Ayat
Terjemahan Per Kata
وَإِذَا
dan apabila
غَشِيَهُم
menimpa mereka
مَّوۡجٞ
gelombang
كَٱلظُّلَلِ
seperti naungan/gunung
دَعَوُاْ
mereka menyeru
ٱللَّهَ
Allah
مُخۡلِصِينَ
dengan ikhlas
لَهُ
kepada-Nya
ٱلدِّينَ
agama/ketaatan
فَلَمَّا
maka tatkala
نَجَّىٰهُمۡ
Dia meneyelamatkan mereka
إِلَى
sampai
ٱلۡبَرِّ
di daratan
فَمِنۡهُم
maka diantara mereka
مُّقۡتَصِدٞۚ
berlaku tengah-tengah
وَمَا
dan tidak
يَجۡحَدُ
mengingkari
بِـَٔايَٰتِنَآ
pada ayat-ayat Kami
إِلَّا
kecuali
كُلُّ
tiap-tiap
خَتَّارٖ
orang yang tidak setia
كَفُورٖ
orang yang ingkar
وَإِذَا
dan apabila
غَشِيَهُم
menimpa mereka
مَّوۡجٞ
gelombang
كَٱلظُّلَلِ
seperti naungan/gunung
دَعَوُاْ
mereka menyeru
ٱللَّهَ
Allah
مُخۡلِصِينَ
dengan ikhlas
لَهُ
kepada-Nya
ٱلدِّينَ
agama/ketaatan
فَلَمَّا
maka tatkala
نَجَّىٰهُمۡ
Dia meneyelamatkan mereka
إِلَى
sampai
ٱلۡبَرِّ
di daratan
فَمِنۡهُم
maka diantara mereka
مُّقۡتَصِدٞۚ
berlaku tengah-tengah
وَمَا
dan tidak
يَجۡحَدُ
mengingkari
بِـَٔايَٰتِنَآ
pada ayat-ayat Kami
إِلَّا
kecuali
كُلُّ
tiap-tiap
خَتَّارٖ
orang yang tidak setia
كَفُورٖ
orang yang ingkar
Terjemahan
Apabila mereka digulung ombak besar seperti awan tebal, mereka menyeru kepada Allah dengan memurnikan ketaatan hanya bagi-Nya. Kemudian, ketika Allah menyelamatkan mereka sampai di daratan, sebagian kecil (saja) di antara mereka yang tetap menempuh jalan yang lurus. Tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami selain pengkhianat yang tidak berterima kasih.
Tafsir
(Dan apabila mereka tertutup) yakni orang-orang kafir itu oleh (ombak yang besar seperti gunung) bagaikan bukit besarnya, hingga menutupi apa yang ada di bawahnya (mereka menyeru Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya) mereka berdoa hanya kepada-Nya, semoga Dia menyelamatkan mereka dari amukan gelombang itu. (Maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai di daratan, lalu sebagian mereka tetap menempuh jalan pertengahan) yakni pertengahan antara ingkar dan iman, dan sebagian di antara mereka ada yang masih tetap pada kekafirannya. (Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami) yang antara lain ialah diselamatkannya mereka dari amukan gelombang (selain orang-orang yang tidak setia) yaitu pengkhianat (lagi ingkar) kepada nikmat-nikmat Allah ﷻ
Tafsir Surat Luqman: 31-32
Tidakkah kamu memperhatikan bahwa sesungguhnya kapal itu berlayar di laut dengan nikmat Allah, supaya diperlihatkannya kepadamu sebagian dari tanda-tanda (kekuasaan)-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi semua orang yang sangat sabar lagi banyak bersyukur. Dan apabila mereka dilamun ombak yang besar seperti gunung, mereka menyeru Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya, maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai di daratan, lalu sebagian mereka tetap menempuh jalan yang lurus. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami selain orang-orang yang tidak setia lagi ingkar. (Luqman: 31-32)
Ayat 31
Allah subhaanahu wa ta’aalaa menyebutkan bahwa Dia telah menundukkan laut agar bahtera dapat berlayar di permukaannya dengan seizin-Nya, yakni berkat tatanan-Nya yang sangat halus dan ditundukkan-Nya sedemikian rupa untuk hal tersebut. Karena sesungguhnya andaikata Allah tidak menciptakan daya energi pada laut, tentulah bahtera tidak dapat berlayar di permukaannya. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya: supaya diperlihatkan-Nya kepadamu sebagian dari tanda-tanda (kekuasaan)-Nya (Luqman: 31) Maksudnya, sebagian dari kekuasaan-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi semua orang yang sangat sabar lagi banyak bersyukur. (Luqman: 31) Yakni sabar dalam penderitaan dan bersyukur dalam kenikmatan.
Ayat 32
Kemudian Allah subhaanahu wa ta’aalaa berfirman: Dan apabila mereka dilamun ombak yang besar seperti gunung. (Luqman: 32) Yaitu sebesar gunung dan awan. mereka menyeru Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. (Luqman: 32) Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah siapa yang kamu seru kecuali Dia. (Al-Isra: 67) Dan firman Allah subhaanahu wa ta’aalaa: Maka apabila mereka naik kapal. (Al-'Ankabut: 65), hingga akhir ayat. Kemudian Allah subhaanahu wa ta’aalaa berfirman: maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai di daratan, lalu sebagian mereka tetap menempuh jalan yang lurus. (Luqman: 32) Mujahid mengatakan bahwa makna muqtasid ialah kafir. Mujahid menafsirkannya dengan pengertian ingkar, semakna dengan apa yang terdapat di dalam firman-Nya: maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali) mempersekutukan (Allah). (Al-'Ankabut: 65) Ibnu Zaid mengatakan, makna yang dimaksud ialah pertengahan dalam beramal.
Apa yang dikatakan oleh Ibnu Zaid ini semakna dengan apa yang disebutkan di dalam firman-Nya: lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan. (Fatir: 32), hingga akhir ayat. Pengertian muqtasid dalam ayat ini ialah pertengahan dalam beramal. Dapat pula takwil ini diterapkan ke dalam ayat surat Luqman yang sedang kita bahas.
Pengertian ini pun termasuk ke dalam sikap yang ingkar bagi orang yang telah menyaksikan pemandangan yang mengerikan dan kejadian yang menakutkan serta tanda-tanda kekuasaan-Nya yang jelas selama ia di laut. Kemudian setelah Allah memberinya keselamatan dari bahaya tersebut sebagai nikmat karunia dari-Nya, seharusnya orang yang bersangkutan bersyukur kepada Allah dengan mengerjakan amal yang sempurna lagi terus-menerus dalam beribadah dan bersegera mengerjakan kebaikan.
Dan barangsiapa yang hanya bersikap pertengahan sesudah peristiwa tersebut, maka ia termasuk ke dalam kategori orang-orang yang melalaikan nikmat Allah. Hanya Allah Yang Maha Mengetahui. Firman Allah subhaanahu wa ta’aalaa: Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami selain orang-orang yang tidak setia lagi ingkar. (Luqman: 32) Makna khattar ialah pengkhianat menurut Mujahid, Al-Hasan, Qatadah, dan Malik, dari Zaid ibnu Aslam. Jelasnya khattar ialah orang yang setiap kali berjanji selalu mengkhianati janjinya.
Dan al-khatr artinya pengkhianatan berat. Seperti pengertian yang terdapat di dalam syair Amr ibnu Ma'di Kariba, yaitu: Dan sesungguhnya kamu bila melihat Abu Umair, tentulah kamu akan menyaksikan kecurangan dan pengkhianatan yang banyak darinya. Adapun firman Allah subhaanahu wa ta’aalaa: lagi ingkar. (Luqman: 32) Artinya, sangat ingkar kepada nikmat-nikmat Allah dan tidak mensyukurinya, bahkan sengaja melupakannya.
Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutilah suatu hari yang (pada hari itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong ayahnya sedikit pun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu dan jangan (pula) penipu (setan) memperdayakan kamu dalam (menaati) Allah. (Luqman: 33)
Allah subhaanahu wa ta’aalaa memperingatkan manusia terhadap hari berbangkit dan memerintahkan kepada mereka untuk bertakwa kepada-Nya, takut kepada-Nya, dan khawatir menghadapi hari kiamat, karena pada hari itu: seorang bapak tidak dapat menolong anaknya. (Luqman: 33) Yakni seandainya seorang bapak hendak menebus anaknya dengan dirinya, pastilah permintaan tebusannya itu ditolak. Demikian pula halnya seandainya seorang anak bermaksud menebus bapaknya dengan dirinya, tidak diterima pula.
Kemudian Allah subhaanahu wa ta’aalaa kembali menasihati mereka melalui firman-Nya: maka jangan sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu. (Luqman: 33) Maksudnya, jangan sekali-kali membuat dirimu terlena kerena hidup tenang di dunia hingga melupakan negeri akhirat. dan jangan pula penipu (setan) memperdayakan kamu dalam (menaati) Allah. (Luqman: 33) Jangan pula kamu biarkan setan memperdayakanmu. Demikianlah menurut pendapat Ibnu Abbas, Mujahid, Adh-Dhahhak, dan Qatadah; karena sesungguhnya setan itu selalu memperdayakan manusia, menjanjikan dan memberikan angan-angan kepadanya. Padahal tiada sesuatu pun dari apa yang dijanjikan setan itu terpenuhi, bahkan sebagaimana yang disebutkan oleh firman-Nya: Setan itu memberikan janji-janji kepada mereka dan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka, padahal setan itu tidak menjanjikan kepada mereka selain dari tipuan belaka. (An-Nisa: 120)
Wahb ibnu Munabbih telah mengatakan bahwa Uzair ‘alaihissalaam pernah berkata, "Ketika aku menyaksikan musibah yang menimpa kaumku, maka kesedihanku makin berat, kesusahanku bertambah banyak, dan tidak dapat tidur. Maka aku memohon kepada Tuhanku dengan merendahkan diri kepada-Nya, mengerjakan salat dan puasa, dan selama kujalani hal itu tiada henti-hentinya aku menangis. Tiba-tiba datanglah malaikat kepadaku, lalu aku bertanya kepadanya, 'Ceritakanlah kepadaku, apakah arwah orang-orang yang siddiqin (beriman) dapat memberikan syafaat (pertolongan) kepada arwah orang-orang yang zalim, atau para bapak dapatkah memberi syafaat kepada anak-anak mereka?' Malaikat itu menjawab, 'Sesungguhnya hari kiamat adalah hari keputusan peradilan dan kekuasaan yang maha menang, tiada kemurahan padanya dan tiada seorang pun yang dapat berbicara kecuali dengan seizin Tuhan Yang Maha Pemurah.
Seorang bapak tidak dapat dihukum karena dosa anaknya, begitu pula seorang anak tidak dapat dihukum karena dosa orang tuanya, dan seseorang tidak dapat dihukum karena dosa yang dilakukan saudaranya, dan seorang budak tidak dapat dihukum karena dosa majikannya. Tiada seorang pun yang diperhatikannya melainkan hanya dirinya sendiri, tiada seorang pun yang bersedih hati karena kesedihan orang lain, dan tiada seorang pun yang merasa kasihan kepada orang lain.
Masing-masing orang di hari kiamat hanya kasihan kepada dirinya sendiri. Tiada seseorang pun yang dihukum karena kesalahan orang lain; setiap orang disibukkan oleh kesusahannya sendiri, menangis karena kesalahannya sendiri, dan ia hanya memikul dosanya sendiri, dan tidak dibebankan kepada seseorang dosa orang lain, ia hanya menanggung dosanya sendiri'." Riwayat Ibnu Abi Hatim.
"Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari kiamat; dan Dialah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada di dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (Luqman: 34)
Apa yang disebutkan oleh ayat ini merupakan kunci-kunci kegaiban yang hanya Allah sendirilah yang mengetahuinya. Maka tiada seorang pun yang dapat mengetahuinya kecuali setelah ia diberi tahu oleh Allah subhaanahu wa ta’aalaa tentangnya. Pengetahuan mengenai saat hari kiamat tiada seorang pun dari kalangan nabi yang diutus atau malaikat yang terdekat mengetahuinya. tidak seorang pun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. (Al-A'raf: 187) Demikian pula mengenai turunnya hujan, tiada yang mengetahuinya selain Allah subhaanahu wa ta’aalaa Tetapi bila Allah memerintahkan untuk turunnya hujan, barulah para malaikat yang diserahi tugas untuk menurunkannya mengetahuinya, demikian pula orang yang dikehendaki Allah dari kalangan makhluk-Nya. Tiada yang mengetahui apa yang ada di dalam rahim, yakni apa yang bakal diciptakan-Nya selain hanya Dia sendiri.
Tetapi bila Allah telah memerintahkan agar yang di dalam rahim menjadi laki-laki atau perempuan, atau menjadi orang yang celaka atau menjadi orang yang bahagia, barulah para malaikat yang diserahi tugas untuk menjaganya mengetahui hal itu, juga orang yang dikehendaki oleh Allah dari kalangan makhluk-Nya (mengetahuinya pula). Selain itu tiada seorang pun yang mengetahui apa yang akan diusahakannya besok di dunianya dan di akhiratnya.
Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. (Luqman: 34) Yakni di negerinyakah atau di negeri lain di antara negeri-negeri yang ada; tiada seorang pun yang mengetahui hal ini. Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang gaib, tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri. (Al-An'am: 59), hingga akhir ayat.
Kelima perkara ini disebutkan pula di dalam sunnah dengan istilah "kunci-kunci kegaiban". Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Zaid ibnul Habbab, telah menceritakan kepadaku Husain ibnu Waqid, telah menceritakan kepadaku Abdullah ibnu Buraidah; ia pernah mendengar Abu Buraidah mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda: Ada lima perkara yang tiada seorang pun mengetahuinya kecuali hanya Allah subhaanahu wa ta’aalaa; sesungguhnya Allah hanya pada sisi-Nyalah pengetahuan mengenai hari kiamat, Dialah yang menurunkan hujan, Dia mengetahui apa yang terdapat di dalam rahim, dan tiada seorang pun yang mengetahui apa yang akan diusahakannya besok, dan tiada seorang pun yang mengetahui di bumi manakah ia akan mati.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. Hadis Ibnu Umar. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Waki', telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Abdullah ibnu Dinar, dari Ibnu Umar yang telah menceritakan bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda: Kunci-kunci semua yang gaib itu ada lima, tiada seorang pun yang mengetahuinya kecuali hanya Allah. Yaitu sesungguhnya Allah, hanya di sisi-Nyalah pengetahuan tentang hari kiamat; Dialah yang menurunkan hujan; Dia mengetahui apa yang ada di dalam rahim; tiada seorang pun yang mengetahui apa yang akan diusahakannya besok; dan tiada seorang pun yang mengetahui di bumi manakah dia akan mati; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
Hadis diketengahkan oleh Imam Al-Bukhari secara tunggal. Dia meriwayatkannya di dalam Kitabul Istisqa, bagian dari kitab sahihnya, melalui Muhammad ibnu Yusuf Al-Faryabi, dari Sufyan ibnu Sa'id Ats-Tsauri dengan sanad yang sama. Dia meriwayatkannya pula di dalam kitab tafsir melalui jalur lain. ". Dia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Sulaiman, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Umar ibnu Muhammad ibnu Zaid ibnu Abdullah ibnu Umar; ayahnya pernah menceritakan kepadanya bahwa Abdullah ibnu Umar pernah berkata, "Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda bahwa sesungguhnya kunci-kunci semua yang gaib ada lima.
Kemudian Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam membacakan firman-Nya: Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari kiamat; dan Dialah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada di dalam rahim. (Luqman: 34) Hadis ini diriwayatkan pula oleh Imam Al-Bukhari dengan tunggal. Imam Ahmad meriwayatkannya melalui Gundar, dari Syu'bah, dari Umar ibnu Muhammad; ia pernah mendengar ayahnya menceritakan hadis ini dari Ibnu Umar, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam yang telah bersabda, bahwa sesungguhnya beliau telah dianugerahi kunci-kunci segala sesuatu kecuali lima perkara, yaitu: Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari kiamat; dan Dialah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada di dalam rahim.
Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (Luqman: 34) Hadis Ibnu Mas'ud. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya, dari Syu'bah, telah menceritakan kepadaku Amr ibnu Murrah, dari Abdullah ibnu Salamah yang mengatakan bahwa Abdullah ibnu Mas'ud pernah mengatakan bahwa Nabi kalian dianugerahi kunci-kunci segala sesuatu kecuali lima perkara, yaitu: Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari kiamat; dan Dialah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada di dalam rahim.
Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (Luqman: 34) Hal yang sama telah diriwayatkan dari Muhammad ibnu Ja'far, dari Syu'bah, dari Amr ibnu Murrah dengan sanad yang sama, tetapi di akhirnya ditambahkan bahwa perawi menanyakannya kepada Abdullah ibnu Salamah, "Apakah engkau mendengarnya dari Ibnu Mas'ud?" Abdullah ibnu Salamah menjawab, "Ya, lebih dari lima puluh kali." Waki' telah meriwayatkannya pula dari Mis'ar, dari Amr ibnu Murrah dengan sanad yang sama. Sanad hadis ini hasan dengan syarat ashabus sunan, tetapi mereka tidak mengetengahkannya.
Imam Al-Bukhari dalam tafsir ayat ini mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ishaq, dari Jarir, dari Abu Hayyan, dari Abu Zur’ah, dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam di suatu hari duduk dikelilingi oleh orang banyak, tiba-tiba datanglah kepadanya seorang lelaki jalan kaki, lalu lelaki itu bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah iman itu?" Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, "Iman itu hendaknya kamu beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitabNya, rasul-rasul-Nya, serta hari pertemuan dengan-Nya, dan hendaknya kamu beriman kepada adanya hari berbangkit." Lelaki itu bertanya lagi, "Wahai Rasulullah, apakah Islam itu?" Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, "Islam ialah hendaknya engkau menyembah Allah dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun, dan hendaknya engkau mengerjakan salat, menunaikan zakat yang difardukan, dan puasa bulan Ramadan." Lelaki itu bertanya lagi, "Wahai Rasulullah, apakah ihsan itu?" Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, "Ihsan ialah hendaknya engkau menyembah Allah seakan-akan kamu melihat-Nya.
Dan jika kamu tidak dapat melihatNya, sesungguhnya Dia selalu melihatmu." Lelaki itu bertanya lagi, "Wahai Rasulullah, bilakah hari kiamat itu?" Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, "Tidaklah orang yang ditanya lebih mengetahui daripada orang yang bertanya, tetapi aku akan menceritakan kepadamu tentang tanda-tandanya. Yaitu apabila seorang budak perempuan melahirkan majikannya, maka itu pertanda akan dekat hari kiamat. Dan apabila ada orang-orang yang tidak beralas kaki lagi telanjang menjadi para pemimpin, itu salah satu pertanda dekatnya kiamat, hal itu merupakan salah satu dari lima perkara yang tiada seorang pun mengetahuinya kecuali hanya Allah.
Yaitu sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari kiamat, Dialah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada di dalam rahim," hingga akhir ayat. Kemudian lelaki itu pergi dan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, "Panggillah lelaki itu kembali kepadaku!" Maka mereka mencarinya untuk memanggil kembali lelaki itu, tetapi ternyata mereka tidak melihatnya. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam kembali bersabda: Orang ini adalah Jibril yang sengaja datang untuk mengajarkan kepada manusia tentang agama mereka. Imam Al-Bukhari meriwayatkannya pula di dalam Kitabul Iman, juga Imam Muslim melalui berbagai jalur dari Abu Hayyan dengan sanad yang sama.
Kami telah membicarakan tentang hadis ini dalam permulaan Syarah Al-Bukhari, dan telah kami sebutkan pula di dalam kitab yang sama hadis Amirul Mu-minin Umar ibnul Khattab mengenai masalah ini dengan panjang lebar. Hadis ini merupakan salah satu dari hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim secara tunggal.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abun Nadr, telah menceritakan kepada kami Abdul Hamid, telah menceritakan kepada kami Bahz, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Abbas radhiyallaahu ‘anhu yang menceritakan bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam duduk di suatu majelis, maka datanglah Malaikat Jibril yang langsung duduk di hadapan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam seraya meletakkan kedua telapak tangannya di atas kedua lutut Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam Lalu Jibril bertanya, "Apakah Islam itu?" Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, "Islam ialah hendaknya engkau menyerahkan dirimu kepada Allah subhaanahu wa ta’aalaa semata, dan engkau bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, dan bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya." Selanjutnya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, "Jika kamu telah melakukan hal tersebut, berarti engkau telah Islam." Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda lagi, "Apabila kamu telah melakukan hal tersebut, berarti kamu telah Islam." Lelaki itu bertanya lagi, "Wahai Rasulullah, ceritakanlah kepadaku apakah iman itu?" Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, "Iman ialah hendaknya engkau beriman kepada Allah, hari kemudian, para malaikat, Al-Kitab (Al-Qur'an), para nabi; engkau beriman kepada kematian dan kehidupan sesudah mati, dan kamu beriman kepada adanya surga, neraka, hisab, dan timbangan amal perbuatan; kamu juga beriman kepada takdir yang baik dan yang buruk semuanya dari Allah." Selanjutnya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, "Apabila kamu telah melakukan hal itu, berarti kamu telah beriman." Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda lagi, "Bila kamu lakukan hal itu, berarti kamu telah beriman." Lelaki itu bertanya lagi, "Wahai Rasulullah, ceritakanlah kepadaku apakah ihsan itu?" Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, "Ihsan ialah hendaknya engkau beramal hanya karena Allah seakan-akan engkau melihat-Nya; dan jika engkau tidak dapat melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia selalu melihatmu." Lelaki itu bertanya lagi, "Wahai Rasulullah, ceritakanlah kepadaku bilakah hari kiamat itu?" Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, bahwa hari kiamat ituMahasuci Allah termasuk lima perkara yang tiada seorang pun mengetahuinya selain Allah: Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari kiamat; dan Dialah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada di dalam rahim.
Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (Luqman: 34); Tetapi jika kamu bersikeras menanyakannya, maka aku hanya dapat menyebutkan tentang tanda-tandanya saja. Lelaki itu berkata, "Baiklah, wahai Rasulullah, ceritakanlah kepadaku tentang tanda-tandanya itu." Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, "Apabila kamu telah melihat seorang budak perempuan melahirkan majikannya atau tuannya, dan kamu lihat para ahli bangunan mulai saling berlomba meninggikan bangunannya, dan kamu lihat orang-orang yang tak beralas kaki, lapar, lagi miskin menjadi pemimpin manusia, maka itulah pertanda dekatnya hari kiamat." Lelaki itu bertanya, "Wahai Rasulullah, siapakah para ahli bangunan yang tak beralas kaki, lapar, lagi miskin itu?" Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, "Orang Arab." Hadis ini gharib, mereka tidak mengetengahkannya.
Imam Ahmad meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ja'far, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Mansur, dari Rab'i ibnu Hirasy, dari seorang lelaki dari kalangan Bani Amir yang menceritakan bahwa ia pernah meminta izin masuk menemui Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam, lalu ia berkata, "Bolehkah saya masuk?" Maka Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda kepada pelayannya, "Keluarlah dan temui dia, sesungguhnya dia masih belum mengetahui cara meminta izin masuk. Katakanlah kepadanya, hendaklah dia mengucapkan, 'Assalamu 'alaikum, bolehkah saya masuk?'."
Lelaki dari Bani Amir mengatakan bahwa ia mendengar sabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam itu, lalu ia mengucapkannya, "Assalamu 'alaikum, bolehkah saya masuk?" Lalu ia masuk dan bertanya, "Apakah yang engkau bawa kepada kami?" Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam menjawab: Tidaklah aku datang kepada kalian melainkan membawa kebaikan belaka. Aku datang kepada kalian dengan membawa perintah hendaknya kalian menyembah Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya; dan kamu tinggalkan penyembahan kepada Lata dan 'Uzza, dan kamu kerjakan salat di malam dan siang hari sebanyak lima kali, dan kamu puasa setiap tahunnya selama satu bulan, dan kamu berhaji ke Baitullah, dan kamu pungut zakat dari harta orang-orang kaya kalian, lalu kamu berikan kepada kaum fakir miskin kalian.
Lelaki itu bertanya lagi, "Apakah masih ada sesuatu dari pengetahuan yang tidak kamu ketahui?" Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, "Sesungguhnya Allah telah mengajarkan kebaikan kepadanya dan sesungguhnya ada di antara ilmu yang tiada seorang pun mengetahuinya kecuali hanya Allah subhaanahu wa ta’aalaa, yaitu ada lima perkara: 'Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari kiamat; dan Dialah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada di dalam rahim. ' (Luqman: 34), hingga akhir ayat. Sanad hadis ini sahih.
Ibnu Abi Nujaih telah meriwayatkan dari Mujahid, bahwa pernah ada seorang lelaki Badui, lalu lelaki itu bertanya (kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam), "Sesungguhnya istriku mengandung, maka ceritakanlah kepadaku apa yang bakal dilahirkannya (laki-laki ataukah perempuan). Negeri kami sedang musim paceklik, maka ceritakanlah kepadaku bilakah hujan turun. Dan sesungguhnya engkau telah mengetahui kapan aku lahir, maka ceritakanlah kepadaku bilakah aku mati?" Maka Allah subhaanahu wa ta’aalaa menurunkan firman-Nya: Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari kiamat. (Luqman: 34) sampai dengan firman-Nya: Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (Luqman: 34) Mujahid mengatakan bahwa itulah yang dimaksudkan kunci-kunci semua yang gaib yang disebutkan oleh Allah subhaanahu wa ta’aalaa dalam firman-Nya: Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang gaib, tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri. (Al-An'am: 59) Hadis riwayat Ibnu Abi Hatim dan Ibnu Jarir.
Asy-Sya'bi telah meriwayatkan dari Masruq, dari Aisyah radhiyallaahu ‘anhu yang mengatakan, "Siapa pun yang berkata kepadamu bahwa dia mengetahui apa yang bakal terjadi besok, sesungguhnya dia telah berdusta." Kemudian Siti Aisyah membacakan firman-Nya: Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. (Luqman: 34) Adapun firman Allah subhaanahu wa ta’aalaa: Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. (Luqman: 34) Qatadah mengatakan bahwa ada beberapa perkara yang hanya diketahui oleh Allah saja. Dia tidak memperlihatkannya, baik kepada seorang malaikat yang terdekat ataupun kepada seorang nabi yang diutus.
Perkara tersebut yaitu: Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari kiamat. (Luqman: 34) Maka tiada seorang pun yang mengetahui bila hari kiamat terjadi, di tahun berapa, di bulan apa, di malam hari ataukah di siang hari. dan Dialah Yang menurunkan hujan. (Luqman: 34) Maka tiada seorang pun yang mengetahui bila hujan akan turun, di siang hari atau di malam hari. dan Dia mengetahui apa yang ada di dalam rahim. (Luqman:34) Maka tiada seorang pun yang mengetahui apa yang ada di dalam rahim, laki-laki ataukah perempuan, berkulit merah ataukah berkulit hitam, dan bagaimanakah nasibnya kelak.
Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. (Luqman: 34) Apakah kebaikan ataukah keburukan. Dan kamu tidak mengetahui, hai anak Adam, bilakah kamu mati, barangkali besok kamu akan mati, dan barangkali besok kamu tertimpa musibah. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. (Luqman: 34) Yakni tiada seorang pun yang mengetahui di mana ia akan mati, di bumi ataukah di laut, di hutan, di lembah, ataukah di bukit.
Di dalam sebuah hadis disebutkan: Apabila Allah hendak mencabut nyawa seorang hamba di suatu negeri, maka Allah menggerakkan hamba yang bersangkutan ke negeri itu untuk suatu keperluan. Al-Hafidzh Abul Qasim Ath--Thabarani mengatakan di dalam kitab Mujamnya yang besar, yaitu dalam musnad Usamah ibnu Zaid. Dia menyebutkan, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Ayyub, dari Abul Malih, dari Usamah ibnu Zaid yang mengatakan bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda: Tidaklah Allah menjadikan kematian seseorang hamba di suatu negeri melainkan Dia menjadikan baginya di negeri itu suatu keperluan (yang menggerakkannya ke negeri itu).
Abdullah ibnu Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Dawud Al-Hafri, dari Sufyan, dari Abu Ishaq, dari Matar ibnu Akamis yang telah menceritakan bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda: Apabila Allah telah menetapkan kematian seseorang hamba di suatu negeri, maka Dia menjadikan baginya di negeri itu suatu keperluan (yang menggerakkannya ke negeri itu). Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi di dalam Bab 'Takdir' melalui hadis Sufyan Ats-Tsauri dengan sanad yang sama, kemudian ia mengatakan bahwa hadis ini hasan gharib, dan belum pernah diketahui bahwa Matar menerima hadis langsung dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam selain hadis ini. Imam Abu Dawud telah meriwayatkannya di dalam hadis-hadis mursal-nya. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ismail, telah menceritakan kepada kami Ayyub, dari Abul Malih ibnu Usamah, dari Abu Izzah yang telah mengatakan bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda: Apabila Allah berkehendak akan mencabut nyawa, seseorang hamba di suatu negeri, maka Dia menjadikan baginya di negeri itu suatu keperluan (yang mendorongnya pergi ke negeri itu). Abu Izzah ini adalah Basysyar ibnu Ubaidillah, yang juga dikenal dengan nama Ibnu Abdul Huzali.
Imam At-Tirmidzi mengetengahkannya melalui hadis Ismail ibnu Ibrahim, yaitu Ibnu Ulaiyyah; dan Imam At-Tirmidzi mengatakan bahwa hadis ini sahih. ". Ibnu Abi Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Isam Al-Asfahani, telah menceritakan kepada kami Al-Muammal ibnu Ismail, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Abu Humaid, dari Abul Malih, dari Abu Izzah Al-Huzali yang menceritakan bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda: Apabila Allah berkehendak akan mencabut nyawa seseorang hamba di suatu negeri, maka Dia menjadikan baginya suatu keperluan, dan si hamba yang bersangkutan tetap bersikeras hingga mendatangi negeri itu. Kemudian Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam membacakan firman-Nya: Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari kiamat. (Luqman: 34) sampai dengan firman-Nya: Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (Luqman: 34)
Al-Hafidzh Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Sabit Al-Juhdari dan Muhammad ibnu Yahya Al-Qat'i. Keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Umar ibnu Ali, telah menceritakan kepada kami Ismail, dari Qais dari Abdullah yang menceritakan bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam telah bersabda: Apabila Allah berkehendak akan mencabut nyawa seseorang hamba di suatu negeri, maka Dia menjadikan suatu keperluan baginya di negeri itu. Kemudian Al-Bazzar mengatakan bahwa hadis ini, sepanjang pengetahuan kami tiada seorang pun yang me-rafa '-kannya selain Umar ibnu Ali Al-Maqdami.
Ibnu Abid Dunia mengatakan, telah menceritakan kepadaku Sulaiman ibnu Abu Masih yang mengatakan bahwa Muhammad ibnul Hakam telah membacakan kepadanya bait-bait syair milik A'sya Hamdan, yaitu: Tiada yang dapat dijadikan bekal dari apa yang telah dihimpunkan seseorang selain kapur barus untuk menjelang hari perpisahannya, dan kain kafan, juga kayu cendana .yang mengharumkannya.
Tetapi amatlah sedikit hal itu dijadikan bekal bagi orang yang bepergian. Janganlah engkau berputus asa atas sesuatu, karena setiap pemuda itu pasti berjalan ke arah kematiannya dengan langkah yang cepat. Setiap orang yang menduga bahwa kematian luput darinya, pastilah dia seorang yang jahil murakkab (bodoh berat). Di negeri mana saja telah ditakdirkan bagi kematiannya, tiada lain dia pasti mengarah ke negeri itu dengan langkah yang pasti selama ia masih hidup.
Al-Hafidzh Ibnu Asakir rahimahullah menyebutkannya di dalam biografi Abdur Rahman ibnu Abdullah ibnul Haris, dialah A'sya Hamdan. Asy-Sya'bi adalah suami saudara perempuannya, dan sebaliknya A'sya Hamdan pun mengawini saudara perempuan Asy-Sya'bi. A'sya Hamdan pada mulanya termasuk salah seorang yang menuntut ilmu sambil mencari nafkah, tetapi kemudian ia beralih profesi menjadi penggubah syair, akhirnya dia terkenal sebagai seorang penyair.
Ibnu Majah telah meriwayatkan dari Ahmad ibnu Sabit dan Umar ibnu Syabbah, kedua-duanya dari Umar ibnu Ali secara marfu', bahwa apabila ajal seseorang telah ditetapkan di suatu negeri, maka ada suatu keperluan yang mendatangkannya ke negeri itu. Apabila ia telah mencapai upaya terakhirnya, barulah Allah subhaanahu wa ta’aalaa mencabut nyawanya. Dan bumi kelak di hari kiamat akan berkata: Ya Tuhanku, inilah apa yang Engkau titipkan kepadaku. Imam Ath-Thabarani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Ayyub, dari Abul Malih, dari Usamah, bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda: Tidaklah Allah menjadikan kematian seseorang hamba di suatu negeri, melainkan Dia menjadikan suatu keperluan baginya di negeri itu.
Demikianlah akhir surat Luqman, segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, dan cukuplah bagi kami Allah sebagai Penolong, dan Dia adalah sebaik-baik Pelindung.
Ayat ini menjelaskan sifat dasar manusia, terutama mereka yang kufur atas nikmat-Nya. Apabila mereka digulung ombak yang besar seperti gunung dan hampir menenggelamkan kapal yang mereka tumpangi, mereka kembali ke fitrahnya, yakni menyeru Allah seraya memohon keselamatan dari-Nya dengan tulus ikhlas serta beragama, yakni pernyataan sikap tunduk dan patuh kepada-Nya, bahkan berjanji tidak menyekutukan-Nya. Tetapi, ketika Allah menyelamatkan mereka dari ombak besar itu sehingga mereka selamat sampai di daratan, maka sebagian mereka ada yang tetap menempuh jalan yang lurus dengan mengakui keesaan-Nya. Adapun yang mengingkari ayat-ayat Kami, padahal dia memohon pertolongan Kami saat tertimpa cobaan, sungguh mereka itu hanyalah pengkhianat yang tidak berterima kasih. Dari ayat ini dapat disimpulkan bahwa pengakuan tentang keesaan Allah merupakan fitrah manusia yang bisa disimpangkan dalam waktu tertentu, namun di saat kritis kesadaran tersebut akan muncul kembali. 33. Beralih dari pemaparan bukti-bukti keesaan dan kekuasaan-Nya, Allah dalam ayat ini memerintahkan manusia bertakwa kepada-Nya dan takut akan datangnya hari kiamat. Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang menciptakanmu dan memberimu rezeki serta menundukkan dan mengendalikan alam ini demi memenuhi kebutuhanmu, dan takutlah kamu pada hari yang ketika itu seorang bapak tidak dapat menolong anaknya, dan seorang anak tidak pula dapat menolong bapaknya sedikit pun. Bertakwalah dengan menunjukkan penghambaan yang tulus kepada-Nya. Sungguh, hari kebangkitan, pahala, dan siksa yang merupakan janji Allah pasti benar, maka janganlah sekali-kali kamu teperdaya oleh kehidupan dunia yang fana, dan jangan sampai kamu teperdaya oleh penipu yang salah dalam memahami Allah, seakan Dia membiarkan mereka sesat dengan tidak menurunkan azab, padahal turunnya azab itu hanya ditunda sesaat.
Pada ayat ini, Allah memerintahkan agar manusia melihat tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran-Nya yang ada di bumi dengan mengatakan, "Apakah tidak engkau perhatikan, hai Muhammad, bahtera yang berlayar di lautan yang menghubungkan negeri-negeri yang berjauhan letaknya." Dengan adanya hubungan itu, penduduk suatu negeri akan mengenal penduduk negeri lain. Keperluan dan kebutuhan rakyat yang tidak ada di negerinya dapat diambil dan diangkut oleh kapal-kapal dari negeri-negeri yang lain, seperti bahan makanan, pakaian, obat-obatan, perhiasan, mesin-mesin, dan sebagainya. Dengan adanya kapal-kapal itu, seakan-akan hubungan antara bangsa-bangsa dan negara-negara dewasa ini semakin dekat.
Kapal dibuat pertama kali oleh Nabi Nuh sesuai dengan perintah Allah dalam misi penyelamatan manusia beriman ditambah dengan sejumlah pasangan hewan (lebih lanjut baca Surah Hud/11: 40). Namun demikian, dengan kemampuan berpikir manusia, maka teknologi kapal berkembang. Kapal tidak saja dibuat dari bahan kayu saja bahkan sudah berkembang dengan menggunakan logam. Walaupun akhir-akhir ini dengan berkembangnya teknologi bahan, manusia telah mampu "meramu" dari bahan yang tersedia menjadi bahan yang lebih ringan, kompak, mudah dibentuk, kuat, tahan cuaca, dan tahan benturan. Besi yang mestinya tenggelam, karena massa jenis logam jauh lebih besar di atas massa jenis air, tetapi dengan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), yakni dengan menerapkan hukum Archimides (fisika), maka besi tadi dapat mengapung di permukaan air. Hakikatnya hukum fisika itu adalah ketetapan Allah. Ketetapan Allah yang dapat dirasakan manfaatnya dalam kehidupan manusia. Itulah nikmat Allah yang sesungguhnya.
Semua yang diterangkan Allah itu adalah bukti-bukti atas kekuasaan dan kebesaran-Nya yang nyata bagi orang-orang yang sabar dalam menghadapi segala macam cobaan dan kesukaran, serta bagi orang-orang yang mensyukuri nikmat-nikmat Allah yang telah dilimpahkan kepadanya. Tanda orang bersyukur kepada Allah itu ialah dengan menyatakan ungkapan syukur dalam bentuk perkataan atau perbuatan ketika menerima nikmat itu.
Asy-Sya'bi berkata, "Sabar itu adalah sebagian dari iman, syukur itu adalah sebagian iman, dan yakin adalah iman seluruhnya. Tidakkah engkau perhatikan firman Allah yang terdapat pada akhir ayat ini dan firman-Nya: "wa fi al-ardhi ayatun li al-muqinin" (dan pada bumi itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang yakin) dan sabda Rasulullah saw:
Iman itu ada dua bagian, yaitu sebagian dalam sabar dan sebagian dalam syukur. (Riwayat al-Baihaqi dari Anas).
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 28
“Tidaklah penciptaan kamu dan tidak pula pembangkitan kamu, melainkan seperti satu jiwa jua."
Cara Allah ﷻ membangkitkan manusia kembali, setelah menempuh alam barzakh akan menempuh hari Kiamat serupa saja juga dengan ketika menciptakan-nya, Manusia pada mulanya dijadikan dari sari tanah, yaitu makan-makanan yang semuanya berasal dari tanah; baik sayur, atau buah-buahan ataupun daging. Makanan itu yang membentuk darah. Darah yang menyarikan mani. Mani yang jadi nuthfah bila telah bergabung mani laki-laki dengan mani perempuan, lalu dipelihara di dalam rahim, jadi nuthfah, jadi ‘alaqah, jadi mudghah. Inilah yang berangsur jadi manusia, sampai lahir ke dunia. Maka kelak bilamana mereka akan dibangkitkan kembali dalam hidup yang kedua kali, mereka akan timbul kembali dalam cara yang lain, yang Allah ﷻ saja yang tahu bagaimana caranya. Karena kejadian penciptaan manusia dari tidak ada kepada ada yang sekarang ini, kita hanya tahu berkembangnya dari sari tanah sampai jadi orang, namun demikian dia masih tetap mengagumkan dan tidak dapat ditiru oleh satu kekuatan yang lain, bagaimana jua pun tidaklah dapat menirunya. Kita aduk-adukkan mani laki-laki dengan mani perempuan, tidaklah dia akan tercipta jadi orang.
“Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar, Maha Melihat."
Maha Mendengar apa yang dikatakan dan apa yang dikeluhkan oleh manusia. Maha Melihat apa yang dikerjakan dan apa yang mereka lalaikan.
Ayat 29
“Apakah tidak engkau perhatikan bahwasanya Allah menyelinapkan malam ke dalam siang dan menyelinapkan siang ke dalam malam."
Menyelinap kalau dalam bahasa yang biasa bisa saja disebutkan memasukkan. Tetapi oleh karena masuknya malam ke dalam siang dan siang ke dalam malam itu halus sekali, tidak kelihatan dari mana masuknya, tahu-tahu bila fajar telah menyingsing, malam berangsur hilang dan siang berangsur terang, dan sebaliknya bila matahari telah mulai ter-benam, malam telah menyelimuti bumi, tahu-tahu hari telah malam saja, memang di kedua kalinya itu terjadi pemasukan, tetapi dengan menyelinap; tahu-tahu telah siang, tahu-tahu telah malam. “Dan Dia tundukkan matahari dan bulan." Yaitu tunduk ke bawah peraturan Allah Yang Mahaperkasa sehingga tidak boleh berubah jalan keduanya dan yang telah ditentukan.
“Dan sesungguhnya Allah terhadap apa yang kamu kerjakan adalah sangat teliti."
Bukan saja dengan teliti Allah ﷻ menguasai dan menundukkan perjalanan falak sampai sehalus-halusnya, sampai kepada menit dan detik perjalanan matahari, bumi, bulan dan bintang-bintang, bahkan perbuatan kita manusia sendiri pun dilihat dan diperhatikan oleh Allah ﷻ dengan teliti sekali. Ketelitian adalah salah satu dari sifat dan nama Allah ﷻ Maka manusia pun dianjurkan agar menuruti sifat Allah ﷻ dalam ketelitian ini sekadar kekuatannya sebagai manusia.
Ayat 30
“Demikianlah, adanya."
Demikianlah adanya peraturan dan ketentuan Allah ﷻ itu, Perkasa, Bijaksana, Teliti, Teratur, Berukuran, Berjangkaan, dan yang seberes dan sesempurna itu hanya ada pada Allah ﷻ saja. “Karena sesungguhnya Allah, Dialah Yang Benar." Kebenaran itu dapat engkau buktikan di dalam alam seluruhnya, baik di langit atau di bumi. Sampai kepada perjalanan hidup binatang-binatang, kayu-kayuan, tumbuh-tumbuhan, bertambah diperhatikan bertambah mengagumkan. “Dan apa yang mereka seru selain Dia adalah batil," kacau-balau, rapuh, tidak tahan lama, tidak teratur, tidak sempurna, tidak teliti, tidak perkasa dan tidak bijaksana.
“Dan sesungguhnya Allah adalah Mahatinggi, Mahaagung."
Dan setelah berhala yang kamu sembah dan kamu puja, baik orang ataupun barang, kayu ataupun batu, entah pohon beringin, entah gunung yang tinggi, yang kamu sebut Mahameru, semuanya itu tidak ada ketinggiannya. Dia tinggi hanya karena kamu saja yang meninggi-ninggikan dan besar karena kamu saja yang membesar-besarkan. Kadang-kadang manusia-manusia yang ditinggi-tinggi-kan dan diagung-agungkan itu hanyalah manusia-manusia tengik, keji dan membosankan; yang jika bertambah tingginya bertambah jelas kekurangannya dan bertambah dibesarkan, bertambah tampak kekanak-kanakannya,
Ayat 31
“Tidakkah engkau lihat bahwasanya bahtera belayar di lautan dengan nikmat Allah, supaya Dia perlihatkan kepada kamu setengah dari ayat-ayat-Nya."
Sesudah disuruh manusia memerhatikan pergantian siang dan malam, penundukan matahari bersama bulan, di ayat seterusnya ini manusia dibawa pula beralih ke lautan, melihat bahtera (kapal) berlayar. Mula-mula sekali bandingkanlah kebesaran dan keluasan laut dengan kecilnya bahtera yang belayar di atasnya. Ingatlah bahwa bumi ini hanya seper-lima tanah daratan dan yang empat perlima adalah lautan belaka. Dengan bahtera manusia belayar mencari pulau dan benua lain. Kebesaran laut dengan airnya yang terus bergerak tidak berhenti-henti. Yang memecah ke tepi pantai adalah ombak, dan ujung ombak itu ialah riak, dan ombak tadi diantarkan oleh gelombang, dan gelombang itu berjalan di atas yang dinamai alun, yang besar alun itu kadang-kadang laksana gunung. Alun yang besar itulah yang diseruak oleh kapal. Kadang-kadang miringlah kapal itu, sampai seakan-akan bertaut dengan laut dan dalam pelayaran dengan kapal melalui samudra yang luas itu. benar-benar kita melihat ayat-ayat atau tanda-tanda kebesaran Allah ﷻ Kadang-kadang terpikirlah kita dan timbullah keinsafan tentang nilai manusia, dengan berkat karunia. Manusia seakan-akan tidak ada arti lagi, jika kita telah duduk di geladak kapal melihat lautan. Sejauh-jauh mata memandang, ke segala ufuk hanya lautan belaka. Kapal-kapal yang besar hanya laksana daun kayu terapung saja kelihatan dari jauh. Manusia yang merasa dirinya memegang peranan penting, seakan-akan tidak ada lagi. Hilang dalam kebesaran laut.
“Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar jadi tanda-tanda bagi tiap-tiap orang yang berkorban lagi bersyukur."
Perubahan angin di laut itu pun berbagai macam. Kadang-kadang dia tenang berembus, enak membuat diri jadi segar. Kadang-kadang ombak dan gelombang itu mengamuk meninggi dan alun yang besar itu laksana raksasa tak kenal ampun. Namun kapal mesti belayar melalui punggungnya. Dalam saat-saat yang demikian, baik penumpang kapal, apatah lagi para pengemudinya, nakhoda dan para mualim mesti sabar. Karena barangsiapa berumah di tepi pantai pasti bertemu pasang naik dan barangsiapa berani berlayar pasti bertemu gelombang.
Ayat yang selanjutnya adalah menggambarkan orang yang tidak beriman menghadapi pelayaran.
Ayat 32
“Dan apabila mereka dihantam gelombang laksana gunung, mereka serulah Allah dalam keadaan mengikhlaskan agama kepada-Nya."
Melihat tidak ada lagi tempat berlindung, tanah daratan tidak tampak sama sekali, pulau pun tidak, dan langit gelap diselaputi awan yang tebal dan hujan yang lebat, ketika itu barulah mereka ingat hanya Allah sajalah Yang Mahakuasa melepaskannya dari bahaya. Misalnya kalau waktu itu di dalam kapal tersebut mereka ada membawa jimat, atau patung berhala, atau keris yang dikatakannya bertuah, sekali-kali tidaklah teringat olehnya hendak meminta tolong kepada alat-alat yang dipunyai selain Allah ﷻ itu. Waktu itulah mereka betul-betul menghimbau Allah SWT, “Ya Tuhanku! Ya Rabbi, tolonglah kami!" Betul-betul ikhlaslah hati mereka waktu itu, tidak bercampur sedikit pun ingatan mereka kepada yang lain. Hanya Allah ﷻ “Tetapi setelah Dia selamatkan mereka ke daratan, maka sebagian saja yang berhati-hati." Hanya sebagian yang muqtashid, yang berasal dari mashdar iqtishad yang berarti memperhitungkan segala pengalaman, menaksir kekuatan diri dan melangkah dengan hati-hati menuju apa yang dimaksud. Bersiap dengan baik. Hanya sebagian, tidak semua. “Dan tidaklah memungkiri akan ayat-ayat Kami," bukti-bukti dari Maha Kekuasaan Kami.
“Kecuali orang-orang yang melupakan jasa lagi kafir."
Setelah mereka tiba kembali di daratan yang aman, mereka telah lupa bahwa mereka pernah terancam bahaya maut di lautan. Mereka pernah merintih, meratap, berdoa memohon kepada Allah ﷻ agar ditolong. Namun setelah sampai di daratan, semuanya itu tidak diingatnya lagi. Orang-orang begitu tidaklah ingat kepada jasa, tidaklah pembalas guna.
Ayat 33
“Wahai manusia! Takwalah kamu kepada Tuhan kamu dan takutlah akan hari, yang seorang bapak tidak dapat membela anaknya dan si anak pun tidak dapat membela ayahnya sedikit pun."
Takwa kepada Allah ﷻ hendaknya usaha sendiri-sendiri. Jangan menggantungkan harapan karena bertali kekeluargaan dengan orang lain, walaupun dengan ayah, walaupun dengan anak. Nabi Nuh tidaklah akan dapat membela anaknya yang tidak mau masuk bahtera ketika topan besar itu akan datang, lalu anak itu tenggelam Nabi Ibrahim tidaklah akan dapat membela ayah kandungnya, Azar, yang dia cintai. Maka pendakwaan setengah orang yang mengaku dirinya keturunan Rasulullah ﷺ yang disebut bangsa Sayyid atau bangsa Habib, keturunan Rasulullah ﷺ, bahwa mereka akan selamat di akhirat, walaupun mereka berbuat berbagai dosa, sebab mereka keturunan Nabi Muhammad ﷺ, ajaran yang demikian tidaklah bersumber dari Al-Qur'an dan tidak dari sabda Rasulullah ﷺ sendiri yang dapat dipertanggungjawabkan.
Maka adalah amat rendah, tidak sesuai dengan ruh ajaran Islam yang mendidik manusia dengan ajaran tauhid, mempunyai jiwa merdeka, kalau ada yang mengajarkan bahwa seseorang dapat bersenang-senang “lenggang-kangkung" masuk surga sebab neneknya Nabi, atau bapaknya kiyai, atau cucunya waliullah. Surah al-Lahab, yang menerangkan kecelakaan dan kesialan Abu Lahab adalah i'tibar yang patut diperhatikan oleh setiap orang dan golongan yang ingin menumpang ke surga karena hubungan keluarga. Abu Lahab adalah abang dari ayah Nabi ﷺ, namun sikapnya yang menentang Islam termaktub terus-menerus selama Al-Qur'an masih ada di dunia ini. “Sesungguhnya janji Allah adalah benar." Janganlah ada yang menyangka bahwa janji Allah ﷻ dapat dipemainkan. “Maka sekali-kali janganlah memperdayakan kamu hidup di dunia." Tidaklah kamu akan lama tinggal di sini. Meskipun engkau mendapat kedudukan yang baik pada lahirnya dalam dunia ini, namun jika tidak ada bekal takwa kepada Allah ﷻ untuk dibawa ke akhirat, percumalah kemegahan dunia.
“Pan sekali-kali janganlah kamu dapat diperdayakan pada jalan Allah oleh orang yang memperdayakan."
Karena orang lain itu hanya pandai membujukmu supaya tersesat. Bilamana kamu te-lah tersesat, terperosok jatuh ke dalam lembah kehinaan, tidak Seorang jua pun yang memperdayakan kamu itu yang akan datang menolong.
Ayat 34
“Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang bila hari akan Kiamat."
Tidak ada seorang jua pun yang tahu selain Allah SWT, bila akan terjadi saat, yang berarti Kiamat itu. Malaikat pun tidak ada yang tahu. Nabi-nabi pun tidak. “Dan Dialah yang menurunkan hujan," sehingga tidaklah ada satu kekuasaan pun yang sanggup menentukan turun hujan menurut kehendaknya. Hujan turun atau tidak turun, hanyalah menurut kehendak Allah ﷻ Meskipun kita mengetahui pula tentang kebiasaan yaitu bahwa di musim dingin sekitar Desember, Januari dan Februari lebih banyak hujan turun di daerah khatulistiwa, dan dari Juli, Agustus, dan September lebih banyak panas, dan Mei sampai Juni udara lebih bagus dan hujan belum banyak turun, Maret dan April hujan masih agak banyak. Namun semuanya itu hanyalah kebiasaan, yang tidak selalu tepat. Sebab itu dapat diyakinkan bahwa yang menentukan turun hujan itu semata-mata Allah ﷻ saja.
“Dan hanyalah Dia yang tahu apa yang dikandung dalam rahim." Apakah anak yang dikandung itu akan laki-laki atau akan perempuan. Meskipun ini kadang-kadang dapat memberatkan sangka karena melihat perangai ibunya selama mengandung, namun masih banyak yang tidak dapat diketahui manusia. Bagaimana nasib anak yang dikandung ini kelak kalau lahir ke dunia. Apakah akan jadi orang pintar atau jadi orang bodoh, akan jadi menteri atau jadi saudagar; akan jadi dokter atau jadi insinyur, apakah akan berjaya (sukses) atau akan apes, yang tahu hanya Allah ﷻ saja. “Dan tidaklah seorang jua pun yang tahu apa yang akan diusahakan besok." Kesanggupan manusia hanyalah merencana; adapun kepastian tetap di tangan Allah ﷻ
“Dan tidak seorang jua pun yang tahu di bumi mana dia akan meninggal". Walaupun orang zaman sekarang telah menyediakan kuburannya atau mewasiatkan agar dia kalau mati dia dikuburkan di bumi anu, namun dia pun tidak dapat memastikan apakah di negeri tempat kubur yang diwasiatkannya itu dia akan mati. Jenazah di zaman modern kita ini mudah saja mengangkatnya dengan kapal udara dari ujung dunia ke ujung dunia. Tetapi tempat di mana akan meninggal, tidaklah ada manusia yang tahu.
“Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui lagi Mahateliti."
Selesai Tafsir Surah Luqmaan. Alhamdulillah!.