Ayat
Terjemahan Per Kata
أَفَغَيۡرَ
maka apakah selain
دِينِ
agama
ٱللَّهِ
Allah
يَبۡغُونَ
mereka mencari
وَلَهُۥٓ
dan kepadaNya
أَسۡلَمَ
menyerahkan diri
مَن
orang/segala apa
فِي
di
ٱلسَّمَٰوَٰتِ
langit(jamak)
وَٱلۡأَرۡضِ
dan bumi
طَوۡعٗا
dengan suka
وَكَرۡهٗا
dan terpaksa
وَإِلَيۡهِ
dan kepadaNya
يُرۡجَعُونَ
mereka dikembalikan
أَفَغَيۡرَ
maka apakah selain
دِينِ
agama
ٱللَّهِ
Allah
يَبۡغُونَ
mereka mencari
وَلَهُۥٓ
dan kepadaNya
أَسۡلَمَ
menyerahkan diri
مَن
orang/segala apa
فِي
di
ٱلسَّمَٰوَٰتِ
langit(jamak)
وَٱلۡأَرۡضِ
dan bumi
طَوۡعٗا
dengan suka
وَكَرۡهٗا
dan terpaksa
وَإِلَيۡهِ
dan kepadaNya
يُرۡجَعُونَ
mereka dikembalikan
Terjemahan
Mengapa mereka mencari agama selain agama Allah? Padahal, hanya kepada-Nya apa yang ada di langit dan di bumi berserah diri, baik dengan suka maupun terpaksa, dan hanya kepada-Nya mereka dikembalikan.
Tafsir
(Apakah mereka hendak mencari agama yang lain dari agama Allah) dengan memakai 'ya' artinya orang-orang yang berpaling tadi dan ada pula yang memakai 'ta' sehingga berarti kamu (padahal kepada-Nya tunduk segala apa yang di langit dan di bumi, baik suka) tanpa menaruh keberatan (maupun terpaksa) yakni dengan memakai sarana yang membuat mereka tunduk kepada-Nya (dan kepada-Nya mereka dikembalikan) dengan memakai ta dan ya, sedangkan hamzah atau kata tanya pada awal ayat sebagai sanggahan.
Tafsir Surat Ali-'Imran: 83-85
Maka mengapa mereka mencari agama lain selain agama Allah, padahal kepada-Nyalah bererah diri segala apa yang ada di langit dan di bumi, baik dengan sukarela maupun terpaksa, dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan?
Katakanlah, "Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya'qub dan anak-anaknya; dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa, dan para nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka, dan hanya kepada-Nyalah kami berserah diri."
Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) darinya, dan di akhirat dia termasuk orang-orang yang rugi.
Ayat 83
Allah ﷻ mengingkari melalui firman-Nya terhadap orang yang menghendaki agama selain agama Allah yang diturunkan melalui kitab-kitab-Nya dengan perantaraan para rasul yang diutus-Nya. Agama Allah itu adalah yang memerintahkan hanya menyembah kepada Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya; semua makhluk yang ada di langit dan di bumi berserah diri kepada-Nya, baik dengan sukarela maupun terpaksa. Seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya:
“Hanya kepada Allah-lah sujud (patuh) segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan sukarela ataupun terpaksa.” (Ar-Ra'd: 15)
“Dan apakah mereka tidak memperhatikan segala sesuatu yang telah diciptakan Allah yang bayangannya berbolak-balik ke kanan dan ke kiri dalam keadaan sujud kepada Allah, sedangkan mereka (bersikap) rendah hati. Dan kepada Allah sajalah bersujud segala apa yang berada di langit dan semua makhluk yang melata di bumi dan (juga) para malaikat, sedangkan mereka (malaikat) tidak menyombongkan diri. Mereka takut kepada Tuhan mereka yang berkuasa atas mereka dan melaksanakan apa yang diperintahkan (kepada mereka).” (An-Nahl: 48-50)
Orang yang benar-benar mukmin dengan segenap jiwa dan raganya berserah diri kepada Allah, sedangkan orang yang kafir berserah diri kepada Allah hanya karena terpaksa; karena sesungguhnya ia berada di bawah pengaruh, keperkasaan, dan kekuasaan Yang Maha Agung yang tidak dapat ditentang dan tidak pula dapat dicegah.
Di dalam sebuah hadits disebutkan pengertian lain sehubungan dengan tafsir ayat ini yang di dalamnya terkandung keanehan. Al-Hafidzh Abul Qasim At-Ath-Thabarani mengatakan: Telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnun Nadr Al-Askari, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Hafs An-Nufaili, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Mihsan Al-Ukasyi, telah menceritakan kepada kami Al-Auza'i, dari ‘Atha’ ibnu Abu Rabah, dari Nabi ﷺ yang bersabda: "Padahal kepada-Nyalah berserah diri segala apa yang ada di langit dan di bumi, baik dengan sukarela maupun terpaksa" (Ali Imran: 83). Adapun makhluk yang ada di langit, mereka adalah para malaikat. Dan adapun makhluk yang ada di bumi, maka mereka adalah orang yang dilahirkan dalam keadaan Islam. Dan adapun orang yang berserah diri dengan terpaksa, maka mereka adalah para tawanan dari berbagai umat yang didatangkan dalam keadaan terbelenggu oleh rantai; mereka digiring masuk surga, sedangkan mereka dalam keadaan terpaksa.
Di dalam sebuah hadits shahih disebutkan: “Tuhanmu merasa kagum terhadap suatu kaum yang digiring ke surga dalam keadaan dirantai.”
Dalam pembahasan berikut akan disebutkan dalil lain dan segi lain, tetapi makna yang pertama bagi ayat ini lebih kuat. Waki' mengatakan di dalam kitab tafsirnya, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Mansur, dari Mujahid sehubungan dengan firman-Nya: “Padahal kepada-Nyalah berserah diri segala apa yang ada di langit dan di bumi, baik dengan sukarela maupun terpaksa.” (Ali Imran; 83) Menurut Mujahid, makna ayat ini sama dengan yang terdapat di dalam ayat lain, yaitu firman-Nya: "Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka, ‘Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?’ Tentu mereka akan menjawab, ‘Allah’." (Luqman: 25)
Waki' mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Al-A'masy, dari Mujahid dan Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya: “Padahal kepada-Nyalah berserah diri segala apa yang ada di langit dan di bumi, baik dengan sukarela maupun terpaksa.” (Ali Imran: 83) Yakni hal ini terjadi di saat Allah mengambil perjanjian (dari mereka bahwa mereka tidak akan menyembah melainkan hanya kepada Allah, yaitu di zaman azali).
“Dan hanya kepada Allah-lah mereka dikembalikan.” (Ali Imran: 83)
Yakni pada hari kemudian, lalu Allah membalas tiap-tiap orang sesuai dengan amal perbuatannya.
Ayat 84
Kemudian Allah ﷻ berfirman: Katakanlah, "Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami." (Ali Imran: 84) Yang dimaksud adalah Al-Qur'an.
“Dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, dan Ya'qub.” (Ali Imran: 84)
Yakni semua suhuf (lembaran-lembaran kitab) dan wahyu yang diturunkan kepada mereka.
“Dan anak-anaknya.” (Ali Imran: 84)
Mereka adalah kabilah-kabilah dari kalangan Bani Israil yang bercabang dari anak-anak Israil (yakni Nabi Ya'qub) yang jumlahnya ada dua belas orang.
“Dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa.” (Ali Imran: 84)
Yang dimaksud adalah kitab Taurat dan kitab Injil.
“Dan para nabi dari Tuhan mereka.” (Ali Imran: 84)
Hal ini mencakup pengertiannya kepada semua nabi secara umum.
“Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka.” (Ali Imran: 84)
Bahkan kami beriman kepada semuanya.
“Dan hanya kepada-Nyalah kami berserah diri.” (Ali Imran: 84)
Orang-orang mukmin dari kalangan umat ini beriman kepada semua nabi yang diutus dan beriman kepada semua kitab yang diturunkan. Mereka sama sekali tidak ingkar kepada sesuatu pun dari hal tersebut, bahkan mereka membenarkan bahwa semuanya itu diturunkan dari sisi Allah dan membenarkan semua nabi yang diutus oleh Allah.
Ayat 85
Firman Allah ﷻ: “Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) darinya.” (Ali Imran: 85)
Yakni barang siapa yang menempuh suatu jalan selain jalan yang telah disyariatkan oleh Allah, maka jalan itu tidak akan diterima darinya.
“Dan di akhirat dia termasuk orang-orang yang rugi.” (Ali Imran: 85), Perihalnya sama dengan apa yang telah dikatakan oleh Nabi ﷺ dalam sebuah hadits shahih, yaitu: “Barang siapa yang melakukan suatu amal, sedangkan amal itu tidak sesuai dengan tuntunan kami, maka amal itu ditolak.”
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id maula Bani Hasyim, telah menceritakan kepada kami Abbad ibnu Rasyid, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan, telah menceritakan kepada kami Abu Hurairah yang saat itu kami berada di Madinah, bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Kelak di hari kiamat amal perbuatan datang. Maka datanglah shalat, lalu berkata, "Wahai Tuhanku, akulah shalat." Allah berfirman, "Sesungguhnya kamu dalam kebaikan." Sedekah datang, lalu berkata, "Wahai Tuhanku, akulah sedekah." Allah berfirman, "Sesungguhnya kamu dalam keadaan baik." Kemudian datanglah puasa, lalu berkata, "Wahai Tuhanku, akulah puasa." Allah berfirman, "Sesungguhnya kamu dalam keadaan baik." Kemudian datanglah amal-amal yang lain, semuanya dijawab oleh Allah ﷻ, "Sesungguhnya kamu dalam keadaan baik." Lalu datanglah Islam dan berkata, "Wahai Tuhanku, Engkau adalah sumber keselamatan, dan akulah Islam." Maka Allah berfirman, "Sesungguhnya kamu dalam keadaan baik; atas dasar kamulah Aku mengambil, dan atas dasar kamulah Aku memberi." Lalu Rasulullah ﷺ membacakan firman-Nya: “Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) darinya, dan di akhirat dia termasuk orang-orang yang rugi.” (Ali Imran: 85)
Hadits ini hanya diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Abu Abdur Rahman (yaitu Abdullah ibnu Imam Ahmad) mengatakan bahwa Abbad ibnu Rasyid adalah orang yang tsiqah (bisa dipercaya), tetapi Al-Hasan belum pernah mendengar dari Abu Hurairah.
Jika memang agama itu hakikatnya satu dan inti semua risalah juga sama yaitu tauhid, maka mengapa mereka berpaling dari agama yang benar yang dibawa oleh Nabi Muhammad dengan mencari agama yang lain selain agama Allah, yaitu agama Islam' Padahal, apa, yakni semua makhluk, yang di langit dan di bumi berserah diri dengan senantiasa tunduk dan patuh kepada hukum dan kehendak-Nya, baik dengan suka yaitu secara tulus ikhlas karena melihat bukti-bukti kebenaran, maupun terpaksa setelah melihat azab. Dan hanya kepada-Nya mereka dikembalikan, lalu mereka akan mendapat balasan yang setimpal Setelah ayat sebelumnya memaparkan bahwa para rasul diambil sumpah janjinya untuk mengimani kerasulan Nabi Muhammad dan menolong agamanya, maka melalui ayat ini, Allah hendak menguatkan kesamaan Tuhan dan risalah di antara rasul-rasul-Nya, yaitu dengan memerintahkan Nabi Muhammad untuk mengimani semua rasul dan kitab-kitab yang dibawanya. Katakanlah, wahai Nabi Muhammad, Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami, Al-Qur'an, dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub, dan anak cucunya, yang ada dua belas, di mana mereka beriman kepada Allah dan semua rasul tanpa membeda-bedakannya, tidak seperti yang dilakukan sebagian Ahli Kitab, dan apa yang diberikan kepada Musa, Taurat, Isa, Injil, dan para nabi lainnya dari Tuhan mereka yang tidak diketahui kisah-kisahnya. Kami juga tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka dalam mengimaninya, sebab mengingkari seorang rasul berarti mengingkari semuanya, dan hanya kepada-Nya kami berserah diri.
Allah tidak membenarkan sikap Ahli Kitab, bahkan mencelanya karena mereka itu menyeleweng dari kebenaran, setelah kebenaran itu tampak jelas bagi mereka dan mereka tidak mau memeluk agama Islam yang datang dari Allah. Allah ﷻ menegur mereka mengapa mereka berbuat demikian, padahal semua langit dan bumi tunduk kepada Allah secara sukarela dan takluk kepada ketentuan-Nya.
Secara ringkas dapat diterangkan bahwa orang Yahudi itu tidak percaya kepada agama yang dibawa Nabi Muhammad saw, padahal nabi-nabi mereka mempercayai Nabi Muhammad saw, yang akan datang kemudian. Dengan tidak percaya kepada Nabi Muhammad berarti mereka tidak percaya kepada nabi-nabi mereka sendiri; dan berarti mereka mencari agama selain Islam. Sikap mereka itu dicela oleh Allah karena apa saja yang ada di langit dan di bumi ini semuanya tunduk dan patuh kepada Allah mengapa mereka tidak berbuat demikian?
Kemudian Allah menjelaskan bahwa kepada Allah kembali semua makhluk, baik orang Yahudi, orang Nasrani, maupun umat-umat selain mereka. Pada saat itulah mereka akan diberi balasan, sesuai dengan perbuatan mereka di dunia.
Di dalam ayat ini terdapat ancaman keras bagi orang-orang Ahli Kitab baik orang Yahudi maupun orang Nasrani, karena mereka telah menyeleweng dari kebenaran, serta tidak mau mengakui kenabian Muhammad ﷺ
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
IKRAR NABI-NABI
Ayat 81
“Dan (ingatlah) tatkala Allah mengadakan perjanjian dengan nabi-nabi, ‘jika datang kepada kamu Kitab dan hikmah, kemudian datang pula kepada kamu seorang rasul, yang membenarkan apa yang ada pada kamu, bahwa kamu akan sungguh-sungguh percaya kepadanya dan sungguh-sungguh akan membelanya!"“
Pangkal ayat ini menjelaskan bahwa nabi-nabi yang dahulu itu senantiasa diberi tahu oleh Allah bahwa kemudian akan datang pula seorang rasul lagi. Rasul penutup. Menurut penafsiran dari Sa'ad bin Jubair, Qatadah, Thawus, Al-Hasan, dan as-Suddy, perjanjian di antara nabi-nabi dan Allah itu ialah supaya yang setengah membenarkan dan mengakui yang setengahnya lagi dengan iman.
Alhasil ialah bahwa Allah mengambil janji dengan nabi-nabi yang terlebih dahulu datang, supaya dia pun beriman kepada nabi yang akan datang kemudian dan membelanya.
Di dalam ayat ini disebutkan “datang kepada kamu", padahal Muhammad ﷺ belumlah datang pada masa nabi-nabi itu. Maka, yang menjadi maksud dari firman Allah ini ialah bahwa meskipun di waktu mereka hidup Muhammad belum lahir ke dunia, tetapi isi pokok dari ajaran yang akan dibawanya tidaklah berbeda dengan ajaran yang mereka bawa, bahkan membenarkan ajaran itu. Sama-sama memusatkan kepercayaan kepada Allah Yang Satu, sehingga jika dimisalkan beliau datang pada waktu itu maka pokok ajarananya jua. Akan tetapi, kelebihan dari ajaran Muhammad itu ialah bahwa yang dibawanya adalah penyempurnaan dan perlengkapan.
Kemudian lanjutan ayat, “Dia bertanya, ‘Sudahkah kamu berikrar dan kamu terima petjanjian-Ku itu!" Demikianlah pertanyaan Allah kepada nabi-nabi itu sebagai pengunci perjanjian yang telah mereka adakan dengan Allah."Mereka menjawab, ‘Kami telah berikrar!" Ikrar itu telah kita ambil menjadi bahasa kita sendiri, dan pengertian asli Arabnya tidaklah berubah setelah kita ambil. Ikrar ialah sikap hidup. Setelah sekalian nabi-nabi itu menyatakan ikrar masing-masing, pertama bantu-membantu di antara satu dan yang lain, Kedua sama-sama hidup akan percaya dan membantu, dan menyampaikan itu pula kepada umat masing-masing, maka,
“Berfirmanlah Dia, ‘Maka saksikan olehmu dan Aku pun bersama-sama dengan kamu dari golongan yang menyaksikan.'"
Apa kesan yang kita dapat dengan ujung ayat sebagai patri ikrar perjanjian ini? Kesan yang kita dapat ialah sekalian nabi dan rasul, meskipun masa hidup mereka berlain-lain dan umat yang mereka datangi pun berlain-lain pula, tetapi inti sari ajaran mereka hanya satu, yaitu penyerahan diri manusia kepada Allah, yang di dalam bahasa Arab disebut “Islam". Nabi dan rasul Allah semua bekerja di bawah naungan Allah. Di antara mereka dengan Allah telah berteguh-teguhan janji.
Ayat 82
“Maka barangsiapa yang berpaling sesudah yang demikian itu maka itulah mereka-mereka yang fasik."
Berpaling dari kesatuan itu adalah fasik, yaitu durhaka. Tidak lagi menuruti jalan yang lurus. Fasiklah orang kalau telah dibentuknya suatu macam agama, lalu didasarkannya kepada nama seorang nabi, lalu menyisihkan diri dari golongan yang lain, yang ajaran mereka pun berasal dari seorang nabi pula, tidak ada maksud hendak menggabungkan semuanya dalam satu ajaran. Nabi-nabi bersatu dan umat-umat di belakang mereka berpecah.
Ayat 83
"Apakah yang lain dari agama Allah yang mereka kehendaki?"
Tadi sudah nyata apa yang dikatakan agama Allah, yaitu menyerah dengan tulus ikhlas kepada Allah, menerima ajaran Allah yang dibawa sekalian nabi dan memandang sekalian nabi itu sama-sama nabi Allah. Kalau tidak begitu, bukan agama Allah lagi namanya. Kalau seorang nabi diterima dan yang lain ditolak, itu bukan lagi agama Allah. Apakah yang lain dari agama Allah itu yang mereka kehendaki? Yaitu tidak menyerah diri dengan sepenuhnya? “Padahal kepada-Nyalah menyerah apa-apa yang ada di semua langit dan bumi, dengan suka sendiri atau dengan terpaksa." Tengoklah alam sekeliling! Semuanya telah duduk menyerah kepada Allah, dengan suka ataupun dengan tidak suka, tetapi mau ataupun tidak mau, tidak ada jalan lain melainkan tunduk kepada Allah. Matahari, bumi, bulan, dan bintang-bintang, semuanya beredar dengan teratur, taat-setia kepada garis yang ditentukan Allah. Manusia pun mungkin ada yang tidak mau menyerah kepada Allah, tetapi dia tidak dapat memilih jalan lain daripada menyerah juga. Orang yang muda mau tidak mau mesti tua. Orang yang hidup mau tidak mau mesti mati. Alam semesta mau tidak mau mesti tunduk kepada peraturan perimbangan. Maka, bahagialah manusia yang insaf akan hai ini sehingga dia tidak merasa keberatan menerima ketentuan Allah. Lalu tunduk dengan patuhnya.
“Dan kepada-Nyalah mereka akan dikembalikan."
Mau tidak mau, tha'uan atau karhan, akhirnya mesti kembali kepada Allah juga. Apakah yang lebih baik daripada mematuhi Allah dari sekarang? Alangkah bahagianya kita pada waktu itu kelak, setelah kita kembali ke hadirat Allah bahwa kita telah membuktikan kepatuhan dan penyerahan diri?
Setelah menguraikan hal itu semuanya, sampai perjanjian nabi-nabi dengan Allah dan ucapan ikrar mereka maka kemudiannya Allah menyuruhkan kepada Nabi-Nya menjelaskan risalah yang dibawanya dengan tegas, menuruti ikrar nabi-nabi itu yang akan jadi pegangan bagi umat yang beriman,
Ayat 84
“Katakanlah, ‘Kami percaya kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim dan Ismail, dan Ishaq dan Ya'kub dan anak –cucu."
Yang diturunkan kepada beliau-beliau itu ialah berupa wahyu dan hikmah, isi ajarannya tetap satu, yaitu menolak segala penyembahan kepada yang selain Allah, seumpama berhala."Dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa dan nabi-nabi dari Tuhan mereka." Musa diberi kitab Taurat dan Isa diberi kitab Injil, nabi-nabi yang lain pun ada pula yang diberikan kepada mereka wahyu dan Zabur, seumpama yang diterima Dawud. Semuanya itu kami terima, kami junjung tinggi, dan tidak kami berpilih kasih, sebab isi semua hanya bermaksud satu, yaitu menyerahkan diri kepada Allah, tidak kepada yang lain."Tidaklah Kami memperbeda-bedakan di antara seorang pun dari mereka itu." Sehingga bagi kami segala nabi itu adalah nabi kami, segala ajaran mereka yang asli adalah pegangan kami, tidak ada nabi atau rasul yang sangat lebih kami hormati dan kurang kami hormati, atau seorang rasul kami katakan palsu, atau seorang lain dikatakan anak Allah atau Allah yang menjelma. Tidak begitu! Nabi bagi kami adalah sama mulianya, sama tugas kewajibannya, dan sama jasanya dan sama pendapat kepercayaan dan dipilih oleh Allah, mujtaba dan mushthafa.
“Dan kami, kepada-Nyalah kami menyerah."
Menyerah diri kepada Allah, Islam, sebab itulah yang diajarkan oleh sekalian nabi yang tidak kami perbeda-bedakan itu.
Kemudian sebagai penegasan lagi dari penyerahan diri itu, berfirmanlah Allah,
Ayat 85
“Dan barangsiapa yang menginginkan selain dari islam menjadi agama maka sekali-kali tidaklah akan diterima darinya. Dan, dia pada hari akhirat adalah seorang dari orang-orang yang rugi."
Berulang-ulang telah diterangkan bahwasanya agama yang sebenar-benar agama ialah menyerah diri kepada Allah, tidak bercabang kepada yang lain. Maka, sekalian mereka yang telah sampai kepada taraf penyerahan diri kepada Allah, walaupun dia bangsa apa, dalam saat penyerahan dirinya itu dia telah mencapai Islam. Berjalan selangkah lagi, sebagai akibat dari penyerahan diri kepada Allah, percayatah kepada sekalian rasul-Nya, dan dengan sendirinya percaya kepada risalah wahyu yang mereka bawa. Sebab itu, dapatlah kita pahami kalau pujangga Jerman yang besar, yaitu Goethe, yang berkata, “Kalau ini yang Islam, mengapa aku tidak dimasukkan ke dalam golongannya?"
Oleh sebab itu, bolehlah dikatakan bahwasanya Islam itu adalah persatuan umat manusia dalam penyerahan diri kepada Allah. Islam dalam hakikat aslinya tidaklah mengenal perbedaan kulit atau perbedaan keturunan dan tidak mengenal “benar atau salah, dia adalah golonganku".
Kerap kali telah terdengar anjuran hendak mencari jalan persatuan seluruh agama.
H.G. Wells, pujangga Inggris, pernah mengajarkan ini, bahkan di India orang mendirikan gerakan Theosofie, dengan maksud hendak mempersatukan agama-agama juga. Bahkan yang paling lucu adalah pengikut kaum Bahai. Mereka tinggalkan Islam agama mereka yang asli, lalu mereka tambah satu lagi, mereka namai agama Bahai untuk mempersatukan segala agama. Setiap timbul gerakan persatuan agama yang baru, dia pun tumbuh sebagai agama yang berdiri sendiri. Padahal kalau diperhatikan Islam itu dengan saksama, inilah dia hakikat persatuan agama, hasil pekerjaan mereka tidaklah lebih dari apa yang telah diajarkan oleh Islam. Akan tetapi, kalau Islam telah dijadikan oleh umat yang menampung dan memakainya menjadi golongan sendiri pula, karena terlepas dari mengambil pimpinan Allah dan Rasul, tentulah mereka ini menjadi golongan sendiri pula, sebagaimana Yahudi dan Nasrani tadi. Islam yang begini pun sama-sama diajak kepada islam yang sebenarnya, penyerahan diri kepada Allah. Maka, segala orang yang tidak lagi langsung menyerahkan diri kepada Allah meskipun dia memakai nama Islam, padahal dia jauh dari penyerahan diri kepada Allah, mungkin akan lebih parah kerugiannya di akhirat. Sebab, dipakainya nama Islam, padahal dia musyrik