Ayat
Terjemahan Per Kata
ذَٰلِكَ
demikian itu
مِنۡ
dari
أَنۢبَآءِ
berita-berita
ٱلۡغَيۡبِ
gaib
نُوحِيهِ
Kami mewahyukan
إِلَيۡكَۚ
kepadamu
وَمَا
dan tidak
كُنتَ
kamu berada
لَدَيۡهِمۡ
disisi mereka
إِذۡ
ketika
يُلۡقُونَ
mereka melemparkan
أَقۡلَٰمَهُمۡ
anak-anak panah mereka
أَيُّهُمۡ
siapa diantara mereka
يَكۡفُلُ
yang akan memelihara
مَرۡيَمَ
Maryam
وَمَا
dan tidak
كُنتَ
kamu berada
لَدَيۡهِمۡ
di sisi mereka
إِذۡ
ketika
يَخۡتَصِمُونَ
mereka bersengketa
ذَٰلِكَ
demikian itu
مِنۡ
dari
أَنۢبَآءِ
berita-berita
ٱلۡغَيۡبِ
gaib
نُوحِيهِ
Kami mewahyukan
إِلَيۡكَۚ
kepadamu
وَمَا
dan tidak
كُنتَ
kamu berada
لَدَيۡهِمۡ
disisi mereka
إِذۡ
ketika
يُلۡقُونَ
mereka melemparkan
أَقۡلَٰمَهُمۡ
anak-anak panah mereka
أَيُّهُمۡ
siapa diantara mereka
يَكۡفُلُ
yang akan memelihara
مَرۡيَمَ
Maryam
وَمَا
dan tidak
كُنتَ
kamu berada
لَدَيۡهِمۡ
di sisi mereka
إِذۡ
ketika
يَخۡتَصِمُونَ
mereka bersengketa
Terjemahan
Itulah sebagian dari berita-berita gaib yang Kami wahyukan kepadamu (Nabi Muhammad). Padahal, engkau tidak bersama mereka ketika mereka melemparkan pena mereka (untuk mengundi) siapa di antara mereka yang akan memelihara Maryam dan engkau tidak bersama mereka ketika mereka bersengketa.
Tafsir
(Demikian itu) yakni apa yang telah disebutkan mengenai Zakaria dan Maryam (adalah sebagian dari berita-berita gaib) berita-berita yang kamu tidak ketahui (yang Kami wahyukan kepadamu) hai Muhammad (padahal kamu tidak hadir bersama mereka ketika mereka lemparkan anak-anak panah mereka) ke dalam air untuk mengundi (siapakah di antara mereka yang akan mengasuh) atau mendidik (Maryam. Dan kamu juga tidak hadir bersama mereka ketika mereka bersengketa) tentang pengasuhannya sehingga bagaimana kamu akan dapat mengetahui dan menceritakan kisahnya padahal kamu mengetahuinya hanyalah dengan perantaraan wahyu.
Tafsir Surat Ali-'Imran: 42-44
Dan (ingatlah) ketika malaikat (Jibril) berkata, "Wahai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, menyucikan kamu, dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu).
Wahai Maryam, taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan rukuklah bersama orang-orang yang rukuk."
Itu adalah sebagian dari berita-berita gaib yang Kami wahyukan kepadamu (Muhammad); padahal kamu tidak berada di antara mereka, ketika mereka melemparkan anak-anak panah mereka (untuk mengundi) siapa di antara mereka yang akan mengasuh Maryam. Dan kamu tidak berada di antara mereka ketika mereka bertengkar.
Ayat 42
Allah ﷻ menceritakan khitab malaikat yang ditujukan kepada Maryam a.s. atas perintah dari Allah ﷻ yang isinya menyatakan bahwa Allah ﷻ telah memilihnya menjadi wanita yang terpilih, karena ibadahnya yang banyak, zuhudnya, kemuliaannya, dan kesuciannya dari semua kotoran dan godaan setan. Allah memilihnya kembali dari suatu waktu ke waktu yang lain karena kemuliaan yang dimilikinya berada di atas semua wanita di dunia (pada masanya).
Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Az-Zuhri, dari Sa'id ibnul Musayyab sehubungan dengan firman-Nya: “Sesungguhnya Allah telah memilih kamu, menyucikan kamu, dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu).” (Ali Imran: 42) Bahwa sahabat Abu Hurairah pernah menceritakan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: “Sebaik-baik wanita yang naik unta adalah wanita Quraisy, paling penyayang kepada anak semasa masih bayi, dan paling memelihara kehormatan diri suami, sedangkan Maryam binti Imran belum pernah naik unta sama sekali.”
Tidak ada yang mengetengahkannya dari jalur ini selain Imam Muslim, karena sesungguhnya Imam Muslim telah meriwayatkannya dari Muhammad ibnu Rafi' dan Abdu ibnu Humaid; keduanya meriwayatkan hadits ini dari Abdur Razzaq.
Hisyam ibnu Urwah meriwayatkan dari ayahnya, dari Abdullah ibnu Ja'far, dari Ali ibnu Abu Thalib yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: “Sebaik-baik wanitanya adalah Maryam binti Imran, dan sebaik-baik wanitanya adalah Khadijah binti Khuwailid.”
Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim mengetengahkan hadits yang serupa melalui Hisyam dengan lafal yang sama.
Imam At-Tirmidzi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar ibnu Zanjawaih, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Qatadah, dari Anas, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: “Cukuplah bagimu dari wanita di dunia ini dengan Maryam binti Imran, Khadijah binti Khuwailid, Fatimah binti Muhammad, dan Asiah istri Fir'aun.”
Hadits ini hanya diketengahkan oleh Imam At-Tirmidzi sendiri, dan ia menilainya shahih.
Abdullah ibnu Abu Ja'far Ar-Razi menceritakan dari ayahnya bahwa Sabit Al-Bannani pernah menceritakan dari Anas ibnu Malik bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: “Sebaik-baik wanita di dunia ada empat orang, yaitu Maryam binti Imran, Asiah istri Fir'aun, Khadijah binti Khuwailid, dan Fatimah binti Rasulullah.”
Hadits ini diriwayatkan pula oleh Ibnu Mardawaih. Ibnu Mardawaih meriwayatkan pula dari jalur Syu'bah, dari Mu'awiyah ibnu Qurrah, dari ayahnya yang menceritakan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: “Lelaki yang mencapai kesempurnaan banyak jumlahnya, tetapi dari kalangan wanita hanya ada tiga orang, yaitu Maryam binti Imran, Asiah istri Fir'aun, dan Khadijah binti Khuwailid. Sedangkan keutamaan Aisyah atas kaum wanita sama dengan keutamaan makanan Sarid (makanan yang sangat enak) atas makanan lainnya.”
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Al-Musanna, telah menceritakan kepada kami Adam Al-Asqalani, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Murrah; ia pernah mendengar Murrah Al-Hamdani menceritakan hadits berikut dari Abu Musa Al-Asy'ari yang menceritakan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: “Telah mencapai kesempurnaan banyak orang dari kalangan kaum lelaki, tetapi tidak ada yang mencapai kesempurnaan dari kalangan kaum wanita selain Maryam binti Imran dan Asiah istri Fir'aun.”
Jamaah menceritakan pula hadits ini selain Imam Abu Dawud melalui berbagai jalur dari Syu'bah dengan lafal yang sama. Lafal yang diketengahkan oleh Imam Al-Bukhari adalah seperti berikut: “Banyak dari kaum lelaki yang mencapai tingkat kesempurnaan, tetapi dari kalangan kaum wanita tidak ada yang mencapai tingkat kesempurnaan kecuali Asiah istri Fir'aun dan Maryam binti Imran, dan sesungguhnya keutamaan Aisyah dibandingkan dengan wanita-wanita lainnya sama dengan keutamaan makanan Sarid di atas semua jenis makanan.”
Kami merincikan hadits ini berikut semua lafalnya dalam kisah Isa ibnu Maryam a.s. di dalam kitab kami yang berjudul Al-Bidayah wan Nihayah. Kemudian Allah ﷻ kembali menceritakan khitab para malaikat kepada Maryam, bahwa mereka memerintahkannya untuk banyak melakukan ibadah, khusyuk, rukuk, dan sujud serta membiasakan diri beramal, karena Allah ﷻ hendak menganugerahkan kepadanya suatu perkara yang telah ditakdirkan-Nya untuk dia. Anugerah tersebut merupakan batu ujian baginya dan meninggikan derajatnya di dua negeri (dunia dan akhirat). Melalui dirinya Allah akan menampilkan kekuasaan-Nya yang besar, yaitu Allah akan menciptakan darinya seorang anak tanpa ayah.
Ayat 43
Untuk itu Allah ﷻ berfirman: “Wahai Maryam, taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan rukuklah bersama orang-orang yang rukuk.” (Ali Imran: 43)
Yang dimaksud dengan al-qunut ialah taat dengan penuh kekhusyukan, seperti pengertian yang terkandung di dalam firman-Nya: “Dan kepunyaan-Nyalah siapa saja yang ada di langit dan di bumi. Semuanya tunduk hanya kepada-Nya.” (Ar-Rum: 26)
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu Abdul A'la, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Amr dan Ibnul Haris, bahwa Darij yang dikenal dengan sebutan Abus Samah pernah menceritakan hadits berikut kepadanya, dari Abul Haisam, dari Abu Sa'id, dari Rasulullah ﷺ yang bersabda: “Setiap kalimat yang ada di dalam Al-Qur'an disebut di dalamnya lafal al-qunut, artinya taat.”
Ibnu Jarir meriwayatkannya pula melalui jalur Ibnu Luhai'ah dari Darij dengan lafal yang sama, tetapi di dalam hadits ini terkandung nakarah (predikat mungkar).
Mujahid mengatakan bahwa Maryam a.s. selalu berdiri (melakukan ibadah) sehingga kedua telapak kakinya bengkak-bengkak. Al-qunut artinya rukuk yang lama di dalam shalat, yakni karena mengamalkan perintah yang terkandung di dalam firman-Nya: “Wahai Maryam, berqunutlah kepada Tuhanmu.” (Ali Imran: 43)
Al-Hasan mengatakan bahwa makna uqnuti lirabbiki ialah sembahlah Tuhanmu.
“Sujudlah dan rukuklah bersama orang-orang yang rukuk.” (Ali Imran: 43) Yakni jadilah kamu salah seorang dari mereka yang rukuk.
Al-Auza'i mengatakan bahwa Maryam tetap tinggal di dalam mihrabnya sambil rukuk, sujud, dan berdiri, hingga air kuning keluar dari telapak kakinya. Semoga Allah melimpahkan keridaan-Nya kepadanya dan memberinya pahala yang besar.
Al-Hafidzh Ibnu Asakir menyebutkan di dalam kitab Turjumah melalui jalur Muhammad ibnu Yunus Al-Kadimi (yang masih diragukan), telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Bahr ibnu Barri, telah menceritakan kepada kami Al-Walid ibnu Muslim, dari Al-Auza'i, dari Yahya ibnu Abu Kasir sehubungan dengan firman-Nya: “Wahai Maryam, taatlah kepada Tuhanmu dan sujudlah (kepada-Nya).” (Ali Imran: 43) bahwa Maryam terus-menerus melakukan sujud hingga air kuning turun ke kedua matanya.
Ibnu Abud Dunya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu Abdul Aziz, telah menceritakan kepada kami Damrah, dari Syauzab yang mengatakan bahwa Maryam a.s. selalu mandi di setiap malamnya.
Ayat 44
Kemudian Allah ﷻ berfirman kepada Rasul-Nya ﷺ sesudah memaparkan kepadanya dengan jelas semua kisah tersebut, yaitu:
“Itu adalah sebagian dari berita-berita gaib yang Kami wahyukan kepadamu (wahai Muhammad).” (Ali Imran: 44)
Yang dimaksud dengan wahyu adalah kisah yang diceritakan kepada Nabi ﷺ.
“Padahal kamu tidak berada di antara mereka.” (Ali Imran: 44)
Yakni kamu, wahai Muhammad, tidaklah bersama mereka. Karena itu, lalu kamu dapat menceritakan kepada mereka kejadian yang engkau saksikan. Melainkan Allah memperlihatkannya kepadamu hal tersebut, seakan-akan kamu ikut hadir dan menyaksikan apa yang terjadi di antara mereka ketika mereka melakukan undian perihal Maryam, yakni siapakah di antara mereka yang akan mengasuh Maryam. Itu dilakukan karena keinginan mereka untuk mendapat pahala Allah ﷻ.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Qasim, telah menceritakan kepada kami Al-Husain, telah menceritakan kepadaku Hajaj, dari Ibnu Juraij, dari Al-Qasim ibnu Buzzah, bahwa ia telah menceritakan kepadanya dari Ikrimah, juga dari Bakar, dari Ikrimah yang menceritakan bahwa Maryam dikeluarkan dari kemahnya, lalu dibawa ke tempat Banil Kahin, keturunan Harun, saudara Musa a.s. Ketika itu mereka sedang mengecat bagian dari Baitul Maqdis yang letaknya lurus dengan Ka'bah.
Lalu ibu Maryam berkata kepada mereka, “Terimalah oleh kalian bayi nazirah ini, karena sesungguhnya aku telah menazarkannya untuk berkhidmat di Baitul Maqdis. Sedangkan dia adalah bayi perempuan, dan perempuan berhaid tidak boleh masuk masjid, tetapi aku tidak akan membawanya kembali pulang ke rumahku." Mereka menjawab, "Ini adalah anak perempuan imam kita. Imran adalah imam shalat mereka dan pemimpin kurban kami," Maka Zakaria berkata, "Serahkanlah dia kepadaku, karena sesungguhnya bibi bayi itu adalah istriku." Mereka berkata, "Kami tidak setuju, mengingat dia adalah anak perempuan imam kami." Karena itu mereka melakukan undian dengan pena-pena yang biasa mereka gunakan untuk menulis kitab Taurat, dan ternyata undian yang keluar adalah pena milik Zakaria a.s. Akhirnya ia mengasuh Maryam.
Ikrimah menceritakan pula, begitu juga As-Suddi, Qatadah, dan Ar-Rabi' ibnu Anas dan lain-lain yang tidak hanya seorang, kisah sebagian dari mereka dimasukkan ke dalam kisah sebagian yang lain, bahwa mereka pergi ke Sungai Yordan, lalu melakukan undian di sungai tersebut, dengan ketentuan bahwa mereka diharuskan melempar pena-pena mereka ke dalam sungai itu. Barang siapa yang penanya tetap bertahan melawan arus air, maka dialah yang bakal mengasuh Maryam. Lalu mereka melemparkan penanya masing-masing, tetapi semuanya hanyut dibawa oleh arus air sungai, kecuali pena milik Zakaria yang tetap berada di tempatnya. Menurut suatu pendapat, pena Zakaria justru bergerak melawan arus air. Selain itu Zakaria adalah pemimpin dan penghulu mereka, juga orang yang paling alim di antara mereka, serta imam dan nabi mereka.
Beberapa kisah yang dikisahkan di dalam Al-Qur'an itulah sebagian dari berita-berita gaib yang besar dan agung yang Kami wahyukan kepadamu, Nabi Muhammad, padahal engkau tidak bersama mereka ketika mereka melemparkan pena, suatu alat untuk mengundi. Dengan alat itu, mereka mengundi siapa di antara mereka yang akan memelihara Maryam. Dan engkau pun tidak bersama mereka ketika mereka bertengkar untuk memperoleh kemuliaan tersebut yaitu pengasuhan Maryam. Selanjutnya Allah memberi kabar gembira kepada Maryam akan lahirnya seorang putra sekaligus gambaran sosok tersebut. Ingat-lah, ketika para malaikat, yakni malaikat Jibril, berkata, Wahai Maryam! Sesungguhnya Allah menyampaikan kabar gembira kepadamu tentang kelahiran seorang anak yang diciptakan melalui sebuah kalimat, firman, dari-Nya yaitu seorang putra, yang nama dan gelar-nya adalah Al-Masih Isa putra Maryam, yang kelak menjadi seorang terkemuka di dunia dengan gelar kenabian dan tersucikan dari dosa, dan di akhirat dengan derajat yang tinggi, dan termasuk orang-orang yang didekatkan kepada Allah.
Ayat ini ditutup dengan mengarahkan pembicaraan kepada Nabi Muhammad bahwa cerita itu termasuk cerita yang belum diketahuinya, sedang hal itu sesuai dengan isi Kitab Taurat.
Allah menyatakan dalam ayat ini bahwa apa yang telah dikisahkan, yaitu kisah Maryam dan Zakaria adalah kisah-kisah yang tidak pernah disaksikan oleh Nabi Muhammad saw, atau keluarganya, dan tidak pula Muhammad pernah membacanya dalam suatu kitab, serta tidak pula diajarkan oleh seorang guru. Itulah wahyu, yang diturunkan Allah kepadanya dengan perantara Ruhul-Amin, untuk menjadi bukti atas kebenaran kenabiannya, dan untuk mematahkan hujjah (argumentasi) orang yang mengingkarinya.
Kemudian Allah menyatakan pula bahwa Nabi Muhammad, belum ada dan tentu saja tidak menyaksikan mereka ketika mengadakan undian di antara Zakaria dengan mereka, untuk menetapkan siapa yang akan mengasuh Maryam.
Nabi Muhammad ﷺ tidak hadir dalam perselisihan mereka untuk mengasuh Maryam. Mereka terpaksa mengadakan undian untuk menyelesai-kan perselisihan itu. Mereka yang berselisih adalah orang-orang terkemuka yakni para pendeta mereka. Perselisihan itu semata-mata didorong oleh keinginan yang besar untuk mengasuh dan memelihara Maryam. Boleh jadi keinginan ini disebabkan karena bapaknya yaitu Imran adalah pemimpin mereka, sehingga mereka mengharapkan akan mendapatkan berkah dari tugas mengasuh Maryam. Boleh jadi pula disebabkan mereka mengetahui dalam kitab-kitab agama, bahwasanya kelak akan terjadi peristiwa besar bagi Maryam dan putranya. Atau mungkin disebabkan mereka berpendapat bahwa mengasuh bayi perempuan itu adalah suatu kewajiban agama, karena bayi itu dinazarkan untuk mengabdi di Baitulmakdis.
Ayat ini diletakkan sesudah menerangkan kisah Maryam tersebut, adalah untuk menjelaskan bahwa Nabi Muhammad tidak pernah membaca cerita keluarga Imran (Bani Israil), karena beliau seorang ummi. Lagi pula beliau tidak pernah mendengar dari seseorang sebab beliau juga hidup waktu itu di tengah-tengah orang yang ummi.
Tidak ada jalan bagi Nabi, untuk mengetahui seluk beluk cerita ini kecuali dengan jalan menyaksikan dengan mata kepala sendiri, atau dengan jalan wahyu. Menyaksikan dengan mata kepala sendiri adalah suatu hal yang mustahil, karena peristiwa itu terjadi pada zaman sebelum lahirnya Nabi Muhammad ﷺ Kalau demikian tentulah Nabi Muhammad mengetahuinya dengan jalan wahyu.
Para Ahli Kitab yang mengingkari Al-Qur'an mengatakan bahwa isi Al-Qur'an yang sesuai dengan isi Kitab mereka itu adalah berasal dari kitab mereka, sedang yang bertentangan dengan isi kitab mereka itu mereka katakan tidak benar. Isi Al-Qur'an yang tidak terdapat dalam Kitab mereka juga dianggap tidak benar. Sikap demikian itu hanyalah karena sifat sombong dan sifat permusuhan mereka.
Kaum Muslimin meyakini bahwa segala yang diterangkan Al-Qur'an adalah benar. Karena cukup dalil-dalil yang membuktikan bahwa Muhammad ﷺ adalah seorang nabi. Ayat Al-Qur'an yang bertentangan dengan kitab-kitab terdahulu dipandang sebagai koreksi terhadap kesalahan-kesalahan yang terdapat pada kitab-kitab itu, karena sudah diubah-ubah atau tidak sesuai lagi dengan kemaslahatan umat.
.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
PERMOHONAN ZAKARIA
Ayat 38
“Pada waktu itu berdoalah Zakaria."
Pada waktu itu, yaitu setelah melihat pertumbuhan jasmani dan ruhani Maryam, anak yang dinadzarkan oleh ibunya itu, sampai ketika ditanya dari mana dia mendapat makanan, dia telah memberikan jawaban yang demikian penuh iman, padahal dia masih kecil, tersadarlah Zakaria akan dirinya. Mungkin kalau dia memohon pula dengan sungguh-sungguh kepada Allah, doanya pun akan dikabulkan, sebagaimana doa istri Imran telah dikabulkan maka berdoalah dia, “Katanya, “Ya, Tuhanku! berilah kepadaku dari sisi Engkau keturunan yang baik!" Telah tua aku ini, ya Tuhanku, tetapi keturunanku tidak ada juga maka inginlah aku agar Engkau karuniai aku seorang keturunan yang baik.
Melihat Maryam yang tumbuh dengan baik itu, dia pun ingin bilakah kiranya dia pun diberi keturunan yang baik serupa itu pula.
“Sesungguhnya, Engkau adalah. Pendengar permohonan."
Demikianlah selalu doanya sedang dia mengasuh Maryam, sampai pun menjadi doa dalam sembahyangnya. Dan, memang doa itu ialah sembahyang dan sembahyang itu ialah doa, yakni menuruti aturan sembahyang pada waktu itu,
Ayat 39
“Maka menyerulah kepadanya Malaikat, sedang dia shalat di mihrab."
Artinya sedang dia sembahyang dengan khusyunya di mihrab itu, tiba-tiba datanglah Malaikat. Menjadi alamat baik doanya terkabul. Berkatalah Malaikat itu, “Sesungguhnya, Allah menggembirakan engkau dengan Yahya!' Artinya, Tuhan telah mengabulkan permohonan engkau sebab engkau akan diberi seorang putra, namanya Yahya.
Yahya adalah kata yang di-Arab-kan dari bahasa Ibrani Yohana, arti keduanya sama, yaitu ‘hidup' Di dalam surah Maryam kelak disebutkan bahwa sebelum anak itu, belum ada orang yang bernama Yahya atau Yohana. Anak itu akan bernama si Hidup sebab hidupnya akan sangat berarti dan hidupnya akan sangat baik serta bahagia. Malaikat itu lalu menerangkan keutamaan anak itu, yaitu, “Yang akan membenarkan kalimat dari Allah."
Kalimat dari Allah itu ialah Nabi Isa al-Masih. Yahya itu kelak akan memberikan pengakuan dan kesaksian bahwa memang Isa al-Masih itu lahir semata-mata karena kalimat Allah kun, artinya ‘jadilah' maka dia pun jadi-lah."Dan akan menjadi pemimpin," yaitu menjadi pemimpin yang disegani dalam kaumnya, Bani Israil."Dan akan terpelihara," dan terbentang terutama dari pengaruh rayuan perempuan. Sebab, masih muda Yahya itu telah men-jadi rasul, sedangkan rupanya amat elok, tetapi tidaklah dapat diperdayakan oleh rayuan perempuan.
“Dan seorang nabi dari kaum yang saleh."
Di sini kita sebutkan salah satu penafsiran makna kaiimah, yaitu bahwa kelahiran Nabi Isa tidak dengan perantaraan bapak, melainkan semata-mata dari kehendak Allah. Akan diakui kebenarannya oleh Yahya. Ini sesuai dengan sebagian kepercayaan orang Kristen bahwa kedatangan Yahya mendahului Isa untuk melapangkan jalan bagi kedatangan Isa al-Masih. Tetapi, hanya sampai di situ pengakuan Yahya. Tidaklah Yahya memberikan pengakuan pula bahwa Nabi Isa adalah Tuhan.
Abu Ubaidah, ahli tafsir yang terkenal, menafsirkan kaiimah yang diakui oleh Yahya itu ialah kitab dan wahyu.
Terkabulnya permohonannya itu sangatlah menimbulkan kagum dalam hati Zakaria. Memang dalam hatinya dia yakin bahwa doa yang sungguh-sungguh itu tidaklah mustahil akan dikabulkan oleh Allah. Sekarang, setelah Malaikat datang memberi tahu bahwa permohonannya telah terkabul, di dalam ke-terharuannya dia jadi tercengang,
Ayat 40
“Dia berkata, ‘Ya, Tuhanku! Bagaimana jalannya aku akan beroleh seorang anak, padahal tua telah mencapaiku dan istriku pun mandul.'“
Dia percaya apabila Tuhan telah menjanjikan, itu pasti terjadi. Akan tetapi, bagaimana jalannya, sebab hamba ini telah tua dan istri hamba mandul. Keduanya menurut jalan yang biasa tidak mungkin mendapat anak lagi. Kalau laki-laki telah tua (usianya ketika itu menurut riwayat, telah lebih dari 90 tahun, sedangkan lain riwayat 120 tahun). Dalam usia yang begitu, menurut yang biasa, mani seorang laki-laki tidak lagi mempunyai bibit yang akan jadi anak. Apatah lagi telah tua pula. Kata setengah riwayat lebih dari 80 tahun. Istri mandul, lakinya tua, sama sekali tak mungkin akan dapat anak. Inilah yang dicengangkan oleh Zakaria."Dia berkata (yaitu firman Tuhan disampaikan dengan perantaraan Malaikat itu),
“Demikianlah Allah berbuat apa yang Dia kehendaki."
Artinya, memang menurut kebiasaan orang tua yang berumur lebih dari seratus tahun dengan istri yang mandul dan telah tua pula, tidaklah mungkin beroleh anak. Akan tetapi, siapa yang membuat kebiasaan itu? Ialah Allah sendiri. Maka, kalau sekali-sekali Allah berbuat lain, apa yang mesti engkau herankan?
Zakaria yang gembira, terharu, dengan heran langsung tunduk kepada keputusan Allah itu. Ilmul yaqin-nya telah naik menjadi haqqul yaqin dan kelak apabila Yahya telah ada, niscaya menjadi ainul yaqin.
Ayat 41
“Dia berkata, ‘Ya, Tuhanku! Adakanlah untukku suatu tanda.
Akan beroleh putra dalam usia setua itu, dengan istri yang tua dan mandul, sungguhlah suatu hal yang luar biasa dan ajaib bagi Zakaria. Sekarang, dia bermohon kepada Allah supaya dia diberi suatu ayat atau tanda penyambutan yang setimpal dengan anugerah besar itu."Dia (Tuhan) berfirman (dengan perantaraan Malaikat tadi),
“Tanda engkau ialah bahwa engkau tidak akan bercakap-cakap dengan manusia tiga hari kecuali dengan isyarat, dan ingatlah Tuhan engkau sebanyak-banyaknya dan bertasbihlah petang dan pagi."
Dengan demikian, dapatlah kita mengambil paham bahwasanya sebagai sambutan yang penuh khusyu atas anugerah yang mulia itu, Allah memerintahkan Nabi Zakaria berpuasa lamanya tiga hari. Selain dari puasa makan dan minum, puasa pula dari bercakap dengan manusia. Sehingga, kalau hendak bertegur sapa dengan manusia, cukup dengan isyarat saja. Akan tetapi, selama tiga hari itu pula hendaklah dipenuhinya dengan mengingat Allah (dzikir) sebanyak-banyaknya dan bertasbih atau sembahyang petang dan pagi. Bercakap dengan manusia hentikan dan ganti dengan menyebut nama Allah.
Kalau menurut Injil Lukas, lidahnya di-kelukan beberapa hari lamanya sehingga tidak dapat bertutur apa-apa, sebagai hukuman sebab dia masih saja tidak percaya akan janji Tuhan itu. Akan tetapi, dari wahyu yang di-turunkan kepada Muhammad ﷺ kita telah mendapat kabar pasti bahwa ini bukanlah hukuman Allah kepada Zakaria, tetapi anjuran berpuasa, termasuk berpuasa bercakap tiga hari, sebab mengelu-elukan nikmat Allah yang akan beliau terima itu.
Permohonan Zakaria telah terkabul dan Maryam pun telah mulai besar dalam asuhan beliau. Sekarang, Allah mengisahkan lagi kepada Rasul-Nya Muhammad ﷺ tentang kelanjutan wahyu kepada Maryam.
Ayat 42
“Dan (ingatlah) tatkala benkata Malaikat, “Wahai, Manyam! Sesungguhnya, Allah telah memilih engkau dan membenihkan engkau dan telah memuliakan engkau atas sekalian perempuan di alam."
Ayat ini ialah melanjutkan cerita tentang pertumbuhan diri Maryam yang di kala kecilnya itu dalam asuhan Zakaria. Dia telah mulai besar dan akan dewasa. Maka, diingatkan Allah-lah kepadanya bahwa dia telah menjadi pilihan Allah, termasuk orang-orang yang terpilih sebagaimana Adam, Nuh, keluarga Ibrahim, dan rasul serta nabi-nabi yang lain tadi, dan Nabi kita Muhammad ﷺ Datangnya jadi bukti bahwa Maryam itu pun musthafiyah di sisi Allah. Sebab itu, beberapa ulama Islam, di antaranya Ibnu Hazmin al-Andalusi berpendapat bahwa Maryam itu nabiyah. Menurut dia, perempuan-perempuan yang jadi nabiyah ialah Hawa, Sarah istri Ibrahim, Hajar istri Ibrahim, ibu Nabi Musa, dan Asiah istri Fir'aun, semuanya itulah saja perempuan-perempuan yang jadi nabiyah. Abui Hasan al-Asy'ari berkata, “Di kalangan perempuan ada beberapa nabiyah" Ibnu Abdil Barr berkata, “Banyak fuqaha berpendapat bahwa di kalangan perempuan ada nabiyah." As-Suhaili pun berkata demikian.
Tentang Maryam ini, al-Qurthubi berkata, “Yang shahih ialah bahwa Maryam itu adalah seorang nabiyah karena Malaikat menyampaikan wahyu kepadanya, mengandung perintah Allah dan perkabaran dan kabar selamat. Sebab itu, dia adalah nabiyah." Cuma sekadar nabiyah, bukan rasul sebab sudah ditegaskan bahwa yang menjadi rasul menyampaikan syari'at (balagh, tabligh) hanya rasul yang laki-laki, sebagaimana dijelaskan dalam surah an-Nahl: 43.
“Dan Dia membersihkan engkau," tetap dalam keadaannya yang suci sehingga dia melahirkan Isa kelak dalam kesucian itu, tidak disentuh laki-laki.
‘Dan telah memuliakan engkau atas sekalian perempuan di alam."
Inia dalah satu kemuliaan baginya sebab dia sebagai nadzar ibunya menjadi pengkhidmat rumah suci. Adalah suatu kemuliaan baginya karena guru pengasuhnya adalah seorang nabi dan rasul yang besar. Adalah suatu kemuliaan baginya bahwa dia adalah satu-satunya perempuan yang dipilih Allah buat melahirkan Isa, satu-satunya rasul Allah yang lahir ke dunia tidak dengan perantaraan bapak. Dan, ada lagi riwayat menyatakan bahwa kesucian yang diberikan Allah kepada Maryam itu ialah benar-benar karena dia tidak pernah dikotori dengan haid, tidak pernah membawa kain kotor. Sebab itu, dia disebut juga Maryam az-Zahra, sebagaimana juga Fathimah putri Rasulullah ﷺ yang menurut beberapa riwayat tidak pula diberi haid oleh Allah, yang tidak menghalangi beliau beroleh putra Hasan dan Husain. Dan, dia pun disebut Fathimah az-Zahra,
Menurut sebuah hadits dari Nabi kita ﷺ adalah tiga perempuan yang amat mulia, pertama Maryam binti Imran, kedua Khadijah binti Khuailid (istri Rasulullah ﷺ yang pertama), ketiga Fathimah binti Muhammad. Ridha Allah terlimpah bagi mereka semuanya. Amin.
Akan tetapi, ada juga ahli tafsir menjelaskan bahwasanya kemuliaan Maryam di atas segala perempuan di alam, bukanlah buat seluruh zaman, melainkan di zamannya saja. Tidak ada tolak perbandingannya yang lain. Dan, ada pula perempuan yang amat mulia dari perempuan lain di zamannya pula.
Setelah disanjung Allah kesuciannya, Maryam pun selalu diperintah Tuhan memupuk anugerah Ilahi itu dengan firman-Nya,
Ayat 43
“Wahai, Manyam tunduklah kepada Tuhan engkau"
Artinya, patuhilah segala perintah Tuhan.
"Dan sujudlah dan ruku'lah bersama orang-orang yang ruku'."
Selalulah engkau beribadah kepada Allah, sehingga sari kemuliaan dan pilihan atas diri engkau yang diberikan Allah tu bertambah cemerlang. Sebagai adatnya tiap-tiap nabi, yang menerima pilihan Allah atas diri mereka, dengan memperbanyak ibadah kepada Allah, bahkan kadang-kadang memohon ampun bertobat dan menyesali kealpaan diri. Sebagaimana Imam Ghazali pernah mengisahkan bahwasanya Nabi Isa sendiri kadang-kadang membawa bunga karang untuk menghapus air matanya yang mengalir karena ingat akan Allah dan burung yang sedang terbang pun tertegun mendengarkan bunyi kecapi Nabi Dawud a.s. menyanyikan nama Tuhan. Dan, Nabi Muhammad ﷺ yang sampai semutan kakinya karena lamanya shalat malam. Bertambah mulia kedudukan mereka di sisi Allah, bertambah mereka qunut, tunduk merendah diri kepada Allah.
Ayat 44
“Demikianlah dari berita-berita gaib yang Kami wahyukan kepada engkau."
Wahai utusan-Ku Muhammad,
“Dan tidaklah engkau bersama mereka ketika mereka membuang undi tentang siapa di antara meneka yang akan mengasuh Manyam, dan tidak ada engkau di dekat mereka ketika mereka berbantah."
Dengan keterangan seperti ini, Tuhan Allah menjelaskan bahwasanya berita-berita ini, baik berita nadzar istri Imran, pengasuhan Zakaria atas Maryam, maupun doa Zakaria agar diberi anak, semuanya ini adalah berita gaib, tidak diterima dari orang lain, tetapi diwahyukan langsung kepada Nabi Muhammad ﷺ