Ayat
Terjemahan Per Kata
وَإِن
dan sesungguhnya
كَانُواْ
adalah mereka
مِن
dari
قَبۡلِ
sebelum
أَن
bahwa
يُنَزَّلَ
diturunkan
عَلَيۡهِم
atas mereka
مِّن
dari
قَبۡلِهِۦ
sebelumnya
لَمُبۡلِسِينَ
benar-benar berputus asa
وَإِن
dan sesungguhnya
كَانُواْ
adalah mereka
مِن
dari
قَبۡلِ
sebelum
أَن
bahwa
يُنَزَّلَ
diturunkan
عَلَيۡهِم
atas mereka
مِّن
dari
قَبۡلِهِۦ
sebelumnya
لَمُبۡلِسِينَ
benar-benar berputus asa
Terjemahan
Padahal, sebelum hujan diturunkan, mereka benar-benar telah berputus asa.
Tafsir
(Dan sesungguhnya) sungguh (sebelum hujan diturunkan kepada mereka) lafal min qablihi yang kedua ini berfungsi mengukuhkan makna lafal yang sama dengan sebelumnya (benar-benar telah berputus asa) putus harapan akan turunnya hujan.
Tafsir Surat Ar-Rum: 48-51
Allah, Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya, tiba-tiba mereka menjadi gembira. Dan sesungguhnya sebelum hujan diturunkan kepada mereka, mereka benar-benar telah berputus asa. Maka perhatikanlah bekas-bekas rahmat Allah, bagaimana Allah menghidupkan bumi yang sudah mati. Sesungguhnya (Tuhan yang berkuasa seperti) demikian benar-benar (berkuasa) menghidupkan orang-orang yang telah mati. Dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Dan sungguh, jika Kami mengirimkan angin (kepada tumbuh-tumbuhan), lalu mereka melihat (tumbuh-tumbuhan itu) menjadi kuning (kering), benar-benar tetaplah mereka sesudah itu menjadi orang yang ingkar. (Ar-Rum: 48-51)
Ayat 48
Allah subhaanahu wa ta’aalaa menjelaskan bagaimana Dia menciptakan awan yang menurunkan air hujan. Untuk itu Dia berfirman: Allah, Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan. (Ar-Rum: 48) Adakalanya awan itu datangnya dari laut, sebagaimana yang disebutkan oleh bukan hanya seorang ulama; atau dari tempat yang dikehendaki oleh Allah subhaanahu wa ta’aalaa dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya. (Ar-Rum: 48) Yakni membentangkannya, menjadikannya bertambah banyak dan berkembang, lalu menjadikannya dari sedikit menjadi banyak. Pada mulanya Dia menjadikan awan yang kelihatan di mata bagaikan perisai, lalu Dia bentangkan sehingga memenuhi cakrawala langit.
Adakalanya pula awan datang dari arah laut yang mengandung air yang sangat banyak, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus. (Al-A'raf: 57) sampai dengan firman-Nya: Seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran. (Al-A'raf: 57) Demikian pula dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya: Allah, Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya dan menjadikannya bergumpal-gumpal. (Ar-Rum: 48) Mujahid, Abu Amr ibnul Ala, Matar Al-Warraq, dan Qatadah mengatakan bahwa makna kisafan ialah bergumpal-gumpal, sedangkan yang lain mengartikannya bertumpang tindih, sebagaimana yang dikatakan oleh Qatadah.
Yang lainnya lagi mengatakan berwarna hitam karena banyaknya kandungan air sehingga terlihat gelap, berat, lagi dekat dengan bumi. Firman Allah subhaanahu wa ta’aalaa: lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya. (Ar-Rum: 48) Yakni kamu akan melihat adanya air hujan yang keluar di antara celah-celah awan itu. maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya, tiba-tiba mereka menjadi gembira. (Ar-Rum: 48) Karena mereka sangat memerlukannya, maka mereka merasa sangat gembira dengan turunnya air hujan kepada mereka.
Ayat 49
Firman Allah subhaanahu wa ta’aalaa: Dan sesungguhnya sebelum hujan diturunkan kepada mereka, mereka benar-benar telah berputus asa. (Ar-Rum: 49) Makna ayat ialah mereka yang mendapat hujan itu sebelumnya merasa putus harapan dari turunnya hujan kepada mereka. Tetapi setelah hujan turun menyirami mereka di saat mereka sangat membutuhkannya, maka kegembiraan mereka tak terperikan mengingat rahmat datang tepat di saat mereka sangat memerlukannya. Ulama Nahwu berselisih pendapat sehubungan dengan firman-Nya: sebelum hujan diturunkan kepada mereka, mereka benar-benar telah berputus asa. (Ar-Rum: 49) Menurut Ibnu Jarir, lafal min qablihi berkedudukan sebagai taukid, ia meriwayatkannya dari sebagian ahli bahasa Arab.
Ulama lainnya mengatakan bahwa firman-Nya: sebelum hujan diturunkan kepada mereka. (Ar-Rum: 49) Damir yang terdapat di dalam lafal yanzila kembali kepada hujan. sebelum itu. (Ar-Rum: 49) Yakni sebelum turunnya hujan itu mereka benar-benar telah berputus asa. Dapat pula ditakwilkan bahwa kalimat ini menunjukkan makna ta-sis, yang artinya 'sebelum turunnya hujan mereka sangat mengharapkannya, Juga jauh sebelum itu.' Hujan datang terlambat kepada mereka dari suatu waktu ke waktu yang lain, yang selama itu mereka menunggu-nunggu kedatangannya, tetapi ternyata hujan datang terlambat.
Setelah berlalu beberapa waktu lagi mereka tetap menunggu-nunggunya, tetapi ternyata telat juga turunnya. Setelah itu hujan datang dengan tiba-tiba kepada mereka sesudah mereka berputus asa dan tidak ada harapan lagi. Setelah tanah mereka menjadi gersang dan tandus, tiba-tiba setelah hujan turun hiduplah bumi itu, lalu suburlah serta tumbuhlah berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.
Ayat 50
Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan: Maka perhatikanlah bekas-bekas rahmat Allah. (Ar-Rum: 50) Yakni hujan itu. Bagaimana Allah menghidupkan bumi yang sudah mati. (Ar-Rum: 50) Selanjutnya Allah subhaanahu wa ta’aalaa menegaskan bahwa tubuh-tubuh yang telah mati dan telah tercabik-cabik serta menjadi tulang belulang yang hancur, kelak akan dihidupkan kembali. Untuk itu Allah subhaanahu wa ta’aalaa berfirman: Sesungguhnya (Tuhan yang berkuasa seperti) demikian benar-benar (berkuasa) menghidupkan orang-orang yang telah mati. (Ar-Rum: 50) Artinya, Tuhan yang memperbuat hal tersebut benar-benar mampu menghidupkan orang-orang yang telah mati. Dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. (Ar-Rum: 50)
Ayat 51
Kemudian Allah subhaanahu wa ta’aalaa berfirman dalam firman berikutnya: Dan sungguh, jika Kami mengirimkan angin (kepada tumbuh-tumbuhan), lalu mereka melihat (tumbuh-tumbuhan itu) menjadi kuning (kering), benar-benar tetaplah mereka sesudah itu menjadi orang yang ingkar. (Ar-Rum: 51) Dalam ayat ini Allah subhaanahu wa ta’aalaa berfirman: Dan sungguh, jika Kami mengirimkan angin. (Ar-Rum: 51) yang kering kepada tumbuh-tumbuhan yang telah mereka tanam yang saat itu telah tumbuh dengan suburnya dan telah tegak di atas bulir-bulirnya. lalu mereka melihat (tumbuh-tumbuhan itu) menjadi kuning. (Ar-Rum: 51) Yakni kelihatan kering dan mulai rusak. benar-benar tetaplah mereka sesudah itu. (Ar-Rum: 51) Yaitu setelah melihat keadaan tersebut. menjadi orang yang ingkar. (Ar-Rum: 51) Maksudnya, mengingkari nikmat-nikmat Allah yang telah dilimpahkan kepada mereka sebelum itu.
Makna ayat ini sama dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya: Maka terangkanlah kepadaku tentang yang kamu tanam. (Al-Waqi'ah: 63) sampai dengan firman-Nya: "bahkan kami menjadi orang yang tidak mendapat hasil apa-apa. (Al-Waqi'ah: 67) Ibnu Abi Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Isa ibnut Taba', telah menceritakan kepada kami Hasyim, dari Ya'la ibnu Ata, dari ayahnya, dari Ubaidillah ibnu Amr yang mengatakan bahwa angin itu ada delapan macam.
Empat di antaranya mengandung rahmat, dan empat lainnya mengandung azab. Angin yang membawa rahmat ialah an-nasyirat (angin yang menyebarkan hujan), mubasysyirat (angin pembawa berita gembira akan turunnya hujan), mursalat (angin yang membawa awan yang mengandung hujan), dan az-zariyat (angin yang menerbangkan debu dan awan yang mengandung hujan). Angin yang mengandung azab atau bencana ialah al-'aqim (angin yang kering) dan angin sar-sar (angin yang menumbangkan pepohonan); kedua jenis angin ini terjadi di daratan. Adapun angin topan dan angin badai, kedua jenis angin ini terjadi di laut.
Apabila Allah subhaanahu wa ta’aalaa menghendaki untuk menjadikannya sebagai angin pembawa rahmat, maka Dia menjadikan angin itu pembawa kesuburan, rahmat, dan berita gembira sebelum turunnya hujan. Lalu angin itu membuahi awan sehingga awan menjadi padat mengandung air, sebagaimana pejantan membuahi betinanya hingga hamil. Jika Dia menghendaki untuk menjadikannya sebagai azab, maka Dia menjadikannya angin yang kering dan azab yang memedihkan, serta pembalasan dari-Nya terhadap orang-orang yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya. Angin itu akan berupa angin topan dan badai yang memporak-porandakan segala sesuatu yang dilandanya.
Angin itu bermacam-macam bila dipandang dari segi dari arah mana ia bertiup. Ada yang dinamakan angin saba, angin dabur, angin selatan, dan angin utara. Dan dipandang dari segi ciri khasnya mengandung manfaat dan akibatnya tersendiri yang berbeda-beda. Kalau angin itu lembut lagi basah, manfaatnya ialah menyuburkan tetumbuhan dan tubuh hewan. Sedangkan jenis lainnya menguruskannya, jenis lainnya lagi membinasakan dan menyebabkan penyakitan, yang lainnya lagi membuatnya tumbuh dan menguatkan, dan yang lainnya lagi merapuhkan serta melemahkannya.
Ibnu Abi Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ubaidillah anak saudara lelaki Ibnu Wahb, telah menceritakan kepada kami pamanku, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Iyasy,telah menceritakan kepadaku Abdullah ibnu Sulaiman, dari Darij, dari Isa ibnu Hilal Ash-Shadafi, dari Abdullah ibnu Amr yang mengatakan bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda, "Angin itu ditempatkan di bumi lapis kedua. Tatkala Allah hendak membinasakan kaum 'Ad, maka Dia memerintahkan kepada malaikat penjaga angin untuk mengirimkan angin besar guna membinasakan kaum 'Ad.
Malaikat penjaga angin berkata, 'Wahai Tuhanku, aku akan mengirimkan angin sebesar hidung banteng'. Maka Allah Yang Mahaperkasa berfirman kepadanya, 'Jangan, kalau begitu kamu akan membalikkan bumi beserta semua orang yang ada di permukaannya. Tetapi kirimkanlah kepada mereka angin sebesar lubang cincin'." Hal itulah yang dimaksudkan oleh Allah subhaanahu wa ta’aalaa dalam firman-Nya: angin itu tidak membiarkan sesuatu pun yang dilandanya, melainkan dijadikannya seperti serbuk. (Az-Zariyat: 42) Hadis ini berpredikat gharib, tidak dapat dikatakan sebagai hadis marfu', yang jelas hadis ini merupakan perkataan Abdullah ibnu Amr radhiyallaahu ‘anhu".
Padahal, sebelum hujan diturunkan kepada mereka, mereka benar-benar telah berputus asa dan tidak tahu harus berbuat apa. 50. Demikianlah cara Allah menurunkan hujan. Maka, perhatikanlah bekas-bekas rahmat Allah, berupa hujan, bagaimana Allah melalui air hujan itu menghidupkan bumi setelah mati atau kering. Sungguh, jika Allah mampu menghidupkan bumi yang sudah kering dengan air hujan, itu berarti Dia pasti berkuasa juga untuk menghidupkan manusia yang telah mati. Dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.
Kegembiraan itu akan dirasakan sekali oleh orang yang sudah lama mengalami kekeringan. Ketiadaan hujan dalam waktu yang lama membuat manusia putus asa. Keputusasaan itu segera sirna begitu hujan turun. Oleh karena itu, seharusnya mereka beriman dan bersyukur.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
KEMBALI PERINGATAN KEBESARAN ILAHI
Ayat 46
“Dan setengah dari tanda-tanda kebesman-Nya “
Untuk kamu perhatikan dengan saksama, sehingga kamu bertambah iman kepada Allah ﷻ dan bertambah takwa kepada-Nya. “Ialah bahwa Dia kirimkan angin pembawa kegembiraan." Maka berembuslah angin, lalu kita melihat ke udara, maka tampaklah awan mulai hendak berkumpul jadi hujan. Sebab itu angin yang berembus itu, sambil lalu telah mengembuskan pula berita yang gembira ke dalam hati orang yang sangat mengharapkan turun hujan. “Dan supaya memberikan rasa bagi kamu dari rahmat-Nya. Yang dimaksud dengan rahmat turun di sini ialah hujan. Hujan benar-benar menimbulkan rasa dalam hati, apakah lagi kalau kemarau sudah terlalu panjang.
Di samping hujan yang turun membawa rahmat, yaitu air yang jadi pangkal hidup, Allah ﷻ ingatkan pula, “Dan Dia layarkan bahtera dengan perintah-Nya." Di zaman dahulu kala berlayarnya segala kendaraan air hanya semata-mata mengharapkan angin. Sebab itu dipasanglah layar. Kapal-kapal besar mencari rempah dari Eropa, dari Portugis, Belanda dan Inggris dan lain-lain ke sebelah timur ini pun dahulu kala berlayar bergantung kepada angin. Sampai sekarang masih ada bahtera-bahtera yang dilayarkan dengan embusan angin itu, sebagaimana juga orang Cina, pincalang dan biduk, dan perahu orang Bugis, Mandar, Madura, dan lain-lain.
Tetapi sekarang, meskipun sudah terdapat kemajuan dalam pelayaran di lautan. Dari menaikkan layar, sampai kepada kapal uap, kapal mesin dan sekarang zaman memakai tenaga atom, namun semuanya itu pun masih mengharapkan ketentuan dari Allah SWT, meskipun kecelakaan di laut sudah berkurang. Karena manusia pun tidak pula berhenti mempergunakan akal yang dianugerahkan Allah ﷻ untuk memperbaiki pelayaran ini. “Dan supaya kamu mengharapkan dari karunia-Nya." Maka banyaklah karunia Allah ﷻ yang diharapkan manusia dalam pelayaran di laut itu. Karunia bagi nelayan dalam mengeluarkan isi lautan yang penuh persediaan makanan. Karunia dari hubungan manusia dari benua ke benua, pulau ke pulau, karena insan di satu daerah sangat memerlukan insan di daerah yang lain. Sebab tidak ada satu benua pun yang cukup persediaan di dalamnya.
“Dan mudah-mudahan kamu akan bersyukur."
Dengan berembusnya angin yang menjadi pengantar dari suasana gembira, dengan kita diberi rasa atau dzauq atau diperkinyami rahmat-Nya, karena hujan akan turun dan bumi akan subur, sudah sepatutnya bagi orang beriman jika dia bersyukur.
Ayat 47
“Dan sesungguhnya telah Kami utus sebelum engkau rasul-rasul kepada kaum mereka."
Dengan ini dibuktikan kepada Nabi kita ﷺ, bahkan kepada kita umat Muhammad ﷺ bahwasanya hubungan Allah ﷻ dengan kita manusia ini telah ada sejak manusia mendiami muka bumi. Allah ﷻ telah mengutus utusan-utusan-Nya ganti-berganti sebelum Muhammad ﷺ, dengan pokok kaji yang tidak berubah untuk selama-lamanya, yaitu tentang Adanya dan Esanya Allah ﷻ “Maka datanglah mereka (rasul-rasul) itu kepada mereka yaitu kaum mereka itu dengan keterangan-keterangan." Mereka datang memberikan keterangan, alasan-alasan dan bukti-bukti untuk menyadarkan akal pikiran mereka kepada jalan yang benar. “Maka Kami pun menyiksa terhadap yang telah durhaka di antara kaum itu." Adzab dan siksa diturunkan kepada mereka, sebagaimana tersebut di dalam surah-surah yang lain, yang mengisahkan perjuangan rasul-rasul itu memberi peringatan kaumnya. Tetapi tidaklah semua kaum itu kena siksaan.
“Dan adalah kewajiban atas Kami menolong orang-orang yang beriman."
Dalam ayat dituliskan “adalah hak atas Kami", tetapi di sini kita artikan kewajiban. Kewajiban di sini bukanlah kewajiban menurut istilah ahli ushul fiqih, “Berpahala barangsiapa mengerjakan dan berdosa barangsiapa meninggalkan." Kewajiban menurut ahli ilmu akhlak ialah perasaan yang halus dalam hati sanubari orang yang berbudi tinggi, yang mendorongnya akan berbuat baik. Namun kewajiban atas Allah ﷻ ialah bagian dari sifat Allah ﷻ itu sendiri. Karena satu di antara nama-nama Allah ﷻ itu ialah al-Haq, yang arti asalnya kebenaran, Maka adalah satu dari pelaksanaan kebenaran itu jika Allah ﷻ menolong orang yang beriman. Kalau kiranya Allah ﷻ tidak menolong orang yang beriman, niscaya tidaklah terlaksana sifat al-Haq itu.
Sekali lagi Allah ﷻ menguraikan turunnya hujan dalam susunan kata yang indah dan tidak membosankan bagi pencipta makhluk Allah ﷻ
Ayat 48
“Allah Dialah yang mengirimkan angin."
Di ayat ini sekali lagi Allah ﷻ menerangkan bahwa Dia mengirimkan angin. Angin yang dinyatakan sekarang ini lebih aktif sifatnya. Kita dapat melihat bahwa ada angin yang menghalaukan awan sehingga awan yang telah berkumpul bercerai-berai kembali, sampai tidak jadi hujan, atau terhalau hujan ke tempat lain. Tetapi di ayat ini diterangkan semacam angin lagi, “Maka Dia pun menggerakkan awan." Padahal pada hakikatnya awan itu adalah angin juga, tetapi angin yang telah tergabung jadi uap yang mengandung air. “Lalu mengembangkannya di langit sebagaimana yang Dia kehendaki."
Artinya bahwa angin itu mengembangkan awan, sesudah dia berarak-arak dari penjuru-penjuru tertentu, sampai hitam pekat. Semuanya itu menuruti kehendak Allah SWT, ke mana dia kelak akan dijatuhkan. “Dan Dia jadikan dianya bergumpal-gumpal." Bertambah tebal gumpalannya bertambah dia menghitam dan memberat. “Maka engkau lihatlah hujan keluar dari ‘celah-celahnya." Keluarlah hujan dari celah-celah gumpalan awan-awan yang tebal itu. Gumpalan tebal itulah yang dinamai dalam bahasa Melayu (Indonesia) dengan gabak. Ada pepatah, “Cewang di langit tanda akan panas, gabak di ulu tanda akan hujan."
“Maka apabila Dia menimpakannya," menimpakan hujan itu “kepada ba'iangsiapa yang Dia kehendaki demi hamba-hamba-Nya, tiba-tiba jadi gembiralah mereka."
Demikianlah digambarkan bagaimana kegembiraan manusia jika hujan lebat turun. Baik di negeri-negeri yang sukar datang hujan, sebagaimana di padang-padang pasir ataupun di tempat-tempat yang subur sekalipun, sebagaimana tanah air Indonesia ini, tetapi sedang musim kemarau. Karena banyak tanam-tanaman yang sangat bergantung kepada turunnya hujan.
Ayat 49
“Sungguh adalah mereka sebelum diturunkan atas mereka, dari sebelumnya mereka itu telah kebingungan."
Artinya bahwa mereka yang setelah turun hujan itu telah bergembira ria sebab tanaman akan tumbuh subur kembali, sebelumnya sudah kebingungan karena putus asa. Tidak tahu lagi apa yang akan dibuat karena tidak dapat usaha manusia mengatasinya. Sehingga kadang-kadang tanaman yang diharapkan akan segera diambil hasilnya, tiba-tiba jadi kayu dan kering.
Ayat 50
“Maka pandanglah kepada bekas-bekas rahmat Allah itu."
Artinya janganlah lupa memandangi bekas-bekas dari rahmat Allah ﷻ itu. Betapa tanaman yang tadinya nyaris mati, sekarang karena disiram air hujan pucuknya tegak kembali dan padang tempat menanam itu telah kembali menghijau, telah kembali hidup. Lalu pikirkanlah lebih jauh, “Betapa Dia menghidupkan bumi sesudah matinya." Kadang-kadang dalam masa hujan yang turun hanya kira-kira sepuluh menit, namun mulai besok pagi bumi itu telah kelihatan hidup dan gembira. “Sesungguhnya demikian itulah Dia menghidupkan yang mati." Dari kejadian bumi subur sesudah hujan itu ambillah perbandingan bahwa orang yang telah beribu-ribu tahun mati, bisa dihidupkan Allah ﷻ kembali.
“Sesungguhnya Dia atas tiap-tiap sesuatu adalah Maha Menentukan."
Yang kalau kita tidak tahu bagaimana rahasianya, bukanlah berarti bahwa Allah ﷻ tidak kuasa menentukannya.
Ayat 51
“Akan tetapi sesungguhnya jika Kami kirimkan semacam angin."
Yaitu angin keras yang menyebabkan tanaman itu jadi rusak. Seumpama angin musim “samun" di Tanah Arab, atau angin lain yang bercampur topan. “Maka mereka lihatlah dianya jadi kuning," kering dan hangus,
“Niscaya tetaplah mereka jadi orang yang kafir."
.