Ayat
Terjemahan Per Kata
وَيَوۡمَ
dan pada hari
تَقُومُ
berdiri/terjadi
ٱلسَّاعَةُ
kiamat
يُبۡلِسُ
berputus asa
ٱلۡمُجۡرِمُونَ
orang-orang yang berdosa
وَيَوۡمَ
dan pada hari
تَقُومُ
berdiri/terjadi
ٱلسَّاعَةُ
kiamat
يُبۡلِسُ
berputus asa
ٱلۡمُجۡرِمُونَ
orang-orang yang berdosa
Terjemahan
Pada hari (ketika) terjadi kiamat, para pendurhaka terdiam berputus asa.
Tafsir
(Dan pada hari terjadinya kiamat, orang-orang yang zalim terdiam berputus asa) orang-orang musyrik diam karena mereka sudah tidak mempunyai alasan lagi.
Tafsir Surat Ar-Rum: 11-16
Allah menciptakan (manusia) dari permulaan, kemudian mengembalikan (menghidupkan)nya kembali, kemudian kepada-Nyalah kamu dikembalikan. Dan pada hari terjadinya kiamat, orang-orang yang berdosa terdiam berputus asa. Dan sekali-kali tidak ada pemberi syafaat bagi mereka dari berhala-berhala mereka dan adalah mereka mengingkari berhala mereka. Dan pada hari terjadinya kiamat, di hari itu mereka (manusia) bergolong-golongan. Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih, maka mereka di dalam taman (surga) bergembira. Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami (Al-Qur'an) serta (mendustakan) menemui hari akhirat, maka mereka tetap berada di dalam siksaan (neraka). (Ar-Rum: 11-16)
Ayat 11
Firman Allah subhaanahu wa ta’aalaa: Allah menciptakan (manusia) dari permulaan, kemudian mengembalikan (menghidupkan)nya kembali. (Ar-Rum: 11) Yaitu sebagaimana Dia mampu menciptakannya pada yang pertama kali, maka Dia mampu pula mengembalikannya menjadi hidup seperti semula.
Kemudian kepada-Nyalah kamu dikembalikan. (Ar-Rum: 11) Maksudnya, kelak pada hari kiamat, maka Dia memberikan balasan kepada setiap orang sesuai dengan amal perbuatannya.
Ayat 12
Dalam firman selanjutnya disebutkan: Dan pada hari terjadinya kiamat, orang-orang yang berdosa terdiam berputus asa. (Ar-Rum: 12) Ibnu Abbas mengatakan bahwa makna yublisu ialah berputus asa, sedangkan menurut Mujahid artinya dipermalukan, dan menurut riwayat yang lain bersedih hati.
Ayat 13
Dan sekali-kali tidak ada pemberi syafaat bagi mereka dari berhala-berhala mereka. (Ar-Rum: 13) Yakni tiada suatu pun dari berhala-berhala mereka yang dahulu mereka puja dan sembah selain Allah dapat memberi pertolongan kepada mereka, bahkan berhala-berhala itu mengingkari penyembahan mereka dan berkhianat terhadap mereka di saat mereka membutuhkan pertolongannya.
Ayat 14
Dalam firman selanjutnya disebutkan: Dan pada hari terjadinya kiamat, di hari itu mereka (manusia) bergolong-golongan. (Ar-Rum: 14) Qatadah mengatakan, "Demi Allah, itu adalah perpisahan yang tiada pertemuan lagi sesudahnya." Yakni apabila golongan yang ini diangkat masuk ke dalam surga yang tinggi dan golongan yang itu direndahkan di dalam neraka yang terbawah, maka itulah akhir pertemuan di antara kedua golongan tersebut.
Ayat 15
Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan: Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih, maka mereka di dalam taman (surga) bergembira. (Ar-Rum: 15) Menurut Mujahid dan Qatadah, makna yuhbarun ialah bersenang-senang.
Menurut Yahya ibnu Abu Katsir artinya mendengarkan nyanyian. Padahal makna asal dari al-hibrah lebih umum daripada semuanya itu, sebagaimana yang dikatakan oleh Al-Ajjaj dalam salah satu bait syair gubahannya: Maka segala puji bagi Allah yang telah memberikan kegembiraan kepada para pendukung perkara yang hak, sesungguhnya Tuhan berterima kasih.
Ayat 16
Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami (Al-Qur'an) serta (mendustakan) menemui hari akhirat, maka mereka tetap berada di dalam siksaan (neraka). (Ar-Rum: 16)
Dan pada hari ketika terjadi Kiamat, di mana tiap orang akan dipisah sesuai amal masing-masing, orang-orang yang berdosa, yakni kaum musyrik, hanya terdiam membisu dan tidak mampu beralasan lagi. Mereka berputus asa karena tidak bisa menyelamatkan diri dari azab Allah. Mereka bahkan berandai-andai jika dahulunya hanya seonggok tanah. 13. Dan pada hari itu juga tidak mungkin ada pemberi syafaat dan pertolongan bagi mereka dari berhala-berhala yang di dunia dulu mereka sembah dan harap pertolongannya. Melihat hal ini, mereka mengingkari berhala-berhala mereka itu dan berlepas diri dari mereka karena ternyata berhala-berhala itu tidak mampu membantu mereka justru pada saat dibutuhkan. Mereka bahkan menegaskan seandainya dikembalikan ke dunia, mereka bersumpah tidak akan menyembah berhala-berhala itu lagi. (Lihat pula: al-Baqarah/2: 166'167).
Kedua ayat ini merupakan ancaman bagi orang-orang musyrik yang mengingkari hari kebangkitan. Mereka tidak mau menerima kebenaran tentang adanya hari kebangkitan seperti tersebut di atas. Dengan demikian, mereka disebut orang-orang berdosa. Walaupun merasa tenteram dengan kehidupan dunia, namun mereka pasti akan mendapatkan balasan di akhirat kelak. Di kala itu, mereka tidak akan mendapatkan alasan apa pun untuk membela nasib sehingga mereka terdiam dan putus asa.
Orang berdosa itu tidak akan mendapat syafaat yang akan melindungi dan menyelamatkan mereka dari azab Allah. Segala sesuatu yang mereka sembah selain Allah telah menyesatkan mereka, sebelum mereka benar-benar yakin bahwa penyembahan kepada berhala-berhala itu akan mendekatkan diri mereka kepada Allah, seperti diterangkan dalam firman-Nya:
Dan mereka menyembah selain Allah, sesuatu yang tidak dapat mendatangkan bencana kepada mereka dan tidak (pula) memberi manfaat, dan mereka berkata, "Mereka itu adalah pemberi syafaat kami di hadapan Allah." Katakanlah, "Apakah kamu akan memberitahu kepada Allah sesuatu yang tidak diketahui-Nya apa yang di langit dan tidak (pula) yang di bumi?" Mahasuci Allah dan Mahatinggi dari apa yang mereka persekutukan itu. (Yunus/10: 18)
Orang-orang musyrik itu di akhirat mengingkari berhala-berhala yang mereka sembah di dunia, padahal dengan berhala-berhala itulah mereka mempersekutukan Tuhan semesta alam di dunia.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
SIFAT-SIFAT KEHIDUPAN
Ayat 11
“Allah-lah yang memulai ciptaan."
Dari tidak ada kepada ada. Dibangkitkan-Nya manusia sebagai penduduk bumi daripada bumi itu sendiri, “Kemudian itu mengembalikannya." Sesudah lama keadaan hidup di atas dunia, kelaknya manusia akan dikembalikan kepada asalnya, yaitu bumi tempat dia dicipta-kan dan dilahirkan,
“Kemudian itu kepada-Nyalah kamu sekaliannya akan dikembalikan,"
Artinya, bukanlah manusia semata-mata berasal usul dari tanah dan hidup di atas tanah, kemudian mati lalu kembali ke asal semula, yaitu tanah pula. Perjalanan manusia tidaklah cukup atau selesai sehingga itu saja. Akan ada lagi pengembalian yang terakhir, yaitu kembali kepada Allah ﷻ Hanya tubuh yang dibalikkan ke asal. Di dalam tubuh ada nyawa. Seketika jasad kasar balik ke asal, nyawa pun balik ke asal, ke dalam simpanan Allah SWT, menunggu masa kebangkitan yang bernama Sa'ah dan bernama juga Kiamat.
Ayat 12
“Dan pada hari akan berdiri Kiamat itu."
Pada masa yang hanya Allah saja yang mengetahuinya bilakah akan terjadi. Pada hari itu kelak,
“Akan bingunglah orang-orang yang durhaka."
Bingung karena menyesali diri. Bingung karena peringatan Allah yang telah disampaikan dengan perantaraan nabi-nabi dan rasul-rasul Allah, sejak manusia mendiami muka bumi ini, tidak mereka pedulikan. Setelah Kiamat datang nyatalah apa yang telah di-peringatkan dahulu itu. Penilaian berubah sama sekali. Harga manusia tidak lagi ditentukan oleh kekayaan, kemegahan, pangkat, dan kebesaran. Di hari Kiamat manusia telah ber-hadapan dengan Yang Mahakaya, Maha Pen-cipta. Yang diperlukan di waktu itu hanya amal dan ketakwaan. Sedang mereka tidak mempunyai persediaan untuk itu. Itulah yang menyebabkan bingung, tertutup mulut, tidak dapat mengangkat muka.
Ayat 13
“Dan tidaklah akan ada untuk mereka, dan yang mereka persekutukan itu, pembelaan apa pun jua."
Setelah hari Kiamat datang, dan setiap manusia akan mempertanggung masa hidup yang pernah dilaluinya di hadapan Allah ﷻ sendiri, ternyata bahwa segala yang mereka persekutukan dengan Allah ﷻ itu tidak ada yang dapat membela.
“Dan akan adalah mereka, terhadap apa-apa yang mereka persekutukan itu, mengingkari."
Apa sebab mereka ingkari? Ialah karena kalau yang mereka persekutukan itu ialah manusia seperti mereka juga, akan ternyatalah di hari Kiamat, bahwa yang selama di dunia didewa-dewakan itu, tidaklah lebih daripada manusia yang selama ini memuja dan menyembahnya.
Ayat 14
“Dan pada hari berdiri Kiamat, di waktu itu mereka akan bercerai-berai."
Qatadah menafsirkan, “Pada hari itu semua terpaksa berpisah. Ada yang berpisah untuk selama-lamanya, tidak akan bertemu-temu lagi. Walaupun ayah dengan anak, walaupun suami dengan istri, walaupun dan walaupun. Sebab setelah selesai perhitungan (hisab), ternyata bahwa si suami baik amalannya ketika di dunia, dia pun masuk surga. Si istri jahat amalannya di dunia, dihalaulah dia masuk neraka."
Ayat 15
“Adapun orang-orang yang beriman dan beramal yang saleh-saleh."
Karena keinsafannya, bahwa masa hidup di dunia itu sangatlah singkat, tetapi kalau hidup di dunia yang singkat itu diisi dengan iman, diisi gerak langkah dengan amalan dan perbuatan-perbuatan baik, karena dengan cara demikianlah akan diselamatkan hidup yang baqa' itu.
“Maka mereka itu di dalam surga akan dibuat gembira."
Sama sekali itu lain tidak adalah karena usahanya dan kepatuhannya sendiri, karena kepercayaannya akan apa yang dijanjikan Allah SWT, pasti itulah yang akan ditemuinya.
Ayat 16
“Dan adapun orang-orang yang kafir."
Menolak, mengingkari, “Dan mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan akan pertemuan akhirat." Ayat-ayat di sini artinya ialah peringatan, perintah, dan larangan. Mereka pandang semuanya itu omong kosong belaka. Apatah lagi janji Allah akan hari akhirat, bahwa manusia akan dihidupkan kembali dan akan dikumpulkan lalu dihisab dan ditimbang (mizan) dan akan diganjari menurut amalnya; semuanya itu mereka bohongkan.
“Maka mereka itu di dalam adzab siksaan akan disiapkan."
Setelah kemungkinan di hari esok, yaitu hari akhirat sesudah Kiamat diterangkan begitu jelas, maka selalulah Allah ﷻ menunjukkan jalan keluar dari bahaya adzab siksaan neraka dan harapan mendapat nikmat karunia surga. Ini disebutkan pada ayat berikut.
Ayat 17
“Maka mengucapkan pujian bagi Allah ketika kamu berada di waktu petang."
Di waktu petang kita melihat kelelahan manusia sesudah bekerja keras. Burung-burung di waktu itu berangsur pulang ke sarangnya.
“Dan ketika kamu berada di waktu pagi."
Yang disebut juga waktu fajar. Di waktu itu kamu akan melihat kelincahan. Burung-burung mulai bernyanyi dan berkicau, ayam berkokok, dan embun tinggal membasahi rumput.
Ayat 18
“Dan bagi-Nyalah segala puji-pujian di semua langit dan di bumi."
Semua yang ada di semua langit, atau di ketujuh lapis langit, dengan segala bintang-bintangnya dengan segala apa jua pun yang memenuhi bintang-bintang itu, sebagaimana yang kita lihat di muka bumi sebagai satu di antara bintang-bintang. Apakah yang dikatakan langit yang berlapis-lapis tujuh itu betul-betul berlapis-lapis sebagaimana yang dapat kita khayatkan ataukah lapisan kelompok bintang-bintang yang beberapa juta di antara bintang ada yang besarnya beratus kali lebih besar dari bumi, Allah-lah yang lebih tahu. Manusia dengan umurnya tidaklah akan sanggup mengetahui kesemuanya. Namun segala isi langit yang berlapis itu dan di atas bumi kita hidup ini akan timbul sendirilah pujian kepada Allah ﷻ Ayat ini boleh diartikan, bahwa segala ciptaan Allah ﷻ itu mengucapkan pujian kepada-Nya, karena kemaha-sempurnaan Allah Maha Pencipta, dan dalam memuji itu termasuklah manusia. Dan boleh pula diartikan, bahwa segala ciptaan Allah ﷻ mengucapkan puji-pujian kepada Allah SWT, maka manusia sendiri sebagai makhluk Allah ﷻ yang istimewa karena akal budinya di muka bumi ini, sudah sepatutnya pula mengucapkan puji-pujian kepada Allah ﷻ “Di kala kamu berada di malam hari (waktu Isya)." Waktu Isya ialah bagian malam. Sebab itulah maka shalat malam bernama shalat Isya, dan makan malam disebut ‘asyaa'.
“Dan ketika kamu berada di waktu Zhuhur."
Yaitu siang, sesudah tergelincir matahari dari tengah-tengah langit.
Untuk lebih mempererat hubungan kita dengan Allah SWT, dan merasakan serta meresapkan hubungan dengan alam ciptaan Allah SWT, seyogianya kita membaca ayat-ayat yang berisi anjuran Allah ﷻ agar kita meletakkan perhatian kepada alam sekeliling, yang banyak terdapat di dalam Al-Qur'an, terutama pada surah-surah yang diturunkan di Mekah. Demi waktu Dhuha, demi malam dengan kegelapannya, demi siang dengan ke-cemerlangannya, demi matahari ketika se-penggalah naik, demi bulan ketika dia me-nungkasnya, demi langit dengan bintang yang menembusi malam, demi fajar dan malam-malam yang sepuluh, demi dan demi. Baca itu semuanya dengan tenang dan tafakur.
Ayat 19
“Dialah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup."
Dari manusia yang hidup ini keluarlah mani yang mati, sebab belum ada nyawanya. Namun dari mani yang tidak bernyawa itu akan terciptalah manusia yang hidup. Dari telur yang masih mati, sebab tidak bernyawa, akan timbullah anak ayam yang bernyawa. Dari tumbuh-tumbuhan yang hidup timbullah buah atau biji yang mati. Tetapi setelah biji yang mati itu tertanam di atas tanah, akan muncullah pohon-pohon yang hidup. Buah kelapa yang telah tua sama dengan mati; tetapi bila tuanya telah melampaui batas tua, dia akan tumbuh mempunyai daun, yang berarti dia sendiri hidup sesudah mati. Seekor anjing mati tergilas mobil, lalu tercampak ke tepi jalan. Beberapa hari di belakang tumbuh di atas bangkai anjing itu beribu-ribu ulat yang hidup, yang kelak akan menjelma menjadi makhluk yang akan mati pula. “Dan Dialah yang menghidupkan bumi sesudah matinya." Kadang-kadang bila musim panas dan kemarau datang, matilah bumi, keringlah segala rumput dan beterbangan segala debu. Tetapi setelah kemarau berganti dengan musim hujan, bumi kelihatan hidup kembali, segar dan gembira. Daun-daun kayu pun jika musim kemarau kelihatan lesu. Namun sehari sesudah hujan turun, besoknya dia kelihatan gembira.
“Dan demikianlah kamu akan dikeluarkan."
Bahkan sesudah mati dan hancur dagingmu, bahkan mumuk jadi abu tulangmu dalam kubur, tidaklah mustahil jika Allah ﷻ memanggilmu buat hidup kembali.