Ayat
Terjemahan Per Kata
أَوَلَمۡ
ataukah tidak
يَتَفَكَّرُواْ
mereka memikirkan
فِيٓ
dalam/tentang
أَنفُسِهِمۗ
diri mereka
مَّا
tidak
خَلَقَ
menciptakan
ٱللَّهُ
Allah
ٱلسَّمَٰوَٰتِ
langit(jamak)
وَٱلۡأَرۡضَ
dan bumi
وَمَا
dan apa
بَيۡنَهُمَآ
diantara kedudukannya
إِلَّا
melainkan
بِٱلۡحَقِّ
dengan benar
وَأَجَلٖ
dan waktu
مُّسَمّٗىۗ
ditentukan
وَإِنَّ
dan sesungguhnya
كَثِيرٗا
kebanyakan
مِّنَ
dari
ٱلنَّاسِ
manusia
بِلِقَآيِٕ
dengan pertemuan
رَبِّهِمۡ
Tuhan mereka
لَكَٰفِرُونَ
benar-benar ingkar
أَوَلَمۡ
ataukah tidak
يَتَفَكَّرُواْ
mereka memikirkan
فِيٓ
dalam/tentang
أَنفُسِهِمۗ
diri mereka
مَّا
tidak
خَلَقَ
menciptakan
ٱللَّهُ
Allah
ٱلسَّمَٰوَٰتِ
langit(jamak)
وَٱلۡأَرۡضَ
dan bumi
وَمَا
dan apa
بَيۡنَهُمَآ
diantara kedudukannya
إِلَّا
melainkan
بِٱلۡحَقِّ
dengan benar
وَأَجَلٖ
dan waktu
مُّسَمّٗىۗ
ditentukan
وَإِنَّ
dan sesungguhnya
كَثِيرٗا
kebanyakan
مِّنَ
dari
ٱلنَّاسِ
manusia
بِلِقَآيِٕ
dengan pertemuan
رَبِّهِمۡ
Tuhan mereka
لَكَٰفِرُونَ
benar-benar ingkar
Terjemahan
Apakah mereka tidak berpikir tentang (kejadian) dirinya? Allah tidak menciptakan langit, bumi, dan apa yang ada di antara keduanya, kecuali dengan benar dan waktu yang ditentukan. Sesungguhnya banyak di antara manusia benar-benar mengingkari pertemuan dengan Tuhannya.
Tafsir
(Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang diri mereka sendiri?) supaya mereka sadar dari kelalaiannya. (Allah tidak menjadikan langit dan bumi serta apa yang ada di antara keduanya melainkan dengan tujuan yang benar dan waktu yang ditentukan) artinya akan lenyap setelah waktunya habis, sesudah itu tibalah saatnya hari berbangkit. (Dan sesungguhnya kebanyakan di antara manusia) yaitu orang-orang kafir Mekah (benar-benar ingkar akan pertemuan dengan Rabbnya) yakni mereka tidak percaya kepada adanya hari berbangkit sesudah mati.
Tafsir Surat Ar-Rum: 8-10
Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka? Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan waktu yang ditentukan. Dan sesungguhnya kebanyakan di antara manusia benar-benar ingkar akan pertemuan dengan Tuhannya. Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi dan memperhatikan bagaimana akibat (yang diderita) oleh orang-orang yang sebelum mereka? Orang-orang itu adalah lebih kuat daripada mereka (sendiri) dan telah mengolah bumi (tanah) serta memakmurkannya lebih banyak dari apa yang telah mereka makmurkan. Dan telah datang kepada mereka rasul-rasul mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata. Maka Allah sekali-kali tidak berlaku zalim kepada mereka, akan tetapi merekalah yang berlaku zalim kepada diri sendiri. Kemudian akibat orang-orang yang mengerjakan kejahatan adalah (azab) yang lebih buruk, karena mereka mendustakan ayat-ayat Allah dan mereka selalu memperolok-olokkannya. (Ar-Rum: 8-10)
Ayat 8
Allah subhaanahu wa ta’aalaa berfirman, mengingatkan manusia agar merenungkan kejadian makhluk-makhluk-Nya, yang semuanya itu menunjukkan akan keberadaan Allah dan kekuasaan-Nya yang menyendiri dalam menciptakan semuanya itu. Dan bahwa tidak ada Tuhan yang wajib disembah selain Dia, dan tidak ada Rabb kecuali hanya Dia.
Untuk itu Allah subhaanahu wa ta’aalaa berfirman: Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka? (Ar-Rum: 8) Yaitu menggunakan akal mereka untuk memikirkan, merenungkan, serta memperhatikan segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah, mulai dari alam atas hingga alam bawah serta semua makhluk yang ada di antara keduanya yang beraneka ragam jenis dan macamnya. Pada akhirnya mereka akan mengetahui bahwa semuanya itu diciptakan oleh Allah bukan sia-sia, bukan pula main-main. Bahkan semuanya itu diciptakan dengan tujuan yang benar dan mempunyai batas waktu yang tertentu, yaitu hari kiamat.
Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan: Dan sesungguhnya kebanyakan di antara manusia benar-benar ingkar akan (hari) pertemuan dengan Tuhannya. (Ar-Rum: 8) Selanjutnya Allah mengingatkan manusia akan kebenaran rasul-rasul-Nya dalam menyampaikan apa yang mereka terima dari sisi-Nya melalui pembuktian mukjizat-mukjizat dan dalil-dalil yang jelas yang menunjukkan kebinasaan orang-orang yang kafir kepada para rasul dari kalangan umat-umat terdahulu, dan keselamatan orang-orang yang membenarkan mereka.
Ayat 9
Untuk itulah maka disebutkan oleh firman-Nya: Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi. (Ar-Rum: 9) lalu menggunakan pemahaman dan akal serta penalaran mereka, juga menggunakan pendengaran mereka untuk mendengar kisah-kisah umat-umat terdahulu.
Dan memperhatikan bagaimana akibat (yang diderita) oleh orang-orang yang sebelum mereka? Orang-orang itu adalah lebih kuat daripada mereka (sendiri). (Ar-Rum: 9) Yakni umat-umat terdahulu dan generasi-generasi yang silam lebih kuat daripada kalian, hai orang-orang yang diutus kepada mereka Nabi Muhammad; bahkan umat-umat terdahulu itu jauh lebih banyak harta dan anak-anaknya daripada kalian. Tiadalah yang diberikan kepada kalian berjumlah sepersepuluh dari apa yang diberikan kepada mereka. Mereka hidup di dunia dalam kondisi yang jauh lebih mapan daripada kalian; tingkat kehidupan kalian jauh di bawah mereka.
Mereka sempat membangun dunia dengan bangunan-bangunan yang tinggi-tinggi dan meramaikan dunia lebih banyak daripada kalian, bahkan mereka mengolah dan menggarap tanah jauh lebih banyak daripada apa yang kalian garap. Hanya saja ketika datang kepada mereka rasul-rasul mereka yang datang membawa bukti-bukti dari Allah, mereka berbangga diri dengan apa yang telah mereka capai dari kehidupan dunia.
Maka Allah mengazab mereka disebabkan dosa-dosa mereka. Akhirnya tiada seorang pun yang dapat melindungi mereka dari azab Allah. Harta benda dan anak-anak mereka sama sekali tidak dapat menyelamatkan mereka dari pembalasan Allah, tidak pula dapat membela mereka barang sedikit pun dari azab Allah. Allah sama sekali tidak bertujuan menganiaya mereka dengan menimpakan azab dan pembalasanNya atas mereka itu.
Akan tetapi merekalah yang berlaku zalim kepada diri sendiri. (Ar-Rum: 9) Maksudnya, tiada lain yang menimpa diri mereka hanyalah akibat dari perbuatan mereka sendiri, karena mereka mendustakan ayat-ayat Allah dan memperolok-olokkannya. Azab yang menimpa mereka itu tiada lain sebagai akibat dari dosa-dosa mereka sendiri yang mendustakan rasul-rasul Allah dan ayat-ayat-Nya.
Ayat 10
Karena itulah dalam friman selanjutnya disebutkan: Kemudian akibat orang-orang yang mengerjakan kejahatan adalah (azab) yang lebih buruk, karena mereka mendustakan ayat-ayat Allah dan mereka selalu memperolok-olokkannya. (Ar-Rum: 10) Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Dan (begitu pula) Kami memalingkan hati dan penglihatan mereka seperti mereka belum pernah beriman kepadanya (Al-Qur'an) pada permulaannya, dan Kami biarkan mereka bergelimang dalam kesesatannya yang sangat. (Al-An'am: 110) maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka. (As-Saff: 5) Dan firman Allah subhaanahu wa ta’aalaa: maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebagian dosa-dosa mereka. (Al-Maidah: 49) Berdasarkan pengertian ini berarti lafal as-su-a di-nasab-kan sebagai maf'ul dari lafal asa-u.
Menurut pendapat yang lain, makna firman-Nya: Kemudian akibat orang-orang yang mengerjakan kejahatan adalah (azab) yang lebih buruk. (Ar-Rum: 10) Yakni azab yang buruk merupakan akibat dari perbuatan mereka disebabkan mereka mendustakan ayat-ayat Allah dan mereka selalu memperolok-oloknya. Berdasarkan pengertian ini berarti lafal as-su-a dinasabkan karena menjadi khabar kana. Ini merupakan analisis Ibnu Jarir yang ia nukil dari Ibnu Abbas dan Qatadah. Ibnu Abi Hatim meriwayatkannya dari keduanya, juga dari Adh-Dhahhak ibnu Muzahim. Dan memang pengertian inilah yang tersirat dari makna lahiriahnya, karena pada firman selanjutnya disebutkan: dan mereka selalu memperolok-oloknya. (Ar-Rum: 10).
-9. Allah pun mengecam orang musyrik yang enggan mengambil pelajaran dari umat-umat terdahulu yang menentang para rasul. Dan tidakkah mereka sempat bepergian di beberapa tempat di bumi ini lalu melihat dan memperhatikan bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka yang mendustakan para rasul' Mereka dibinasakan dengan cara mengenaskan dan mengerikan, padahal orang-orang itu lebih kuat secara fisik, jumlah, maupun kekayaan dari mereka sendiri dan mereka juga telah mengolah bumi serta memakmurkannya dengan bercocok tanam, menambang, dan sebagainya melebihi apa yang telah mereka, yakni kaum musyrik Mekah, makmurkan. Dan telah datang kepada mereka rasul-rasul mereka dengan membawa bukti-bukti yang jelas atas eksistensi dan keesaan Allah, namun mereka mendustakan dan mengingkarinya, maka Allah menurunkan azab akibat dosa-dosa mereka sendiri. Allah sama sekali tidak berlaku zalim kepada mereka dengan menurunkan azab tanpa sebab dan peringatan terlebih dahulu, tetapi merekalah yang berlaku zalim kepada diri mereka sendiri dengan mengingkari peringatan Allah, bahkan mereka menentang dan menyakiti para rasul.
Ayat ini ditujukan kepada orang musyrik Mekah, orang-orang kafir, dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah. Jika dilihat dari sikap mereka terhadap seruan Nabi saw, kelihatan seakan-akan mereka tidak mau menggunakan akal pikiran untuk memikirkan segala sesuatu yang mereka lihat, sehingga mereka percaya kepada apa yang disampaikan rasul.
Ayat ini menyuruh agar mereka memperhatikan diri mereka sendiri. Bagaimana mereka dijadikan dari tanah, kemudian menjadi setetes mani, kemudian menjadi seorang laki-laki atau seorang perempuan. Mereka lalu melangsungkan perkawinan dan berkembang biak, seakan-akan Allah mengatakan kepada mereka, "Cobalah perhatikan dirimu yang paling dekat dengan kamu, sebelum melayangkan pandanganmu kepada yang lain." Allah berfirman pada ayat yang lain:
Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan? (51 (adz-dzariyat/51: 21)
Jika manusia memperhatikan dirinya sendiri dengan baik dan sadar betapa rumitnya struktur tubuh, seperti susunan urat syaraf, pembuluh darah, paru-paru, hati, jiwa, dan sebagainya, kemudian dengan susunan yang rapi itu manusia dapat berjalan, berbicara, berpikir, dan sebagainya, tentulah mereka sampai kepada kesimpulan bahwa yang menciptakan manusia itu adalah Allah yang berhak disembah, Yang Mahakuasa, dan Mahatinggi Pengeta-huan-Nya.
Allah menegaskan bahwa Dia menciptakan langit dan bumi beserta segala isinya dengan penuh kebijaksanaan, serta mengandung maksud dan tujuan. Semuanya itu diciptakan atas dasar kebenaran, dengan hukum-hukum yang rapi dan tertentu, tidak bertentangan antara hukum yang satu dengan hukum yang lain. Alam semesta ini tidak dijadikan dengan sia-sia dan cuma-cuma, tanpa maksud dan tujuannya, namun hanya Allah Yang Mengetahuinya.
Alam semesta ini juga diciptakan sampai batas waktu yang ditentukan. Setelah waktu yang ditentukan itu akan ada alam akhirat, di sana akan disempurnakan keadilan Tuhan kepada makhluk-makhluk-Nya.
Apa pun yang ada di alam ini, ada masa permulaan kejadiannya dan ada pula masa berakhirnya. Tiap-tiap sesuatu pasti ada awal waktunya dan pasti pula ada akhir waktunya. Permulaan dan akhir segala sesuatu ditentukan Allah, tidak seorang pun yang sanggup mengubahnya, walaupun sesaat, kecuali jika Allah menghendaki.
Demikianlah sunatullah pada diri manusia dan alam semesta ini. Akan tetapi, kebanyakan manusia tidak mau merenungkannya, sehingga mereka tidak percaya kepada adanya hari akhirat itu.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 8
“Dan apakah mereka tidak memikirkan pada diri mereka sendiri?"
Di ujung ayat 6 dikatakan, bahwa orang-orang yang kafir itu kebanyakan tidak mengetahui atau tidak mau tahu. Di pangkal ayat 7 dikatakan bahwa pengetahuannya hanyalah sehingga kulit lahir dari kehidupan dunia ini saja. Sebab tidak berpikir.
Maka di pangkal ayat ini ditanyakanlah kepada mereka, apakah mereka tidak memikirkan keadaan diri mereka sendiri? Pertanyaan yang berisi anjuran, “Berpikirlah, gunakanlah pikiran. Terutama pikirkanlah dan renungkanlah dirimu sendiri!"
Sesudah itu disuruh manusia meneruskan pemikiran, “Tidaklah Allah ﷻ mencipta-kan semua langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya melainkan dengan kebenaran."
Sesudah merenungkan memikirkan diri kita sendiri sebagai manusia, kita pun disuruh merenung dan memikirkan pula kepada cakrawala yang mahaluas ini; dari mikrokosmos kepada makrokosmos.
Telah kita tilik diri kita sendiri, sungguhlah beribu-ribu keajaiban takdir Allah ﷻ yang terdapat di dalamnya, perenungan yang tidak akan habis-habis, pemikiran yang kian lama kian membuat kita kagum. Tetapi apabila mata kita telah menengadah kepada alam raya, langit seluruhnya bersama bumi tempat kita berdiam dan bintang-gemintang yang me-menuhi angkasa, maka kita si insan tadi sudah seperti tidak ada;
Di samping kebenaran Allah ﷻ pun menjelaskan pula, “Dan suatu janji yang di-tentukan." Suatu janji, atau suatu tempo, atau suatu waktu. Seumpama manusia jika dia telah mati, disebutlah bahwa ajalnya sudah sampai. Pada kalimat ini dijelaskanlah, bahwa lanjutan dari kebenaran, bahwa segala sesuatu ada ajalnya. Apabila ajalnya telah sampai, berhentilah perjalanannya, berkesudahanlah hingga itu.
“Dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia, tenhadap pertemuan dengan Tuhan mereka, sungguh-sungguh tidak mau pencaya."
Perhatikanlah dengan saksama ujung ayat dan ulangi membaca kembali kepada pangkalnya. Pertama diberi peringatan diri mereka sendiri, bahwa sejak dari tanah, sampai jadi kama (mani), sampai menjelma lahir ke dunia dengan kejadian jasmani ruhani yang begitu teratur, dan kemudian tiba waktunya lalu mati! Demikian pula semua langit dan bumi dan apa yang ada di antara langit dan bumi. Semuanya berjalan dengan kebenaran. Tetapi semuanya pun akan menemui ajal yang telah ditentukan.
Kemudian datang pertanyaan, tetapi berisi peringatan di ayat selanjutnya,
Ayat 9
“Dan apakah mereka tidak benjolan di muka bumi, agan mereka pandangi betapa akibat orang-orang yang ada sebelum mereka?"
Lihatlah dan dengarlah tentang manusia-manusia yang telah berlalu di dalam sejarah. Betapa akhir kesudahan nasib orang yang tidak mau percaya. Betapa akhir kelaknya orang yang tidak mau menuruti jalan yang benar. Anjuran pertama dari ayat ini ialah kepada kaum musyrikin Quraisy. Tetapi jadi rangsangan bagi seluruh manusia yang berakal, supaya mengambil i'tibar dan perbandingan dari kaum-kaum yang telah musnah karena congkak, sombong, ingkar, dan tidak mau percaya."Adalah orang-orang itu lebih kuat dari mereka."
Tepat sekali kalimat ayat ini jika dibandingkan bangsa Arab, terutama kaum Quraisy yang mula didatangi Nabi. Bandingkanlah mereka dengan Kerajaan Mesir yang telah sang-gup mendirikan berbagai piramid, luxor, abu sinbel. Bandingkanlah mereka dengan Kerajaan Athena yang telah runtuh. Bandingkanlah mereka dengan kaum Tsamud atau Madyan Shalih yang telah membuat negeri dan kota dalam bukit. Bandingkanlah mereka dengan runtuhan kota Pempey yang ditimbuni lahar Gunung Vesuvius! Namun Quraisy yang me-nolak dakwah Muhammad ﷺ itu belumlah berarti apa-apa."Dan mereka meninggalkan bekas di bumi".
Bekas yang ditinggalkan oleh umat yang dahulu-dahulu itu di muka bumi ini sampai sekarang masih dapat dilihat, dapat diperiksa. Untuk peradaban dan kebudayaan bangsa Mesir Purba saja telah timbul suatu cabang arkeologi (ilmu tentang bekas purbakala) yang mempunyai nama yang khas, yaitu Egyptiologi. Maka banyaklah tersebar di permukaan bumi ini bekas umat purbakala yang kuat gagah perkasa itu, sebagaimana Sadd Ma'rib di Yaman, yang temboknya masih ada, walaupun pembangunannya jauh sebelum zaman Nabi Muhammad ﷺ." Dan mereka makmurkan dia.' Yaitu bahwa umat yang telah terdahulu itu telah memakmurkan bumi. “Lebih banyak dari apa yang mereka makmurkan." Yaitu lebih banyak kemakmuran yang ditinggalkan oleh umatyangterdahulu itu daripada kemakmuran yang dibangun oleh kaum Quraisy.
Untuk bukti dapatlah kita lihat dalam surah Saba', tentang bagaimana kemakmuran bumi di negeri Saba' (Yaman atau Arabia Selatan) jauh sebelum ada kaum Quraisy, yaitu di zaman bangsa Arab Purba, yang disebut ‘Arabul Baa-idah (Arab yang telah punah). Dalam ayat 18 surah Saba' tersebut dikatakan bagaimana suburnya tanah Arab itu di zaman purba, sehingga dari negeri Saba', Arab Selatan itu tidaklah putus-putus kampung demi kampung, sehingga jika berangkat pagi-pagi dari satu kampung, sorenya telah sampai di kampung yang lain, dengan tidak perlu bermalam di tengah jalan, sehingga sampai ke negeri yang diberkahi Allah SWT, yaitu Syam dan Palestina, Arab sebelah utara. Setelah Arab Saba' itu punah karena bendungan air mereka rusak tidak ada anak-cucu yang memperbaiki, sebagaimana yang akan diterangkan kelak pada surah Saba', maka Arab Quraisy dan sekelilingnya hanya mendengar kabar berita orang tua-tua. Mereka tidak dapat membangun seperti itu. “Telah datang kepada mereka rasul-rasul mereka dengan bukti-bukti." Yaitu bukti kebesaran Allah, baik dengan kefasihan lidah sebab Nabi bercakap dengan lidah dan bahasa kaumnya, atau dengan mukjizat tanda kekuasaan Allah untuk mengangkat martabat dan gengsi utusan-Nya. Namun semuanya itu mereka tolak, mereka bantah, tidak mereka mau percaya.
Sungguh pun demikian, setelah rasul-rasul datang kepada mereka, mereka tidak mempersulitkan kedatangan dan seruan rasul itu, karena mereka telah bangga dan pongah dengan nikmat yang mereka terima. Tiba-tiba di luar perhitungan mereka sama sekali, adzab Allah pun datang. Maka tidaklah harta benda yang banyak itu, atau anak-pinak yang besar jumlahnya itu dapat menolong mempertahankan mereka dari kemurkaan Allah yang menimpa. Tidak ada yang dapat mempertahankan, walaupun sebesar zarrah. “Maka tidaklah Allah hendak menganiaya mereka," jika begitu jelek dan seram nasib yang mereka terima dan adzab siksa yang mereka derita.
“Menurunkan mereka sendirilah yang telah aniaya kepada diri mereka."
Orang yang berakal dan berpikir sehat tidaklah akan mengatakan, bahwa Allah menganiaya mereka. Barulah patut diberi nama aniaya kalau Allah tidak memberi peringatan terlebih dahulu, kalau Allah tidak mengutus rasul-rasul-Nya menyampaikan peringatan dan ancaman bahaya yang akan menimpa mereka jika larangan Allah tidak mereka jauhi dan batas yang ditentukan tidak mereka langgar. Bahkan setiap rasul yang datang, sejak dari Nabi Nuh, sampai kepada Nabi Muhammad ﷺ, sama saja nada seruan mereka, yaitu mengajak manusia menempuh jalan yang benar dan menjauhi jalan yang salah dan sesat.
Ayat 10
“Kemudian, adalah memang begitu akibat dari orang-orang yang benjahat dengan kejahatan."
Artinya ialah sudah memang sewajarnya jika orang yang berbuat jahat akan menerima akibatyang jahat pula. Tidaklah mungkin orang yang berbuat kejahatan lalu mengakibatkan hasil baik, dan berbuat baik mengakibatkan hasil jahat. Sebabnya ialah “Bahwa mereka mendustakan ayat-ayat Allah." Itulah pokok dari segala akibat jahat itu, yaitu ayat Allah sendiri yang mereka dustakan.
“Dan adalah mereka terhadapnya memperolok-olokkan."
Bukan saja mereka mendustakan, bahkan lebih dari itu, yaitu memperolok-olokkan. Memandang semuanya itu dengan mengejek, mencemooh, memandang enteng, karena ke-sombongan mereka belaka. Sehingga akibat yang mereka derita adalah sangat parah.