Ayat

Terjemahan Per Kata
أَلَمۡ
tidaklah
تَرَ
kamu memperhatikan
أَنَّ
bahwasanya
ٱللَّهَ
Allah
يُولِجُ
Dia memasukkan
ٱلَّيۡلَ
malam
فِي
ke dalam
ٱلنَّهَارِ
siang
وَيُولِجُ
dan memasukkan
ٱلنَّهَارَ
siang
فِي
ke dalam
ٱلَّيۡلِ
malam
وَسَخَّرَ
dan Dia menundukkan
ٱلشَّمۡسَ
matahari
وَٱلۡقَمَرَۖ
dan bulan
كُلّٞ
masing-masing
يَجۡرِيٓ
berjalan/beredar
إِلَىٰٓ
sampai
أَجَلٖ
waktu
مُّسَمّٗى
ditentukan
وَأَنَّ
dan bahwasanya
ٱللَّهَ
Allah
بِمَا
terhadap apa yang
تَعۡمَلُونَ
kamu kerjakan
خَبِيرٞ
Maha Mengetahui
أَلَمۡ
tidaklah
تَرَ
kamu memperhatikan
أَنَّ
bahwasanya
ٱللَّهَ
Allah
يُولِجُ
Dia memasukkan
ٱلَّيۡلَ
malam
فِي
ke dalam
ٱلنَّهَارِ
siang
وَيُولِجُ
dan memasukkan
ٱلنَّهَارَ
siang
فِي
ke dalam
ٱلَّيۡلِ
malam
وَسَخَّرَ
dan Dia menundukkan
ٱلشَّمۡسَ
matahari
وَٱلۡقَمَرَۖ
dan bulan
كُلّٞ
masing-masing
يَجۡرِيٓ
berjalan/beredar
إِلَىٰٓ
sampai
أَجَلٖ
waktu
مُّسَمّٗى
ditentukan
وَأَنَّ
dan bahwasanya
ٱللَّهَ
Allah
بِمَا
terhadap apa yang
تَعۡمَلُونَ
kamu kerjakan
خَبِيرٞ
Maha Mengetahui
Terjemahan

Tidakkah engkau memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah memasukkan malam ke dalam siang, memasukkan siang ke dalam malam, dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing beredar sampai pada waktu yang ditentukan? (Tidakkah pula engkau memperhatikan bahwa) sesungguhnya Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan?
Tafsir

(Tidakkah kamu memperhatikan) artinya melihat, hai orang yang diajak bicara (bahwa sesungguhnya Allah memasukkan) mempergantikan (malam ke dalam siang dan memasukkan siang) mempergantikannya (ke dalam malam) maka Dia menambahkan pada masing-masing apa yang dikurangi dari yang lainnya (dan Dia tundukkan matahari dan bulan masing-masing) dari matahari dan bulan itu (berjalan) beredar pada garis edarnya (sampai kepada waktu yang ditentukan) yaitu hari kiamat (dan sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan).
Tafsir Surat Luqman: 29-30
Tidakkah kamu memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan Dia tundukkan matahari dan bulan masing-masing berjalan sampai kepada waktu yang ditentukan, dan sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Demikianlah, karena sesungguhnya Allah, Dialah yang hak dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah itulah yang batil, dan sesungguhnya Allah Dialah Yang Mahatinggi lagi Mahabesar. (Luqman: 29-30)
Ayat 29
Allah subhaanahu wa ta’aalaa menceritakan bahwa: Allah memasukkan malam ke dalam siang. (Luqman: 29) Yakni mengambil sebagian dari waktu malam dimasukkan ke dalam waktu siang sehingga siang menjadi panjang, sedangkan malam pendek. Hal ini terjadi pada musim panas, karena di musim panas itu siang hari sangat panjang. Kemudian secara perlahan panjang siang hari berkurang, sedangkan malam hari bertambah, sehingga pada akhirnya malam hari panjang dan siang hari pendek. Hal ini terjadi pada musim dingin. dan Dia tundukkan matahari dan bulan masing-masing berjalan sampai kepada waktu yang ditentukan. (Luqman: 29) Menurut suatu pendapat, makna yang dimaksud ialah sampai pada tujuan yang telah ditetapkan.
Dan menurut pendapat lain, sampai hari kiamat. Kedua pendapat itu benar belaka; pendapat yang pertama didukung oleh sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Zar radhiyallaahu ‘anhu yang terdapat di dalam kitab Sahihain. Disebutkan bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda: ". "Wahai Abu Zar, tahukah kamu ke manakah matahari ini pergi? Aku menjawab, "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, "Sesungguhnya matahari ini pergi dan sujud di bawah 'Arasy kemudian ia meminta izin kepada Tuhannya. Maka sudah dekat masanya akan dikatakan kepada matahari, "Kembalilah kamu ke arah kamu datang (yakni terbitlah kamu dari arah barat). Ibnu Abi Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abu Shalih, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Ayyub, dari Ibnu Juraij, dari ‘Atha’ibnu Abu Rabah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa matahari itu sama kedudukannya dengan penggembala, ia beredar di siang hari pada garis edarnya; dan apabila tenggelam, maka beredar di malam hari pada garis edarnya di bawah bumi hingga terbit dari arah timurnya.
Ibnu Abbas mengatakan pula bahwa hal yang sama terjadi juga pada rembulan. Sanad riwayat ini sahih. Firman Allah subhaanahu wa ta’aalaa: dan sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Luqman: 29) Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi. (Al-Hajj: 70) Makna ini menunjukkan bahwa Allah subhaanahu wa ta’aalaa adalah Yang Menciptakan lagi Yang Maha Mengetahui segala sesuatu, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Allah-lah Yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. (At-Talaq: 12), hingga akhir ayat.
Ayat 30
Adapun firman Allah subhaanahu wa ta’aalaa: Demikianlah, karena sesungguhnya Allah, Dialah yang hak dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah itulah yang batil. (Luqman: 30) Yakni sesungguhnya Dia menampakkan kepada kalian tanda-tanda kekuasaan-Nya agar kalian dapat menyimpulkan darinya bahwa Dialah Yang hak yakni benar ada-Nya dan Tuhan yang sebenarnya, dan bahwa semua yang selain Dia adalah batil belaka. Maka sesungguhnya Dia Mahakaya dari selain-Nya, dan segala sesuatu berhajat kepada-Nya, karena semua yang ada di langit dan yang ada di bumi merupakan makhluk dan hamba-hamba-Nya.
Tiada seorang pun dari mereka yang dapat menggerakkan suatu zarrah pun kecuali dengan seizin-Nya. Seandainya seluruh penduduk bumi berkumpul (bersatu) untuk menciptakan seekor lalat, tentulah mereka tidak akan mampu melakukannya. Karena itu, disebutkan oleh firman-Nya: Demikianlah, karena sesungguhnya Allah, Dialah yang hak dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah itulah yang batil, dan sesungguhnya Allah Dialah Yang Mahatinggi lagi Mahabesar. (Luqman: 30) Allah Mahatinggi, tiada yang lebih tinggi daripada-Nya; lagi Mahabesar, tiada yang lebih besar daripada-Nya. Dia lebih besar daripada segala sesuatu, dan segala sesuatu tunduk lagi hina di hadapan-Nya.
Allah menundukkan dan mengendalikan apa saja yang ada di langit dan bumi. Di antara bentuk pengendaliannya ditunjukkan dalam ayat berikut. Wahai manusia, tidakkah engkau memperhatikan bahwa Allah telah memasukkan malam ke dalam siang sehingga pada musim panas waktu siang lebih panjang, dan sebaliknya memasukkan siang ke dalam malam sehingga pada musim dingin waktu malam lebih panjang, dan Dia menundukkan matahari dan bulan agar sinar dan cahayanya memberi manfaat bagi makhluk hidup, di mana masing-masing terus beredar sampai kepada waktu yang ditentukan, yaitu hari kiamat. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan dan akan membalasnya sesuai amal perbuatanmu. 30. Allah menjelaskan tujuan dari penjelasan bukti-bukti kebesaran dan keesaan-Nya. Demikianlah, perjalanan alam semesta yang menakjubkan itu, karena sesungguhnya penciptanya adalah Allah; Dialah Tuhan Yang Maha Esa yang layak disembah dengan sebenarnya, dan apa saja yang mereka seru dan sembah selain Allah adalah batil. Dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Mahatinggi zat-Nya, Mahabesar kekuasaan-Nya.
Dalam ayat ini, Allah menyuruh manusia memperhatikan dan memikirkan kekuasaan-Nya. Dia memasukkan malam kepada siang, dan memasukkan siang kepada malam. Maksudnya ialah bahwa Allah mengambil sebagian dari waktu malam, lalu ditambahkannya kepada waktu siang, maka terjadilah perpanjangan waktu siang itu, sebaliknya malam menjadi pendek, akan tetapi sehari semalam tetap 24 jam. Hal ini terjadi pada musim panas. Sementara itu, Allah juga mengambil sebagian dari waktu siang, lalu dimasukkan-Nya kepada waktu malam, maka menjadi panjanglah waktu malam itu, dan sebaliknya waktu siang menjadi pendek. Hal ini terjadi di musim dingin.
Kejadian seperti di atas amat jelas kelihatannya dan dialami oleh penduduk negeri-negeri yang terletak di daerah-daerah yang mempunyai empat macam musim dalam setahun, yaitu musim panas, musim gugur, musim dingin, dan musim semi, yaitu daerah Sedang Utara dan Sedang Selatan. Adapun di negeri-negeri yang berada di daerah khatulistiwa, maka dalam setahun hanya ada dua musim, yaitu musim kemarau dan musim hujan. Sedang pada saat-saat malam lebih panjang dari siang, atau siang lebih panjang dari malam, perbedaan itu tidak terasa karena perbedaan panjang pendeknya malam atau siang itu tidak seberapa.
Terjadinya empat macam musim dalam setahun, dan terjadinya siang lebih panjang dari malam itu atau sebaliknya di daerah Sedang Utara dan Sedang Selatan, adalah karena Allah memiringkan letak bumi di garis lintang 22 ½ derajat, sebagaimana yang dikenal dalam Ilmu Falak. Semua itu mengandung hikmah-hikmah yang sangat besar.
Allah juga menundukkan matahari dan bulan untuk kepentingan manusia. Sinar matahari merupakan lampu yang menerangi manusia di siang hari, sehingga mereka dapat bekerja dan berusaha. Sinar matahari juga menyuburkan tumbuh-tumbuhan, menimbulkan angin dan awan, serta berbagai kegunaan lainnya. Demikian pula bulan dan cahayanya serta berlainan bentuknya, amat banyak kegunaannya bagi manusia, tetapi sebagian kecil saja dari kegunaan itu yang diketahuinya.
Bulan dan matahari beredar di garis orbitnya masing-masing, sesuai dengan ketentuan yang telah ditentukan Allah, sampai kepada waktu yang telah ditentukan-Nya. Apabila waktu yang telah ditentukan itu datang, maka langit dan bumi akan digulung, sebagaimana firman Allah:
(Ingatlah) pada hari langit Kami gulung seperti menggulung lembaran-lembaran kertas. (al-Anbiya'/21: 104)
Pada akhir ayat ini dinyatakan bahwa Allah mengetahui segala perbuatan yang telah dikerjakan hamba-Nya, apakah itu perbuatan baik ataupun perbuatan buruk. Tidak ada yang luput dari pengetahuan-Nya. Allah akan memberinya pembalasan yang adil.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 28
“Tidaklah penciptaan kamu dan tidak pula pembangkitan kamu, melainkan seperti satu jiwa jua."
Cara Allah ﷻ membangkitkan manusia kembali, setelah menempuh alam barzakh akan menempuh hari Kiamat serupa saja juga dengan ketika menciptakan-nya, Manusia pada mulanya dijadikan dari sari tanah, yaitu makan-makanan yang semuanya berasal dari tanah; baik sayur, atau buah-buahan ataupun daging. Makanan itu yang membentuk darah. Darah yang menyarikan mani. Mani yang jadi nuthfah bila telah bergabung mani laki-laki dengan mani perempuan, lalu dipelihara di dalam rahim, jadi nuthfah, jadi ‘alaqah, jadi mudghah. Inilah yang berangsur jadi manusia, sampai lahir ke dunia. Maka kelak bilamana mereka akan dibangkitkan kembali dalam hidup yang kedua kali, mereka akan timbul kembali dalam cara yang lain, yang Allah ﷻ saja yang tahu bagaimana caranya. Karena kejadian penciptaan manusia dari tidak ada kepada ada yang sekarang ini, kita hanya tahu berkembangnya dari sari tanah sampai jadi orang, namun demikian dia masih tetap mengagumkan dan tidak dapat ditiru oleh satu kekuatan yang lain, bagaimana jua pun tidaklah dapat menirunya. Kita aduk-adukkan mani laki-laki dengan mani perempuan, tidaklah dia akan tercipta jadi orang.
“Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar, Maha Melihat."
Maha Mendengar apa yang dikatakan dan apa yang dikeluhkan oleh manusia. Maha Melihat apa yang dikerjakan dan apa yang mereka lalaikan.
Ayat 29
“Apakah tidak engkau perhatikan bahwasanya Allah menyelinapkan malam ke dalam siang dan menyelinapkan siang ke dalam malam."
Menyelinap kalau dalam bahasa yang biasa bisa saja disebutkan memasukkan. Tetapi oleh karena masuknya malam ke dalam siang dan siang ke dalam malam itu halus sekali, tidak kelihatan dari mana masuknya, tahu-tahu bila fajar telah menyingsing, malam berangsur hilang dan siang berangsur terang, dan sebaliknya bila matahari telah mulai ter-benam, malam telah menyelimuti bumi, tahu-tahu hari telah malam saja, memang di kedua kalinya itu terjadi pemasukan, tetapi dengan menyelinap; tahu-tahu telah siang, tahu-tahu telah malam. “Dan Dia tundukkan matahari dan bulan." Yaitu tunduk ke bawah peraturan Allah Yang Mahaperkasa sehingga tidak boleh berubah jalan keduanya dan yang telah ditentukan.
“Dan sesungguhnya Allah terhadap apa yang kamu kerjakan adalah sangat teliti."
Bukan saja dengan teliti Allah ﷻ menguasai dan menundukkan perjalanan falak sampai sehalus-halusnya, sampai kepada menit dan detik perjalanan matahari, bumi, bulan dan bintang-bintang, bahkan perbuatan kita manusia sendiri pun dilihat dan diperhatikan oleh Allah ﷻ dengan teliti sekali. Ketelitian adalah salah satu dari sifat dan nama Allah ﷻ Maka manusia pun dianjurkan agar menuruti sifat Allah ﷻ dalam ketelitian ini sekadar kekuatannya sebagai manusia.
Ayat 30
“Demikianlah, adanya."
Demikianlah adanya peraturan dan ketentuan Allah ﷻ itu, Perkasa, Bijaksana, Teliti, Teratur, Berukuran, Berjangkaan, dan yang seberes dan sesempurna itu hanya ada pada Allah ﷻ saja. “Karena sesungguhnya Allah, Dialah Yang Benar." Kebenaran itu dapat engkau buktikan di dalam alam seluruhnya, baik di langit atau di bumi. Sampai kepada perjalanan hidup binatang-binatang, kayu-kayuan, tumbuh-tumbuhan, bertambah diperhatikan bertambah mengagumkan. “Dan apa yang mereka seru selain Dia adalah batil," kacau-balau, rapuh, tidak tahan lama, tidak teratur, tidak sempurna, tidak teliti, tidak perkasa dan tidak bijaksana.
“Dan sesungguhnya Allah adalah Mahatinggi, Mahaagung."
Dan setelah berhala yang kamu sembah dan kamu puja, baik orang ataupun barang, kayu ataupun batu, entah pohon beringin, entah gunung yang tinggi, yang kamu sebut Mahameru, semuanya itu tidak ada ketinggiannya. Dia tinggi hanya karena kamu saja yang meninggi-ninggikan dan besar karena kamu saja yang membesar-besarkan. Kadang-kadang manusia-manusia yang ditinggi-tinggi-kan dan diagung-agungkan itu hanyalah manusia-manusia tengik, keji dan membosankan; yang jika bertambah tingginya bertambah jelas kekurangannya dan bertambah dibesarkan, bertambah tampak kekanak-kanakannya,
Ayat 31
“Tidakkah engkau lihat bahwasanya bahtera belayar di lautan dengan nikmat Allah, supaya Dia perlihatkan kepada kamu setengah dari ayat-ayat-Nya."
Sesudah disuruh manusia memerhatikan pergantian siang dan malam, penundukan matahari bersama bulan, di ayat seterusnya ini manusia dibawa pula beralih ke lautan, melihat bahtera (kapal) berlayar. Mula-mula sekali bandingkanlah kebesaran dan keluasan laut dengan kecilnya bahtera yang belayar di atasnya. Ingatlah bahwa bumi ini hanya seper-lima tanah daratan dan yang empat perlima adalah lautan belaka. Dengan bahtera manusia belayar mencari pulau dan benua lain. Kebesaran laut dengan airnya yang terus bergerak tidak berhenti-henti. Yang memecah ke tepi pantai adalah ombak, dan ujung ombak itu ialah riak, dan ombak tadi diantarkan oleh gelombang, dan gelombang itu berjalan di atas yang dinamai alun, yang besar alun itu kadang-kadang laksana gunung. Alun yang besar itulah yang diseruak oleh kapal. Kadang-kadang miringlah kapal itu, sampai seakan-akan bertaut dengan laut dan dalam pelayaran dengan kapal melalui samudra yang luas itu. benar-benar kita melihat ayat-ayat atau tanda-tanda kebesaran Allah ﷻ Kadang-kadang terpikirlah kita dan timbullah keinsafan tentang nilai manusia, dengan berkat karunia. Manusia seakan-akan tidak ada arti lagi, jika kita telah duduk di geladak kapal melihat lautan. Sejauh-jauh mata memandang, ke segala ufuk hanya lautan belaka. Kapal-kapal yang besar hanya laksana daun kayu terapung saja kelihatan dari jauh. Manusia yang merasa dirinya memegang peranan penting, seakan-akan tidak ada lagi. Hilang dalam kebesaran laut.
“Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar jadi tanda-tanda bagi tiap-tiap orang yang berkorban lagi bersyukur."
Perubahan angin di laut itu pun berbagai macam. Kadang-kadang dia tenang berembus, enak membuat diri jadi segar. Kadang-kadang ombak dan gelombang itu mengamuk meninggi dan alun yang besar itu laksana raksasa tak kenal ampun. Namun kapal mesti belayar melalui punggungnya. Dalam saat-saat yang demikian, baik penumpang kapal, apatah lagi para pengemudinya, nakhoda dan para mualim mesti sabar. Karena barangsiapa berumah di tepi pantai pasti bertemu pasang naik dan barangsiapa berani berlayar pasti bertemu gelombang.
Ayat yang selanjutnya adalah menggambarkan orang yang tidak beriman menghadapi pelayaran.
Ayat 32
“Dan apabila mereka dihantam gelombang laksana gunung, mereka serulah Allah dalam keadaan mengikhlaskan agama kepada-Nya."
Melihat tidak ada lagi tempat berlindung, tanah daratan tidak tampak sama sekali, pulau pun tidak, dan langit gelap diselaputi awan yang tebal dan hujan yang lebat, ketika itu barulah mereka ingat hanya Allah sajalah Yang Mahakuasa melepaskannya dari bahaya. Misalnya kalau waktu itu di dalam kapal tersebut mereka ada membawa jimat, atau patung berhala, atau keris yang dikatakannya bertuah, sekali-kali tidaklah teringat olehnya hendak meminta tolong kepada alat-alat yang dipunyai selain Allah ﷻ itu. Waktu itulah mereka betul-betul menghimbau Allah SWT, “Ya Tuhanku! Ya Rabbi, tolonglah kami!" Betul-betul ikhlaslah hati mereka waktu itu, tidak bercampur sedikit pun ingatan mereka kepada yang lain. Hanya Allah ﷻ “Tetapi setelah Dia selamatkan mereka ke daratan, maka sebagian saja yang berhati-hati." Hanya sebagian yang muqtashid, yang berasal dari mashdar iqtishad yang berarti memperhitungkan segala pengalaman, menaksir kekuatan diri dan melangkah dengan hati-hati menuju apa yang dimaksud. Bersiap dengan baik. Hanya sebagian, tidak semua. “Dan tidaklah memungkiri akan ayat-ayat Kami," bukti-bukti dari Maha Kekuasaan Kami.
“Kecuali orang-orang yang melupakan jasa lagi kafir."
Setelah mereka tiba kembali di daratan yang aman, mereka telah lupa bahwa mereka pernah terancam bahaya maut di lautan. Mereka pernah merintih, meratap, berdoa memohon kepada Allah ﷻ agar ditolong. Namun setelah sampai di daratan, semuanya itu tidak diingatnya lagi. Orang-orang begitu tidaklah ingat kepada jasa, tidaklah pembalas guna.
Ayat 33
“Wahai manusia! Takwalah kamu kepada Tuhan kamu dan takutlah akan hari, yang seorang bapak tidak dapat membela anaknya dan si anak pun tidak dapat membela ayahnya sedikit pun."
Takwa kepada Allah ﷻ hendaknya usaha sendiri-sendiri. Jangan menggantungkan harapan karena bertali kekeluargaan dengan orang lain, walaupun dengan ayah, walaupun dengan anak. Nabi Nuh tidaklah akan dapat membela anaknya yang tidak mau masuk bahtera ketika topan besar itu akan datang, lalu anak itu tenggelam Nabi Ibrahim tidaklah akan dapat membela ayah kandungnya, Azar, yang dia cintai. Maka pendakwaan setengah orang yang mengaku dirinya keturunan Rasulullah ﷺ yang disebut bangsa Sayyid atau bangsa Habib, keturunan Rasulullah ﷺ, bahwa mereka akan selamat di akhirat, walaupun mereka berbuat berbagai dosa, sebab mereka keturunan Nabi Muhammad ﷺ, ajaran yang demikian tidaklah bersumber dari Al-Qur'an dan tidak dari sabda Rasulullah ﷺ sendiri yang dapat dipertanggungjawabkan.
Maka adalah amat rendah, tidak sesuai dengan ruh ajaran Islam yang mendidik manusia dengan ajaran tauhid, mempunyai jiwa merdeka, kalau ada yang mengajarkan bahwa seseorang dapat bersenang-senang “lenggang-kangkung" masuk surga sebab neneknya Nabi, atau bapaknya kiyai, atau cucunya waliullah. Surah al-Lahab, yang menerangkan kecelakaan dan kesialan Abu Lahab adalah i'tibar yang patut diperhatikan oleh setiap orang dan golongan yang ingin menumpang ke surga karena hubungan keluarga. Abu Lahab adalah abang dari ayah Nabi ﷺ, namun sikapnya yang menentang Islam termaktub terus-menerus selama Al-Qur'an masih ada di dunia ini. “Sesungguhnya janji Allah adalah benar." Janganlah ada yang menyangka bahwa janji Allah ﷻ dapat dipemainkan. “Maka sekali-kali janganlah memperdayakan kamu hidup di dunia." Tidaklah kamu akan lama tinggal di sini. Meskipun engkau mendapat kedudukan yang baik pada lahirnya dalam dunia ini, namun jika tidak ada bekal takwa kepada Allah ﷻ untuk dibawa ke akhirat, percumalah kemegahan dunia.
“Pan sekali-kali janganlah kamu dapat diperdayakan pada jalan Allah oleh orang yang memperdayakan."
Karena orang lain itu hanya pandai membujukmu supaya tersesat. Bilamana kamu te-lah tersesat, terperosok jatuh ke dalam lembah kehinaan, tidak Seorang jua pun yang memperdayakan kamu itu yang akan datang menolong.
Ayat 34
“Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang bila hari akan Kiamat."
Tidak ada seorang jua pun yang tahu selain Allah SWT, bila akan terjadi saat, yang berarti Kiamat itu. Malaikat pun tidak ada yang tahu. Nabi-nabi pun tidak. “Dan Dialah yang menurunkan hujan," sehingga tidaklah ada satu kekuasaan pun yang sanggup menentukan turun hujan menurut kehendaknya. Hujan turun atau tidak turun, hanyalah menurut kehendak Allah ﷻ Meskipun kita mengetahui pula tentang kebiasaan yaitu bahwa di musim dingin sekitar Desember, Januari dan Februari lebih banyak hujan turun di daerah khatulistiwa, dan dari Juli, Agustus, dan September lebih banyak panas, dan Mei sampai Juni udara lebih bagus dan hujan belum banyak turun, Maret dan April hujan masih agak banyak. Namun semuanya itu hanyalah kebiasaan, yang tidak selalu tepat. Sebab itu dapat diyakinkan bahwa yang menentukan turun hujan itu semata-mata Allah ﷻ saja.
“Dan hanyalah Dia yang tahu apa yang dikandung dalam rahim." Apakah anak yang dikandung itu akan laki-laki atau akan perempuan. Meskipun ini kadang-kadang dapat memberatkan sangka karena melihat perangai ibunya selama mengandung, namun masih banyak yang tidak dapat diketahui manusia. Bagaimana nasib anak yang dikandung ini kelak kalau lahir ke dunia. Apakah akan jadi orang pintar atau jadi orang bodoh, akan jadi menteri atau jadi saudagar; akan jadi dokter atau jadi insinyur, apakah akan berjaya (sukses) atau akan apes, yang tahu hanya Allah ﷻ saja. “Dan tidaklah seorang jua pun yang tahu apa yang akan diusahakan besok." Kesanggupan manusia hanyalah merencana; adapun kepastian tetap di tangan Allah ﷻ
“Dan tidak seorang jua pun yang tahu di bumi mana dia akan meninggal". Walaupun orang zaman sekarang telah menyediakan kuburannya atau mewasiatkan agar dia kalau mati dia dikuburkan di bumi anu, namun dia pun tidak dapat memastikan apakah di negeri tempat kubur yang diwasiatkannya itu dia akan mati. Jenazah di zaman modern kita ini mudah saja mengangkatnya dengan kapal udara dari ujung dunia ke ujung dunia. Tetapi tempat di mana akan meninggal, tidaklah ada manusia yang tahu.
“Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui lagi Mahateliti."
Selesai Tafsir Surah Luqmaan. Alhamdulillah!.