Ayat
Terjemahan Per Kata
فَيَوۡمَئِذٖ
maka pada hari itu
لَّا
tidak
يَنفَعُ
bermanfaat
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
ظَلَمُواْ
(mereka) zalim
مَعۡذِرَتُهُمۡ
permintaan uzur mereka
وَلَا
dan tidak
هُمۡ
mereka
يُسۡتَعۡتَبُونَ
mereka diberi kesempatan bertaubat
فَيَوۡمَئِذٖ
maka pada hari itu
لَّا
tidak
يَنفَعُ
bermanfaat
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
ظَلَمُواْ
(mereka) zalim
مَعۡذِرَتُهُمۡ
permintaan uzur mereka
وَلَا
dan tidak
هُمۡ
mereka
يُسۡتَعۡتَبُونَ
mereka diberi kesempatan bertaubat
Terjemahan
Pada hari itu tidak berguna (lagi) dalih (dan permintaan maaf) orang-orang yang zalim dan mereka tidak pula diberi kesempatan untuk bertobat lagi.
Tafsir
(Maka pada hari itu tidak bermanfaat lagi) lafal yanfa'u dapat dibaca tanfa'u (bagi orang-orang yang lalim permintaan uzur mereka) alasan ingkar mereka kepada adanya hari berbangkit (dan tidak pula mereka diberi kesempatan bertobat) mereka tidak diperintahkan lagi untuk kembali bertobat kepada Allah ﷻ dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang diridai-Nya.
Tafsir Surat Ar-Rum: 55-57
Dan pada hari terjadinya kiamat, bersumpahlah orang-orang yang berdosa; "mereka tidak berdiam (dalam kubur) melainkan sesaat (saja)". Seperti demikianlah mereka selalu dipalingkan (dari kebenaran). Dan berkata orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan dan keimanan (kepada orang-orang yang kafir), "Sesungguhnya kamu telah berdiam (dalam kubur) menurut ketetapan Allah, sampai hari berbangkit; maka inilah hari berbangkit itu, tetapi kamu selalu tidak meyakini(nya). Maka pada hari itu tidak bermanfaat (lagi) bagi orang-orang yang zalim permintaan uzur mereka, dan tidak pula mereka diberi kesempatan bertobat lagi. (Ar-Rum: 55-57)
Ayat 55
Allah subhaanahu wa ta’aalaa menceritakan perihal kebodohan orang-orang kafir di dunia dan akhirat. Di dunia mereka melakukan perbuatan yang biasa mereka kerjakan, yaitu menyembah berhala-berhala.
Sedangkan di akhirat mereka melakukan kebodohan yang besar pula, antara lain ialah sumpah mereka dengan menyebut nama Allah, bahwa tidaklah mereka tinggal di dunia melainkan hanya sebentar saja. Tujuan utama mereka dengan alasan tersebut ialah agar hujah tidak dapat ditegakkan terhadap mereka, dan bahwa mereka tidak diberi kesempatan untuk beralasan. Allah subhaanahu wa ta’aalaa berfirman: Seperti demikianlah mereka selalu dipalingkan (dari kebenaran). (Ar-Rum: 55)
Ayat 56
Dan berkata orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan dan keimanan (kepada orang-orang yang kafir), "Sesungguhnya kamu telah berdiam (dalam kubur) menurut ketetapan Allah, sampai hari berbangkit. (Ar-Rum: 56) Maka orang-orang mukmin dari kalangan ulamanya menjawab mereka di akhirat sebagaimana para ulama itu telah menegakkan hujah Allah atas mereka ketika di dunia.
Maka para ulama itu berkata kepada mereka saat mereka bersumpah bahwa mereka hanya tinggal sesaat saja di dunia: Sesungguhnya kamu telah berdiam (dalam kubur) menurut ketetapan Allah. (Ar-Rum: 56) Yakni terbaca di dalam kitab catatan amal perbuatanmu, sampai hari berbangkit. (Ar-Rum: 56) Maksudnya, mulai dari kalian diciptakan hingga kalian dibangkitkan. akan tetapi kamu tidak mengetahui. (Ar-Rum: 56)
Ayat 57
Firman Allah subhaanahu wa ta’aalaa: Maka pada hari itu. (Ar-Rum: 57) Yakni hari kiamat. tidak bermanfaat (lagi) bagi orang-orang yang zalim permintaan uzur mereka. (Ar-Rum: 57) Yaitu alasan mereka untuk membela apa yang telah mereka kerjakan.
Dan tidak pula mereka diberi kesempatan bertobat lagi. (Ar-Rum: 57) Mereka tidak pula diberi kesempatan untuk kembali ke dunia, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: dan jika mereka mengemukakan alasan-alasan, maka tidaklah mereka termasuk orang-orang yang diterima alasannya. (Fussilat: 24)
Apabila hari kebangkitan itu datang maka pada hari itu tidak bermanfaat lagi permintaan maaf orang-orang yang zalim agar mereka terbebas dari balasan kezaliman mereka, dan mereka tidak pula diberi kesempatan bertobat lagi dari dosa yang mereka lakukan meski mereka merengek kepada Allah agar diberi kesempatan sekali lagi (Lihat pula: F''ir/35: 37). 58-59. Beralih dari pemaparan mengenai bukti keesaan-Nya dan kebenaran risalah Nabi Muhammad, pada ayat ini Allah menjelaskan sikap orang kafir. Dan sesungguhnya telah Kami jelaskan kepada manusia segala macam perumpamaan dalam Al-Qur'an ini perihal bukti keesaan-Ku, keniscayaan hari kebangkitan, dan kebenaran risalah Nabi Muhammad. Meski begitu, jika engkau membawa suatu ayat yang lain kepada mereka, pastilah orang-orang kafir itu akan tetap berkata, 'Kamu hanyalah orang-orang yang membuat kepalsuan belaka. Apa yang engkau bawa adalah sihir semata. ' Demikianlah Allah mengunci hati orang-orang yang tidak mau memahami ayat Al-Qur'an yang dengan sangat jelas membuktikan keesaan-Nya dan keniscayaan hari kebangkitan.
Pada hari kebangkitan manusia dihadapkan ke depan pengadilan Allah. Pada saat itu, orang kafir tidak akan diperkenankan menyampaikan alasan apa pun, misalnya merasa hidupnya di dunia terlalu singkat dan meminta dikembalikan ke dunia sesaat saja untuk bisa berbuat baik. Mereka juga tidak akan diberi peluang untuk diubah hukumannya. Dalam ayat lain Allah berfirman:
Dan (alangkah ngerinya), jika sekiranya kamu melihat orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya, (mereka berkata), "Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia), niscaya kami akan mengerjakan kebajikan. Sungguh, kami adalah orang-orang yang yakin." Dan jika Kami menghendaki niscaya Kami berikan kepada setiap jiwa petunjuk (bagi)nya, tetapi telah ditetapkan perkataan (ketetapan) dari-Ku, "Pasti akan Aku penuhi neraka Jahanam dengan jin dan manusia bersama-sama. (as-Sajdah/32:12-13)
.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 52
“Maka sesungguhnya engkau tidaklah akan sanggup membuat mendengan mang yang mati."
Ingatlah bahwasanya ada orang yang hidup, tetapi sama dengan mati. Karena mati hatinya. Orang yang tidak mempunyai aqidah yang teguh sama juga dengan mati. Allah ﷻ berfirman,
“Wahai orang-orang yang beriman! Sambutlah panggilan Allah dan Rasul ketika Dia menyeru untuk hal yang akan menghidupkan kamu."
(al-Anfaal: 24)
Dengan ayat ini berartilah, bahwa apabila seseorang mengembangkan dirinya untuk menyambut seruan Allah SWT, berartilah dia hidup. Kalau seruan Allah ﷻ tidak disambut berarti mati. Maka kepada Nabi Muhammad ﷺ dijelaskanlah oleh Allah SWT, bahwa nabi tidaklah akan sanggup membuat hidup orang yang telah mati. Yaitu yang mati pikirannya, mati cita-citanya, mati hari depannya. Dia hanya semata-mata bernyawa, namun hidupnya tidaklah berarti. Sebab itu maka dia lebih mati dari mati. “Dan tidaklah engkau akan sanggup membuat mendengar orang yang tuli akan suatu doa." Bukanlah telinganya yang tuli, melainkan hatinya atau jiwanya. Meskipun betapa nilai yang engkau anjurkan kepadanya, dia akan tetap tuli. Sebab hatinya tidak mendengarkan apa yang engkau katakan itu. Baik karena bodohnya ataupun karena pikirannya itu telah dikarut oleh kepercayaan dan pegangan yang salah,
“Apabila mereka itu telah berpaling membelakang."
Di belakangi seruan atau dakwah itu, tidak dipedulikannya, tidak diacuhkannya. Dia telah mematikan hatinya, memekakkan telinganya.
Ayat 53
“Dan tidaklah engkau akan sanggup memberi petunjuk orang yang buta dari kesesatannya."
Ini pun buta hati. Walaupun dia hendak dibimbing ke jalan yang benar, namun dia tidak mau. Dia tetap berpaling membelakang. “Tidak ada yang akan engkau buat jadi mendengar melainkan orang yang beriman dengan ayat-ayat Kami." Bila imannya telah ada, dia akan memulai hidup, matanya akan mulai melihat dan telinganya akan mulai mendengar, sebab iman itu sendiri adalah hakikat dari hidup. Sebab iman itu adalah kesadaran hidup.
“Maka mereka itu pun orang yang bensenah diri."
Berserah diri adalah arti dari Muslimun, dan Muslimun ialah orang yang Islam. Iman adalah permulaan langkah, sebab dia adalah kepercayaan. Apabila telah percaya, maka mulailah orang tidak merasa keberatan buat berserah diri kepada Allah ﷻ Mengerjakan perintah, menghentikan larangan disertai dengan cinta.
Maka teranglah bahwa yang dimaksud dengan ayat 52 dan 53 ini, tentang orang mati yang tidak mendengar, tentang orang pekak dan buta, ialah mati semangat, mati cita-cita, tuli mendengar petunjuk dan buta dari kebenaran. Maka bukanlah maksud ayat ini untuk menerangkan bahwa orang yang telah mati tidak mendengar lagi apa yang kita serukan kepadanya dari dunia ini. Dan yang terang ialah orang yang telah meninggal tidaklah lagi memikul taklif. Tegasnya tidak wajib lagi mengerjakan perintah dan menghentikan larangan. Maka tidaklah berfaedah jika kita suruh juga orang yang telah mendengarkan seruan kita dari alam dunia kepada mereka di dalam alam kubur atau alam barzakh.
Ayat 54
“Allah yang menciptakan kamu dari lemah “
Mula lahir ke dunia kita manusia masih serba lemah. Lemah sejak dari jasmani sampai kepada ruhani. Lemah akal dan budi, lemah ikhtiar dan usaha, bahkan sama sekali belum dapat berdiri sendiri. Syukurlah dilimpahkan Allah ﷻ rasa kasih sayang ke dalam hati ibu dan bapak sehingga dengan rasa kasih ibu dan bapak itulah terjamin lanjutan hidup kita, sampai kita berangsur dapat tegak sendiri. “Kemudian itu dari sesudah lemah Dia jadikan kuat." Dan sejak tidur terguling, sampai pandai merangkak, sampai berangsur berlatih tegak dan jatuh dan tegak lagi, sampai dapat berdiri dan tegak lurus dan berjalan dan sampai akal pun tumbuh dan kuat berdiri sendiri. Sampai dapat mendirikan rumah tangga dan memimpin pula anak dan istri, berusaha mencari rezeki anugerah Allah SWT, hingga kuat menghadapi hidup. “Kemudian Dia jadikan dari sesudah kuat menjadi lemah dan tua." Kelak akan tiba masanya puncak masa kuat, mendatar sebentar kemudian menurun. Kekuatan dikurangi sedikit demi sedikit. Ingatan yang tadinya kuat, akhirnya jadi lemah dan pelupa. Badan yang tadinya teguh dan sehat, berangsurlah tua. Meskipun penyakit tidak ada, namun masa tua sudah terasa sebagai rasa sakit yang berlimpit-limpit. Mata mulai kabur, uban mulai bertabur, gigi mulai gugur, jengat mulai kendur, ingatan mulai mundur. Bertambah lama hidup, bertambah lemah diri. Sehingga kadang-kadang kembali seperti kanak-kanak yang mulai menjejak dunia tadi. Kalau di masa kanak-kanak kekuatan baru mulai akan tumbuh, maka setelah tua kekuatan yang tadinya telah cukup tadi, telah berkurang, menipis dan hilang. Malahan pelupa. Kadang-kadang lebih buruk lagi, yaitu pikun. Kembali seperti kanak-kanak. “Dia ciptakan apa yang Dia kehendaki." Artinya bahwa yang menentukan demikian ialah Allah ﷻ sendiri, menurut sunnah-Nya yang telah Dia tentukan.
Manusia ingin panjang umur. Baik, kalau kamu diberi Allah ﷻ panjang umur tentu lemah dan tua sesudah kuat perkasa itu akan kamu lalui. Sesudah kamu tua itu tentu kamu akan berbalik kembali seperti kanak-kanak. Malahan lebih menjemukan dari kanak-kanak. Kalau kanak-kanak kencing dalam celana, ibunya tertawa karena kasih. Kalau nenek-nenek kencing dalam celana sebagaimana kanak-kanak itu pula, sekurangnya dalam hati saja, anak-cucu itu akan berdoa, “Moga-moga lekaslah orang tua itu mati!"
Firman Allah ﷻ di surah Yaasiin ayat
“Dan barangsiapa yang Kami panjangkan umurnya, akan Kami sungsangkan dia pada kejadian; apakah mereka tidak pikirkan itu?"
(Yaasiin: 68)
Maka tidaklah mungkin, bahwa umur dipanjangkan Allah SWT, sedang tenaga sekuat ketika usia 25 tahun juga.
“Dan Dia adalah Maha Mengetahui, Maha Menentukan."
Maha Mengetahui apa yang patut bagi tiap-tiap manusia, apakah patut dia berusia panjang lalu tua renta sampai pikun, ataukah muda remaja, lalu mati dalam keadaan muda itu. Dia pula yang Maha Menentukan ukuran hidup, ukuran tubuh, pengalaman manusia, daya dan upayanya, batas-batas kekuatannya dan keistimewaan yang akan tumbuh dari tiap-tiap orang. Dia Yang Menentukan jalan hidup yang akan ditempuh manusia; apakah kelak dia akan jadi saudagar atau jadi pelayan, jadi menteri atau jadi sopir, jadi jenderal atau prajurit, atau jadi presiden memimpin suatu negeri, atau mati syahid karena berjuang me-negakkan suatu keyakinan.
Ayat 55
“Dan pada hari berdiri Kiamat itu, akan bersumpahlah orang-orang yang durhaka itu. Tidaklah mereka beriman melainkan sesaat saja “
Pangkal ayat ini membayangkan keadaan yang akan dihadapi oleh mereka yang durhaka itu, yang menyembah kepada yang selain Allah SWT, yang tidak mengacuhkan ajaran dan seruan rasul. Mereka berlalai diri di waktu hidup. Tiba-tiba maut datang di dalam keadaan mereka ragu menempuh jalan yang benar. Tiba-tiba Kiamat datang sesudah beberapa lamanya mereka berhenti di alam barzakh. Disangkanya masih lama lagi mereka akan dipertimbangkan. Setelah panggilan Kiamat datang, mereka tersentak. Waktu itu barulah mereka tahu bahwa masa yang amat ditakuti itu sudah di hadapan mata, lekas sekali. Di waktu itu mereka rasakan bahwa tertegunnya mereka dalam alam barzakh hanya sesaat. Ini adalah membayangkan, bahwa tiap-tiap manusia merasakan amat cepat datangnya hal yang amat ditakuti. Mengelakkan diri tidaklah mungkin.
“Demikianlah keadaan mereka dipalingkan."
Ujung ayat yang menyebutkan bahwa mereka dipalingkan dari khayatan kepada kenyataan, dari kebingungan kepada menghadapi kebenaran. Pahit yang mesti dilulur. Tak dapat mengelak diri.
Ayat 56
“Dan berkatalah orang-orang yang telah diberi Umu dan iman, “Sesungguhnya kamu telah berdiam di dalam ketentuan Allah sampai hari kebangkitan."
Artinya bahwa Allah ﷻ telah menentukan di dalam kitab-Nya, di dalam peraturan dan ketentuan-Nya yang tidak satu kekuatan pun yang dapat mengubahnya, bahwa sejak kamu meninggal dunia dahulu, kamu ditentukan buat didiamkan, dinonaktifkan dalam kehidupan alam barzakh sampai hari kebangkitan. Yaitu hari seluruh manusia yang telah meninggal itu disuruh berbangkit. Berapa lamanya masa didiamkan atau dinonaktifkan itu? Hanya Allah ﷻ saja yang Mahatahu. “Maka inilah dia hari kebangkitan itu." Dia telah datang dan kamu telah menghadapi kenyataannya,
“Tetapi adalah kamu tidak mengetahui."
Sekarang baru kamu tercengang-cengang, kamu bingung. Padahal dari dahulu di masa hidupmu hal ini telah berulang-ulang diberikan ingat.
Ayat 57
“Maka pada hari itu tidaklah bermanfaat bagi orang yang aniaya itu permintaan maaf mereka."
Mereka itu disebut orang yang aniaya, karena mereka menganiaya diri sendiri. Ke-celakaan yang akan menimpa diri mereka adalah tersebab kesalahan mereka sendiri. Jika mereka mengemukakan uzur, atau berbagai alasan apa sebab mereka berbuat demikian di kala hidup, tidak ada lagi permintaan uzur itu yang akan diterima. Sebab keterangan yang diberikan Allah ﷻ dengan perantaraan Rasui-Nya sudah sangat cukup dan mereka sendiri pun bukan tidak diberi akal dan pikiran buat menimbang di antara buruk dan baik yang akan ditempuh dan keadaan di hari depan.
“Dan tidaklah mereka diberi kesempatan lagi".
Karena kesempatan itu memang sudah tidak ada. Mereka meminta diberi kesempatan dan mengulangi hidup karena mereka telah menyesal atas kesalahan. Niscaya permintaan itu tidak dapat lagi dikabulkan karena hidup yang dahulu itu sudah habis di dunia. Sekarang adalah hidup baru, hidup akhirat. Sebagaimana orang yang masih di dunia menyesali nasib di hari tua, lalu ingin hendak kembali ke dalam kandungan ibunya, demikianlah orang yang meminta diberi kesempatan pulang ke dunia; sama-sama tidak dapat dikabulkan. Peraturan Allah ﷻ yang serupa itu tidaklah dapat diubah, melainkan manusialah yang seyogianya menyesuaikan diri dan jalan hidup yang ditentukan Allah ﷻ
Ayat 58
“Dan sesungguhnya telak Kami perbuat bagi manusia di dalam Al-Qur'an ini dari berbagai-bagai perumpamaan."
Berbagai-bagailah perumpamaan yang dikemukakan Allah ﷻ di dalam Al-Qur'an. Agar mendekatkan pahamnya bagi manusia. Perumpamaan sejak dari lalat, nyamuk, laba-laba, keledai, fatamorgana (gejala panas menyerupai air), gelombang dan ombak besar tengah malam, hujan lebat, bahtera di lautan, burung terbang, dan berbagai perumpamaan yang lain. Semuanya itu ialah buat menggerakkan akal dan pikiran mereka menerima keterangan yang diberikan."Dan sekiranya engkau datang kepada mereka dengan bukti-bukti, “ dengan keterangan dan alasan yang cukup, sampai memakai juga berbagai macam perumpamaan,
“Sesungguhnya akan berkatalah orang-orang yang kafir itu,
“Tidak lain kamu ini, hanyalah orang-orang pemalsu."
Rasul serta orang yang berimanlah yang mereka tuduh pemalsu karena mencela dan meruntuhkan keyakinan mereka kepada berhala mereka.
Ayat 59
“Demikianlah telah dikunci oleh Allah hati mereka yang tidak mau memahami."
Hati yang terkunci itulah kelak yang akan membawa celaka mereka sampai di akhirat Kekerasan kepala merekalah yang menyebabkan sampai akhir hayat hati mereka jadi terkunci.
Setelah melihat kenyataan yang demikian itu berfirmanlah Allah ﷻ kepada Rasul-Nya untuk meneguhkan hatinya dan mengobat kecewanya.
Ayat 60
“Maka bersabarlah engkau!"
Dalam menghadapi segala kenyataan itu. Bersabarlah dalam melakukan dakwah besar ini, berhadapan dengan orang-orang yang telah aniaya akan diri mereka sendiri. Karena di samping yang ingkar, pasti akan ada yang menerima. “Sesungguhnya janji Allah itu adalah benar." Yaitu bahwa orang yang bersungguh-sungguh berjuang di jalan Allah ﷻ akan diberi petunjuk dan janji-Nya pula bahwa Dia telah mewajibkan atas dirinya sendiri akan menolong orang-orang yang beriman.
“Dan janganlah engkau dibuai gelisah oleh orang-orang yang tidak yakin."
Ujung ayat ini jadi pedoman bagi Rasulullah ﷺ dalam berjuang melakukan dak-wah. Allah ﷻ memberi peringatan bahwasanya beliau mesti sabar, teguh hati dan yakin selalu akan janji Allah SWT, bahwa orang yang berjuang di jalan Allah ﷻ pasti mendapat pertolongan dari Allah ﷻ Adapun gangguan dan yang keras kepala sudah pasti ada dalam perjuangan. Namun orang yang ragu itu, yang kurang keyakinan, yang mundur maju, yang kecil jiwanya, semuanya itu jangan menyebabkan engkau mundur atau ragu pula. Teruskan langkahmu!
Ini pun menjadi sagu hati bagi tiap orang yang berjuang meneruskan dakwah Nabi. Karena dakwah ini tidaklah akan berhenti sampai dunia Kiamat.
Selesai Tafsir Surah ar-Ruum. Alhamdulillah.