Ayat
Terjemahan Per Kata
هَٰذَا
ini
خَلۡقُ
ciptaan
ٱللَّهِ
Allah
فَأَرُونِي
maka perlihatkan kepadaku
مَاذَا
apa yang
خَلَقَ
menciptakan
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
مِن
dari
دُونِهِۦۚ
selain Dia
بَلِ
bahkan
ٱلظَّـٰلِمُونَ
orang-orang yang zalim
فِي
dalam
ضَلَٰلٖ
kesesatan
مُّبِينٖ
yang nyata
هَٰذَا
ini
خَلۡقُ
ciptaan
ٱللَّهِ
Allah
فَأَرُونِي
maka perlihatkan kepadaku
مَاذَا
apa yang
خَلَقَ
menciptakan
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
مِن
dari
دُونِهِۦۚ
selain Dia
بَلِ
bahkan
ٱلظَّـٰلِمُونَ
orang-orang yang zalim
فِي
dalam
ضَلَٰلٖ
kesesatan
مُّبِينٖ
yang nyata
Terjemahan
Inilah ciptaan Allah. Maka, perlihatkanlah kepadaku apa yang telah diciptakan oleh (sembahanmu) selain-Nya. Sebenarnya orang-orang zalim itu berada di dalam kesesatan yang nyata.
Tafsir
(Inilah ciptaan Allah) yakni makhluk-Nya (maka perlihatkanlah oleh kalian kepadaku) ceritakanlah kepadaku, hai penduduk Mekah (apa yang telah diciptakan oleh sesembahan-sesembahan kalian selain Allah) yang telah diciptakan oleh selain-Nya, yang dimaksud adalah sesembahan-sesembahan kalian, sehingga kalian menyekutukannya dengan Allah ﷻ Kata tanya maa menunjukkan makna ingkar, berkedudukan sebagai mubtada, sedangkan lafal dzaa yang berarti sama dengan lafal al-ladzii berikut dengan shilahnya menjadi khabar. Lafal aruuni tidak diberlakukan pengamalannya, sedangkan lafal-lafal yang sesudahnya menempati kedudukan sebagai kedua maf`ulnya. (Sebenarnya) akan tetapi (orang-orang yang lalim itu berada di dalam kesesatan yang nyata) disebabkan mereka menyekutukan Allah dan kalian adalah sebagian dari mereka.
Tafsir Surat Luqman: 10-11
Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan Dia meletakkan gunung-gunung (di permukaan) bumi supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu; dan memperkembangbiakkan padanya segala macam jenis binatang. Dan Kami turunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan padanya segala macam tumbuh-tumbuhan yang baik. Inilah ciptaan Allah, maka perlihatkanlah olehmu kepadaku apa yang telah diciptakan oleh sembahan-sembahan(mu) selain Allah. Sebenarnya orang-orang yang zalim itu berada di dalam kesesatan yang nyata. (Luqman: 10-11)
Ayat 10
Allah subhaanahu wa ta’aalaa melalui ayat ini menjelaskan tentang kekuasaan-Nya melalui penciptaan langit dan bumi serta segala sesuatu yang ada pada keduanya. Untuk itu Allah subhaanahu wa ta’aalaa berfirman: Dia menciptakan langit tanpa tiang. (Luqman: 10) Al-Hasan dan Qatadah mengatakan bahwa langit tidak mempunyai tiang, baik yang tidak terlihat maupun yang terlihat. Ibnu Abbas, Ikrimah, dan Mujahid mengatakan bahwa langit memang mempunyai tiang, tetapi kalian tidak dapat melihatnya. Penjelasan mengenai hal ini telah disebutkan di dalam tafsir surat Ar-Ra'd dengan keterangan yang panjang sehingga tidak perlu lagi diulangi di sini. dan Dia meletakkan gunung-gunung (di permukaan) bumi. (Luqman: 10) Yakni gunung-gunung yang terpancang di bumi untuk menyeimbangkannya agar tidak berguncang menggoyangkan para penduduknya.
Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya: supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu. (Luqman: 10) Artinya, agar bumi tidak berguncang menggoyangkan kamu sehingga bumi menjadi stabil. Firman Allah subhaanahu wa ta’aalaa: dan memperkembangbiakkan padanya segala macam jenis binatang. (Luqman: 10) Dia telah menyebarkan segala macam binatang di bumi dalam jumlah yang tidak diketahui bentuk dan warnanya kecuali hanya oleh Penciptanya. Setelah menetapkan bahwa Dia adalah Yang Menciptakan, lalu Allah mengingatkan (manusia) bahwa Dialah yang memberi rezeki, yang hal ini diungkapkan melalui firman-Nya: Dan Kami turunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan padanya segala macam tumbuh-tumbuhan yang baik. (Luqman: 10) Yakni segala macam tetumbuhan yang baik dan indah pemandangannya.
Asy-Sya'bi mengatakan bahwa manusia juga merupakan tumbuhan bumi, maka barangsiapa yang dimasukkan ke dalam surga, berarti dia adalah tumbuhan yang baik; dan barangsiapa yang dimasukkan ke dalam neraka, berarti dia adalah tumbuhan yang buruk.
Ayat 11
Firman Allah subhaanahu wa ta’aalaa: Inilah ciptaan Allah. (Luqman: 11) Artinya, apa yang telah disebutkan oleh Allah subhaanahu wa ta’aalaa tadi yaitu penciptaan langit dan bumi serta segala sesuatu yang ada di antara keduanya berasal dari perbuatan Allah dan merupakan ciptaan-Nya, berdasarkan ketentuan dari-Nya semata, tiada sekutu bagi-Nya dalam penciptaan itu.
Untuk itulah maka disebutkan dalam firman selanjutnya: maka perlihatkanlah olehmu kepadaku apa yang telah diciptakan oleh sembahan-sembahan(mu) selain Allah. (Luqman: 11) Yakni sembahan-sembahan yang kalian seru berupa berhala-berhala dan sekutu-sekutu itu. Sebenarnya orang-orang yang zalim itu. (Luqman: 11) Yaitu orang-orang yang musyrik kepada Allah dan menyembah selainNya bersama Dia. berada di dalam kesesatan. (Luqman: 11) Mereka berada dalam kebodohan dan kegelapan. yang nyata. (Luqman: 11) Maksudnya, jelas, nyata, dan tidak ada kesamaran padanya.
Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Luqman, yaitu, "Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Mahakaya lagi Maha Terpuji. (Luqman: 12)
Ulama Salaf berselisih pendapat tentang Luqman, apakah dia seorang nabi ataukah seorang hamba yang shalih saja tanpa predikat nabi? Ada dua pendapat mengenainya; kebanyakan ulama mengatakan bahwa dia adalah seorang hamba yang shalih, bukan seorang nabi.
Sufyan Ats-Tsauri telah meriwayatkan dari Al-Asy'as, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Luqman adalah seorang budak dari negeri Habasyah (Abesenia) dan seorang tukang kayu. Qatadah telah meriwayatkan dari Abdullah ibnuz Zubair yang mengatakan bahwa ia pernah bertanya kepada Jabir ibnu Abdullah, "Sampai seberapakah pengetahuanmu tentang Luqman?" Jabir ibnu Abdullah menjawab, bahwa Luqman adalah seorang yang berperawakan pendek, berhidung lebar (tidak mancung) berasal dari Nubian.
Yahya ibnu Sa'id Al-Ansari telah meriwayatkan dari Sa'id ibnul Musayyab yang mengatakan bahwa Luqman berasal dari daerah pedalaman Mesir (berkulit hitam) dan berbibir tebal. Allah telah memberinya hikmah, tetapi tidak diberi kenabian. Al-Auza'i mengatakan, telah menceritakan kepadaku Abdur Rahman ibnu Harmalah yang menceritakan bahwa pernah ada seorang lelaki berkulit hitam datang kepada Sa'id ibnul Musayyab meminta-minta kepadanya. Maka Sa'id ibnul Musayyab menghiburnya, "Jangan kamu bersedih hati karena kamu berkulit hitam, karena sesungguhnya ada tiga orang manusia yang terbaik berasal dari bangsa kulit hitam, yaitu Bilal, Mahja' maula Umar ibnul Khattab, dan Luqmanul Hakim yang berkulit hitam, berasal dari Nubian dan berbibir tebal." Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Waki', telah menceritakan kepada kami ayahku, dari Abul Asy-hab, dari Khalid Ar-Rab'i yang mengatakan bahwa Luqman adalah seorang budak Habasyah, seorang tukang kayu.
Majikannya berkata kepadanya, "Sembelihkanlah kambing ini buat kami!" Maka Luqman menyembelih kambing itu. Lalu si majikan berkata, "Keluarkanlah dua anggota jeroannya yang paling baik." Maka Luqman mengeluarkan lidah dan hati kambing itu, sesudah itu Luqman tinggal selama masa yang dikehendaki oleh Allah. Kemudian majikannya kembali memerintahkannya, "Sembelihkanlah kambing ini buat kami!" Maka Luqman menyembelihnya, dan si majikan berkata kepadanya, "Keluarkanlah dua anggota jeroannya yang paling buruk," maka Luqman mengeluarkan lidah dan hati kambing itu.
Si majikan bertanya kepadanya, "Aku telah memerintahkan kepadamu untuk mengeluarkan dua anggota jeroannya yang terbaik, dan kamu mengeluarkan keduanya. Lalu aku perintahkan lagi kepadamu untuk mengeluarkan dua anggotanya yang paling buruk, ternyata kamu masih tetap mengeluarkan yang itu juga, sama dengan yang tadi." Maka Luqman menjawab, "Sesungguhnya tiada sesuatu anggota pun yang lebih baik daripada keduanya jika keduanya baik, dan tiada pula yang lebih buruk daripada keduanya bila keduanya buruk." Syu'bah telah meriwayatkan dari Al-Hakam, dari Mujahid, bahwa Luqman adalah seorang hamba yang shalih, bukan seorang nabi.
Al-A'masy mengatakan, Mujahid telah mengatakan bahwa Luqman adalah seorang budak berkulit hitam dari Habasyah, berbibir tebal, dan berkaki besar. Dia seorang qadi di kalangan kaum Bani Israil. Selain Mujahid menyebutkan bahwa Luqman adalah seorang qadi di kalangan kaum Bani Israil di masa Nabi Daud ‘alaihissalaam Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Humaid, telah menceritakan kepada kami Al-Hakam, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Qais yang mengatakan bahwa Luqman adalah seorang budak berkulit hitam, berbibir tebal, dan bertelapak kaki lebar.
Lalu ia kedatangan seorang lelaki saat ia berada di majelis sedang berbincang-bincang dengan orang banyak. Maka lelaki itu bertanya kepadanya, "Bukankah kamu yang pernah menggembalakan kambing bersamaku di tempat anu dan anu?" Luqman menjawab, "Benar." Lelaki itu bertanya, "Lalu apakah yang membuatmu menjadi seorang yang terhormat seperti yang kulihat sekarang?" Luqman menjawab, "Jujur dalam berkata, dan diam tidak ikut campur terhadap apa yang bukan urusanku." Ibnu Abi Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Zur'ah, telah menceritakan kepada kami Safwan, telah menceritakan kepada kami Al-Walid, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Yazid, dari Jabir yang mengatakan bahwa sesungguhnya Allah mengangkat Luqmanul Hakim (ke kedudukan yang tinggi) berkat hikmah (yang dianugerahkan-Nya).
Pernah ada seorang lelaki yang mengenalnya di masa lalu bertanya, "Bukankah kamu budak si Fulan yang dahulu menggembalakan ternak kambingnya?" Luqman menjawab, "Benar." Lelaki itu bertanya, "Lalu apakah yang menghantarkanmu dapat mencapai kedudukan seperti yang kulihat sekarang?" Luqman menjawab, "Takdir Allah, menunaikan amanat, berkata jujur, dan tidak ikut campur terhadap apa yang bukan urusanku." Semua asar ini antara lain menjelaskan bahwa Luqman bukanlah seorang nabi, dan sebagian lainnya mengisyaratkan ke arah itu (seorang nabi).
Dikatakan bahwa dia bukan seorang nabi karena dia adalah seorang budak; hal ini bertentangan dengan sifat seorang nabi, mengingat semua rasul dilahirkan dari kalangan terpandang kaumnya. Karena itulah maka jumhur ulama Salaf menyatakan bahwa Luqman bukanlah seorang nabi. Sesungguhnya pendapat yang mengatakan bahwa dia adalah seorang nabi hanyalah menurut riwayat yang bersumber dari Ikrimah jika memang sanadnya sahih bersumber darinya.
Riwayat tersebut dikemukakan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim melalui Waki', dari Israil, dari Jabir, dari Ikrimah yang mengatakan bahwa Luqman adalah seorang nabi. Jabir yang disebutkan dalam sanad riwayat ini adalah Ibnu Yazid Al-Ju'fi, seorang yang berpredikat dha’if, hanya Allah Yang Maha Mengetahui. Abdullah ibnu Wahb mengatakan, telah menceritakan kepadaku Abdullah ibnu Ayyasy Al-Qatbani, dari Umar maula Gafrah yang menceritakan bahwa pernah ada seorang lelaki berdiri di hadapan Luqmanul Hakim, lalu bertanya, "Bukankah engkau adalah Luqman budak Banil Has-sas?" Luqman menjawab, "Ya." Lelaki itu bertanya lagi, "Bukankah engkau pernah menggembalakan kambing?" Luqman menjawab, "Ya." Lelaki itu bertanya lagi, "Bukankah kamu berkulit hitam?" Luqman menjawab, "Adapun warna hitam kulitku ini jelas, lalu apakah yang mengherankanmu tentang diriku?" Lelaki itu menjawab, "Orang-orang banyak yang duduk di hamparanmu, dan berdesakan memasuki pintumu, serta mereka rida dengan ucapanmu." Luqman berkata, "Hai Saudaraku, jika engkau mau mendengarkan apa yang akan kukatakan kepadamu, tentu kamu pun dapat seperti diriku." Luqman melanjutkan perkataannya, "Aku selalu menundukkan pandangan mataku (dari hal-hal yang diharamkan), lisanku selalu kujaga, makananku selalu bersih (halal), kemaluanku aku jaga (tidak melakukan zina), aku selalu jujur dalam perkataanku, semua janjiku selalu kutepati, tamu-tamuku selalu kumuliakan, para tetanggaku selalu kuhormati, dan aku tidak pernah melakukan hal yang tidak perlu bagiku.
Itulah kiat yang menghantarkan diriku kepada kedudukanku sekarang seperti yang kamu lihat." Ibnu Abi Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ibnu Fudail, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Waqid, dari Abdah ibnu Rabah, dari Rabi'ah, dari Abu Darda, bahwa ia pernah bercerita di suatu hari yang antara lain mengisahkan perihal Luqmanul Hakim.
Lalu ia mengatakan bahwa apa yang diberikan kepada Luqman bukan berasal dari keluarga, harta, kedudukan, bukan pula dari jasanya; melainkan dia adalah seorang yang pendiam, suka bertafakkur, dan tajam pandangannya. Dia tidak pernah tidur di siang hari, dan belum pernah ada seseorang melihatnya meludah, tidak pernah mengeluarkan ingus, tidak pernah kelihatan kencing, buang air besar dan mandi, juga tidak pernah bercengkrama serta tidak pernah tertawa.
Dia tidak pernah mengulangi perkataan yang telah diucapkannya, melainkan hanya kata-kata bijak yang diminta oleh seseorang agar ia mengulanginya. Dia pernah kawin dan mempunyai banyak anak, tetapi mereka mati semuanya dan dia tidak menangisi kematian mereka (bersabar). Dia sering mendekati penguasa dan hakim-hakim untuk menimba pengalaman dan memikirkannya serta mengambil pelajaran darinya. Karena itulah maka ia berhasil meraih kedudukan yang diperolehnya.
Disebutkan dalam suatu asar yang gharib bersumber dari Qatadah diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim, disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Al-Abbas ibnul Walid, telah menceritakan kepada kami Zaid ibnu Yahya ibnu Ubaid Al-Khuza'i, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Basyir, dari Qatadah yang mengatakan bahwa Allah menyuruh Luqman memilih antara hikmah dan kenabian. Maka Luqmanul Hakim memilih hikmah, tidak mau memilih kenabian.
Qatadah melanjutkan kisahnya, bahwa lalu Jibril mendatanginya saat ia sedang tidur. Jibril menaburkan kepadanya atau mencipratkan kepadanya hikmah itu. Pada pagi harinya Luqman dapat mengucapkan kata-kata hikmah. Sa'id mengatakan, Qatadah pernah berkata bahwa dikatakan kepada Luqman, "Mengapa engkau memilih hikmah atau ditaburi hikmah, padahal Tuhanmu menyuruhmu memilih?" Maka Luqman menjawab, "Seandainya aku diharuskan menjadi nabi, tentulah aku berharap beroleh keberhasilan dan tentu pula aku berharap dapat menunaikan tugas risalahku sebaik-baiknya.
Tetapi ternyata Dia menyuruhku memilih, maka aku merasa khawatir bila tidak mampu menjalankan tugas kenabian. Karena itulah maka hikmah lebih aku sukai." Ini merupakan riwayat melalui jalur Said ibnu Basyir, dia berpredikat agak dha’if dan para ulama hadis banyak yang membicarakan kelemahannya. Hanya Allah Yang Maha Mengetahui. Menurut riwayat Sa'id ibnu Abu Arubah, dari Qatadah sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Luqman. (Luqman: 12) Bahwa yang dimaksud dengan hikmah ialah pengetahuan tentang agama Islam, dan dia bukanlah seorang nabi yang diberi wahyu.
Firman Allah subhaanahu wa ta’aalaa: Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Luqman. (Luqman: 12) Yakni pemahaman, ilmu, dan ungkapan. yaitu, "Bersyukurlah kepada Allah. (Luqman: 12) Kami perintahkan kepadanya untuk bersyukur kepada Allah atas apa yang telah Dia anugerahkan kepadanya berupa keutamaan yang secara khusus hanya diberikan kepadanya, bukan kepada orang lain yang sezaman dengannya. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri. (Luqman: 12) Artinya, sesungguhnya manfaat dan pahala dari bersyukur itu kembali kepada para pelakunya, karena ada firman Allah subhaanahu wa ta’aalaa yang menyebutkan: dan barangsiapa yang beramal shalih, maka untuk diri mereka sendirilah mereka menyiapkan (tempat yang menyenangkan). (Ar-Rum: 44)
Adapun firman Allah subhaanahu wa ta’aalaa: dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Mahakaya lagi Maha Terpuji. (Luqman: 12) Yaitu Mahakaya, tidak memerlukan hamba-hamba-Nya. Dia tidak kekurangan, walaupun mereka tidak mensyukuri nikmat-nikmat-Nya. Seandainya semua penduduk bumi ingkar kepada nikmat-Nya, maka sesungguhnya Dia Mahakaya dari selain-Nya, tidak ada Tuhan selain Dia, dan kami tidak menyembah selain hanya kepada-Nya.
Demikianlah Allah menciptakan langit, meletakkan gunung, dan menurunkan hujan. Inilah ciptaan Allah, maka perlihatkanlah olehmu kepadaku, wahai orang-orang kafir, apa yang telah diciptakan oleh sesembahanmu selain Allah; mampukah mereka melakukan apa yang telah diperbuat oleh Allah' Tentu tidak. Penghambaanmu kepada mereka adalah kezaliman. Sebenarnya orang-orang yang zalim itu, yakni mereka yang menyembah selain Allah, berada di dalam kesesatan dan kebodohan yang nyata. 12. Beralih dari penjelasan tentang buruknya akidah orang musyrik dan kezaliman mereka, pada ayat ini Allah memaparkan nasihat Lukman kepada anaknya, yang salah satunya berisi larangan berbuat syirik. Dan sungguh, telah Kami berikan hikmah, yakni kemampu'an mendapatkan ilmu dan pemahaman serta mengamalkannya, kepada Lukman, yaitu, 'Bersyukurlah kepada Allah atas nikmat dan karunia-Nya! Dan barang siapa bersyukur kepada Allah maka sesungguhnya dia mendatangkan manfaat bersyukur itu untuk dirinya sendiri; dan sebaliknya, barang siapa tidak bersyukur lalu ingkar atas nikmat Allah maka sesungguhnya hal itu tidak akan merugikan Allah sedikit pun, sebab Allah Mahakaya dan tidak butuh penyembahan hamba-Nya, Maha Terpuji meski sekiranya tidak ada yang memuji-Nya. '.
Pada ayat ini, Allah menegaskan bahwa yang disebutkan pada ayat di atas itu adalah ciptaan Allah, baik yang ada di langit maupun di bumi. Tidak ada sesuatu pun yang bersekutu dengan Allah dalam menciptakan semua makhluk itu, dan tidak sesuatu pun yang berkuasa atasnya selain Allah. Segala keperluan untuk kelangsungan hidup makhluk itu, di mana ia dapat hidup dan di tempat mana ia akan mati, demikian pula tentang kegunaan dan bahaya yang dapat ditimbulkan makhluk itu, semuanya diketahui, diatur, dan dipelihara oleh Allah.
Kemudian Allah menantang orang-orang yang mempersekutukan-Nya, "Cobalah tunjukkan kepada-Ku apa yang telah diciptakan berhala-berhala dan patung-patung yang kamu sembah itu. Apakah patung-patung itu berbuat sesuatu sehingga dapat diyakini sebagai Tuhan selain Aku."
Pada akhir ayat ini diterangkan bahwa orang-orang yang menyembah Tuhan selain Allah adalah orang yang bodoh, sesat, dan memperturutkan hawa nafsunya. Mereka adalah orang yang zalim kepada dirinya sendiri, sehingga mereka ditimpa azab karena memperturutkan hawa nafsunya.
.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Surah Luqmaan
(LU Q M AN)
SURAH KE-31
34 AYAT
DITURUNKAN DI MEKAH
Bismillahirrahmanirrahim
Ayat 1
“Alif Laam Miim."
Telah banyak ditafsirkan pada surah-surah yang lain terlebih dahulu dari ini. Sebab itu tidaklah akan kita ulangi lagi. Dia adalah laksana pintu gerbang untuk memasuki masalah-masalah yang akan dibicarakan pada tiap-tiap ayat yang terkandung di dalamnya.
Ayat 2
“Ini adalah ayat-ayat al-Kitab al-Hakim."
Al-Qur'an disebut juga al-Kitab al-Hakim, yang berarti sebuah kitab yang seluruh kandungannya adalah hikmah belaka. Yaitu rahasia dari kebesaran Allah ﷻ Cocoklah bilamana di permulaan ayat disebutkan al-Hakim karena selanjutnya kelak akan diuraikan juga kata-kata hikmah yang akan keluar dari wasiat Luqman kepada putranya. Ahli-ahli hikmah mengambilkan kesimpulan bahwa puncak dan puncak dari seluruh hikmah, atau hikmah sejati yang dapat dicapai oleh manusia ialah mengenal Allah ﷻ
“Puncak sekalian hikmah ialah takut akan Allah."
Sebabnya ialah karena Al-Qur'an itu,
Ayat 3
“Petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang berbuat kebaikan."
Petunjuk sama juga dengan pimpinan atau bimbingan. Di dalam perjalanan hidup yang jauh ini, yang baru sekali ini kita tempuh, karena dahulu dari ini kita belum pernah datang ke bumi ini, kita memerlukan petunjuk. Laksana orang yang mengendarai mobil di jalan raya yang belum pernah ditempuhnya, dia memerlukan petunjuk dari angka-angka kilometer yang dipancangkan di tepi jalan. Dia memerlukan melihat di persimpangan-persimpangan jalan, ke mana tujuan jalan itu dan beberapa kilometer dari persimpangan itu ke negeri yang tertulis namanya di papan petunjuk yang dipancangkan di pertengahan simpang jalan. Begitulah pula kita menempuh kehidupan ini. Karena hidup itu adalah terlalu mahal harganya. Usia kita yang telah habis tidak dapat diganti dengan yang baru. Sebab itu pemakaiannya mesti hati-hati daripada dia terbuang percuma. Maka di dalam al-Kitab al-Hakim itulah diuraikan petunjuk jalan tersebut. Di sana disuruhkan berbuat yang ma'ruf dan dicegahkan berbuat yang mungkar, berbuat mana yang manfaat, meninggalkan mana yang merugikan.
Dan dia pun adalah rahmat, yaitu pertanda dari kasih' sayang Allah ﷻ kepada seluruh manusia, bahkan seluruh isi alam.
Sesungguhnya Allah ﷻ telah menjelaskan sendiri, bahwa memberikan rahmat itu telah Dia wajibkan ke atas diri-Nya. Hal itu dua kali berturut-turut difirmankan Allah ﷻ kepada Rasul-Nya, yaitu pada ayat 12 dan ayat 54 dari surah al-An'aam. Bahwa Dia telah memastikan, menetapkan, mewajibkan kepada diri-Nya sendiri agar melimpahkan rahmat kepada seluruh ciptaan-Nya. Di dalam hadits disabdakan, bahwa rahmat itu seratusbanyaknya. Baru satu yang disebarkan di dunia sekarang. Yang 99 lagi akan diberikan di akhirat kelak.
Ayat 4
“Orang-orang yang mendirikan sholat."
Karena mendirikan shalat ialah hubungan utama dengan Allah SWT, sebagai bukti keimanan kepada Allah ﷻ Meskipun orang mengakui percaya adanya Allah SWT, padahal tidak mengerjakan shalat sebagaimana yang diajarkan oleh agama, belumlah lengkap orang itu mengerjakan kebaikan. Sebab tidaklah cukup kalau mengakui adanya Allah ﷻ hanya menurut akal saja. Setelah diakui ada Allah SWT, hendaklah latih jiwa mendekatkan diri kepada-Nya. Kalau tidak disertai dengan shalat, pengakuan adanya Allah ﷻ hanya akan melayang-layang saja, tidak mendalam ke urat jiwa. “Dan memberikan zakat mereka." Karena maksud zakat adalah pembersihan.
“Dan dengan hari akhirat mereka adalah yakin."
Keyakinan akan adanya hari akhirat, hari pembalasan adalah penguat paling penting dalam menegakkan amal. Karena kadang-kadang meskipun manusia telah berbuat berbagai macam kebaikan di dunia ini, tidaklah semua orang menghargai perbuatannya yang baik itu. Pasti akan ada saja yang dengki, yang benci, dan yang melupakan atau memandang tidak berarti apa-apa. Kalau kita berbuat baik di dunia ini karena mengharapkan pujian manusia, niscaya kita akan kecewa. Karena tidak semua orang menyukai apa yang kita kerjakan. Pendeknya asal masih di dunia ini saja, tidaklah akan mendapat penghargaan selengkapnya dari manusia. Keyakinan bahwa hari akhirat akan datang. Di balik hidup yang sekarang akan ada lagi hidup yang lebih berbahagia bagi yang berjasa, dan hidup sengsara dan siksa bagi yang berdosa adalah penarik utama untuk berbuat baik. Karena balasan jasa hanya diharapkan dari Allah ﷻ yang diri telah dilatih mengenangkan dia dengan mengerjakan shalat.
Ayat 5
“Mereka itulah orang-orang yang “berjalan" di atas petunjuk dari Tuhan mereka
Yaitu petunjuk yang telah disebutkan di dalam al-Kitab al-Hakim, dituntunkan oleh Rasul utusan Allah SWT, sebagaimana yang tersebut di ayat 2 dan 3 di atas tadi. Sebab cara mengerjakan dan mendirikan shalat dan cara peraturan memberikan zakat, sudahlah di-sebutkan dalam al-Kitab al-Hakim, diuraikan secara terperinci oleh rasul,
“Dan mereka itulah orang-orang yang berbahagia."
Apabila petunjuk Allah ﷻ dituruti, pastilah bahagia yang akan diterima. Rasa bahagia atau keberuntungan ialah kepuasan yang dirasakan oleh manusia apabila dia telah melaksanakan tugasnya sebagai orang hidup. Rasa bahagia akan dirasakan seketika diri masih hidup dan sudah tua, dapat menyaksikan amal yang telah dikerjakan di waktu yang lampau. Rasa bahagia akan dirasakan misalnya oleh seorang profesor melihat bekas-bekas mahasiswa yang pernah menerima kuliah dari dia, sekarang semua sudah jadi orang, Rasa bahagia akan dirasakan oleh seorang ayah melihat anaknya yang “jadi" disertai kehidupan beragama. Rasa bahagia akan dirasakan oleh seorang pengarang yang mengutarakan cita-citanya dalam buku-buku yang dia karang, lalu dilihatnya bahwa isi buku itu telah dilaksanakan orang. Rasa bahagia akan dirasakan oleh seorang penganjur bangsa yang berjuang di waktu muda, sampai cita-cita tercapai, dan dilihatnya sendiri dengan matanya setelah dia tua. Rasa bahagia akan dirasakan oleh orang yang merasakan bahwa umurnya tidaklah dibuang-buangnya pada perbuatan yang tidak berfaedah. Dan rasa bahagia yang sejati akan diterima kelak di dalam surga jannatun Naim.
Ayat 6
“Dan setengah dari manusia adalah orang yang membeli permainan kata-kata untuk menyesatkan dari jalan Allah, tidak dengan ilmu."
Hasan al-Bishri berpendapat, bahwa yang dimaksud dengan permainan kata-kata itu ialah nyanyi-nyanyian dan peralatan panca-ragam, yang akan membawa orang lalai dari agama. Tetapi penafsiran dari Qatadah berbeda dari itu. Beliau berkata, “Membeli permainan kata-kata bukanlah semata-mata dengan mengeluarkan uang saja. Maksud membeli di sini ialah orang yang lebih menyukai barang yang sesat. Dia lebih suka kata-kata percuma, slogan yang tidak berisi daripada memegang kata yang benar. Dia lebih suka yang mudharat daripada yang manfaat."
Kedua-dua penafsiran itu dapatlah kita pakai. Sebagai Muslim yang taat, kita akan dapat merasakan bagaimana besar bahaya nyanyi-nyanyian dan alat pancaragam (musik) yang benar-benar melalaikan orang dari agama. Lagu-lagu yang disebut orang lagu pop (dari potongan kata populer) yang selalu didendangkan di radio, di televisi, dan di tempat-tempat keramaian umum, di pesta orang kawin. Kadang-kadang isi nyanyian itu tidak lagi mengenal sopan santun. Apakah lagi nyanyian seperti itu tidaklah akan meriah kalau tidak disertai dengan minuman keras yang membuat mabuk.
Semata-mata nyanyian pada pokoknya tidaklah haram. Baru jadi haram kalau dia telah menjadi permainan kata-kata yang menimbulkan syahwat. Majelis Tarjih Muhammadiyah pada Kongres Muhammadiyah kedua puluh di Yogyakarta tahun 1931 telah mengambil kesimpulan, bahwa alat-alat musik itu pada pokoknya tidaklah apa-apa. Dia akan menjadi terpuji kalau nyanyian yang dinyanyikan atau di-musikkan dapat menambah gairah agama. Sebaliknya dia menjadi haram hukumnya jika dia akan menimbulkan kelalaian kita beragama.
Tafsir dari Qatadah itu pun cocok jika disesuaikan dengan semboyan-semboyan atau slogan-slogan yang jadi permainan kata-kata sebagaimana kerap terjadi dalam perjuangan politik. Kerapkali isinya kosong tidak masuk akal, tetapi dia dijadikan slogan. Orang kadang-kadang dipaksa dengan kekuatan kekuasaan diri pemerintahan buat menerimanya. Seumpama slogan yang dikeluarkan pada satu ketika dalam negara kita, yaitu NASAKOM. Yang berarti NASional Agama dan KOMunis. Ketiganya mesti bersatu. Di waktu itu barangsiapa yang tidak mau menerimanya, penjaralah yang akan jadi tempat tinggalnya. Padahal itu hanyalah permainan kata-kata untuk menyesatkan orang dari jalan Allah ﷻ Karena tidaklah mungkin masuk ke dalam akal yang sehat, bahwa agama dapat dipersatukan dengan Komunis, padahal Komunis itu sudah terang menentang segala agama. Bahkan Lenin sendiri pernah mengatakan bahwa agama itu adalah opium (candu) yang meracun rakyat. Sampai dibuat propaganda, bahwa Komunis di Indonesia lain dari Komunis di seluruh dunia. Sebab Komunis di sini adalah beragama.
Tetapi apakah yang kejadian? Lain tidak ialah huru-hara, perebutan kekuasaan dan pembunuhan yang keji dan ngeri. Sampai akhirnya umat yang beragama mengambil tindakan sendiri menyapu bersih kaum Komunis yang telah jelas jadi anti dan benci terhadap segala agama itu.
Begitulah pula yang terjadi dengan Kaisar Jalaluddin Akbar dari Anak Benua India di zaman kebesaran Kerajaan Mongol-Islam di India. Beliau mempunyai cita-cita hendak mempersatukan seluruh rakyat baginda yang berbilang agama, berbilang kaum itu. Ada Hindu, ada Buddha, ada Islam, dan yang lain-lain, bahkan Kristen waktu itu pun telah masuk ke India. Lalu beliau mencipta-kan suatu penyatuan agama. Dalam istana baginda dihidupkan api 1.000 tahun sebagai lambang agama Persia, Zarasustra. Di istana pun diadakan kuil pemujaan agama Hindu dan ada juga patung Buddha, demikian juga masjid. Semuanya mesti bersatu dalam satu kepercayaan yang beliau sendiri jadi pemimpinnya, diberi nama Din Ilahi yang berarti agama Ketuhanan Yang Maha Esa.
Wazir besar baginda, Abui Fadhl Allamiy, jadi pembantu baginda menyebarkan doktrin ini. Penuhlah India dengan propaganda Din Ilahi.
Seorang orang tua yang saya ziarah dan menjadi penunjuk jalan saya ketika ziarah ke bekas istana indah Kaisar Akbar, Faithpoor Sikri di tahun 1968, bercerita bahwa ketika masuk menghadap Baginda di istana, orang menyembah merundukkan badan dan separuh menyebut “Allah “ sedang yang separuh lagi menyebut “Akbar", yang dapat diartikan bahwa Allah menjelma dalam diri Kaisar Akbar.
Adakah pengaruh agama itu di India? Akhirnya dia hanya termasuk sebagian kecil dari sejarah Kaisar Akbar sendiri, bukan sejarah India. Sebagaimana ditulis oleh Will Durant, penulis Sejarah Kebudayaan, ketika baginda wafat tidaklah lebih dari delapan orang yang mengantarkan baginda ketika dihantar ke peristirahatannya yang terakhir. Setelah naik putra baginda. Syah jihan, jadi kaisar, Din Ilahi hapus dengan sendirinya karena dia tidak pernah masuk ke dalam jiwa rakyat, walaupun berapa besar perbelanjaan yang dihamburkan untuk mempropagandakannya di kala Kaisar Akbar masih hidup. Dan walaupun kata-kata indah telah disusun, Din Ilahi sebagai permainan kata, namun maksudnya tidak lain hanyalah karena hendak menyesatkan manusia dari jalan Allah ﷻ “Dan mereka ambil jadi olok-olok". Selain dari semua perbuatan itu tidak dengan ilmu, hanya meraba-raba di dalam kelam terdapat pula maksud buruk yang lain, yaitu mengambil agama jadi olok-olok. Tidak ada yang bersungguh-sungguh. Karena hati sanubari mereka sendiri pun pada hakikatnya tidaklah mengerti apa yang mereka kerjakan.
“Mereka itu, untuk mereka adalah adab yang menghinakan."
Di kala hidup di dunia mereka telah mem-perolok-olokkan ayat-ayat Allah ﷻ Kadang-kadang agama mereka cemoohkan. Kadang-kadang karena kekuasaan yang ada pada tangan mereka, mereka anggap agama itu hanyalah barang murah yang dapat disebut-sebut di bibir, tetapi mereka pandang menghalangi segala keinginan mereka. Mereka pada hakikatnya membenci agama. Sebab banyak benar kesukaan mereka yang terhambat dan dihalangi oleh agama. Sebab itu maka pemuka-pemuka agama mereka pandang hina-dina belaka. Lantaran itu maka adzab yang membuat mereka jadi hinalah yang akan mereka derita di akhirat. Di atas dunia mereka berbangga, menyombong, merasa diri sangat tinggi dan mulia. Namun, di akhirat keadaan sudah terbalik. Mereka jadi hina lantaran adzab siksaan itu. Itulah balasan yang setimpal dan adil.
Ayat 7
“Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami, mereka pun benpaling dalam keadaan menyombong."
Karena merasa diri lebih pintar. Tidak perlu diajar orang. Bahkan ada yang sampai marah, mengapa mereka ditegur dengan ayat Allah ﷻ Rakyat jelata tidaklah berhak me-negur orang-orang besar kerajaan. Itu adalah penghinaan. Itu adalah mengurangi wibawa beliau. “Seakan-akan dia tidak mendengarnya. Seakan-akan pada kedua belah telinganya ada sumbat." Sehingga apa yang dia dengar bukan tertuju kepada dirinya, melainkan kepada orang lain.
“Maka beri kabar gembiralah mereka dengan adzgb yang pedih."
Pemakaian kata-kata “Beri kabar gembiralah “ mereka terhadap adzab siksaan yang pedih adalah sambutan yang sepadan atas kesombongan, berpaling muka, berolok-olok dan bersikap menyumbat telinga mendengar seruan Allah ﷻ itu. Karena dalam hidup di dunia mereka merasakan bahwa mereka selalu di pihak benar, tidak pernah salah dan tidak boleh disalahkan.
Ayat 8
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal yang saleh-saleh, untuk mereka adalah surga-surga yang bernikmat."
Beginilah selalu imbalan dan orang yang melaksanakan petunjuk dan seruan yang di-sampaikan rasul. Sebab hidup mereka telah berisi, pertama dengan kepercayaan kepada Allah SWT, kedua pembuktian iman dengan amal perbuatan. Dan perbuatan itu ialah yang baik-baik, yang berfaedah. Baik untuk dirinya dunia dan akhirat atau untuk sesama umat manusia. Surga-surga yang luas dan lapangan, yang penuh dengan berbagai nikmat, itulah yang akan menyambut mereka di akhirat.
Ayat 9
“Kekal mereka di dalamnya."
Kekal tidak akan mati lagi. Sebab mati telah dilampaui. “Janji Allah yang benar." Yang pasti akan ditepati; hidup dalam surga merasakan keenakan makan, kepuasan minum, tempat tinggal indah semerbak, kesuburan, keindahan warna, kecantikan perempuan. Dan Allah ﷻ akan mempertemukan mereka dengan itu semua. Karena Allah ﷻ tidak pemungkir janji. Allah ﷻ muliawan, dermawan.
“Dan Dia adalah Mahaperkasa, “pasti berlaku apa yang Dia kehendaki, “Mahabijaksana."
Diberinya tahu lebih dahulu dari jauh hari bahaya yang akan menimpa kepada yang menempuh jalan salah dan dari jauh hari itu menjanjikan kebahagiaan bagi yang taat.
Ayat 10
“Dia telah menciptakan semua langit dengan tidak bertiang, yang kamu lihat sendiri akan dia."
Arsitektur dari Yang Mahatinggi Maha-agung yang tidak dapat ditiru diteladan oleh siapa pun."Dan Dia pun meletakkan pada bumi itu gunung-gunung untuk mengukuhkan bagi kamu. “Karena dengan adanya gunung kamu tidak akan bergoyang atau rebah jatuh lagi oleh keras embusan angin." Dan Dia kembang biakkan padanya, “yaitu pada bumi itu." dari tiap-tiap macam binatang. “Di sana terdapat kalimat dan batin, yang arti asalnya ialah merangkak atau menjalar. Maka termasuklah binatang berkaki empat atau kaki enam, berkaki dua atau berkaki empat puluh, bahkan ada yang berkaki sampai seratus, semacam ulat menjalar yang di negeri saya disebut ulat sipisan.
“Dan telah Kami turunkan air dari langit, maka tumbuhlah padanya dari tiap-tiap tumbuh-tumbuhan yang serba indah."
Indah dengan berbagai warnanya, dengan kembang-kembangnya, dengan pohon di hutan, rumput merata, akar menjuntai, yang semuanya itu penuh dengan keindahan dan kekayaan Ilahi.
Ayat 11
“Inilah ciptaan Allah."
Tidak tepermanai banyaknya, kayanya, indahnya, dengan warna-warninya dan kesu-burannya dan keganjilannya, yang satu melebihi yang lain."Maka perlihatkanlah kepadaku, apakah yang telah diciptakan oleh yang selain Dia itu?" Adakah berhala yang kamu sembah itu sanggup berbuat demikian? Adakah barang yang kamu puja dan kamu sembah itu turut menciptakan langit agak selapis atau bintang agak sebuah, atau kayu agak sebatang atau lalat agak seekor?
“Namun orang-orang yang aniaya itu tetaplah dalam kesesalan yang nyata."
Mereka menganiaya diri sendiri karena tidak mempergunakan pikiran untuk berpikir, hanya beramal turut-turutan, tidak berpendirian yang teguh; sehingga kesengsaraan jualah yang akan mereka tanggungkan kelak.