Ayat
Terjemahan Per Kata
فِي
dalam
بِضۡعِ
beberapa
سِنِينَۗ
tahun
لِلَّهِ
bagi Allah
ٱلۡأَمۡرُ
urusan
مِن
dari
قَبۡلُ
sebelum
وَمِنۢ
dan dari
بَعۡدُۚ
sesudah
وَيَوۡمَئِذٖ
dan pada hari itu
يَفۡرَحُ
bergembira
ٱلۡمُؤۡمِنُونَ
orang-orang yang beriman
فِي
dalam
بِضۡعِ
beberapa
سِنِينَۗ
tahun
لِلَّهِ
bagi Allah
ٱلۡأَمۡرُ
urusan
مِن
dari
قَبۡلُ
sebelum
وَمِنۢ
dan dari
بَعۡدُۚ
sesudah
وَيَوۡمَئِذٖ
dan pada hari itu
يَفۡرَحُ
bergembira
ٱلۡمُؤۡمِنُونَ
orang-orang yang beriman
Terjemahan
dalam beberapa tahun (lagi). Milik Allahlah urusan sebelum dan setelah (mereka menang). Pada hari (kemenangan bangsa Romawi) itu bergembiralah orang-orang mukmin
Tafsir
(Dalam beberapa tahun lagi) pengertian lafal bidh'u siniina adalah mulai dari tiga tahun sampai dengan sembilan atau sepuluh tahun. Kedua pasukan itu bertemu kembali pada tahun yang ketujuh sesudah pertempuran yang pertama tadi. Akhirnya dalam pertempuran ini pasukan Romawi berhasil mengalahkan pasukan kerajaan Persia. (Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudahnya) yakni sebelum bangsa Romawi menang dan sesudahnya. Maksudnya, pada permulaannya pasukan Persia dapat mengalahkan pasukan Romawi, kemudian pasukan Romawi menang atas mereka dengan kehendak Allah. (Dan di hari itu) yakni di hari kemenangan bangsa Romawi (bergembiralah orang-orang yang beriman).
Tafsir Surat Ar-Rum: 1-7
Alif Lam Mim. Telah dikalahkan bangsa Romawi di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang dalam beberapa tahun (lagi). Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang). Dan di hari (kemenangan bangsa Romawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman, karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Dialah Yang Mahaperkasa lagi Maha Penyayang, (sebagai) janji yang sebenar-benarnya dari Allah. Allah tidak akan menyalahi janji-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedangkan mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai. (Ar-Rum: 1-7)
Ayat 1
Ayat-ayat ini diturunkan ketika Sabur (Raja Persia) berhasil mengalahkan tentara Romawi dan berhasil merebut negeri-negeri Syam serta bagian lainnya yang termasuk ke dalam wilayah kerajaan Romawi dari tanah Jazirah Arabia, juga sebagian besar wilayah kerajaan Romawi, sehingga Kaisar Romawi Heraklius terpaksa mundur dan mengungsi ke kota Konstantinopel. Ia dikepung oleh Raja Sabur dan bala tentaranya di kota Konstantinopel dalam waktu yang cukup lama, tetapi pada akhirnya kawasan kerajaan Romawi berhasil direbut kembali oleh Heraklius dari tangan orang-orang Persia, sebagaimana yang akan dijelaskan berikutnya.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muawiyah ibnu Amr, telah menceritakan kepada kami Abu Ishaq, dari Sufyan Ats-Tsauri, dari Habib ibnu Abu Umrah, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas radhiyallaahu ‘anhu yang telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Alif Lam Mim. Telah dikalahkan bangsa Romawi di negeri yang terdekat. (Ar-Rum: 1-3) Yakni dikalahkan dan dikalahkan. Ibnu Abbas menceritakan bahwa dahulu orang-orang musyrik merasa suka bila orang-orang Persia beroleh kemenangan atas orang-orang Romawi, karena orang-orang Persia adalah penyembah berhala sama dengan mereka.
Sedangkan kaum muslim merasa suka bila orang-orang Romawi beroleh kemenangan atas orang-orang Persia, karena orang-orang Romawi adalah Ahli Kitab sama dengan mereka. Kemudian Abu Bakar menceritakan hal tersebut kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam Maka beliau shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda: Ingatlah, sesungguhnya mereka (orang-orang Romawi) akan beroleh kemenangan. Lalu Abu Bakar menceritakan hal tersebut kepada orang-orang Musyrik. Maka mereka berkata, "Marilah kita menentukan batas waktunya antara kami dan kamu. Jika tebakan kami tepat, maka kami mendapat anu dan anu; dan jika tebakanmu tepat, kamu beroleh anu dan anu." Maka masa yang ditentukan oleh Abu Bakar adalah lima tahun, dan ternyata pasukan Romawi tidak mengalami kemenangan.
Lalu Abu Bakar menceritakan hal itu kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam Maka Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, "Mengapa tidak engkau jadikan masa itu di bawah sepuluh tahun (di atas lima tahun)?" Sa'id ibnu Jubair mengatakan bahwa masa itu di bawah sepuluh tahun, kemudian barulah orang-orang Romawi beroleh kemenangan. Sa'id ibnu Jubair mengatakan, bahwa itulah yang dimaksud oleh firman-Nya: Alif Lam Mim. Telah dikalahkan bangsa Romawi di negeri yang terdekat, dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang. (Ar-Rum: 1-3) sampai dengan firman-Nya: Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang. (Ar-Rum: 5) Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi dan Imam An-Nasai yang keduanya dari Al-Husain ibnul Hurayyis, dari Muawiyah ibnu Amr, dari Abu Ishaq Al-Fazzari, dari Sufyan Ats-Tsauri dengan sanad yang sama.
Imam At-Tirmidzi mengatakan bahwa hadis ini hasan gharib, sesungguhnya kami mengenal hadis ini hanya melalui riwayat Sufyan, dari Habib. Ibnu Abi Hatim meriwayatkannya dari Muhammad ibnu Ishaq As-San'ani, dari Muawiyah ibnu Amr dengan sanad yang sama. Ibnu Jarir meriwayatkannya, bahwa telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Musanna, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Sa'id atau Sa'id As'-Sa'labi yang dikenal dengan sebutan Abu Sa'id, dari kalangan ulama Tartus, telah menceritakan kepada kami Abu Ishaq Al-Fazzari, lalu ia menyebutkan hadis yang semisal.
Dan dalam riwayat mereka disebutkan bahwa Sufyan Ats-Tsauri mengatakan, telah sampai kepadanya berita yang menyatakan bahwa orang-orang Romawi mengalami kemenangan sesudah pecahnya Perang Badar. Hadis lain, Sulaiman ibnu Marhan Al-A'masy telah meriwayatkan dari Muslim, dari Masruq yang telah menceritakan bahwa Abdullah pernah berkata, "Ada lima perkara yang telah berlalu, yaitu asap, azab, pembalasan, rembulan, dan Romawi." Diketengahkan oleh Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Waki', telah menceritakan kepada kami Al-Muharibi, dari Daud ibnu Abu Hindun, dari Amir Asy-Sya'bi, dari Abdullah ibnu Mas'ud radhiyallaahu ‘anhu yang telah mengatakan bahwa dahulu bangsa Persia beroleh kemenangan atas bangsa Romawi, dan orang-orang musyrik merasa senang bila bangsa Persia menang atas bangsa Romawi. Sedangkan kaum muslim merasa senang bila bangsa Romawi beroleh kemenangan atas bangsa Persia, karena bangsa Romawi adalah Ahli Kitab yang kaum muslim lebih dekat kepada mereka dalam hal agama daripada bangsa Persia yang pagan.
Ketika ayat berikut diturunkan, yaitu firman-Nya: Alif Lam Mim. Telah dikalahkan bangsa Romawi di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang dalam beberapa tahun lagi. (Ar-Rum: 1-4) Mereka (kaum musyrik) mengatakan, "Hai Abu Bakar, sesungguhnya temanmu telah mengatakan bahwa bangsa Romawi akan beroleh kemenangan atas bangsa Persia dalam masa beberapa tahun mendatang." Abu Bakar menjawab, "Benar." Mereka berkata, "Maukah kamu bertaruh dengan kami?" Maka mereka sepakat dengan Abu Bakar menjadikan taruhannya empat ekor unta dengan jarak masa tujuh tahun.
Ternyata setelah berlalu masa tujuh tahun tidak terjadi sesuatu apa pun, maka orang-orang musyrik pun bergembira dengan hal tersebut, sehingga kaum muslim merasa berat atas kekalahannya. Kemudian hal tersebut diceritakan kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam Maka Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda: "Apakah pengertian beberapa tahun di kalangan kalian? Mereka menjawab, "Di bawah sepuluh tahun. Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, "Pergilah dan tantanglah mereka untuk bertaruh lagi dan tambahlah masanya dua tahun lagi. Abdullah ibnu Mas'ud melanjutkan kisahnya, bahwa belum lagi masa dua tahun habis, datanglah kafilah yang membawa berita tentang kemenangan bangsa Romawi atas bangsa Persia. Maka kaum mukmin bergembira dengan berita tersebut, dan Allah subhaanahu wa ta’aalaa menurunkan firman-Nya: Alif Lam Mim. Telah dikalahkan bangsa Romawi. (Ar-Rum: 1-2) sampai dengan firman-Nya: (sebagai) janji yang sebenar-benarnya dari Allah. Allah tidak akan menyalahi janji-Nya. (Ar-Rum: 6)
Hadis lain. Ibnu Abi Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Umar Al-Waki'i, telah menceritakan kepada kami Mu-min, dari Israil, dari Abu Ishaq, dari Al-Barra yang telah menceritakan bahwa ketika diturunkan firman-Nya: Alif Lam Mim. Telah dikalahkan bangsa Romawi di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang. (Ar-Rum: 1-3) Orang-orang musyrik berkata kepada Abu Bakar, "Tidakkah kamu lihat apa yang telah dikatakan oleh temanmu (Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam), dia menduga bahwa bangsa Romawi akan mengalahkan bangsa Persia." Abu Bakar menjawab, "Benar apa yang dikatakan oleh temanku itu." Mereka berkata, "Maukah kamu bertaruh dengan kami?" Maka Abu Bakar menerima tantangan mereka dan menetapkan batas waktu yang dijadikan pegangan antara Abu Bakar dan mereka.
Setelah batas waktu itu berlalu, ternyata bangsa Romawi masih belum beroleh kemenangan atas bangsa Persia. Ketika berita itu sampai kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam, maka beliau merasa sukacita dan tidak senang mendengarnya, lalu beliau shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda kepada Abu Bakar, "Apakah yang mendorongmu berani berbuat demikian?" Abu Bakar menjawab, "Sebagai bukti membenarkan Allah dan Rasul-Nya." Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda kepada Abu Bakar, "Tantanglah mereka lagi, besarkanlah taruhannya, dan jadikanlah batas waktunya sampai beberapa tahun (lagi)." Orang-orang musyrik kembali datang menemui Abu Bakar, maka Abu Bakar berkata, "Maukah kalian kutantang lagi, karena mengulangi hal ini lebih baik?" Mereka menjawab, "Baiklah." Ternyata belum lagi habis beberapa tahun yang dimaksud, bangsa Romawi menang atas bangsa Persia sehingga orang-orang Romawi menambatkan kuda-kuda mereka di kota-kota besar (negeri Syam), dan mereka membangun kota Ar-Rumiyah.
Lalu datanglah Abu Bakar kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam Maka Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, "Itu adalah harta haram, maka sedekahkan harta tersebut (yang dihasilkan dari taruhan itu)." Hadis lain. Abu Isa At-At-Tirmidzi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ismail, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Abu Uwais, telah menceritakan kepadaku Ibnu Abiz Zanad, dari Urwah ibnu Zubair, dari Niyar ibnu Makram Al-Aslami yang telah menceritakan bahwa ketika diturunkan firman-Nya: Alif Lam Mim. Telah dikalahkan bangsa Romawi di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang dalam beberapa tahun lagi. (Ar-Rum: 1-4) Saat ayat ini diturunkan bangsa Persia beroleh kemenangan atas bangsa Romawi dan mengalahkan mereka.
Dan kaum muslim senang bila bangsa Romawi beroleh kemenangan atas bangsa Persia, karena bangsa Romawi dan mereka sama-sama Ahli Kitabnya (yakni agama yang mempunyai kitab suci). Sehubungan dengan peristiwa tersebut diturunkan firman-Nya: Dan di hari (kemenangan bangsa Romawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman, karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Dialah Yang Mahaperkasa lagi Maha Penyayang. (Ar-Rum: 4-5) Sedangkan orang-orang musyrik Quraisy suka bila bangsa Persia beroleh kemenangan, karena mereka semua bukan Ahli Kitab, juga sama-sama tidak beriman terhadap hari berbangkit.
Setelah ayat-ayat tersebut diturunkan, Abu Bakar keluar ke sekeliling penjuru kota Mekah seraya membacakan firman-Nya dengan suara keras, yaitu: Alif Lam Mim. Telah dikalahkan bangsa Romawi di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang dalam beberapa tahun (lagi). (Ar-Rum: 1-4) Maka segolongan orang-orang musyrik Quraisy berkata kepada Abu Bakar, "Peristiwa tersebut menyangkut antara kami dan kalian, teman kalian mengira bahwa bangsa Romawi akan menang atas bangsa Persia dalam beberapa tahun mendatang, maukah kamu bertaruh dengan kami untuk hal ini?" Abu Bakar menjawab, "Ya, saya setuju." Demikian itu terjadi sebelum diharamkannya taruhan.
Maka Abu Bakar bertaruh dengan orang-orang musyrik dan mereka saling menetapkan jumlah taruhan itu. Orang-orang Quraisy berkata kepada Abu Bakar, "Kita sepakat menamakan beberapa tahun dimulai dari tiga tahun sampai sembilan tahun. Bagaimana kalau kita tetapkan batas pertengahan di antara kamu dan kami untuk kita jadikan pegangan?" Akhirnya mereka sepakat menetapkan batas pengertian beberapa tahun itu dengan pengertian pertengahan menjadi enam tahun.
Setelah berlalu masa enam tahun, ternyata bangsa Romawi masih belum beroleh kemenangan. Akhirnya orang-orang musyrik menarik taruhan Abu Bakar, dan setelah masuk tahun yang ketujuh barulah bangsa Romawi beroleh kemenangan atas bangsa Persia. Kaum muslim mencela sikap Abu Bakar yang setuju dengan batas masa enam tahun, padahal Allah subhaanahu wa ta’aalaa telah berfirman dalam Kitab-Nya, "Beberapa tahun." Dengan terjadinya peristiwa tersebut banyak orang yang masuk Islam. Demikianlah menurut teks yang diketengahkan oleh Imam At-Tirmidzi. Kemudian Imam At-Tirmidzi mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih, kami tidak mengenalnya melainkan melalui riwayat Abdur Rahman ibnu Abuz Zanad.
Hal yang semisal telah diriwayatkan secara mursal bersumber dari sejumlah tabi'in, seperti Ikrimah, Asy-Sya'bi, Mujahid, Qatadah, As-Suddi, dan Az-Zuhri serta lain-lainnya. Di antara teks yang paling gharib sehubungan dengan kisah ini adalah apa yang telah diriwayatkan oleh Imam Sunaid ibnu Daud di dalam kitab tafsirnya.
Ia mengatakan: telah menceritakan kepadaku Hajjaj, dari Abu Bakar ibnu Abdullah, dari Ikrimah yang menceritakan bahwa di negeri Persia terdapat seorang wanita yang semua putranya adalah pendekar-pendekar dalam perang. Maka Kisra (Raja Persia) mengundangnya dan mengatakan kepadanya, "Sesungguhnya aku berniat akan mengirimkan sejumlah pasukan untuk melawan bangsa Romawi, dan aku ingin agar yang memimpin pasukan itu adalah seorang lelaki dari anak-anakmu.
Maka kemukakanlah pendapatmu kepadaku, siapakah yang pantas aku gunakan untuk tugas ini?" Wanita itu menjawab, "Inilah si Fulan, dia lebih licik daripada musang dan lebih awas daripada burung elang. Ini si Farkhan, dia lebih tajam daripada ujung tombak. Dan ini si Syahriraz, dia lebih hati-hati daripada semuanya. Silahkan pilih, mana di antara mereka yang engkau sukai." Raja Persia berkata, "Sesungguhnya aku akan memakai orang yang paling hati-hati dari mereka." Maka Raja Persia mengangkat Syahriraz sebagai panglima pasukannya.
Syahriraz berangkat membawa pasukan Persia menuju ke negeri Romawi, dan ternyata dia berhasil memenangkan peperangan, banyak tentara Romawi yang gugur dalam perang itu; Syahriraz merusak kota-kota besar negeri Romawi dan menebangi pohon-pohon zaitunnya. Abu Bakar ibnu Abdullah (perawi) menceritakan kisah ini kepada ‘Atha’Al-Khurrasani, maka ‘Atha’berkata, "Sudahkah kamu melihat negeri Syam?" Aku (Abu Bakar ibnu Abdullah) menjawab, "Belum." ‘Atha’berkata, "Ingatlah, bila kamu berkunjung ke negeri Syam, tentulah kamu akan menyaksikan kota-kota besar yang telah dihancurkan dan pohon-pohon zaitun yang telah ditebangi." Sesudah itu aku pergi berkunjung ke negeri Syam, dan ternyata aku menyaksikan bekas-bekas tersebut.
‘Atha’Al-Khurasani mengatakan, telah menceritakan kepadaku Yahya ibnu Ya'mur, bahwa Kaisar Romawi mengirimkan seorang panglima perang bernama Qatmah untuk memimpin pasukan Romawi, sedangkan Kisra mengirimkan Syahriraz untuk memimpin pasukan Persia. Kedua pasukan bertemu dalam medan perang di antara azri'at dan Basra, kawasan negeri Syam yang paling dekat dengan kalian (orang Arab). Akhirnya pasukan Romawi dikalahkan oleh pasukan Persia. Mendengar berita tersebut orang-orang musyrik Quraisy merasa senang, sedangkan kaum muslim tidak suka dengan berita itu.
Orang-orang musyrik menjumpai sahabat Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam dan mengatakan, "Sesungguhnya kalian Ahli Kitab dan orang Nasrani pun Ahli Kitab, sedangkan kami adalah orang-orang ummi. Dan saudara-saudara kami bangsa Persia (yakni dalam hal akidah) beroleh kemenangan atas saudara-saudara kalian Ahli Kitab. Dan sesungguhnya jika kalian memerangi kami, pastilah kami pun akan beroleh kemenangan atas kalian." Maka Allah subhaanahu wa ta’aalaa menurunkan firman-Nya: Alif Lam Mim, Telah dikalahkan bangsa Romawi di negeri yang terdekat. (Ar-Rum: 1-3) sampai dengan firman-Nya: Dia menolong siapa yang dikehendaki-Nya. (Ar-Rum: 5) Maka keluarlah Abu Bakar menemui orang-orang kafir dan mengatakan kepada mereka, "Apakah kalian merasa gembira dengan kemenangan saudara-saudara kalian atas saudara-saudara kami, janganlah kalian bergembira dahulu, kelak Allah pasti akan membuat hati kalian tidak senang.
Demi Allah, sesungguhnya Dia akan memenangkan bangsa Romawi atas bangsa Persia; hal ini telah diberitakan kepada kami oleh Nabi kami." Maka bangkitlah Ubay Ibnu Khalaf, lalu berkata, "Hai Abu Fudail (nama julukan lain Abu Bakar), kamu dusta." Abu Bakar berkata kepadanya, "Engkau lebih dusta, hai musuh Allah." Ubay berkata, "Aku berani bertaruh denganmu sepuluh ekor unta dariku dan sepuluh ekor unta darimu.
Jika bangsa Romawi menang atas bangsa Persia, maka aku kalah. Dan jika bangsa Persia tetap menang, maka engkaulah yang kalah. Kita tunggu sampai tiga tahun mendatang." Kemudian Abu Bakar datang menghadap Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam dan menceritakan hal tersebut kepadanya. Maka Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, "Bukan demikian yang kumaksudkan, sesungguhnya pengertian beberapa tahun itu adalah antara tiga sampai sembilan tahun. Sekarang tambahlah taruhannya dan perpanjanglah masanya." Abu Bakar keluar, lalu menjumpai Ubay. Ubay langsung berkata kepadanya, "Barangkali kamu menyesal." Abu Bakar menjawab, "Tidak, sekarang aku akan menambah taruhanku kepadamu dan memperpanjang masanya.
Aku setuju bertaruh dengan seratus ekor unta sampai dengan masa sembilan tahun." Ubay menjawab, "Saya setuju." Dan ternyata belum lagi masa sembilan tahun habis, bangsa Romawi beroleh kemenangan atas bangsa Persia, akhirnya kaum muslim berhasil memenangkan taruhan itu. Ikrimah melanjutkan kisahnya, bahwa setelah bangsa Persia beroleh kemenangan atas bangsa Romawi, Farkhan (saudara Syahriraz) duduk sambil minum-minum, lalu berkata kepada teman-teman bawahannya, "Sesungguhnya aku bermimpi seakan-akan diriku sedang duduk di atas singgasana Kisra (Raja Persia)." Ternyata pembicaraannya itu disadap, lalu sampai ke Kisra.
Maka Kisra menulis surat perintah kepada Syahriraz yang isinya mengatakan, "Jika engkau telah membaca suratku ini, kirimkanlah kepadaku kepala Farkhan." Syahriraz menjawab surat Kisra dengan mengatakan, "Wahai tuan raja, sesungguhnya engkau tidak akan dapat menjumpai orang yang seperti Farkhan. Dia ahli dalam bersiasat perang dan sangat disegani oleh lawan, jangan engkau lakukan hal tersebut." Maka Kisra menjawab suratnya, "Sesungguhnya di kalangan pasukan Persia banyak dijumpai orang yang mampu menggantikan kedudukannya.
Sekarang serahkanlah kepala Farkhan kepadaku." Syahriraz kembali menjawab surat Kisra dan masih belum memenuhi perintahnya. Maka Kisra berkirim surat kepada pasukan Persia yang isinya mengatakan, "Sesungguhnya aku telah memecat Syahriraz sebagai panglima kalian, dan sebagai penggantinya aku angkat Farkhan." Kemudian Kisra menulis surat rahasia kepada penyampai suratnya seraya mengatakan kepadanya, "Jika Farkhan telah menjabat sebagai panglima perang dan saudaranya (yaitu Syahriraz) tunduk kepadanya, maka berikanlah surat rahasia ini kepadanya." Setelah Syahriraz membaca surat Kisra, ia mengatakan, "Aku tunduk dan patuh kepada perintah Kisra," lalu ia turun dari jabatannya dan kedudukannya diganti oleh Farkhan.
Maka surat rahasia itu disampaikan kepada Farkhan. Setelah ia membaca surat itu, berkatalah ia, "Hadapkanlah kepadaku Syahriraz." Ketika Syahriraz telah dihadapkan kepadanya, Farkhan bersiap-siap hendak memenggal kepalanya, tetapi Syahriraz berkata, "Jangan terburu-buru, sebelum aku menulis surat wasiatku." Farkhan menjawab, "Baiklah." Maka Syahriraz mengambil arsip dan memberikan kepada Farkhan beberapa lembar surat seraya berkata, "Semua surat ini membuktikan sanggahanku terhadap Kisra sehubungan dengan hukuman mati atas dirimu, dan sekarang engkau hendak membunuhku hanya dengan sebuah surat saja." Maka Farkhan menyerahkan kembali tampuk kepemimpinan kepada saudaranya Syahriraz.
Lalu Syahriraz berkirim surat kepada Kaisar Romawi yang isinya mengatakan, "Sesungguhnya aku mempunyai keperluan penting denganmu yang tidak dapat disampaikan melalui juru kirim surat dan tidak dapat ditulis di dalam lembaran-lembaran kertas, melainkan harus kusampaikan secara langsung kepadamu. Temuilah aku dengan membawa lima puluh orang pasukan Romawi, aku pun akan menemuimu hanya dengan membawa lima puluh orang pasukan Persia." Tetapi Kaisar Romawi datang dengan membawa lima ratus ribu orang pasukan dan memasang mata-matanya dijalan yang akan dilaluinya.
Dia merasa khawatir bila berita ini hanya semata-mata tipu muslihat dari pihak musuh yang hendak menjebaknya. Kemudian datanglah mata-matanya melaporkan bahwa Syahriraz datang hanya dengan membawa lima puluh orang personil pasukannya. Kemudian raja (panglima pasukan) Romawi menyambut kedatangan panglima pasukan Persia dan keduanya mengadakan pertemuan di dalam sebuah tenda sutra yang khusus dibuat untuk pertemuan ini. Masing-masing pihak hanya membawa sebuah belati, lalu masing-masing pihak memanggil juru terjemahnya.
Maka Syahriraz membuka pembicaraan, "Sesungguhnya orang-orang yang merusak kota-kota besarmu adalah aku dan saudaraku dengan tipu muslihat kami dan berkat keberanian kami. Dan sesungguhnya sekarang Kisra (Raja Persia) merasa dengki terhadap kami. Dia ingin agar aku membunuh saudaraku, tetapi aku menolaknya. Setelah itu Kisra memerintahkan kepada saudaraku untuk membunuhku. Sekarang kami berdua telah dipecat dari jabatan kami, dan berniat akan memeranginya bersama-sama denganmu." Panglima pasukan Romawi berkata, "Kamu berdua benar." Kemudian salah satu pihak berisyarat kepada pihak lain yang mengandung arti bahwa rahasia itu harus dipegang oleh dua orang.
Bila lebih dari itu, maka rahasia tersebut akan terbongkar. Pihak yang lain memahami isyarat tersebut, lalu keduanya membunuh juru terjemahnya masing-masing dengan pisau belati. Setelah kejadian itu Allah membinasakan Kisra (yakni membuatnya kalah dalam peperangan), dan beritanya sampai kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam pada hari Perjanjian Hudaibiyah. Maka bergembiralah hati beliau bersama kaum muslim yang ada bersamanya saat itu. Hadis ini berpredikat gharib, begitu pula teksnya. Berikutnya kita akan membahas tentang ayat-ayat yang mulia ini.
Firman Allah subhaanahu wa ta’aalaa: Alif Lam Mim. Telah dikalahkan bangsa Romawi. (Ar-Rum: 1-2) Dalam pembahasan terdahulu telah dijelaskan huruf-huruf hijaiyah yang mengawali kebanyakan surat-surat Al-Qur'an di dalam tafsir surat Al-Baqarah.
Ayat 2
Bangsa Romawi berasal dari keturunan Al-Isa ibnu Ishaq ibnu Ibrahim ‘alaihissalaam, mereka adalah anak-anak paman Bani Israil, dan dikenal dengan nama "orang-orang yang berkulit kuning (putih)." Mereka pada mulanya berpegang kepada agama orang-orang Yunani. Bangsa Yunani berasal dari keturunan Yafis ibnu Nuh, anak-anak paman nenek moyang bangsa Turki.
Mereka menyembah bintang-bintang yang beredar yang jumlahnya ada tujuh buah, dikenal pula dengan sebutan al-mutahayyirah.Salat mereka menghadap ke arah utara; merekalah orang-orang yang membangun kota Dimasyq dan membangun kuil-kuilnya, yang di dalamnya terdapat mihrab-mihrab yang menghadap ke arah utara. Orang-orang Romawi pada mulanya memeluk agama mereka sampai dengan masa diutus-Nya Al-Masih, yakni tiga ratus tahun kemudian.
Raja dari kalangan mereka yang berhasil menguasai seluruh kawasan negeri Syam bersama Jazirah Arabia disebut dengan julukan kaisar. Raja pertama yang memeluk agama Nasrani dari kalangan raja-raja Romawi adalah Konstantin ibnu Qastus. Ibunya bernama Maryam Al-Hailaniyah Al-Gandaqiyah dari tanah Haran. Pada mulanya dialah yang lebih dahulu masuk agama Nasrani, lalu mengajak anaknya untuk memeluk agama Nasrani.
Semula Kaisar Romawi adalah seorang ahli filsafat, akhirnya ia mengikuti ajakan ibunya. Menurut suatu pendapat, ia mau masuk Nasrani hanya semata-mata karena alasan diplomatis, dan akhirnya orang-orang Nasrani tunduk patuh kepadanya serta sepakat mendukungnya. Di masa pemerintahannya mereka berdebat dengan Abdullah ibnu Arius, lalu mereka berselisih pendapat dengan perselisihan yang banyak. Pendapat mereka bermacam-macam, dan berpecah belahlah mereka menjadi banyak golongan dan aliran.
Hanya ada sebagian dari mereka yang terdiri dari 318 orang uskup bersatu dan sepakat di antara sesama mereka. Selanjutnya mereka membuat-buat akidah untuk diserahkan kepada Kaisar Konstantin. Hal ini mereka sebut dengan istilah "Amanat yang besar," padahal sesungguhnya hal tersebut tiada lain merupakan pengkhianatan yang rendah. Mereka membuat undang-undang buat Konstantin berupa hukum-hukum yang menyangkut masalah halal dan haram serta hal-hal lainnya yang diperlukan oleh golongan mereka.
Akhirnya mereka mengubah agama Al-Masih Isa ‘alaihissalaam dan melakukan penambahan serta pengurangan padanya. Mereka salat menghadap ke arah timur dan mengganti hari Sabtu dengan hari Ahad. Mereka menyembah salib, menghalalkan babi, dan membuat-buat hari perayaan yang mereka ada-adakan seperti hari raya salib, hari raya kudus, dan lain sebagainyayang merupakan buat-buatan mereka sendiri. Kemudian mereka mengangkat buat Konstantin seorang paulus yang merupakan pemimpin agama mereka, lalu patrik, lalu kardinal, lalu uskup dan pendeta.
Mereka membuat-buat ruhbaniyah (kerahiban). Sedangkan kaisar sendiri membangun untuk mereka gereja-gereja dan tempat-tempat peribadatan, lalu membangun sebuah kota yang namanya dinisbatkan kepada namanya sendiri, yaitu Konstantinopel. Menurut suatu pendapat, di masa pemerintahannya dia membangun sepuluh ribu gereja dan membangun Baitul Lahm dengan memiliki tiga mihrab, sedangkan ibunya membangun Al-Qumamah. Mereka yang telah disebutkan di atas menamakan dirinya dengan sebutan Mulkiyah, yakni orang-orang yang sealiran dengan agama raja.
Setelah itu muncul sekte baru yang disebut dengan Ya'qubiyah, yaitu pengikut Ya'qub seorang uskup, kemudian muncul pula sekte Nustur pengikut Nustur. Mereka menjadi beberapa sekte dan golongan yang banyak jumlahnya, sebagaimana yang disebutkan oleh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam: Sesungguhnya mereka berpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan. Kesimpulannya ialah mereka tetap berpegang pada agama Nasrani. Setiap kali Kaisar meninggal dunia, kedudukannya diganti oleh penggantinya hingga kaisar yang terakhir bernama Heraklius.
Dia adalah seorang cendekiawan, raja yang berwibawa, paling luas wawasannya, serta paling jitu pendapatnya. Di bawah kepemimpinannya kekaisaran Romawi mencapai masa keemasannya sehingga sebanding dengan kerajaan Persia. Kisra (Raja Persia) menguasai banyak negeri yang luas, seperti Irak, Khurrasan, Ray, dan negeri-negeri lainnya yang bukan bangsa Arab penduduknya. Nama Raja Persia saat itu adalah Sabur yang dijuluki dengan nama Zul Aktaf.
Kerajaan Persia jauh lebih besar daripada kerajaan Romawi; tampuk kepemimpinan orang-orang 'Ajam dan bangsa Persia berada di tangan kekuasaannya, mereka adalah penyembah api.
Ayat 3
Dalam riwayat yang bersumber dari Ikrimah telah disebutkan bahwa Kisra mengirimkan para pembantunya dan pasukannya untuk memerangi Kaisar Romawi. Tetapi menurut pendapat yang terkenal, Kisra sendirilah yang memerangi Kaisar Romawi dan negerinya sehingga berhasil mengalahkan kaisar dan memukul mundur pasukannya, dan kaisar terpaksa berlindung di dalam benteng ibu kota negerinya, yaitu Konstantinopel.
Kisra mengepung kota Konstantinopel dalam waktu yang cukup lama sehingga membosankannya. Orang-orang Nasrani sangat mengagungkan kota Konstantinopel, sedangkan Kisra tidak mampu menaklukkan kota tersebut karena bentengnya yang sangat kuat dan letaknya sangat strategis. Demikian itu karena bagian muka benteng Konstantinopel menghadap ke daratan, sedangkan bagian belakangnya menghadap ke laut. Semua perbekalan dan bahan makanan datang ke Konstantinopel dari arah laut.
Setelah pengepungan itu berlangsung cukup lama, Kisra merencanakan tipu muslihat yang telah ia pikirkan dengan masak-masak sebelumnya. Untuk itu ia meminta kepada Kisra agar pergi dari negerinya dengan imbalan sejumlah harta yang disetujui oleh Kisra dengan syarat bahwa pihak kaisar diperbolehkan mengajukan persyaratan menurut apa yang disukainya. Permintaan kaisar disetujui oleh Kisra, lalu Kisra meminta harta yang banyak sekali jumlahnya kepada kaisar sehingga tiada seorang raja pun di dunia ini yang mampu memenuhinya.
Harta tersebut berupa emas, perhiasan, pakaian, pelayan-pelayan wanita dan pria, serta berbagai macam permintaan lainnya. Semuanya itu disetujui oleh kaisar, dan kaisar memberikan jaminan dengan pura-pura bahwa semua yang diminta oleh Kisra itu dimilikinya. Sedangkan kenyataannya ketika Kisra mengajukan apa yang dia minta itu, dalam benak kaisar terbayangkan bahwa seandainya dia dan Kisra mengumpulkan semua harta kekayaannya, tentulah tidak akan mencapai sepersepuluh dari apa yang diminta oleh Kisra.
Kaisar meminta kepada Kisra untuk memberinya kesempatan keluar dari benteng menuju negeri Syam dan kawasan-kawasan kerajaan Romawi lainnya dengan alasan akan menghimpun dana tersebut dari harta simpanannya yang terdapat di daerah-daerah tersebut. Kisra memberinya izin untuk keluar dari benteng. Ketika kaisar telah siap untuk keluar dari benteng Konstantinopel, terlebih dahulu ia mengumpulkan semua orang yang seagama dengannya, lalu berkata, "Sesungguhnya aku akan keluar untuk melakukan apa yang telah kurencanakan sebelumnya dengan membawa sejumlah pasukan yang telah terlatih.
Jika aku dapat kembali kepada kalian sebelum masa satu tahun, berarti aku masih tetap menjadi raja kalian. Tetapi jika aku tidak kembali kepada kalian sesudahnya, maka kalian boleh memilih: Jika kalian suka, boleh tetap menjadikanku sebagai raja kalian; dan jika kalian lebih suka memilih selainku, aku persilakan." Maka mereka menjawab bahwa mereka tetap berbaiat kepada Konstantin sebagai raja mereka seumur hidup, sekalipun ia pergi meninggalkan mereka selama sepuluh tahun.
Ketika Kaisar Konstantin keluar dari bentengnya, ia diiringi oleh sejumlah pasukannya. Sedangkan Kisra saat itu berkemah di Konstantinopel bersama pasukannya menunggu kedatangan kaisar kembali ke Konstantinopel. Setelah mendapat kesempatan itu kaisar segera membawa pasukannya bergerak cepat menuju negeri Persia. Sesampainya di negeri Persia, ia dan pasukannya membuat kerusakan padanya dan membunuhi para penduduknya yang laki-laki dan bala tentara Persia yang tertinggal.
Dia terus melakukan pembunuhan sepanjang jalan yang dilaluinya hingga sampailah di ibu kota kerajaan Persia. Lalu ia membunuh semua orang yang ada padanya, merampas semua penghasilan serta harta bendanya, dan menahan kaum wanitanya, bahkan juga permaisuri Kisra. Kemudian kaisar mencukur gundul anak Kisra dan menaikkannya di atas keledai, lalu mengirimkannya bersama sejumlah tawanan lainnya dalam keadaan sangat hina dan direndahkan ke Kisra dengan membawa pesan darinya, "Inilah yang kamu minta, silakan ambil." Ketika berita tersebut sampai kepada Kisra, tiada yang dapat menggambarkan kesedihannya selain hanya Allah subhaanahu wa ta’aalaa, dan amarahnya makin bertambah meluap terhadap ibu kota kerajaan Romawi.
Lalu ia melancarkan serangannya dengan semua kekuatan dan kemampuan yang dimilikinya, tetapi usahanya itu kandas dan sia-sia. Setelah tidak mampu menjatuhkan benteng Konstantinopel, maka ia berangkat bersama pasukannya untuk mencegat kaisar dan pasukannya di celah Jaihun yang merupakan satu-satunya jalan bagi kaisar untuk mencapai Konstantinopel. Kaisar mengetahui siasat itu, maka ia membuat tipu muslihat yang sangat hebat, belum pernah siasat itu dilakukan oleh seorang panglima perang pun.
Untuk itu ia menempatkan pasukannya dan semua perbekalan yang berhasil mereka peroleh dari rampasan perang di mulut celah Jaihun. Kemudian ia memerintahkan kepada sebagian pasukannya untuk membawa makanan hewan kendaraan, kotoran serta isi perut hewan ternak. Kemudian ia membawa pasukannya itu melalui jalan atas yang mendaki hingga sampai di tempat yang dekat dengan celah Jaihun kurang lebih jarak perjalanan satu hari.
Sesampainya di atas, ia memerintahkan kepada pasukannya untuk melemparkan semua beban yang mereka bawa ke dalam sungai (yang melalui celah Jaihun). Ketika kotoran dan makanan ternak itu terbawa hanyut oleh arus Sungai Sam sampai di tempat Kisra, maka Kisra menduga bahwa pasukan yang dibawa kaisar melalui jalan atas. Maka dengan segera ia memerintahkan seluruh pasukannya bergerak mengejar mereka sehingga celah Jaihun kosong, tidak dijaga oleh pasukan Persia.
Kaisar kembali kepada induk pasukannya, lalu memerintahkan mereka untuk bergerak dan memasuki celah Jaihun dengan langkah yang cepat. Akhirnya selamatlah kaisar dari kejaran Kisra dan pasukannya, lalu sampai di benteng Konstantinopel dengan selamat. Kemudian hari itu dijadikan oleh orang-orang Nasrani sebagai hari raya. Sedangkan Kisra dan pasukannya kebingungan, mereka tidak tahu apa yang harus mereka lakukan.
Negeri-negeri kaisar tidak dapat mereka taklukkan, sementara negeri mereka sendiri telah dihancur-berantakkan oleh pasukan Romawi; semua kekayaan mereka telah diboyong ke kerajaan Romawi dan anak-anak mereka serta kaum wanita mereka telah dijadikan tawanan. Demikianlah kisah kemenangan bangsa Romawi atas bangsa Persia, dan peristiwa ini terjadi setelah berlalu masa sembilan tahun sejak kemenangan bangsa Persia atas bangsa Romawi.
Perang besar antara pasukan Romawi dan pasukan Persia di mana pasukan Romawi mengalami kekalahan terjadi di antara Azri'at dan Basra. Demikianlah menurut apa yang disebutkan oleh Ibnu Abbas dan Ikrimah serta selain keduanya. Tempat tersebut merupakan pinggiran negeri Syam yang berdekatan letaknya dengan negeri Hijaz. Mujahid mengatakan bahwa peristiwa itu terjadi di Jazirah, yaitu bagian kerajaan Romawi yang letaknya paling berdekatan dengan perbatasan negeri Persia.
Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Kemenangan bangsa Romawi atas bangsa Persia terjadi setelah sembilan tahun dari kekalahannya. Hal ini diungkapkan oleh Al-Qur'an dengan kata-kata "beberapa tahun," yang menurut bahasa Arab pengertiannya menunjukkan antara tiga sampai sembilan. Di dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi dan Ibnu Jarir serta selain keduanya melalui riwayat Abdullah ibnu Abdur Rahman Al-Jumahi, dari Az-Zuhri, dari Ubaidillah ibnu Abdullah Muhammad ibnu Abbas disebutkan bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda kepada Abu Bakar sehubungan dengan makna firman-Nya: Alif Lam Mim. Telah dikalahkan bangsa Romawi. (Ar-Rum: 1-2), hingga beberapa ayat berikutnya. "Hai Abu Bakar, mengapa engkau tidak hati-hati dalam mengambil keputusan? Sesungguhnya pengertian beberapa tahun itu antara tiga sampai sembilan tahun."
Kemudian Imam At-Tirmidzi mengatakan bahwa hadis ini hasan gharib bila ditinjau dari segi jalurnya. Ibnu Jarir telah meriwayatkan hal yang semisal melalui Abdullah ibnu Amr, kemudian ia mengatakan hal yang semisal dengan apa yang dikatakan oleh Imam At-Tirmidzi. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Ayat 4
Firman Allah subhaanahu wa ta’aalaa: Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang). (Ar-Rum: 4) Maksudnya, sebelum dan sesudah peristiwa kemenangan itu; hal ini diungkapkan dengan mabnidam karena diputuskan dari idafah-nya.
Ayat 5
Dan di hari (kemenangan bangsa Romawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman, karena pertolongan Allah. (Ar-Rum: 5) Yakni ditolong-Nya orang-orang Romawi pasukan kaisar raja negeri Syam atas pasukan Persia pendukung Kisra yang Majusi. Kemenangan pasukan Romawi atas pasukan Persia bertepatan dengan terjadinya Perang Badar, menurut pendapat sebagian besar ulama, seperti Ibnu Abbas, Ats-Tsauri, As-Suddi, dan lain-lainnya.
Disebutkan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi, Ibnu Jarir, Abu Hatim, dan Al-Bazzar melalui hadis Al-A'masy, dari Atiyyah, dari Abu Sa'id yang telah menceritakan bahwa ketika Perang Badar terjadi, bertepatan dengan itu bangsa Romawi beroleh kemenangan atas bangsa Persia. Maka kaum mukmin gembira mendengar berita tersebut, dan Allah menurunkan firman-Nya: Dan di hari (kemenangan bangsa Romawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman, karena pertolongan Allah.
Dia menolong siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Dialah Yang Mahaperkasa lagi Maha Penyayang. (Ar-Rum: 5) Ulama lainnya mengatakan bahwa kemenangan bangsa Romawi atas bangsa Persia justru terjadi di tahun ditandatanganinya Perjanjian Hudaibiyah. Demikianlah menurut pendapat Ikrimah, Az-Zuhri, dan Qatadah serta yang lainnya yang bukan hanya seorang. Sebagian dari mereka yang berpendapat demikian mengemukakan alasannya untuk mendukung pendapatnya ini, bahwa kaisar telah bernazar bahwa bila Allah memberikan kemenangan kepadanya atas Kisra, dia benar-benar akan berjalan kaki dari Himsa ke Yerussalem yaitu berziarah ke Baitul Maqdis sebagai ungkapan rasa syukurnya kepada Allah subhaanahu wa ta’aalaa dan nazarnya itu benar-benar ia kerjakan.
Setelah berada di Baitul Maqdis dan belum lagi ia meninggalkannya, datanglah surat Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam yang beliau kirimkan melalui Dihyah ibnu Khalifah. Dihyah menyerahkan surat itu kepada gubernur Basrah, lalu gubernur Basrah menyerahkannya kepada kaisar. Setelah kaisar membaca surat Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam, ia meminta agar dapat berbicara dengan orang-orang Arab Hijaz yang sedang ada di negeri Syam. Saat itu Abu Sufyan alias Sakhr ibnu Harb Al-Umawi sedang berada di Gazzah bersama sejumlah orang Quraisy dalam misi dagangnya.
Maka mereka dipanggil menghadap kaisar dan duduk di hadapannya. Lalu kaisar bertanya, "Siapakah di antara kalian yang paling dekat hubungan nasabnya dengan lelaki ini (maksudnya Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam) yang mengakui dirinya sebagai seorang nabi?" Abu Sufyan menjawab, "Saya." Kaisar berkata kepada pembantu-pembantunya, "Persilakanlah mereka untuk duduk di belakang orang ini, karena sesungguhnya aku akan menanyainya tentang lelaki itu. Jika dia dusta, tentu mereka akan memprotesnya." Abu Sufyan berkata (dalam hatinya), "Demi Allah, seandainya mereka tidak menekanku agar jangan berdusta, tentulah aku akan berdusta." Kemudian Heraklius Kaisar Romawi menanyai Abu Sufyan tentang nasab lelaki itu dan sifatnya.
Pertanyaannya antara lain, "Apakah dia pernah ingkar janji?" Abu Sufyan menjawab, "Tidak pernah. Kami sekarang berada dalam ikatan perjanjian dengannya, dan kami tidak mengetahui apakah yang akan dia lakukan terhadap perjanjian tersebut." Yang dimaksud Abu Sufyan adalah Perjanjian Hudaibiyah yang telah ditandatangani oleh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam dan orang-orang kafir Quraisy untuk gencatan senjata selama sepuluh tahun. Berdasarkan kisah ini mereka menyimpulkan bahwa kemenangan bangsa Romawi atas bangsa Persia terjadi di tahun Perjanjian Hudaibiyah, sebab kaisar baru memenuhi nazarnya setelah Perjanjian Hudaibiyah.
Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Akan tetapi, bagi orang-orang yang berpendapat seperti pendapat pertama dapat mengemukakan alasannya, bahwa saat usai perang tentu saja negeri kaisar dalam keadaan rusak dan berantakan sehingga ia belum sempat memenuhi nazarnya sebelum memperbaiki apa yang telah rusak dari negerinya, ia sibuk memeriksa semua kawasan negerinya dan membangunnya kembali seperti semula.
Setelah berlalu masa empat tahun seusai kemenangannya itu, barulah ia memenuhi nazarnya. Hanya Allah jualah Yang Maha Mengetahui. Masalah ini tidaklah sulit. Yang jelas ketika bangsa Persia beroleh kemenangan atas bangsa Romawi orang-orang mukmin merasa sedih dengan berita tersebut. Dan ketika bangsa Romawi beroleh kemenangan atas bangsa Persia, orang-orang mukmin gembira dengan berita tersebut. Karena bangsa Romawi secara garis besarnya adalah Ahli kitab, dan mereka lebih dekat dengan orang-orang mukmin dibandingkan dengan orang-orang yang beragama Majusi, sebagaimana yang disebutkan oleh firman-Nya: .
Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata, "Sesungguhnya kami ini orang Nasrani. (Al-Maidah: 82) sampai dengan firman-Nya: Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (atas kebenaran Al-Qur'an dan kenabian Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam). (Al-Maidah: 83) Dan dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya: Dan di hari (kemenangan bangsa Romawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman, karena pertolongan Allah.
Dia menolong siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Dialah Yang Mahaperkasa lagi Maha Penyayang. (Ar-Rum: 4-5) Ibnu Abi Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Zur’ah, telah menceritakan kepada kami Safwan, telah menceritakan kepada kami Al-Walid, telah menceritakan kepadaku Usaid Al-Kilabi yang menceritakan bahwa ia pernah mendengar Al-Ala ibnuz Zubair Al-Kilabi menceritakan dari ayahnya yang mengatakan bahwa ia menyaksikan kemenangan bangsa Persia atas bangsa Romawi, kemudian menyaksikan pula kemenangan bangsa Romawi atas bangsa Persia. Lalu ia menyaksikan pula kemenangan kaum muslim atas bangsa Persia dan bangsa Romawi; semuanya itu terjadi dalam kurun waktu yang lamanya lima belas tahun.
Firman Allah subhaanahu wa ta’aalaa: Dialah Yang Mahaperkasa. (Ar-Rum: 5) dalam pertolongan dan pembalasan-Nya terhadap musuh-musuh-Nya. lagi Maha Penyayang. (Ar-Rum: 5) terhadap hamba-hamba-Nya yang beriman.
Ayat 6
Firman Allah subhaanahu wa ta’aalaa: (sebagai) janji yang sebenar-benarnya dari Allah. Allah tidak akan menyalahi janji-Nya. (Ar-Rum: 6) Yakni apa yang Kami beritakan kepadamu, Muhammad, bahwa aku akan menolong bangsa Romawi atas bangsa Persia merupakan janji dari-Ku yang sebenar-benarnya dan berita yang benar yang tidak akan diingkari kejadian dan peristiwanya.
Karena sudah merupakan sunnatullah bila Allah menolong golongan yang lebih dekat kepada kebenaran di antara kedua golongan yang berperang itu, kemudian menjadikan kesudahan yang baik bagi golongan tersebut. tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (Ar-Rum: 6) tentang hukum Allah (keputusan-Nya), bahwa semua yang dilakukan oleh-Nya adalah sesuai dengan norma-norma keadilan.
Ayat 7
Firman Allah subhaanahu wa ta’aalaa: Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedangkan mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai. (Ar-Rum: 7) Artinya, kebanyakan manusia tidak memiliki ilmu melainkan hanya yang menyangkut masalah dunia, mata pencahariannya, dan semua urusannya.
Mereka benar-benar cerdik dan pandai dalam meraih dan menciptakan berbagai macam pekerjaannya. Sedangkan terhadap perkara-perkara agama dan hal-hal yang bermanfaat bagi mereka di negeri akhirat nanti, mereka lalai. Seakan-akan seseorang dari mereka kosong pengetahuannya tentang ilmu akhirat, hatinya tidak tergerak terhadapnya, dan pikirannya kosong darinya. Al-Hasan Al-Basri mengatakan, "Demi Allah, kecintaan seseorang dari mereka kepada dunianya benar-benar mencapai batas yang tak terperikan, sehingga ketika dia sedang membolak-balikkan mata uang dirham di atas kukunya, ia dapat menceritakan kepadamu tentang berat kandungan logamnya, padahal dia masih belum dapat melakukan salat dengan baik." Ibnu Abbas telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia, sedangkan mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai. (Ar-Rum: 7) Yakni orang-orang kafir itu hanya mengetahui cara meramaikan dunia, sedang mengenai urusan agama mereka bodoh sama sekali.
Kemenangan kembali bangsa Romawi itu terjadi dalam beberapa tahun lagi, antara tiga hingga sembilan tahun. Milik Allah-lah urusan sebelum dan setelah kekalahan bangsa Persia dan kemenangan bangsa Romawi. Dan pada hari kemenangan bangsa Romawi itu bergembiralah orang-orang yang beriman. Kegembiraan ini bukan semata karena kemenangan bangsa Romawi yang percaya Tuhan atas bangsa Persia yang musyrik, tetapi lebih karena terbuktinya janji Allah yang diinformasikan pada ayat-ayat ini. 5. Orang-orang mukmin bergembira sebab kemenangan Bangsa Romawi tersebut terjadi karena pertolongan Allah. Dia akan menolong siapa yang Dia kehendaki setelah syarat-syarat kemenangan terpenuhi dan hikmah serta kebijaksanaan-Nya menghendaki hal tersebut. Dia Mahaperkasa, tidak satu pun makhluk mampu mengalahkan-Nya, Maha Penyayang kepada hamba-hamba-Nya yang taat.
Ayat ini menerangkan bahwa bangsa Romawi telah dikalahkan oleh bangsa Persia di negeri yang dekat dengan kota Mekah, yaitu negeri Syiria. Beberapa tahun kemudian setelah mereka dikalahkan, maka bangsa Romawi akan mengalahkan bangsa Persia sebagai balasan atas kekalahan itu.
Bangsa Romawi yang dimaksud dalam ayat ini ialah Kerajaan Romawi Timur yang berpusat di Konstantinopel, bukan kerajaan Romawi Barat yang berpusat di Roma. Kerajaan Romawi Barat, jauh sebelum peristiwa yang diceritakan dalam ayat ini terjadi, sudah hancur, yaitu pada tahun 476 Masehi. Bangsa Romawi beragama Nasrani (Ahli Kitab), sedang bangsa Persia beragama Majusi (musyrik).
Ayat ini merupakan sebagian dari ayat-ayat yang memberitakan hal-hal gaib yang menunjukkan kemukjizatan Al-Qur'an. Pada saat bangsa Romawi dikalahkan bangsa Persia, maka turunlah ayat ini yang menerangkan bahwa pada saat ini bangsa Romawi dikalahkan, tetapi kekalahan itu tidak akan lama dideritanya. Hanya dalam beberapa tahun saja, orang-orang Persia pasti dikalahkan oleh orang Romawi. Kekalahan bangsa Romawi ini terjadi sebelum Nabi Muhammad hijrah ke Medinah. Mendengar berita ini, orang-orang musyrik Mekah bergembira, sedangkan orang-orang yang beriman dan Nabi bersedih hati.
Sebagaimana diketahui bahwa bangsa Persia beragama Majusi yang menyembah api, jadi mereka menyekutukan Tuhan. Orang-orang Mekah juga menyekutukan Tuhan dengan menyembah berhala. Oleh karena itu, mereka merasa agama mereka dekat dengan agama bangsa Persia, karena sama-sama mempersekutukan Tuhan. Kaum Muslimin merasa agama mereka dekat dengan agama Nasrani, karena sama-sama menganut agama Samawi. Oleh karena itu, kaum musyrik Mekah bergembira atas kemenangan itu, sebagai kemenangan agama politeisme yang mempercayai "banyak Tuhan", atas agama Samawi yang menganut agama tauhid. Sebaliknya kaum Muslimin waktu itu bersedih hati karena sikap menentang kaum musyrik Mekah semakin bertambah. Mereka mencemooh kaum Muslimin dengan mengatakan bahwa dalam waktu dekat mereka juga akan hancur, sebagaimana kehancuran bangsa Romawi yang menganut agama Nasrani. Lalu ayat ini turun untuk menerangkan bahwa bangsa Romawi yang kalah itu, akan mengalahkan bangsa Persia dalam waktu yang tidak lama, hanya dalam beberapa tahun lagi.
Sejarah mencatat bahwa tahun 622 Masehi, yaitu setelah tujuh atau delapan tahun kekalahan bangsa Romawi dari bangsa Persia itu, peperangan antara kedua bangsa itu berkecamuk kembali untuk kedua kalinya. Pada permulaan terjadinya peperangan itu telah tampak tanda-tanda kemenangan bangsa Romawi. Sekalipun demikian, ketika sampai kepada kaum musyrik Mekah berita peperangan itu, mereka masih mengharapkan kemenangan berada di pihak Persia. Oleh karena itu, Ubay bin Khalaf ketika mengetahui Abu Bakar hijrah ke Medinah, ia minta agar putra Abu Bakar, yaitu 'Abdurrahman, menjamin taruhan ayahnya, jika Persia menang. Hal ini diterima oleh 'Abdurrahman.
Pada tahun 624 Masehi, terjadilah perang Uhud. Ketika Ubay bin Khalaf hendak pergi memerangi kaum Muslimin, 'Abdurrahman melarangnya, kecuali jika putranya menjamin membayar taruhannya, jika bangsa Romawi menang. Maka Abdullah bin Ubay menerima untuk menjaminnya.
Jika melihat berita di atas, maka ada beberapa kemungkinan sebagai berikut: pertama, pada tahun 622 Masehi, perang antara Romawi dan Persia telah berakhir dengan kemenangan Romawi. Akan tetapi, karena hubungan yang sukar waktu itu, maka berita itu baru sampai ke Mekah setahun kemudian, sehingga Ubay minta jaminan waktu Abu Bakar hijrah, sebaliknya 'Abdurrahman minta jaminan pada waktu Ubay akan pergi ke Perang Uhud. Kedua, peperangan itu berlangsung dari tahun 622-624 Masehi, dan berakhir dengan kemenangan bangsa Romawi.
Dari peristiwa di atas dapat dikemukakan beberapa hal dan pelajaran yang perlu direnungkan dan diamalkan.
Pertama: Ada hubungan antara kemusyrikan dan kekafiran terhadap dakwah dan iman kepada Allah. Sekalipun negara-negara dahulu belum mempunyai sistem komunikasi yang canggih dan bangsanya pun belum mempunyai hubungan yang kuat seperti sekarang ini, namun antar bangsa-bangsa itu telah mempunyai hubungan batin, yaitu antara bangsa-bangsa yang menganut agama yang bersumber dari Tuhan di satu pihak, dan bangsa-bangsa yang menganut agama yang tidak bersumber dari Tuhan pada pihak yang lain. Orang-orang musyrik Mekah menganggap kemenangan bangsa Persia atas bangsa Romawi (Nasrani), sebagai kemenangan mereka juga karena sama-sama menganut politeisme. Sedangkan kaum Muslimin merasakan kekalahan bangsa Romawi yang beragama Nasrani sebagai kekalahan mereka pula, karena merasa agama mereka berasal dari sumber yang satu. Hal ini merupakan suatu faktor nyata yang perlu diperhatikan kaum Muslimin dalam menyusun taktik dan strategi dalam berdakwah.
Kedua: Kepercayaan yang mutlak kepada janji dan ketetapan Allah. Hal ini tampak pada ucapan-ucapan Abu Bakar yang penuh keyakinan tanpa ragu-ragu di waktu menetapkan jumlah taruhan dengan Ubay bin Khalaf. Harga unta seratus ekor sangat tinggi pada waktu itu, sehingga kalau tidak karena keyakinan akan kebenaran ayat-ayat Al-Qur'an yang ada di dalam hati Abu Bakar, tentu beliau tidak akan berani mengadakan taruhan sebanyak itu, apalagi jika dibaca sejarah bangsa Romawi pada waktu kekalahan itu dalam keadaan kocar-kacir. Amat sukar diramalkan mereka sanggup mengalahkan bangsa Persia yang dalam keadaan kuat, hanya dalam tiga sampai sembilan tahun mendatang. Keyakinan yang kuat seperti keyakinan Abu Bakar itu merupakan keyakinan kaum Muslimin, yang tidak dapat digoyahkan oleh apa pun, sekalipun dalam bentuk siksaan, ujian, penderitaan, pemboikotan, dan sebagainya. Hal ini merupakan modal utama bagi kaum Muslimin menghadapi jihad yang memerlukan waktu yang lama di masa yang akan datang. Jika kaum Muslimin mempunyai keyakinan dan berusaha seperti kaum Muslimin di masa Rasulullah, pasti pula Allah mendatangkan kemenangan kepada mereka.
Ketiga: Terjadinya suatu peristiwa adalah urusan Allah, tidak seorangpun yang dapat mencampurinya. Allah-lah yang menentukan segalanya sesuai dengan hikmah dan kebijaksanaan-Nya. Hal ini berarti bahwa kaum Muslimin harus mengembalikan segala urusan kepada Allah saja, baik dalam kejadian seperti di atas, maupun pada kejadian dan peristiwa yang merupakan keseimbangan antara situasi dan keadaan. Kemenangan dan kekalahan, kemajuan dan kemunduran suatu bangsa, demikian pula kelemahan dan kekuatannya yang terjadi di bumi ini, semuanya kembali kepada Allah. Dia berbuat menurut kehendak-Nya. Semua yang terjadi bertitik tolak kepada kehendak Zat yang mutlak itu. Jadi berserah diri dan menerima semua yang telah ditentukan Allah adalah sifat yang harus dimiliki oleh seorang mukmin. Hal ini bukanlah berarti bahwa usaha manusia tidak ada harganya sedikit pun, karena hal itu merupakan syarat berhasilnya suatu pekerjaan. Dalam suatu hadis diriwayatkan bahwa seorang Arab Badui melepaskan untanya di muka pintu masjid Rasulullah, kemudian ia masuk ke dalamnya sambil berkata, "Aku bertawakal kepada Allah," lalu Nabi bersabda:
Ikatlah unta itu sesudah itu baru engkau bertawakal. (Riwayat at-Tirmidzi dari Anas bin Malik )
Berdasarkan hadis ini, seorang muslim disuruh berusaha sekuat tenaga, kemudian ia berserah diri kepada Allah tentang hasil usahanya itu.
Akhir ayat ini menerangkan bahwa kaum Muslimin bergembira ketika mendengar berita kemenangan bangsa Romawi atas bangsa Persia. Mereka bergembira karena:
1. Mereka telah dapat membuktikan kepada kaum musyrik Mekah atas kebenaran berita-berita yang ada dalam ayat Al-Qur'an.
2. Kemenangan bangsa Romawi atas bangsa Persia merupakan kemenangan agama Samawi atas agama ciptaan manusia.
3. Kemenangan bangsa Romawi atas bangsa Persia mengisyaratkan kemenangan kaum Muslimin atas orang-orang kafir Mekah dalam waktu yang tidak lama lagi.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Surah ar-Ruum
(ROMAWI/BANGSA RUM)
SURAH KE-30
60 AYAT
DITURUNKAN DI MEKAH KECUALI AYAT 17 DI MADINAH
Bismillahirrahmanirrahim
KALAH DAN MENANG
Sebagaimana telah dikatakan pada kata pendahuluan, telah terjadi peperangan di antara bangsa Rum dengan bangsa Persia. Peperangan yang hebat itu terjadi pada permulaan perkembangan Islam.
Ibnu Jarir meriwayatkan sebuah hadits yang diterima dari Abdullah bin Mas'ud, bahwa dalam peperangan itu Persia yang menang dan Rum kalah. Kaum musyrikin sangat bergembira mendengar berita kemenangan orang Persia itu, padahal kaum Muslimin sangat mengharapkan orang Rumlah hendaknya yang menang. Karena orang Rum itu Ahlul Kitab dan agama orang Rum dekat kepada Islam. Sebab itu maka kekalahan Rum itu membuat duka cita kaum Muslimin.
Di saat kedukaan inilah ayat-ayat ini turun.
Ayat 1
“Alif Laam Miim."
Tentang huruf-huruf di pangkal surah sudah banyak kita tafsirkan di surah-surah yang lain. Salah satu dari artinya, menurut Ibnu Abbas ialah, “Alif" berarti Allah, “Laam" berarti Jibril, dan “Miim" berarti Muhammad ﷺ Atau surah dimulai dengan huruf-huruf tertentu untuk menarik perhatian kepada ayat-ayat yang akan datang sesudahnya.
Ayat 2
“Telah dikalahkan bangsa Romawi."
Memang, diakui dengan ayat ini, bahwa dalam peperangan yang hebat itu bangsa Romawi, Kerajaan Byzantium di bawah pimpinan Kaisar Romawi sendiri yang ketika itu berkedudukan di Syria, telah dikalahkan oleh bangsa Persia.
Lalu disebutkan tempat terjadinya kekalahan itu, yaitu
Ayat 3
“Di bumi yang dekat."
Yaitu di jajahan Romawi yang di sebelah timur, yang terdekat ke tempat perjuangan Rasulullah ﷺ ketika itu, yaitu Mekah di Tanah Hejaz. Negeri yang terdekat itu ialah Syam dan Tanah Palestina, yang selama ini jadi jajahan Byzantium. Kekalahan itu sangat meremukkan perasaan bangsa Romawi, sebab Salib Pusaka tempat orang Yahudi menyalib Nabi Isa menurut kepercayaan mereka telah turut menjadi rampasan perang orang Persia. Tetapi ujung ayat memberikan suatu berita yang akan menghilangkan dari kaum Muslimin di Mekah duka cita yang menimpa mereka mendengar kekalahan bangsa Romawi itu. Bunyi ujung ayat ialah,
“Dan mereka sesudah kekalahan itu akan menang"
Bila kemenangan itu akan datang, padahal Romawi sudah kalah? Bila mereka akan dapat menuntut balas, padahal mereka sudah remuk, semangat sudah patah?
Ayat yang selanjutnya memberikan jawab
Ayat 4
“Dalam masa bebenapa tahun lagi."
Sebab sudah menjadi pengalaman dalam peperangan, apatah lagi di antara dua bangsa yang besar.
“Perang itu ganti-berganti, sehari engkau mengena, sehari engkau yang kena," Dan semuanya itu bergantung kepada Allah sendiri, bukan kepada manusia, bukan semata-mata kepada kekuatan dan kelemahan sesuatu bangsa. Tetapi, “Bagi Allah-lah segala yang terjadi sebelum dan sesudahnya." Yaitu bahwa permusuhan di antara bangsa Romawi dengan bangsa Persia yang telah turun-temurun sampai lima abad lamanya tidaklah lepas dari Sunnatullah, ketentuan Ilahi dalam rangka perjuangan manusia di dunia, melalui sebab dan akibat. Kadang-kadang menang satu pihak dan bangga dengan kemenangannya dan kalah satu pihak lalu dia tegak mengatur dirinya kembali. Maka dijelaskanlah oleh Allah ﷻ sendiri bahwa bangsa Romawi yang telah kaiah itu akan dapat menebus kekalahannya dan berbalik jadi menang, dalam masa yang tidak berapa lama.
Di dalam ayat tersebut fii bidh'i siniina yang telah kita artikan dalam masa beberapa tahun lagi.
Berapakah bilangan tahunnya “beberapa tahun itu?"
Di dalam surah Yuusuf, ayat 41 dan 42 (Lihat Juz 12), tersebut bahwa Nabi Yusuf meminta tolong kepada temannya yang sama-sama terpenjara, yang mimpinya telah diartikan oleh Nabi Yusuf, agar nasib Nabi Yusuf yang terkurung di penjara dan dia belum pernah dipanggil untuk diperiksa, supaya disampaikan kepada raja. Teman itu berjanji akan menyampaikan, tetapi sesampai di luar dia telah lupa. Akhirya terbenamlah Yusuf dalam penjara bidh'a siniina, yang berarti beberapa tahun.
Berapa tahun “beberapa tahunnya" itu? Menurut riwayat, beliau ditahan sampai tujuh tahun. Banyak orang menaksir bahwa bidh'i siniina itu ialah di antara tiga tahun dengan sembilan tahun.
Maka setelah ayat itu turun, bahwa Romawi pasti akan menang kembali setelah bidh'i siniina, beberapa tahun, kaum Muslimin, terutama sekali Abu Bakar ash-Shiddiq per-caya sangat, bahwa Romawi pasti menang dalam beberapa tahun. Pasti, sebab Nabi ﷺ yang mengatakan. Pasti, sebab sabda Nabi adalah wahyu. Apa yang dijanjikan Allah ﷻ pasti terjadi. Tidak dapat tidak.
Tetapi musyrikin Quraisy mencemooh. Mereka tidak berpikir bahwa Romawi akan bisa bangkit kembali. Apatah lagi sebagian besar jajahan Byzantium sudah diduduki Persia. Maka terjadilah pertemuan di antara beberapa pemuka Quraisy dengan Abu Bakar. Menurut riwayat dari al-Qusyairiy dan Ibnu Athiyyah yang bertemu dengan Abu Bakar itu ialah Ubay bin Khalaf dan saudaranya, Umayah bin Khalaf. Mereka menantang dengan berkata, “Kawanmu itu mengatakan Romawi akan menang kembali setelah beberapa tahun. Mari kita bertaruh! Berapa lamanya yang “beberapa tahun" itu? Batas beberapa tahun ialah antara tiga dengan sembilan tahun. Si musyrik memandang, bahwa terkaan Nabi itu hanya omong kosong saja, tetapi Abu Bakar yakin. Si musyrik mengajak bertaruh. Abu Bakar pun sanggup bertaruh; apatah lagi pada waktu itu larangan bertaruh belum ada. Larangan bertaruh baru keluar setelah di Madinah. Maka terjadilah pertaruhan, yaitu seratus ekor unta yang masih muda.
Bidh'i siniina, yang berarti dalam beberapa tahun. Umumnya dipahamkan ialah di antara tiga tahun dengan sembilan atau sepuluh tahun. Maka kalau dalam masa batas sembilan tahun memang menang orang Rum, Abu Bakar akan mendapat seratus ekor unta yang karena telah diberi tanda sejak semula, tentu dia akan bertambah besar. Tetapi kalau sudah sepuluh tahun Rum tidak juga menang, Abu Bakarlah yang pasti membayar seratus ekor untuk kepada Ubayya.
Menurut riwayat yang masyhur kemenangan Persia atas Romawi itu ialah pada peperangan tahun 613 dan tahun 614, yaitu tujuh tahun sebelum Hijrah. Telah tiga tahun berlalu, telah empat tahun dan enam tahun, belum tampak tanda-tanda Romawi akan menang. Kaum musyrikin telah berbangga hendak mendustakan risalah Nabi. Tetapi masuk tahun ketujuh, yaitu pada tahun 621 Heraclius yang telah jadi kaisar sejak tahun 610 dan menyusun kekuatan bangsanya untuk menebus kekalahan yang lama, telah bangkit dan menyerbu kembali ke negeri Syam dan Palestina, bahkan sampai pusat Kerajaan Persia sendiri, Madaain didudukinya dan Salib Pusaka diambilnya kembali dan Kisra lari meninggalkan kerajaan. Seratus unta pertaruhan diterima oleh Abu Bakar dan pada tahun 622, yaitu setahun di belakang Nabi Muhammad ﷺ dan kaum beriman di Mekah bersama hijrah ke negeri Madinah.
Maka tepatlah apa yang dikatakan di akhir ayat 4,
“Dan pada hari itu akan bergembiralah orang-orang yang beriman."
Bergembira bukanlah karena kemenangan bertaruh seratus ekor unta karena ada riwayat bahwa unta-unta itu pun habis disedekahkan oleh Abu Bakar kepada kawan-kawannya. Kegembiraan paling penting ialah karena bertambah yakin akan kebenaran Rasul dan mukjizat kebesaran yang dianugerahkan Allah ﷻ kepada beliau.
Sama sekali itu adalah,
Ayat 5
“Karena pertolongan Allah,"
Pangkal ayat 5 ini sudah mengandung bayangan yang lebih jauh untuk diperhatikan. Yaitu bagi apa yang difirmankan Allah ﷻ pada ayat 4 tadi, “Bagi Allah-lah segala yang terjadi, sebelum dan sesudahnya." Kalau Romawi yang disangka sudah tidak akan bangun lagi, sehingga sampai Kisra Abruis menyerbu ke pusat Byzantium sendiri dan mendirikan rumah penyembahan api di negeri itu, dapat dalam masa tujuh tahun bangun kembali, maka Dia Mahakuasa berbuat lebih dari itu. Sebab itu Allah ﷻ berfirman selanjutnya, “Dia akan menolong barangsiapa yang Dia kehendaki." Karena tidaklah sampai 25 tahun sesudah itu, kedua bangsa besar itu Romawi dan Persia, sama-sama runtuh kebesaran dan kerajaannya dengan kebangkitan bangsa Arab sebagai penyambut pertama dari agama Islam. “Dan Dia adalah Mahaperkasa" sehingga dengan sebab keperkasaan-Nya, dua bangsa besar di zaman itu, Romawi dan Persia bisa hancur lumat tidak bangun lagi. Dan Dia
“Maha Penyayang."
Sehingga bangsa yang tadinya hanya bangsa pengembara, tidak ada persatuan, tidak ada cita-cita luhur, menjadi bangsa yang besar dan pelopor dari satu agama besar.
Ayat 6
“Janji Allah"
Kepada barangsiapa yang menuruti petunjuk-Nya, yang disampaikan dengan peran-taraan rasul-rasul-Nya, akan mencapailah dia kebahagiaan dan kemuliaan hidup, hayaatan thayyibatan, hidup yang baik. “Tidaklah Allah akan menyalahi janji-Nya." Karena garis itu telah ditentukan. Itulah yang bernama al-Haqqu, kebenaran, yang bertambah diuji oleh berbagai percobaan, akan bertambah teguh tegaknya.
“Tetapi kebanyakan manusia tidaklah mengetahui."
Karena perhatian mereka hanya ditujukan kepada kulit lahir atau berpemandangan pendek, tidak memikir jauh.
Ayat 7
“Mereka hanya mengetahui yang lahir dari hidup di dunia saja."
Pandangan mereka terlalu pendek dan dangkal. Mereka menyangka, bahwa hidup hanya sehingga kini, tidak ada ujungnya lagi. Sebab itu pikiran mereka hanya sekadar makan dan minum, atau sekadar kemegahan pada kulit, pada benda yang nilainya ada sekadar keinginan manusia kepadanya. Mereka menyangka mendapat kekayaan, padahal setelah banyak yang mereka ingini, bertambah jelas pula kemiskinannya.
“Sedang, … hari akhinat, mereka itu …"
Umurnya habis hanya hingga kini. Mereka tidak membina persediaan buat hari depan, buat hari esok yang nyata. Mereka sangka berbahagia, padahal berbahaya. Mereka memakan dunia yang laksana jeruk manis, yaitu pahit peninggal.
Itulah sebabnya maka orang musyrikin melihat orang Romawi kalah, menyangka bahwa akan kalah terus. Melihat orang Persia menang, mereka sangka akan menang terus. Demikianlah penilaian mereka tentang hidup ini. Mereka hanya menghormati kekuatan dan meremehkan kebenaran. Mereka menghargai manusia ialah memperhitungkan berapa bilangan hartanya, berapa banyak kekayaannya, dan betapa kegagahperkasaannya.
Di segala zaman ada saja orang yang seperti itu. Penuhlah kulit lahir dengan kekayaan yang dicari dengan susah payah, entah halal entah haram tidak peduli, padahal jiwanya miskin dan melarat.
Satu hal lagi yang patut menjadi perhatian kita ialah apa yang di zaman kita sekarang dinamai rasa solider atau setia kawan, yang timbul karena pertentangan ideologi.
Di zaman Rasulullah ﷺ itu berhubungan antara negeri dengan negeri masih sangat sulit. Yang dijadikan alat penyampaian berita kadang-kadang dengan genderang atau tetuang udara, yaitu terompet yang dibuat dari kulit kerang siput besar dan diembus keras-keras, atau dari berita yang dibawa oleh khafilah, oleh pelayar. Namun demikian, nilai berita tetap amat penting berhubungan dengan politik atau ekonomi.
Lima abad telah terjadi permusuhan di antara jago Barat dengan jago Timur, yaitu bangsa Yunani dengan bangsa Persia, yang kemudian dilanjutkan lagi dengan permusuhan di antara bangsa Romawi dengan bangsa Persia, Seketika bangsa Romawi masih belum resmi menerima Kristen sebagai agama mereka, kalah atau menang satu di antara kedua pihak, bangsa Arab belum menilai per-kabaran itu dalam hubungan dengan mereka sendiri. Sebab itu mereka selama itu hanyalah jadi medan perebutan. Itu sebabnya maka Arabia sebelah utara jatuh ke tangan bangsa Romawi. Arabia sebelah timur dan selatan jatuh ke bawah pengaruh Persia, bahkan di sebelah selatan itu pernah di bawah pengaruh atau duduki oleh bangsa Habsyi yang berada di sebelah Laut Merah itu.
Tetapi setelah bangsa Arab, terutama menyadari kepribadiannya dengan kedatangan Nabi Muhammad ﷺ, terutama yang kita maksud ialah yang telah menganut agama tauhid, mempercayai Keesaan Allah, mereka bersedih hati, berduka cita mendengar kekalahan bangsa Romawi, meskipun mereka telah tahu, bahwa agama Kristen itu sendiri pun telah menyeleweng dari tauhid, sebagaimana yang mereka alami dan lihat sendiri dalam hijrah ke Habsyi, bahwa orang di sana telah memandang bahwa Nabi Isa al-Masih itu adalah Tuhan juga. Tetapi dibandingkan dengan kepercayaan orang Persia yang menyembah api (Majusi), mempercayai bahwa alam semesta dikuasai oleh dua Tuhan, yaitu Tuhan terang dan Tuhan gelap, mereka anggap bahwa Nasrani masih dekat dari Islam. Mereka cemas dengan kekalahan Romawi. Dan tujuh tahun kemudian, setelah Kaisar Heraclius dapat menuntut balas dan menang kembali menghadapi Persia, kaum Muslimin bergembira ria. Dan dua puluh tahun kemudian terpaksa Romawi yang mereka banggakan itu mereka hadapi dengan gagah perkasa, sampai kalah dan remuk redam, ialah karena bangsa tadi cemas pula melihat kebangunan bangsa Arab, yang kian lama kian besar dengan dasar cita Islam. Pertempuran yang paling hebat dengan orang Romawi ialah Jarmuk, Di situlah Perang Keputusan, yang berakhir dengan terpaksanya Kaisar Heraclius meninggalkan Damaskus (Suriah) buat selama-lamanya dan tidak kembali lagi. Sesudah itu Perang Keputusan pula yang menyebabkan Persia tekuk lutut kepada Islam ialah dalam Perang Qadisiyah; keduanya itu terjadi masih di zaman sahabat-sahabat Rasulullah ﷺ
Samalah keadaannya dengan kecemasan kita di zaman sekarang jika misalnya Amerika kalah berperang dengan Rusia. Karena meskipun disebut negara Amerika itu negara kapitalis, negeri loba tamak dengan uang, namun di pinggir uangnya itu masih tertulis, “In God we trust" (Kita percaya kepada Tuhan). Sedang negeri Rusia memakai semboyan, “Tuhan itu tidak ada". Meskipun kita kaum Muslimin sadar benar bahwa terlalu banyak politik jahat Amerika yang mereka lakukan kepada umat Islam.
Solider karena persamaan keyakinan itu adalah sangat mendalam tertanam pada jiwa manusia. Di zaman modern ini selalu diselimuti oleh bangsa-bangsa yang kuat, yang menindas orang Islam, di mana orang Islam itu minoritas, mereka disembelih, diberondong dengan senapan mesin, dibakar kampungnya, dihancurkan masjidnya, sebagaimana kejadian pada minoritas Muslim di Filipina dan di daerah Patani yang dijajah Siam, atau penghancuran yang dilakukan oleh mayoritas Kristen kepada kaum Muslimin di Libanon.