Ayat
Terjemahan Per Kata
وَلَهُ
dan bagi-Nya
ٱلۡحَمۡدُ
segala puji
فِي
di
ٱلسَّمَٰوَٰتِ
langit(jamak)
وَٱلۡأَرۡضِ
dan di bumi
وَعَشِيّٗا
diwaktu 'isya
وَحِينَ
dan sewaktu
تُظۡهِرُونَ
kamu diwaktu dzhuhur
وَلَهُ
dan bagi-Nya
ٱلۡحَمۡدُ
segala puji
فِي
di
ٱلسَّمَٰوَٰتِ
langit(jamak)
وَٱلۡأَرۡضِ
dan di bumi
وَعَشِيّٗا
diwaktu 'isya
وَحِينَ
dan sewaktu
تُظۡهِرُونَ
kamu diwaktu dzhuhur
Terjemahan
Segala puji hanya bagi-Nya di langit dan di bumi, pada waktu petang dan pada saat kamu berada pada waktu siang.
Tafsir
(Dan bagi-Nyalah segala puji di langit dan di bumi) kalimat ayat ini merupakan jumlah i'tiradh, maksudnya Dia dipuji oleh penduduk langit dan bumi (dan di waktu kalian berada pada petang hari) diathafkan kepada lafal hiina yang ada pada ayat sebelumnya; di dalam waktu ini terdapat salat Isyak (dan sewaktu kalian berada di waktu Zuhur) yakni di waktu kalian memasuki tengah hari, yang pada waktu itu terdapat salat Zuhur.
Tafsir Surat Ar-Rum: 17-19
Maka bertasbihlah kepada Allah di waktu kamu berada di petang hari dan waktu kamu berada di waktu subuh, dan bagi-Nyalah segala puji di langit dan di bumi dan di waktu kamu berada pada petang hari dan di waktu kamu berada di waktu subuh. Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan menghidupkan bumi sesudah matinya. Dan seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari kubur). (Ar-Rum: 17-19)
Ayat 17
Ini merupakan pensucian Allah. Dia bertasbih menyucikan diri-Nya, sekaligus membimbing hamba-hamba-Nya agar bertasbih dan memuji-Nya di waktu-waktu tersebut yang saling silih berganti. Silih bergantinya waktu-waktu itu menunjukkan akan kesempurnaan kekuasaan-Nya dan kebesaran pengaruh-Nya, yaitu di waktu petang hari saat malam mulai datang dengan kegelapannya, dan di waktu pagi hari saat siang hari mulai datang dengan membawa sinar terangnya.
Ayat 18
Setelah itu Allah menyinggung masalah tahmid yang erat kaitannya dengan tasbih, untuk itu Allah subhaanahu wa ta’aalaa berfirman: Dan bagi-Nyalah segala puji di langit dan di bumi. (Ar-Rum: 18) Artinya, Dialah yang patut dipuji karena Dialah yang menciptakan langit dan bumi ini. Kemudian disebutkan dalam firman selanjutnya: dan di waktu kamu berada di petang hari dan di waktu kamu berada di waktu lohor. (Ar-Rum: 18) Al-'isya artinya gelap yang pekat, dan iz-har artinya terangnya cahaya. Mahasuci Allah yang telah menciptakan malam dan siang hari, Yang menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk istirahat, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Dan siang apabila menampakkannya, dan malam apabila menutupinya. (Asy-Syams: 3-4) Demi malam apabila menutupi (cahaya siang) dan siang apabila terang benderang. (Al-Lail: 1-2) Dan firman Allah subhaanahu wa ta’aalaa: Demi waktu matahari sepenggalah naik, dan demi malam apabila telah sunyi. (Ad-Duha: 1-2) Ayat-ayat yang menerangkan hal ini cukup banyak.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah, telah menceritakan kepada kami Ziad ibnu Fayid, dari Sahl ibnu Mu’adz ibnu Anas Al-Juhani, dari ayahnya, dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam yang telah bersabda: Maukah aku ceritakan kepada kalian, mengapa Allah menamakan Ibrahim dengan sebutan kekasih-Nya yang selalu menyempurnakan janji? (Dia disebut demikian) karena setiap pagi dan petang ia selalu mengucapkan, "Bertasbihlah kepada Allah di waktu kamu berada di petang hari dan waktu kamu berada di waktu subuh, dan bagi-Nyalah segala puji di langit dan di bumi dan di waktu kamu berada pada petang hari dan di waktu kamu berada di waktu lohor.
Imam Ath-Thabarani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Mutallib ibnu Syu'aib Al-Azdi, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Shalih Al-Laits ibnu Sa'd, dari Sa'id ibnu Basyir, dari Muhammad ibnu Abdur Rahman ibnul Bailamani, dari ayahnya, dari Abdullah ibnu Abbas, dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam yang telah bersabda, "Barang siapa di saat pagi hari mengucapkan doa berikut: 'Bertasbihlah kepada Allah di waktu kamu berada di petang hari dan waktu kamu berada di waktu subuh, dan bagi-Nyalah segala puji di langit dan di bumi dan di waktu kamu berada pada petang hari dan di waktu kamu berada di waktu lohor' (Ar-Rum: 17-18) Maka dia dapat menutupi amal yang ia lewatkan di hari itu. Dan barangsiapa yang membacanya di petang hari, maka ia dapat menutupi apa yang ia lewatkan di malam harinya." Sanad hadis ini jayyid (baik), dan diriwayatkan juga oleh Imam Abu Dawud di dalam kitab sunannya.
Ayat 19
Firman Allah subhaanahu wa ta’aalaa: Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup. (Ar-Rum: 19) Hal ini menceritakan kejadian kita, bahwa peristiwa tersebut terjadi berkat kekuasaan Allah yang berkuasa menciptakan segala sesuatu yang berlawanan.
Dan ayat-ayat yang berturut-turut lagi mulia ini semuanya termasuk ke dalam kelompok ini. Sesungguhnya Allah menyebutkan di dalamnya bahwa Dia telah menciptakan segala sesuatu dan lawan-lawannya, untuk menunjukkan kekuasaan-Nya Yang Mahasempurna. Antara lain ialah Dia mengeluarkan tetumbuhan dan bebijian, dan mengeluarkan bebijian dari tetumbuhan. Telur Dia keluarkan dari ayam, dan ayam dikeluarkan dari telur. Manusia berasal dari nutfah (air mani), dan air mani berasal dari manusia.
Orang mukmin berasal dari orang kafir, dan orang kafir berasal dari orang mukmin. Firman Allah subhaanahu wa ta’aalaa: dan menghidupkan bumi sesudah matinya. (Ar-Rum: 19) Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah bumi yang mati. Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan darinya biji-bijian, maka darinya mereka makan. (Yasin: 33) sampai dengan firman-Nya: dan Kami pancarkan padanya beberapa mata air. (Yasin: 34) Dan firman Allah subhaanahu wa ta’aalaa: Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menambahkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah. (Al-Hajj: 5) sampai dengan firman-Nya: dan bahwasanya Allah membangkitkan semua orang di dalam kubur. (Al-Hajj: 7) Dan firman Allah subhaanahu wa ta’aalaa: Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung. (Al-A'raf: 57) sampai dengan firman-Nya: mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran. (Al-A'raf: 57) Karena itulah maka dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya: Dan seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari kubur). (Ar-Rum: 19)
Dan hanya bagi-Nya segala bentuk pujian dan syukur, baik di langit yang berasal dari para malaikat maupun di bumi yang berasal dari manusia dan jin, pada malam hari dan pada waktu zuhur atau tengah hari. 19. Hanya Dia yang berhak atas segala bentuk pujian karena Dia yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati, yakni menghidupkan manusia dari tiada, dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup, yakni mematikan manusia setelah ia hidup; dan Dia pula yang menghidupkan bumi dengan berbagai macam tetumbuhan dan pepohonan setelah mati dan mengering. Dan seperti itulah kamu akan dikeluarkan dan dibangkitkan dari kubur.
Dalam kedua ayat ini, Allah memberi petunjuk kepada kaum mukmin tentang cara-cara untuk melepaskan diri dari azab neraka dan memasukkan mereka ke dalam surga. Allah memerintahkan mereka untuk menyucikan-Nya dari segala sifat yang tidak layak bagi-Nya, memuji dan memuja-Nya serta menyebut nama-Nya dengan segala sifat-sifat yang baik dan terpuji. Seakan-akan Allah berkata, "Jika kamu telah mengetahui dengan pasti nasib kedua golongan itu, maka sucikanlah Aku di waktu malam dan siang, di waktu petang dan pagi dengan berbagai amalan yang diridai-Nya."
Ibnu 'Abbas berpendapat bahwa yang dimaksud dengan tasbih (menyucikan Tuhan) di sini ialah salat lima waktu yang diwajibkan kepada kaum Muslimin. Lalu orang bertanya, "Dari perkataan apakah dipahami salat yang lima waktu itu?" Ibnu 'Abbas menjawab, "Dari perkataan "maka bertasbihlah kepada Allah di waktu kamu berada di malam hari", maksudnya ialah salat Magrib dan Isya. Perkataan "dan di waktu kamu berada di waktu subuh", maksudnya salat Subuh. Perkataan "dan di waktu kamu berada pada petang hari", maksudnya ialah salat Asar, dan perkataan "dan di waktu kamu berada di waktu zuhur", yaitu salat Zuhur.
Ibnu 'Abbas, Adh-ahhak, Sa'id bin Jabair, dan Qatadah berpendapat bahwa kedua ayat tersebut di atas hanya merupakan isyarat akan empat salat yaitu salat Magrib, Subuh, Asar, dan Zuhur. Sedangkan salat Isya (yang terakhir) tersebut pada ayat yang lain, yaitu firman Allah:
Laksanakanlah salat sejak matahari tergelincir sampai gelapnya malam dan(laksanakan pula salat) Subuh. Sungguh, salat subuh itu disaksikan (oleh malaikat). (al-Isra'/17: 78)
An-Nahhas, seorang ahli tafsir, juga berpendapat bahwa ayat-ayat tersebut di atas berkenaan dengan salat lima waktu. Beliau mendukung pendapat 'Ali bin Sulaiman yang berkata bahwa ayat itu ialah bertasbih kepada Allah dalam salat, sebab tasbih itu ada dalam salat-salat tersebut.
Imam ar-Razi berpendapat bahwa tasbih itu berarti "penyucian". Pendapat ini lebih kuat dan lebih utama, sebab dalam penyucian itu termasuk salat. Penyucian yang disuruh ialah:
1. Penyucian hati, yaitu itikad yang teguh.
2. Penyucian lidah beserta hati, yaitu mengatakan yang baik-baik.
3. Penyucian anggota tubuh beserta hati dan lidah, yaitu mengerjakan yang baik-baik (amal saleh).
Penyucian pertama di atas ialah pokok, sedang yang kedua adalah hasil yang pertama, dan ketiga adalah hasil dari yang kedua. Sebab seorang manusia yang mempunyai itikad baik yang timbul dari hatinya, tercermin dari tutur katanya yang baik. Apabila dia berkata maka kebenaran perkataannya itu akan jelas terlihat dalam tingkah laku dan segala perbuatannya. Lidah adalah penerjemah dari apa yang tebersit dalam hati. Sedangkan perbuatan anggota tubuh adalah perwujudan dari isi hati dan apa yang telah dikatakan lisan. Salat adalah perbuatan anggota tubuh yang paling baik, termasuk di dalamnya menyebut Tuhan dengan lisan, dan niat dengan hati, dan itulah pembersihan yang sebetulnya. Apabila Allah berkata agar Dia disucikan, maka kaum Muslimin wajib untuk melaksanakan segala yang dianggap pantas untuk menyucikan-Nya.
Perintah menyucikan Allah merupakan perintah melaksanakan salat. Pendapat ini sesuai dengan tafsir ayat 15 di atas. Sebab Allah menerangkan bahwa kedudukan yang tinggi dan pahala yang paling sempurna akan diperoleh orang-orang yang beriman dan beramal saleh.
Allah berfirman:
Maka adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, ma-ka mereka di dalam taman (surga) bergembira. (ar-Rum/30: 15)
Dalam ayat ini, Allah menyatakan apabila telah diketahui bahwa surga itu suatu tempat bagi orang-orang yang beramal saleh, maka sucikanlah Allah dengan iman yang baik dalam hati, esakanlah Dia dengan lisan, dan beramal salehlah dengan mempergunakan anggota tubuh. Semuanya itu merupakan penyucian dan pemujian. Bertasbihlah kepada Allah agar kegembiraan di surga dan kesenangan yang dicita-citakan itu dapat dicapai.
Ayat ini juga menjelaskan bahwa bukan hanya manusia satu-satunya makhluk yang bertasbih kepada Allah, tetapi semua makhluk yang ada di langit dan di bumi juga bertasbih dengan memuji-Nya. Hal ini jelas kelihatan dari ayat berikut ini:
Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tidak ada sesuatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu tidak mengerti tasbih mereka. Sungguh, Dia Maha Penyantun, Maha Pengampun. (al-Isra'/17: 44)
Allah menjelaskan bahwa tasbih mereka kepada-Nya adalah untuk kemanfaatan mereka sendiri, bukan untuk Allah. Oleh karena itu, mereka wajib memuji Allah dengan cara bertasbih kepada-Nya. Hal ini telah difirmankan Allah seperti tersebut dalam ayat berikut ini:
Mereka merasa berjasa kepadamu dengan keislaman mereka. Katakanlah, "Janganlah kamu merasa berjasa kepadaku dengan keislamanmu, sebenarnya Allah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjukkan kamu kepada keimanan, jika kamu orang yang benar." (al-hujarat/49: 17)
Para ahli tafsir ada yang berpendapat bahwa maksud dari pujian-pujian bagi Allah itu adalah satu cara untuk mengagungkan Allah dan mendorong manusia untuk beribadah kepada-Nya, karena nikmat-Nya sangat banyak yang diberikan kepada manusia.
Dalam dua ayat ini diutamakan menyebut waktu-waktu yang layak untuk bertasbih karena tanda-tanda kekuasaan, keagungan, dan rahmat Allah tampak pada waktu-waktu tersebut. Penyebutan malam didahulukan dari pagi karena menurut kalender Qamariah, malam dan kegelapan itu lebih dahulu dari pagi hari. Permulaan tanggal itu dimulai setelah terbenam matahari. Demikian pula halnya berkenaan dengan petang dan zuhur, yakni petang lebih dahulu terjadinya dari zuhur menurut kalender Qamariah itu.
Ada beberapa hadis yang mengatakan tentang kelebihan yang terkandung dalam kedua ayat tersebut. Pertama ialah:
Rasulullah ﷺ telah bersabda, "Inginkah kamu aku beritakan kepadamu: "Kenapa Allah menamakan Ibrahim a.s. sebagai khalil (teman)-Nya yang setia? Ialah karena ia membaca di waktu pagi dan petang, bertasbihlah kepada Allah di waktu kamu berada di petang hari di waktu subuh. Dan bagi-Nyalah segala puji di langit dan di bumi dan di waktu kamu berada pada petang hari dan di waktu kamu berada di waktu zuhur." (Riwayat Ahmad dan Ibnu Jarir dari Mu'adz bin Anas)
Seterusnya Nabi bersabda:
Siapa yang mengucapkan di waktu pagi subhanallah hingga firman Tuhan wa kadzalika tukhrajun maka dia akan mendapatkan pahala dari apa yang tidak dapat dikerjakannya pada siang hari itu. Dan siapa yang mengatakan di waktu petang, maka ia akan mendapatkan pahala dari yang tidak dapat dikerjakan di waktu malamnya. (Riwayat Abu Dawud dan ath-thabrani dari Ibnu 'Abbas)
Dari kedua hadis tersebut di atas dapat diambil kesimpulan betapa pentingnya ayat-ayat 17-18 di atas untuk dihayati dan diamalkan oleh kaum Muslimin.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
SIFAT-SIFAT KEHIDUPAN
Ayat 11
“Allah-lah yang memulai ciptaan."
Dari tidak ada kepada ada. Dibangkitkan-Nya manusia sebagai penduduk bumi daripada bumi itu sendiri, “Kemudian itu mengembalikannya." Sesudah lama keadaan hidup di atas dunia, kelaknya manusia akan dikembalikan kepada asalnya, yaitu bumi tempat dia dicipta-kan dan dilahirkan,
“Kemudian itu kepada-Nyalah kamu sekaliannya akan dikembalikan,"
Artinya, bukanlah manusia semata-mata berasal usul dari tanah dan hidup di atas tanah, kemudian mati lalu kembali ke asal semula, yaitu tanah pula. Perjalanan manusia tidaklah cukup atau selesai sehingga itu saja. Akan ada lagi pengembalian yang terakhir, yaitu kembali kepada Allah ﷻ Hanya tubuh yang dibalikkan ke asal. Di dalam tubuh ada nyawa. Seketika jasad kasar balik ke asal, nyawa pun balik ke asal, ke dalam simpanan Allah SWT, menunggu masa kebangkitan yang bernama Sa'ah dan bernama juga Kiamat.
Ayat 12
“Dan pada hari akan berdiri Kiamat itu."
Pada masa yang hanya Allah saja yang mengetahuinya bilakah akan terjadi. Pada hari itu kelak,
“Akan bingunglah orang-orang yang durhaka."
Bingung karena menyesali diri. Bingung karena peringatan Allah yang telah disampaikan dengan perantaraan nabi-nabi dan rasul-rasul Allah, sejak manusia mendiami muka bumi ini, tidak mereka pedulikan. Setelah Kiamat datang nyatalah apa yang telah di-peringatkan dahulu itu. Penilaian berubah sama sekali. Harga manusia tidak lagi ditentukan oleh kekayaan, kemegahan, pangkat, dan kebesaran. Di hari Kiamat manusia telah ber-hadapan dengan Yang Mahakaya, Maha Pen-cipta. Yang diperlukan di waktu itu hanya amal dan ketakwaan. Sedang mereka tidak mempunyai persediaan untuk itu. Itulah yang menyebabkan bingung, tertutup mulut, tidak dapat mengangkat muka.
Ayat 13
“Dan tidaklah akan ada untuk mereka, dan yang mereka persekutukan itu, pembelaan apa pun jua."
Setelah hari Kiamat datang, dan setiap manusia akan mempertanggung masa hidup yang pernah dilaluinya di hadapan Allah ﷻ sendiri, ternyata bahwa segala yang mereka persekutukan dengan Allah ﷻ itu tidak ada yang dapat membela.
“Dan akan adalah mereka, terhadap apa-apa yang mereka persekutukan itu, mengingkari."
Apa sebab mereka ingkari? Ialah karena kalau yang mereka persekutukan itu ialah manusia seperti mereka juga, akan ternyatalah di hari Kiamat, bahwa yang selama di dunia didewa-dewakan itu, tidaklah lebih daripada manusia yang selama ini memuja dan menyembahnya.
Ayat 14
“Dan pada hari berdiri Kiamat, di waktu itu mereka akan bercerai-berai."
Qatadah menafsirkan, “Pada hari itu semua terpaksa berpisah. Ada yang berpisah untuk selama-lamanya, tidak akan bertemu-temu lagi. Walaupun ayah dengan anak, walaupun suami dengan istri, walaupun dan walaupun. Sebab setelah selesai perhitungan (hisab), ternyata bahwa si suami baik amalannya ketika di dunia, dia pun masuk surga. Si istri jahat amalannya di dunia, dihalaulah dia masuk neraka."
Ayat 15
“Adapun orang-orang yang beriman dan beramal yang saleh-saleh."
Karena keinsafannya, bahwa masa hidup di dunia itu sangatlah singkat, tetapi kalau hidup di dunia yang singkat itu diisi dengan iman, diisi gerak langkah dengan amalan dan perbuatan-perbuatan baik, karena dengan cara demikianlah akan diselamatkan hidup yang baqa' itu.
“Maka mereka itu di dalam surga akan dibuat gembira."
Sama sekali itu lain tidak adalah karena usahanya dan kepatuhannya sendiri, karena kepercayaannya akan apa yang dijanjikan Allah SWT, pasti itulah yang akan ditemuinya.
Ayat 16
“Dan adapun orang-orang yang kafir."
Menolak, mengingkari, “Dan mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan akan pertemuan akhirat." Ayat-ayat di sini artinya ialah peringatan, perintah, dan larangan. Mereka pandang semuanya itu omong kosong belaka. Apatah lagi janji Allah akan hari akhirat, bahwa manusia akan dihidupkan kembali dan akan dikumpulkan lalu dihisab dan ditimbang (mizan) dan akan diganjari menurut amalnya; semuanya itu mereka bohongkan.
“Maka mereka itu di dalam adzab siksaan akan disiapkan."
Setelah kemungkinan di hari esok, yaitu hari akhirat sesudah Kiamat diterangkan begitu jelas, maka selalulah Allah ﷻ menunjukkan jalan keluar dari bahaya adzab siksaan neraka dan harapan mendapat nikmat karunia surga. Ini disebutkan pada ayat berikut.
Ayat 17
“Maka mengucapkan pujian bagi Allah ketika kamu berada di waktu petang."
Di waktu petang kita melihat kelelahan manusia sesudah bekerja keras. Burung-burung di waktu itu berangsur pulang ke sarangnya.
“Dan ketika kamu berada di waktu pagi."
Yang disebut juga waktu fajar. Di waktu itu kamu akan melihat kelincahan. Burung-burung mulai bernyanyi dan berkicau, ayam berkokok, dan embun tinggal membasahi rumput.
Ayat 18
“Dan bagi-Nyalah segala puji-pujian di semua langit dan di bumi."
Semua yang ada di semua langit, atau di ketujuh lapis langit, dengan segala bintang-bintangnya dengan segala apa jua pun yang memenuhi bintang-bintang itu, sebagaimana yang kita lihat di muka bumi sebagai satu di antara bintang-bintang. Apakah yang dikatakan langit yang berlapis-lapis tujuh itu betul-betul berlapis-lapis sebagaimana yang dapat kita khayatkan ataukah lapisan kelompok bintang-bintang yang beberapa juta di antara bintang ada yang besarnya beratus kali lebih besar dari bumi, Allah-lah yang lebih tahu. Manusia dengan umurnya tidaklah akan sanggup mengetahui kesemuanya. Namun segala isi langit yang berlapis itu dan di atas bumi kita hidup ini akan timbul sendirilah pujian kepada Allah ﷻ Ayat ini boleh diartikan, bahwa segala ciptaan Allah ﷻ itu mengucapkan pujian kepada-Nya, karena kemaha-sempurnaan Allah Maha Pencipta, dan dalam memuji itu termasuklah manusia. Dan boleh pula diartikan, bahwa segala ciptaan Allah ﷻ mengucapkan puji-pujian kepada Allah SWT, maka manusia sendiri sebagai makhluk Allah ﷻ yang istimewa karena akal budinya di muka bumi ini, sudah sepatutnya pula mengucapkan puji-pujian kepada Allah ﷻ “Di kala kamu berada di malam hari (waktu Isya)." Waktu Isya ialah bagian malam. Sebab itulah maka shalat malam bernama shalat Isya, dan makan malam disebut ‘asyaa'.
“Dan ketika kamu berada di waktu Zhuhur."
Yaitu siang, sesudah tergelincir matahari dari tengah-tengah langit.
Untuk lebih mempererat hubungan kita dengan Allah SWT, dan merasakan serta meresapkan hubungan dengan alam ciptaan Allah SWT, seyogianya kita membaca ayat-ayat yang berisi anjuran Allah ﷻ agar kita meletakkan perhatian kepada alam sekeliling, yang banyak terdapat di dalam Al-Qur'an, terutama pada surah-surah yang diturunkan di Mekah. Demi waktu Dhuha, demi malam dengan kegelapannya, demi siang dengan ke-cemerlangannya, demi matahari ketika se-penggalah naik, demi bulan ketika dia me-nungkasnya, demi langit dengan bintang yang menembusi malam, demi fajar dan malam-malam yang sepuluh, demi dan demi. Baca itu semuanya dengan tenang dan tafakur.
Ayat 19
“Dialah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup."
Dari manusia yang hidup ini keluarlah mani yang mati, sebab belum ada nyawanya. Namun dari mani yang tidak bernyawa itu akan terciptalah manusia yang hidup. Dari telur yang masih mati, sebab tidak bernyawa, akan timbullah anak ayam yang bernyawa. Dari tumbuh-tumbuhan yang hidup timbullah buah atau biji yang mati. Tetapi setelah biji yang mati itu tertanam di atas tanah, akan muncullah pohon-pohon yang hidup. Buah kelapa yang telah tua sama dengan mati; tetapi bila tuanya telah melampaui batas tua, dia akan tumbuh mempunyai daun, yang berarti dia sendiri hidup sesudah mati. Seekor anjing mati tergilas mobil, lalu tercampak ke tepi jalan. Beberapa hari di belakang tumbuh di atas bangkai anjing itu beribu-ribu ulat yang hidup, yang kelak akan menjelma menjadi makhluk yang akan mati pula. “Dan Dialah yang menghidupkan bumi sesudah matinya." Kadang-kadang bila musim panas dan kemarau datang, matilah bumi, keringlah segala rumput dan beterbangan segala debu. Tetapi setelah kemarau berganti dengan musim hujan, bumi kelihatan hidup kembali, segar dan gembira. Daun-daun kayu pun jika musim kemarau kelihatan lesu. Namun sehari sesudah hujan turun, besoknya dia kelihatan gembira.
“Dan demikianlah kamu akan dikeluarkan."
Bahkan sesudah mati dan hancur dagingmu, bahkan mumuk jadi abu tulangmu dalam kubur, tidaklah mustahil jika Allah ﷻ memanggilmu buat hidup kembali.