Ayat
Terjemahan Per Kata
وَمَن
dan barang siapa
يُسۡلِمۡ
menyerahkan
وَجۡهَهُۥٓ
wajahnya/dirinya
إِلَى
kepada
ٱللَّهِ
Allah
وَهُوَ
dan dia
مُحۡسِنٞ
orang yang berbuat kebaikan
فَقَدِ
maka sesungguhnya
ٱسۡتَمۡسَكَ
dia telah berpegang
بِٱلۡعُرۡوَةِ
pada tali
ٱلۡوُثۡقَىٰۗ
teguh/kokoh
وَإِلَى
dan kepada
ٱللَّهِ
Allah
عَٰقِبَةُ
kesudahan
ٱلۡأُمُورِ
segala perkara
وَمَن
dan barang siapa
يُسۡلِمۡ
menyerahkan
وَجۡهَهُۥٓ
wajahnya/dirinya
إِلَى
kepada
ٱللَّهِ
Allah
وَهُوَ
dan dia
مُحۡسِنٞ
orang yang berbuat kebaikan
فَقَدِ
maka sesungguhnya
ٱسۡتَمۡسَكَ
dia telah berpegang
بِٱلۡعُرۡوَةِ
pada tali
ٱلۡوُثۡقَىٰۗ
teguh/kokoh
وَإِلَى
dan kepada
ٱللَّهِ
Allah
عَٰقِبَةُ
kesudahan
ٱلۡأُمُورِ
segala perkara
Terjemahan
Siapa yang berserah diri kepada Allah dan dia seorang muhsin, maka sungguh dia telah berpegang teguh pada buhul (tali) yang kukuh. Hanya kepada Allah kesudahan segala urusan.
Tafsir
(Dan barang siapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah) yakni mau menaati-Nya (sedangkan dia orang yang berbuat kebaikan) mengesakan-Nya (maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh) yakni bagian dari tali yang paling kuat sehingga tidak dikhawatirkan akan putus. (Dan hanya kepada Allah lah kesudahan segala urusan) maksudnya segala urusan itu akan kembali kepada-Nya.
Tafsir Surat Luqman: 22-24
Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedangkan dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh. Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan. Dan barangsiapa kafir, maka kekafirannya itu janganlah menyedihkanmu. Hanya kepada Kamilah mereka kembali, lalu Kami beritakan kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala isi hati. Kami biarkan mereka bersenang-senang sebentar, kemudian Kami paksa mereka (masuk) ke dalam siksa yang keras. (Luqman: 22-24)
Ayat 22
Allah subhaanahu wa ta’aalaa menceritakan perihal orang yang berserah diri kepada Allah, yakni ikhlas dalam beramal karena Allah, tunduk kepada perirtah-Nya, dan mengikuti syariat agama-Nya. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya: sedangkan dia orang yang berbuat kebaikan. (Luqman: 22) Yaitu berbuat baik dalam amalnya sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh Allah dan menjauhi apa yang dilarang oleh-Nya. maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh. (Luqman: 22) Artinya, sesungguhnya dia telah mengambil janji yang kuat dari Allah bahwa Dia tidak akan mengazabnya. Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan. (Luqman: 22)
Ayat 23
Dan barangsiapa kafir, maka kekafirannya itu janganlah menyedihkanmu. (Luqman: 23) Yakni janganlah kamu bersedih hati, hai Muhammad, atas kekafiran mereka kepada Allah dan juga kepada apa yang kamu sampaikan kepada mereka. Karena sesungguhnya takdir Allah pasti akan dilaksanakan terhadap mereka, dan hanya kepada Allah-lah mereka kembali; lalu Kami akan memberitakan kepada mereka semua yang telah mereka kerjakan, yakni Allah akan membalas semua amal perbuatan mereka itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala isi hati. (Luqman: 23) Tiada sesuatu pun yang tersembunyi bagi-Nya.
Ayat 24
Firman Allah subhaanahu wa ta’aalaa: Kami biarkan mereka bersenang-senang sebentar. (Luqman: 24) Yaitu selama di dunia. kemudian Kami paksa mereka (masuk) ke dalam siksa yang keras. (Luqman: 24) Yakni siksaan yang mengerikan, sulit, lagi berat. Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh Allah subhaanahu wa ta’aalaa dalam ayat lain melalui firman-Nya: Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung. (Bagi mereka) kesenangan (sementara) di dunia, kemudian kepada Kamilah mereka kembali, kemudian Kami rasakan kepada mereka siksa yang berat, disebabkan kekafiran mereka. (Yunus: 69-70)
Sungguh mengherankan jika seseorang mengingkari wujud dan keesaan-Nya, apalagi hal itu hanya didasarkan pada taklid buta. Ia tidak memiliki pegangan, berbeda halnya dengan orang yang berserah diri kepada Allah. Siapa saja yang berserah diri kepada Allah dengan penuh keikhlasan, sedang dia orang yang berbuat kebaikan dengan menebarkan kebajikan kepada siapa pun dan di mana pun, maka sesungguhnya dia telah berpegang kepada buhul tali yang kukuh. Di akhirat ia akan memperoleh balasannya karena hanya kepada Allah kesudahan segala urusan untuk diputuskan dan dibalas dengan sangat adil. 23-24. Wahai Nabi Muhammad, jika segala urusan kembali kepada Allah untuk diputuskan dengan adil maka siapa saja yang memilih jalan kafir maka kekafirannya itu janganlah menyedihkanmu. Hanya kepada Kami tempat kembali mereka di akhirat nanti, lalu Kami beritakan kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan kemudian Kami balas dengan setimpal. Tidak ada yang bisa disembunyikan di akhirat nanti karena sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu, bahkan yang tersirat dalam isi hati. Semua akan mendapat balasan setimpal, karena itulah Kami biarkan mereka bersenang-senang di dunia yang hanya sebentar dan serba terbatas. Kemudian apabila masa yang telah Kami tentukan tiba, Kami paksa mereka masuk ke dalam azab yang keras.
Ayat ini menerangkan bahwa orang-orang yang menyembah Allah, tunduk dan merendahkan diri kepada-Nya, ikhlas dan sungguh-sungguh dalam melaksanakan perintah-perintah-Nya, dan meninggalkan semua perbuatan maksiat dan mungkar, berarti telah berpegang pada buhul tali yang kukuh.
Maksud perkataan "ihsan" dalam ayat ini ialah beribadah kepada Allah dengan sungguh-sungguh, sehingga merasakan seolah-olah berhadapan langsung dengan-Nya, sebagaimana yang diterangkan oleh hadis, bahwa Nabi ﷺ ditanya Jibril:
Terangkanlah kepadaku tentang ihsan, Nabi ﷺ menjawab, "Bahwa engkau menyembah Allah, seakan-akan engkau melihat-Nya, maka jika engkau tidak melihat-Nya, sesungguhnya Dia melihat engkau." (Riwayat Muslim dari 'Umar)
Allah mengibaratkan orang yang melakukan "ihsan" yang benar-benar beriman kepada-Nya, taat melaksanakan perintah-perintah-Nya, dan menghentikan larangan-larangan-Nya adalah sebagai pendaki gunung, yang menggunakan tali yang dibundelkan pada tempat berpegang. Ia tidak usah khawatir karena ia menggunakan tali dengan buhul-buhul yang kuat dan kukuh tempat berpegang. Tidak ada kekhawatiran sedikit pun dalam hatinya akan jatuh.
Pada akhir ayat ini diterangkan bahwa semua makhluk kembali kepada Allah saja. Oleh karena itu, hanya Dialah yang memberikan penghargaan yang baik kepada orang yang bertawakal dengan memberikan pembalasan yang baik pula.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 20
“Tidakkah engkau perhatikan, bahwa sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk kamu, apa pun yang ada pada semua langit dan apa yang pada bumi."
Allah ﷻ menundukkan semua yang di langit untuk manusia. Matahari memberinya cahaya pada siang hari, bulan memberinya sinar pada malam hari, bintang-bintang jadi pedoman manusia dalam pelayaran di laut ataupun di darat. Angin berembus di udara memberinya kesegaran udara. Mega berkumpul sampai pekat akan menjatuhkan hujan.
Dengan kemajuan ilmu pengetahuan sekarang ini sinar matahari pun telah dapat di-ambil faedahnya buat memasak. Bertambah tinggi kecerdasan manusia, sehingga ruang angkasa telah dapat pula diambil faedahnya untuk terbang jauh, penghubung yang lebih cepat di zaman sekarang di antara benua dan benua, sehingga dunia sudah dapat dikelilingi dalam dua hari. Dan bumi sendiri pun telah banyak diambil faedahnya; dia pun ditundukkan Allah ﷻ kepada manusia. Padahal manusia hanya penumpang bumi. Alat penun-dukkan itulah yang dianugerahkan Allah SWT, yaitu akal. Dengan akal manusia menyelidiki rahasia alam sampai manusia tahu. Itulah ilmu. Timbullah teknik, timbullah alat-alat hasil pikiran manusia yang menakjubkan. “Dan Dia sempurnakan untuk kamu nikmat-nikmat-Nya yang lahir dan yang batin." Nikmat yang lahir ialah segala keindahan yang terdapat dalam alam, warna dan suara. Kelihatan oleh mata kedengaran oleh telinga. Nikmat yang batin ialah alat akal, perasaan dan pemeriksaan yang ada pada manusia untuk menyambut nikmat yang zahir itu. Karena kalau perasaan yang halus dan akal yang cerdas sebagaimana nikmat batin tidak ada atau tidak sempurna, niscaya manusia tidak akan dapat merasakan segala nikmat yang zahir itu.
“Dan setengah dari manusia ada yang menyanggah tentang Allah tidak dengan pengetahuan." Artinya, bahwa ada setengah manusia yang suka menyanggah atau berdebat tentang urusan Ketuhanan, padahal pengetahuannya tentang itu tidak ada. Oleh sebab itu, tiap dia memperdebatkan soal itu, tiap terperosok ke jalan yang salah. Dia tidak ber-pengetahuan tentang tauhid. Tidak hanya melihat alam dalam keindahannya, tetapi dia tidak sadar akan penciptanya. Kadang-kadang ada juga pengakuannya tentang Allah SWT, tetapi dipersekutukannya Allah ﷻ dengan yang diciptakan Allah ﷻ Dipersekutukannya de-ngan batu atau kayu, atau pohon beringin atau keris. “Dan tidak dengan petunjuk," artinya tidak ada guru yang memimpinnya. Dan guru itu ialah rasul-rasul yang telah diutus Allah ﷻ buat menjadi guru manusia untuk memimpin perjalanan hidup dan tentang Ketuhanan.
“Dan tidak dengan kitab yang memberi tenang."
Kitab yang memberi terang ialah wahyu Ilahi. Nabi kita Muhammad ﷺ diutus sebagai pembawa petunjuk. Beliau diperlengkapi dengan sebuah kitab yang memberikan penerangan, pemisah di antara yang hak dengan yang batil. Maka kalau orang hendak berbicara atau berdebat tentang Allah SWT, jika di luar dari garis ilmu dan petunjuk dan kitab yang membawa terang, pastilah akan berkacau-balau.
Ayat 21
“Dan apabila dikatakan kepada mereka, “ikutlah olehmu apa yang telah diturunkan Allah."
Yang telah diturunkan Allah ﷻ itu ialah Al-Qur'an, lengkap dengan ilmu, dengan petunjuk dan kitab yang terang. Ajaran tentang Ketuhanan di sana jelas. Kamu tidak akan meraba-raba lagi dalam kegelapan pikiran. “Mereka berkata, “Bahkan kami akan mengikuti apa yang telah kami dapati atasnya bapak-bapak kami." Kami telah cukup diberi pusaka oleh sesepuh, oleh orang-orang tua, nenek moyang yang dahulu. Ada pesan datuk-nenek, ada primbon, pepatah dan petiti. Itu sudah cukup bagi kami. Selangkah kami tidak akan surut, setapak kamu tidak akan kembali. Pusaka itu tidak lapuk di hujan, tidak lekang di panas. Tetapi setelah diselidiki apa yang mereka anggap sebagai pusaka itu, ternyata hanya dongeng dan tahayul atau ajaran kemusyrikan menyembah benda dan berhala. Manusia tunduk dan takut kepada hantu, bukan kepada tuhan.
“Bagaimana kalau setan yang menyeru mereka kepada adzab neraka Sa'ir?"
Apakah jalan ke neraka itu juga yang akan mereka ikuti? Apakah mereka tidak akan mempergunakan akal mereka sendiri buat menimbang? Bagaimana mereka tolak ajaran untuk memerdekakan jiwa mereka dari perbudakan setan dan benda, langsung hanya tunduk kepada Allah Yang Maha Esa, mereka tidak mau?
Ayat 22
“Dan barangsiapa yang menyerahkan wajahnya kepada Allah."
Penyerahan wajah pada hakikatnya ialah penyerahan diri, penyerahan jiwa raga. Disebut wajah, yang berarti muka. Karena mukanyalah yang menentukan pribadi manusia. Jika dipotong kepala orang, tinggal dari leher ke bawah, tidak akan terang lagi siapa dia. Tetapi dari kepalanya yang sudah dipotong itu, orang akan segera mengenal orangnya, walaupun dari leher ke bawah tidak ada lagi. Menghadapkan wajah atau menyerahkan wajah kepada Allah SWT, menyerahkan diri. Artinya beramal dengan ikhlas karena Allah ﷻ Kerjakan perintah-Nya, berjalan atas syari'at-Nya dan hentikan larangan-Nya."Dan dia pun berbuat kebajikan." Artinya segala amal itu dijaga dan dipelihara supaya baik dan ditingkatkan supaya lebih baik dan lebih baik lagi."Maka sesungguhnya dia telah berpegang dengan tali yang teguh." Dalam bahasa yang kita pakai tiap hari dapat dikatakan, “Dia telah ada pegangan hidup." Dia tidak usah bimbang dan ragu lagi.
“Dan kepada Allah-lah kesudahan segala urusan."
Akhirnya semua akan pulang kembali kepada Allah ﷻ jua. Kembali dengan jiwa mantap!
Ayat 23
“Dan barangsiapa yang tidak mau percaya."
Barangsiapa yang kafir, “janganlah menyedihkan engkau kekafirannya itu." Ini adalah peringatan Allah ﷻ kepada Rasul-Nya. Dan ini pun peringatan pula oleh Allah ﷻ buat kaum Muslimin yang telah berjuang melanjutkan dakwah menegakkan agama islam. Kepada Kamilah tempat kembali mereka, maka akar Kami beritakan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat." Mereka yang kafir itu menyangka bahwa penolakan mereka akan habis begitu saja sehingga di dunia ini. Padahal kelak mereka akan dibangkitkan kembali dan segala perbuatan mereka di dunia wajib dipertanggungjawabkan di hadapan Allah dan Allah akan menilai segala perbuatan mereka dan membuka segala rahasia mereka.
“Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala yang tersimpan di dada."
Sehingga tidak ada sesuatu pun yang dapat dirahasiakan oleh manusia di hadapan Allah ﷻ
Ayat 24
“Kami biarkan mereka bersenang-senang sebentar, sesudah itu akan Kami paksa mereka kepada adzab yang berat."
Segala kemegahan hidup yang tidak dijiwai dengan ingat kepada Allah SWT, hanyalah kemegahan yang sebentar. Walaupun berapa lama hidup, namun kemudian akan terasa, bahwa hidup yang telah dilalui itu ternyata hanya sebentar. Berbagai ragam tekanan batin akan mereka rasakan, meskipun dilihat pada kulit luarnya ada kemegahan. Dalam hal itu mereka dipaksa oleh kehendak Allah ﷻ menuruti garis yang telah ditentukan. Dari muda pasti tua. Kalau tidak tua tentu lekas mati. Kalau tua telah mulai datang, kemegahan dunia tidak berarti lagi. Dari senang akan datang sakit. Dari hidup akan datang mati. Dan semuanya itu hanya sebentar sedikit sekali. Umur itu sendiri setiap hari bukanlah bertambah melainkan berkurang. Ke mana akan akhirnya kalau tidak disertai ingat akan Allah SWT?
Ayat 25
“Dan jika sekiranya engkau tanyakan kepada mereka, “Siapakah yang menciptakan semua langit dan bumi?" Niscaya mereka pasti akan menjawab, “Allah."
Pasti mereka tidak akan menjawab bahwa yang menciptakan semua langit dan bumi itu adalah Tuan Syekh Anu, atau pohon beringin di sana, atau Gunung Mahameru. Tidak akan ada yang menjawab begitu. Sebab semua mengakui Allah ﷻ hanya yang Satu itu."Katakanlah, Segala puji bagi Allah." Disuruh Nabi Muhammad ﷺ mengucapkan puji yang setinggi-tingginya bagi Allah SWT, karena titik terang masih ada dalam diri orang itu. Dasar kepercayaan kepada Allah ﷻ masih ada. Cuma selama ini dasar kepercayaan yang di dalam itu telah tertimbun oleh kebodohan, kegelapan, dan pusaka nenek moyang yang tidak diselidiki kebenarannya. Sebab itu maka di ujung ayat disebutkan,"
“Akan tetapi kebanyakan mereka tidak tahu."
Tidak mengetahui adakalanya karena tidak belajar. Tidak mengetahui adakalanya karena terkurung dalam kalangan pergaulan yang sempit saja, sehingga tidak dapat mem-banding-banding.
Ayat 26
“Kepunyaan Allah-lah apa yang di semua langit dan bumi."
Artinya tidak ada satu cuil kecil pun yang terlepas dan ikatan kekuasaan Allah SWT, berjalan menurut peraturan-Nya, menurut qadha dan qadar-Nya. “Sesungguhnya Allah itu, Dia adalah Mahakaya," sehingga semuanyalah yang berkehendak dan memerlukan aturan dan bimbingan dan Dia,
“Maha Terpuji."
Karena peraturan Allah ﷻ atas alam itu tidak kurang dan tidak ada cacatnya.
Ayat 27
“Dan kalau sesungguhnya apa yang berada di bumi dari kayu-kayuan jadi qalam dan tautan menjadi tintanya ditambah lagi kepadanya tujuh taut, tidaklah akan habis-habis kalimat-kalimat Allah."
Artinya, bahwa seumpama segala kayu-kayuan yang ada di hutan di dunia ini dijadikan qalam, atau pena dan lautan ditambah tujuh lautan lagi lalu dijadikan tinta, dan dengan qalam dan tinta itu dituliskan sekalian kalimat Allah SWT, dituliskan kekayaan Allah SWT, kebesaran Allah ﷻ dan segala sesuatu yang Dia tentukan atau yang Dia kuasai, akan habislah kayu yang jadi pena itu patah dan akan keringlah taut dengan tambahan tujuh laut itu jadi kering, namun kalimat Allah ﷻ tidak juga akan kering, belum juga akan tercatat semuanya. Ayat ini adalah sebagai sambungan keterangan dan ujung ayat yang sebelumnya, yang mengatakan bahwa Allah ﷻ itu adalah Mahakaya, Maha Terpuji.
“Sesungguhnya Allah adalah Mahaperkasa, Mahabijaksana."
Mahaperkasa sehingga segala peraturan-Nya tidak ada yang sanggup melanggar atau menukarnya. Mahabijaksana karena semua aturan yang keras itu berlaku dengan sangat sempurna dan menyenangkan pikiran orang yang berpikir.