalam
خَلۡقٖ
ciptaan
جَدِيدِۚ
baru
بَلۡ
bahkan
هُم
mereka
بِلِقَآءِ
dengan pertemuan
رَبِّهِمۡ
Tuhan mereka
كَٰفِرُونَ
mereka ingkar
Terjemahan
Mereka berkata, “Apakah apabila kami telah lenyap (hancur) di dalam tanah, kami akan (kembali) dalam ciptaan yang baru?” Bahkan (bukan hanya itu), mereka pun mengingkari pertemuan dengan Tuhannya.
Tafsir
(Dan mereka berkata) orang-orang yang ingkar akan adanya hari berbangkit: ("Apakah bila kami telah lenyap di dalam tanah) yakni kami telah hancur di dalamnya, misalnya kami telah menjadi debu yang bercampur dengan tanah asli (kami benar-benar akan berada dalam ciptaan yang baru?") kata tanya di sini mengandung makna ingkar; lafal ayat ini boleh dibaca tahqiq dan boleh pula dibaca tashil. Maka Allah ﷻ berfirman: (Bahkan mereka terhadap hari pertemuan dengan Rabbnya) yaitu hari berbangkit (adalah orang-orang yang ingkar.).
Tafsir Surat As-Sajdah: 10-11
Ayat 10
Dan mereka berkata, "Apakah bila kami telah lenyap (hancur) di dalam tanah, kami benar-benar akan berada dalam ciptaan yang baru. Bahkan (sebenarnya) mereka ingkar akan menemui Tuhannya. Katakanlah, "Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa)mu akan mematikan kamu, kemudian hanya kepada Tuhanmulah kamu akan dikembalikan. (As-Sajdah: 10-11)
Allah subhaanahu wa ta’aalaa berfirman, menceritakan perihal kaum musyrik yang menganggap mustahil hari berbangkit itu ada. Karena mereka mengatakan, seperti yang disitir oleh firman-Nya: Apakah bila kami telah lenyap (hancur) di dalam tanah. (As-Sajdah: 10) Maksudnya, tubuh kami telah hancur berserakan di dalam tanah dan lenyap. (apakah) kami benar-benar akan berada dalam ciptaan yang baru. (As-Sajdah: 10) Yakni apakah kita benar-benar akan dihidupkan kembali sesudah itu?
Mereka menganggap mustahil hal tersebut, dan sesungguhnya hal itu memang mustahil bila dikaitkan dengan kemampuan mereka yang terbatas, bukan dikaitkan dengan kekuasaan Allah yang menciptakan mereka pada yang pertama kali dan menciptakan mereka dari tiada menjadi ada. Dialah Allah Yang apabila menghendaki sesuatu, Dia berfirman kepadanya, "Jadilah!" Maka jadilah ia. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan: Bahkan (sebenarnya) mereka ingkar akan menemui Tuhannya. (As-Sajdah: 10)
Ayat 11
Kemudian Allah subhaanahu wa ta’aalaa berfirman: Katakanlah, "Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa)mu akan mematikan kamu. (As-Sajdah: 11) Makna lahiriah ayat menunjukkan bahwa malaikat maut tersebut adalah malaikat yang tertentu di antara malaikat-malaikat lainnya, sebagaimana yang tersimpulkan dari makna hadis Al-Barra yang telah disebutkan di dalam tafsir surat Ibrahim. Sebagian asar menyebutnya malaikat Izra'il, pendapat inilah yang terkenal, dikatakan oleh Qatadah dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang.
Malaikat maut mempunyai banyak pembantu yang terdiri dari malaikat lainnya. Dan memang demikianlah disebutkan di dalam sebuah hadis yang menyebutkan bahwa para pembantu malaikat maut mencabut roh dari semua bagian tubuh. Dan manakala roh telah sampai di tenggorokan orang yang bersangkutan, barulah malaikat maut yang mencabutnya. Mujahid mengatakan bahwa dilipatkan baginya bumi ini dan dijadikan seperti piala, dia dapat mengambil sebagian darinya manakala dia menginginkannya.
Zuhair ibnu Muhammad telah meriwayatkan hal yang semisal dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam secara mursal. Hal yang sama dikatakan pula oleh Ibnu Abbas. Ibnu Abi Hatim meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Abu Yahya Al-Muqri, telah menceritakan kepada kami Umar ibnu Samurah, dari Ja'far ibnu Muhammad yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar ayahnya menceritakan hadis berikut, bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam melihat malaikat maut berada di kepala seorang lelaki dari kalangan Ansar. Maka Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda kepadanya: Hai malaikat maut, lemah lembutlah terhadap sahabatku ini, karena sesungguhnya dia adalah orang mukmin. Malaikat maut menjawab, "Hai Muhammad, tenangkanlah dirimu dan senangkanlah hatimu, karena sesungguhnya aku selalu berlaku lemah lembut kepada semua orang mukmin.
Dan perlu engkau ketahui bahwa tiada suatu penghuni rumah pun di bumi ini, baik di kota maupun di kampung, dan baik di daratan maupun di laut, melainkan aku jabat tangan (roh) mereka setiap harinya sebanyak lima kali, sehingga aku lebih mengetahui siapa yang kecil dan siapa yang besar dari mereka daripada diri mereka sendiri. Demi Allah, hai Muhammad, seandainya aku hendak mencabut nyawa seekor nyamuk, aku tidak mampu melakukannya melainkan setelah mendapat perintah dari Allah yang memerintahkan aku untuk mencabutnya." Ja'far mengatakan, telah sampai kepadanya suatu riwayat yang menyebutkan bahwa sesungguhnya malaikat maut menyalami mereka hanyalah di saat tiap-tiap waktu salat masuk.
Dan apabila malaikat maut datang kepada mereka di waktu ajalnya, maka bila yang bersangkutan termasuk orang-orang yang memelihara salatnya, malaikat maut mendekat kepadanya dan mengusir setan, lalu mengajarinya mengucapkan kalimah "Tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah" di saat-saat yang sangat berat itu. Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Muslim, dari Ibrahim ibnu Maisarah yang menceritakan bahwa ia pernah mendengar Mujahid mengatakan, "Tiada suatu rumah pun yang ada di muka bumi ini, baik di kota maupun di kampung, melainkan para penghuninya didatangi oleh malaikat maut sebanyak dua kali setiap harinya." Ka'bul Ahbar mengatakan, "Demi Allah, tidak ada suatu rumah pun yang di dalamnya ada seseorang yang menghuninya melainkan malaikat maut berdiri di depan pintu rumahnya setiap hari sebanyak tujuh kali.
Dia melihat apakah di dalam rumah terdapat seseorang yang dia diperintahkan untuk mencabut nyawanya." Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim. Firman Allah subhaanahu wa ta’aalaa: kemudian hanya kepada Tuhanmulah kamu akan dikembalikan. (As-Sajdah: 11) Yakni di hari kalian dibangkitkan dari kubur agar kalian menerima balasan dari amal perbuatan kalian.
Allah mampu menciptakan manusia dari tidak ada dan mampu pula membangkitkannya kembali. Namun, orang kafir tetap pada pendiriannya dalam mengingkari hari kebangkitan. Dan dengan nada mengejek mereka berkata, 'Apakah apabila kami telah mati, hancur, dan lenyap di dalam tanah, kami akan dibangkitkan kembali dan berada dalam ciptaan yang baru, lalu kami dimintai pertanggungjawaban atas perbuatan kami' Jika demikian, alangkah rugi kami. ' Mereka tidak mampu memahami keniscayaan hari kebangkitan karena menggunakan tolok ukur kekuatan manusia, bukan kemahakuasaan Allah yang telah menciptakan mereka dari tidak ada. Tidak hanya mengingkari kuasa-Nya, bahkan mereka pun mengingkari hari pertemuan mereka dengan Tuhannya untuk menjalani hisab dan menerima balasan. 11. Baik yang mengimani maupun yang mengingkari hari kebangkitan sama-sama belum bisa membuktikannya secara langsung sebelum mati. Karena itu, wahai Nabi Muhammad dan kaum mukmin, katakanlah kepada orang-orang musyrik bahwa malaikat maut yang diserahi untuk mencabut nyawa-mu pasti akan mematikan kamu saat ajalmu tiba, kemudian kepada Tuhanmu kamu akan dikembalikan. Itulah hari hisab, ketika semua manusia akan mempertanggungjawabkan perbuatannya di dunia. '.
Ayat ini menerangkan tentang pertanyaan orang-orang musyrik kepada Rasulullah saw, yang menunjukkan keingkaran dan kesombongan mereka. Mereka berkata, "Apakah apabila daging dan tulang belulang kami telah hancur menjadi tanah, mungkinkah kami dihidupkan lagi seperti semula?"
Dari pertanyaan di atas tergambar bahwa menurut mereka mustahil manusia dapat hidup kembali setelah mati dan tubuhnya hancur menjadi tanah. Mereka tidak dapat menggambarkan dalam pikirannya bagaimana besarnya kekuasaan Allah. Jika mereka ingin mencapai kebenaran, mereka dapat mencari bukti-bukti kekuasaan dan kebesaran Allah pada penciptaan manusia. Mereka dahulu tidak ada, kemudian menjadi ada. Tentu menciptakan kembali yang pernah ada lebih mudah bagi Allah. Sebenarnya jika mereka mau berpikir tentu mereka sampai kepada kesimpulan bahwa segala sesuatu itu adalah sama mudahnya bagi Allah, tidak ada yang sukar bagi-Nya.
Orang-orang musyrik itu bukan hanya mengingkari kekuasaan Allah, tetapi juga mengingkari adanya hari kebangkitan, yaitu hari semua manusia dihadapkan di Mahkamah Agung Ilahiah.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 10
“Dan mereka bertanya, “Apakah setelah kami hilang lenyap ke balik bumi, apakah kami akan muncul lagi dalam penciptaan yang batu?"
Pertanyaan yang mempertunjukkan keraguan dan kurang yakin. Sesudah badan ini dikuburkan ke balik bumi, akan dihidupkan kembali.
“Bahkan mereka itu tidak pencaya dengan akan bertemu dengan Tuhan mereka."
Mereka memandang bahwa tubuh yang telah mati dan terkubur di balik bumi, habislah sehingga itu, tidak akan ada lagi hidup yang baru.
Dengan ayat yang selanjutnya keragu-raguan itu dihilangkan dan diberikan ke-tegasan.
Ayat 11
“Katakanlah, “Akan ditemui kamu oleh malaikat maut, yang telah diwakilkan untuk kamu."
Datang menjemput nyawa yang pada hakikatnya adalah kepunyaan Allah SWT, bukan kepunyaan kamu.
“Kemudian itu kamu pun akan dikembalikan kepada Tuhan kamu."
Karena Allah ﷻ yang empunya, tentu kepada-Nya dikembalikan. Maka dengan nyawa atau ruh yang telah dikembalikan kepada Allah ﷻ itu mudah sajalah bagi Allah ﷻ menghidupkan kembali dalam kehidupan baru yang berbeda dengan sekarang, yang bernama hidup akhirat.
Ayat 12
“Dan kiranya engkau lihatlah, seketika orang-orang yang durhaka menekunkan kepala mereka di sisi Tuhan mereka."
Allah ﷻ awali firman-Nya kepada Rasul-Nya dengan perkataan, “Kalau kiranya engkau lihatlah," betapa ngerinya, betapa jadi kecil dan hinanya orang-orang sombong di kala hidupnya di dalam dunia dahulu, kini datang menekurkan kepala, bercampur rasa malu dan takut dan tekanan dosa kesalahan. Sekarang datang mengakui kebenaran yang dahulu diraguinya atau dibantahnya, mengakui terus terang bahwa mereka sekarang telah jera, memang merekalah yang bebal dan durjana. Mereka datang menyembah-nyembah di hadapan Allah ﷻ dengan pengakuan dan rendah diri itu, lalu menyampaikan permohonan yang tidak-tidak. “Ya Tuhan kami! Telah kami lihat dan telah kami dengar." Ternyata benarlah apa yang telah Allah ﷻ peringatkan dahulu. “Maka kembalikanlah kami," hidup di dunia itu, kami ulangi sekali lagi kehidupan kami dan kami ubah sama sekali perbuatan yang salah dan sia-sia pada hidup yang pertama. “Agar kami amalkan yang saleh," kami tobat, kami berbuat kebajikan banyak-banyak, karena
“kami telah yakin."
Begitulah dibayangkan kepada Rasul, betapalah kalau dia melihat kejadian itu kelak. Orang-orang yang di masa hidup di dunia memungkiri akan adanya hari kebangkitan kembali, bahkan kadang-kadang tidak percaya bahwa mereka akan berhadapan dengan Allah SWT, sekarang mereka tegak berdiri di sisi Allah ﷻ itu sendiri dengan kepala tertekun ke bumi dalam hina.
Ayat 13
“Dan jikalau Kami menghendaki niscaya telah Kami berikan kepada tiap-tiap diri akan petunjuknya."
Artinya, bahwa bukanlah Allah ﷻ tidak berkuasa memberi taufik dan hidayah kepada tiap-tiap diri manusia. Allah Mahakuasa berbuat demikian dan buktinya telah kita lihat pada kehidupan binatang-binatang, burung-burung, ikan di laut dan serangga di bumi. Allah Mahakuasa telah memberikan hidup berdasar naluri kepada lebah membuat sarang di bubungan rumah atau di kayu silang di rimba belantara; ada yang jadi ratu, ada yang jadi prajurit pencari makan dan ada yang bertelur, diberi naluri (insting) membuat madu untuk manusia. Allah ﷻ telah pula memberikan naluri kepada semut dalam kehidupan yang tidak berubah-ubah beribu tahun. Allah ﷻ pun telah memberi naluri kepada semacam burung terbang dari selatan ke utara dan sebaliknya pada musim-musim tertentu. Memberi naluri kepada semacam ikan yang mendaki pada air terjun. Burung parkityang berkumpul pada kawat listrik dan telepon senja dan hilang pagi-pagi, dan senja datang pula.
“Tetapi sudah menjadi ketetapan bagi-Ku, Sesungguhnya akan Aku penuhkan neraka Jahannam itu dengan jin dan manusia sama-sama."
Artinya samalah semuanya hukuman yang akan diterima oleh jin yang melanggar dan manusia yang melanggar.
Ayat 14
“Maka deritalah dengan sebab apa yang telah kamu lupakan tentang pertemuan dengan hari kamu ini."
Inilah sambutan Allah ﷻ atas pen-durhaka-pendurhaka yang telah datang me-rundukkan muka ke sisi Allah SWT, mohon diizinkan balik ke dunia itu. Bahwa hidup ke dunia tidak dapat diulangi lagi. Sebab hidup yang sekarang adalah lanjutan hidup yang dahulu, sebagaimana hidup di atas permukaan bumi adalah lanjutan dari permulaan hidup sembilan bulan dalam rahim ibu. Berkali-kali diperingatkan kepada kamu, bahwa nanti pertemuan dengan Allah ﷻ pasti terjadi. Namun dia kamu lupakan juga."Kami pun sesungguhnya telah melupakan kamu pula." Artinya, bahwa mereka diperlakukan seperti orang yang telah dilupakan, sebagai ganjaran atas sikap lupa mereka tatkala hidup dahulu itu juga. Karena Allah ﷻ tidaklah pernah lupa akan hamba-Nya. Demikian pun si durhaka yang disebut lupa itu, bukan pulalah mereka lupa, melainkan sengaja melupakan.
“Dan deritalah adzab yang kekal dengan sebab apa yang telah kamu amalkan."
Berkepanjanganlah dalam neraka, lain tidak karena kesalahan sendiri.
Ayat 15
“Lain tidak, orang-orang yang akan beriman kepada ayat-ayat Kami, hanyalah orang-orang yang apabila diperingatkan dengan dia, mereka meniarap sujud."
Pangkal ayat ini dimulai dengan “Innamaa" yang dalam ayat ini kita artikan “lain tidak." Karena menurut tata bahasa Arab kata-kata yang dimulai dengan Innamaa itu adalah menunjukkan bahwa yang terkandung di dalamnya dibatasi. Innamaa disebut Adaatu hashrin, artinya alat pembatas. Lain tidak artinya bahwa yang lain tidak masuk. Maka arti yang tegas dari ayat ini, bahwa yang bisa menerima iman hanyalah orang yang tersungkur sujud, meniarap sujud bila mendengar orang memperingatkan ayat Allah ﷻ Mereka tunduk tidak banyak tingkah lagi. Mereka menerima dengan tidak banyak bantahan lagi. Apa yang dikatakan Allah ﷻ itulah yang benar. Seumpama seekor kuda kendaraan yang tengah berlari kencang, berhenti serta-merta jika ditarik kekangnya oleh yang mengendarai."Dan mereka mengucapkan tasbih dengan memuji Allah ﷻ mereka; “ me-reka akui kesucian Ilahi, bahwasanya apa saja perintah yang dijatuhkan Allah ﷻ pastilah untuk kebahagiaan hamba-Nya jua, tidak ada sedikit pun maksud untuk merugikannya. Mereka puji Allah SWT, sebab segala apa yang ditentukan Allah ﷻ adalah baik.
“Dan tidaklah mereka menyombongkan diri."
(ujung ayat 15')
Inilah tanda untuk menentukan orang-orang yang diharap akan jadi Mukmin sejati. Kemudian, sesudah mereka tunduk meniarap bersujud, mengakui mutlak kebesaran Ilahi dan patuh menuruti perintah, mereka tanamkan rasa cinta dengan menghubungi Allah ﷻ dengan ibadah. Lalu Allah ﷻ berfirman,
Ayat 16
“Akan menjauhlah tembung mereka dari tempat-tempat berbaring, karena berdoa kepada Tuhan mereka dalam keadaan takut dan ingin."
Yaitu dari sangat takut dan harap serta keinginannya agar diterima Allah ﷻ sebagai seorang hamba yang baik, dia bangun dari tidur nyenyaknya tengah malam, lalu dia shalat dan berdoa menyeru Allah SWT, memohonkan petunjuk dan hidayah, ampunan dan bimbingan. Dikatakan dan diperumpamakan dalam ayat ini bahwa menjauh lembung-nya dari tempat tidur, ialah menggambarkan peperangan di antara keinginan beribadah, shalat malam dengan mata yang sangat mengantuk, akhirnya iman yang menang sehingga lembung terenggang jauh dari tempat berbaring.
“Dan mereka nafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami anugerahkan."
Ujung ayat ini memberi isyarat bahwa beriman kepada Allah SWT, kuat beribadah sampai bangun tengah malam karena takut kemurkaan Allah ﷻ dan ingin akan ridha-Nya, dengan sendirinya akan membawa akibat yang lebih jauh, yaitu cinta kasih kepada sesama manusia. Karena iman tidaklah mungkin disertai oleh benci. Iman bahkan menimbulkan cinta. Karena orang yang beriman tidak mungkin bakhil. Mengapa dia akan bakhil, padahal dia telah tahu bahwa rezeki yang didapatnya adalah pemberian dari Allah.
Ayat 17
“Maka jiwa tak ada yang mengetahui balasan yang disembunyikan dari mereka. Sebagai balas jasa dari apa yang telah mereka amalkan."
Pendeknya adalah segala usaha dan amal tulus ikhlas yang mereka usahakan selama hidup di dunia ini, berdasar ibadah kepada Allah ﷻ dan kasih sayang kepada sesama manusia, tidaklah hilang percuma saja di sisi Allah SWT, bahkan disambut dengan baik dan akan diberi hadiah atau cenderamata yang mengejutkan tetapi menggembirakan dan membahagiakan.