Ayat
Terjemahan Per Kata
يَوۡمَ
pada hari
تَجِدُ
mendapati
كُلُّ
tiap-tiap
نَفۡسٖ
diri
مَّا
apa
عَمِلَتۡ
ia perbuat
مِنۡ
dari
خَيۡرٖ
kebaikan
مُّحۡضَرٗا
yang dihadapkan
وَمَا
dan apa
عَمِلَتۡ
ia perbuat
مِن
dari
سُوٓءٖ
seburuk-buruk
تَوَدُّ
mereka ingin
لَوۡ
sekiranya
أَنَّ
bahwa
بَيۡنَهَا
antara ia
وَبَيۡنَهُۥٓ
dan antara hari itu
أَمَدَۢا
ada masa
بَعِيدٗاۗ
yang jauh
وَيُحَذِّرُكُمُ
dan memperingatkan kamu
ٱللَّهُ
Allah
نَفۡسَهُۥۗ
diriNya
وَٱللَّهُ
dan Allah
رَءُوفُۢ
Maha Penyayang
بِٱلۡعِبَادِ
pada hamba-hambaNya
يَوۡمَ
pada hari
تَجِدُ
mendapati
كُلُّ
tiap-tiap
نَفۡسٖ
diri
مَّا
apa
عَمِلَتۡ
ia perbuat
مِنۡ
dari
خَيۡرٖ
kebaikan
مُّحۡضَرٗا
yang dihadapkan
وَمَا
dan apa
عَمِلَتۡ
ia perbuat
مِن
dari
سُوٓءٖ
seburuk-buruk
تَوَدُّ
mereka ingin
لَوۡ
sekiranya
أَنَّ
bahwa
بَيۡنَهَا
antara ia
وَبَيۡنَهُۥٓ
dan antara hari itu
أَمَدَۢا
ada masa
بَعِيدٗاۗ
yang jauh
وَيُحَذِّرُكُمُ
dan memperingatkan kamu
ٱللَّهُ
Allah
نَفۡسَهُۥۗ
diriNya
وَٱللَّهُ
dan Allah
رَءُوفُۢ
Maha Penyayang
بِٱلۡعِبَادِ
pada hamba-hambaNya
Terjemahan
(Ingatlah) pada hari (ketika) setiap jiwa mendapatkan (balasan) atas kebajikan yang telah dikerjakannya dihadirkan, (begitu juga balasan) atas kejahatan yang telah dia kerjakan. Dia berharap seandainya ada jarak yang jauh antara dia dan hari itu. Allah memperingatkan kamu akan (siksa)-Nya. Allah Maha Penyayang terhadap hamba-hamba-Nya.
Tafsir
(Pada hari itu setiap diri akan mengetahui segala yang dilakukan)nya (berupa kebaikan akan dihadapkan ke hadapannya begitu juga segala yang dilakukan)nya (berupa kejahatan) menjadi mubtada sedangkan yang menjadi khabarnya: (ia ingin sekiranya antara ia dengan hari itu ada masa yang jauh) teramat jauh hingga ia takkan pernah sampai padanya. (Dan Allah memperingatkan kamu kepada diri-Nya) diulangi untuk memperkuat (Dan Allah Maha Penyayang terhadap hamba-hamba-Nya.) Ayat berikut turun tatkala mereka mengatakan, "Kami tidaklah menyembah berhala itu hanyalah karena kecintaan kami kepada Allah, Kami bermaksud agar berhala-berhala itu mendekatkan kami kepada-Nya.".
Tafsir Surat Ali-'Imran: 29-30
Katakanlah, "Jika kalian menyembunyikan apa yang ada dalam hati kalian atau kalian menyatakannya, pasti Allah mengetahuinya. Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
(Ingatlah) pada hari (ketika) setiap diri mendapati balasan atas kebajikan yang dilakukan(nya) dihadapkan kepadanya, begitu juga kejahatan yang telah dikerjakannya; ia ingin kalau sekiranya antara ia dengan hari itu ada jarak (masa) yang jauh; dan Allah memperingatkan kalian terhadap diri (azab)-Nya. Dan Allah sangat Penyayang kepada hamba-hamba-Nya.
Ayat 29
Allah ﷻ memberitahukan kepada hamba-hamba-Nya bahwa Dia mengetahui semua yang tersembunyi dan semua yang tampak, dan bahwa tiada yang samar bagi Allah suatu hal pun dari mereka, melainkan Dia mengetahuinya dan meliputi mereka dalam semua keadaan, zaman, hari-hari, jam dan detik-detik mereka, serta mengetahui semua yang ada di bumi dan di langit. Tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi bagi-Nya walau seberat zarrah (zat terkecil), dan bahkan yang lebih kecil lagi dari itu di semua kawasan bumi, laut dan bukit-bukit.
“Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Ali Imran: 29)
Yakni kekuasaan-Nya langsung dan benar-benar nyata lagi jelas atas semuanya. Di balik kalimat ini terkandung makna yang memperingatkan kepada hamba-hamba-Nya agar takut kepada-Nya dan selalu khawatir akan azab-Nya, supaya mereka tidak berani mengerjakan apa-apa yang dilarang dan tidak disukai oleh-Nya. Karena sesungguhnya Allah mengetahui semua perkara mereka, dan Dia Maha Kuasa untuk menyegerakan azab-Nya terhadap mereka.
Jika Dia memberikan masa tangguh kepada seseorang di antara mereka, maka sesungguhnya Dia sengaja menangguhkan azab-Nya, kemudian pada saatnya Dia akan menimpakan azab kepadanya dengan azab dari Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Kuasa. Karena itulah maka disebutkan dalam firman selanjutnya:
“(Ingatlah) pada hari (ketika) setiap diri mendapati balasan atas kebajikan yang dilakukan(nya) dihadapkan kepadanya.” (Ali Imran: 30)
Yakni pada hari kiamat nanti dihadapkan kepada setiap hamba semua amal perbuatannya, yang baik dan yang buruk. Seperti yang disebutkan di dalam ayat yang lain, yaitu firman-Nya:
“Pada hari itu diberitakan kepada manusia apa yang telah dikerjakannya dan apa yang dilalaikannya.” (Al-Qiyamah: 13)
Maka apa yang ia lihat dari amal perbuatannya yang baik, hal itu sangat menggembirakannya; dan apa yang ia lihat dari amal perbuatannya yang buruk, hal itu membuatnya sedih dan kecewa; dan berharap sekiranya dia dapat berlepas diri dari dosa-dosanya itu, sekiranya antara dia dan dosa-dosanya itu jauh sekali jaraknya. Seperti yang ia katakan kepada setan yang selalu menemaninya ketika di dunia, karena setanlah yang membuatnya berani melakukan perbuatan yang berdosa: “Aduhai, sekiranya (jarak) antaraku dan kamu seperti jarak antara timur dan barat. Maka setan itu adalah sejahat-jahatnya teman (yang menyertai manusia).” (Az-Zukhruf: 38)
Ayat 30
Kemudian Allah ﷻ mengukuhkan hal tersebut dengan nada peringatan dan ancaman melalui firman selanjutnya, yaitu:
“Dan Allah memperingatkan kalian terhadap diri (azab)-Nya.” (Ali Imran: 30)
Artinya, Allah memperingatkan kalian terhadap azab-Nya.
Selanjutnya Allah ﷻ menganjurkan kepada hamba-hamba-Nya untuk tidak berputus asa terhadap rahmat-Nya dan tidak berputus harapan dari belas kasihan-Nya.
“Dan Allah sangat Penyayang kepada hamba-hamba-Nya.” (Ali Imran: 30) Al-Hasan Al-Basri mengatakan, termasuk belas kasihan Allah kepada hamba-hamba-Nya adalah Dia memperingatkan mereka terhadap azab-Nya.
Menurut pendapat lain, makna yang dimaksud ialah Allah Maha Penyayang kepada makhluk-Nya, dan menyukai mereka bila mereka beristiqamah pada jalan-Nya yang lurus dan agama-Nya yang benar serta mengikuti Rasul-Nya yang mulia.
Pada hari kiamat, setiap jiwa yang sudah dewasa dan layak diberi beban agama akan mendapatkan balasan atau ganjaran atas kebajikan yang telah dikerjakan dan akan dihadapkan atau dihadirkan kepadanya, begitu juga balasan atas kejahatan yang telah dia kerjakan juga akan dihadirkan di hadapannya. Maka, pada saat itulah dia yang perbuatannya buruk berharap sekiranya ada jarak yang jauh antara dia dengan segala keburukannya dengan hari itu. Dan Allah memperingatkan kamu akan diri yakni siksa-Nya. Allah Maha Penyayang terhadap hamba-hamba-Nya dengan memberinya perlindungan pada hari ketika tidak ada perlindungan kecuali dari-Nya. Ini menunjukkan betapa takut orangorang yang mati dengan membawa dosa serta betapa sulitnya hari itu kecuali bagi mereka yang memperoleh rahmat-N Katakanlah, wahai Nabi Muhammad, kepada mereka yang merasa mencintai Allah, Jika kalian mencintai Allah, ikutilah aku, dengan melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi segala larang-an-Nya yang disyariatkan melalui aku, juga ditambah dengan melaksanakan sunahsunahku, niscaya Allah mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian. Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang terhadap siapa pun yang mengikuti perintah Rasul-Nya dan meninggalkan larangannya.
Selanjutnya pada ayat ini Allah memperingatkan hari yang pasti datangnya, tiap manusia akan menyaksikan sendiri segala perbuatannya selama masa hidupnya. Orang yang mendapatkan pahala amal kebajikannya, merasa senang dan gembira atas pahala yang diterimanya. Orang akan menyaksikan pula kejahatan-kejahatannya, dan menginginkan kejahatan itu dijauhkan daripadanya. Kemudian Allah mengulangi lagi ancaman-Nya dengan memperingatkan manusia terhadap siksa-Nya, yakni hendaklah manusia takut akan kemurkaan Allah, dengan cara mengerjakan kebajikan, menolak tipu muslihat setan dan bertobat kepada-Nya. Kemudian ayat ini ditutup dengan pernyataan bahwa Allah Maha Penyayang kepada hamba-hamba-Nya.
Al-hasan al-Basri berkata, "Di antara kasih sayang Allah ialah Dia memperingatkan manusia akan kekuasaan Diri-Nya, memperkenalkan kepada mereka kesempurnaan ilmu dan kodrat-Nya, sebab barang siapa telah mengetahui hal itu dengan sempurna, maka ia pasti merasa terpanggil untuk mencari keridaan-Nya dan menjauhi kemurkaan-Nya. Di antara belas kasihan Allah ialah: Allah menjadikan fitrah manusia cenderung kepada kebajikan serta senantiasa membenci hal-hal yang mengarah kepada kejahatan, sehingga pengaruh kejahatan dalam jiwa dapat dilenyapkan dengan tobat dan amal saleh.
.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 28
“Janganlah mengambil orang-orang yang Mukminin akan orang-orang kafir jadi pemimpin, lebih daripada orang-orang yang beriman."
Di sini terdapat perkataan aulia. Dahulu pun pernah kita uraikan arti kata wali. Dan, berarti pemimpin atau pengurus atau teman karib, ataupun sahabat ataupun pelindung.
Di surah al-Baqarah ayat 256 kita telah diberikan pegangan bahwasanya wali yang sejati, artinya pemimpin, pelindung, dan pengurus orang yang beriman hanya Allah. Di ayat itu Allah memberikan jaminannya sebagai wali bahwa orang yang beriman akan dikeluarkan dari gelap kepada terang. Dan, di dalam ayat itu juga diterangkan bahwa wali orang yang kafir adalah thaghut dan thaghut itu akan mengeluarkan mereka dari terang kepada gelap. Kemudian di dalam ayat yang lain kita telah bertemu pula dengan keterangan bahwasanya orang beriman sesama beriman yang sebagian menjadi wali dari yang lain, sokong-menyokong, bantu-membantu, sehingga arti wali di sini ialah persahabatan. Maka, di dalam ayat yang tengah kita bicarakan ini, diberikanlah peringatan kepada orang yang beriman agar mereka jangan mengambil orang kafir menjadi wali. Jangan orang yang tidak percaya kepada Allah dijadikan wali sebagai pemimpin atau wali sebagai sahabat. Karena, akibatnya kelak akan terasa, karena akan dibawanya ke dalam suasana thaghut. Kalau dia pemimpin atau pengurus, sebab dia kufur, kamu akan dibawanya menyembah thaghut. Kalau mereka kamu jadikan sahabat, kamu akan diajaknya kepada jalan sesat, menyuruh berbuat jahat, mencegah berbuat baik.
Menurut riwayat yang dikeluarkan oleh Ibnu Ishaq, Ibnu Jarir, dan Ibnu Abi Hatim bahwa Ibnu Abbas berkata, “Al-Hajjaj bin Amr mengikat janji setia kawan dengan Ka'ab bin al-Asyraf (pemuka Yahudi yang terkenal penafsir), Ibnu Abi Haqiq, dan Qais bin Zaid. Ketiga orang ini telah bermaksud jahat hendak mengganggu kaum Anshar itu lalu ditegur oleh Rifa'ah bin al-Mundzir, Abdullah bin jubair, dan Sa'ad bin Khatamah supaya mereka menjauhi orang-orang Yahudi yang tersebut itu. Hendaklah mereka berawas diri dalam perhubungan dengan mereka, supaya agama mereka jangan difitnah oleh orang-orang Yahudi itu. Akan tetapi, orang-orang yang diberi peringatan itu tidak memedulikannya." Inilah kata Ibnu Abbas yang menjadi sebab turunnya ayat ini.
Ada lagi suatu riwayat lain yang dikeluarkan oleh Ibnu Jarir, Ibnu Mundzir, dan Ibnu Abi Hatim dari beberapa jalan riwayat bahwasanya tafsir ayat ini ialah bahwa Allah melarang orang-orang yang beriman bersikap lemah lembut terhadap orang kafir dan mengambil mereka jadi teman akrab melebihi sesama orang beriman kecuali kalau orang-orang kafir itu lebih kuat daripada mereka. Kalau demikian, tidaklah mengapa memperlihatkan sikap lunak, tetapi hendaklah tetap diperlihatkan perbedaan di antara agama orang yang beriman dan agama mereka.
“Dan barangsiapa yang berbuat demikian itu maka tidaklah ada dari Aiiah sesuatu jua pun." Tegasnya, dengan sebab mengambil wali kepada kafir, baik pimpinan atau persahabatan, niscaya lepaslah dari perwalian Allah, putus dari pimpinan Allah maka celakalah yang akan mengancam."Kecuali bahwa kamu berawas diri dari mereka itu sebenar awas,"
Beratus-ratus tahun lamanya negeri-negeri Islam banyak yang dijajah oleh pemerintahan yang bukan Islam karena terpaksa, karena tergagah, karena senjata untuk melawan dan kekuatan untuk bertahan tidak ada lagi. Maka, tetaplah larangan pertama, yaitu tidak menukar wali dari Allah kepada mereka. Kalau ini tidak dapat dinyatakan keluar, hendaklah disimpan terus di dalam hati dan hendaklah selalu awas sebenar-benar awas, supaya dengan segala daya upaya bahaya mereka itu untuk membelokkan dari Allah kepada thaghut dapat ditangkis. Pendeknya, sampai kepada saat terakhir wajib melawan walaupun dalam hati.
“Dan Allah memperingatkan kamu benar-benar akan diri-Nya" Di sambungan ayat ini Allah Ta'aala memberi peringatan dengan keras bahwa di dalam urusan ini, khusus dalam taqiyah, janganlah dipandang enteng. Jangan sampai sikap taqiyah itu dijadikan tempat lari untuk melepaskan diri dari tanggung jawab menghadapi lawan. Hendaklah awas dan jangan sekali-kali lupa bahwa diri Allah Ta'aala senantiasa ada, senantiasa mengawasi, dan menilik sepak terjang yang kamu lakukan. Karena, kalau taqiyah itu akan membawa agama Allah jadi lemah, bukanlah dia taqiyah lagi, melainkan beralih menjadi sikap pengecut. Itu sebabnya, ujung ayat lebih menjelaskan pula bahwa baik di waktu kamu sedang kuat lalu menolak kerja sama dengan musuh yang akan melemahkan agamamu atau sedang lemah sehingga terpaksa kamu mengambil sikap taqiyah, tetapi ingatlah,
“Dan kepada Allah-lah tujuan kamu."
Akhir ayat ini mengingatkan kita akan perumpamaan hidup kita yang tengah berlayar di tengah lautan besar, menaiki sebuah bahtera. Tujuan bahtera hidup beragama ialah Allah.
Ayat 29
“Katakanlah, ‘Jika kamu sembunyikan apa yang ada dalam dada kamu ataupun kamu tampakkannya, tetapi Allah mengetahuinya juga. Dan Dia pun mengetahui apa yang ada di semua langit dan apa yang di bumi."
Ayat ini adalah pengikat jiwa yang halus sekali bagi orang-orang yang beriman. Dia adalah sebagai sambungan dari Allah yang memperingatkan tentang diri-Nya tadi. Mereka pada pokoknya dilarang keras lebih mementingkan pimpinan orang kafir dan mengangkat mereka jadi wali sehingga melebihkan pandangan kepada mereka daripada memandang sesama Mukmin. Cuma di saat yang terpaksa dan menilai keadaan, baru boleh me-lakukan taqiyah.
“Dan Allah atas tiap-tiap sesuatu Mahakuasa."
Hanya orang Mukmin yang dapat merasai hal yang seperti ini. Betapa kekuasaan Allah atas isi dada manusia serta betapa kekuasaan Allah atas seluruh langit dan bumi. Kadang-kadang kita bertemu dengan kemenangan, padahal menurut perhitungan kita belum tampak pintunya. Kadang-kadang kita merasa bahwa rencana kita akan berjalan menurut yang kita gariskan. Tiba-tiba datang saja kejadian lain yang tidak pula kita sangka-sangka sehingga rencana Allah jualah yang berjalan. Oleh sebab itu, baik di waktu susah maupun di waktu senang, sekali-kali janganlah lupa memperhitungkan Mahakuasanya Allah.
Ayat 30
“(ingatlah) akan mati yang tiap-tiap orang akan menerima ganjaran amal baik yang telah tersedia."
Di sini diberikan ketegasan dan jaminan bagi setiap orang yang beramal baik bahwa ganjarannya akan diterimanya kontan, telah tersedia di hadapan matanya. Akan mengobati hatinya yang sudah gundah dan akan menghilangkan segala kepenatan serta akan menghabiskan segala kecewa."Dan amalan-amalan yang buruk pun!' Artinya, amalan yang buruk pun akan menerima ganjaran yang telah tersedia pula, sebagai akibat dari perbuatannya sendiri, sehingga, “Inginlah dia (kiranya) di antara balasan amal buruknya itu dengan dirinya di antarai oleh masa yang jauh!'
Tegasnya, baik dan buruk (amalan) akan menerima ganjaran Allah dengan kontan serta tersedia nyata di hadapan mata (muh-dharan). Orang yang berbuat baik tentu akan merasai gembira yang sangat tinggi dan rasa bahagia yang tiada taranya ketika berhadapan langsung dengan balasan amalnya. Akan tetapi, bagaimana orang yang beramal buruk? Dia pun akan menerima ganjaran kontan pula, hadir pula di hadapan matanya. Niscaya perasaan di waktu itu akan lain. Niscaya kalau hal itu dapat dielakkan, akan dia elakkan atau dia minta supaya diperlambat, diundur-undur. Dia takut menghadapi kenyataan sehingga dia mengharap supaya di antara dia dan ganjaran amalnya itu diadakan jarak yang jauh. Dia pasti kalah dan dia tahu itu. Akan tetapi, dia minta supaya kekalahan itu diundurkan. Akan tetapi, benarlah apa yang dikatakan oleh seorang pujangga, “Hidup ialah menunda kekalahan."
Sebab itu, Allah memperingatkan lagi sebagaimana telah diperingatkan-Nya di ayat yang di atas tadi, “Dan Allah memperingatkan kamu benar-benar akan diri-Nya!' Sebab itu, janganlah kamu abaikan tugas hidupmu. Pilih-lah sendiri jalan yang benar dan jauhilah yang salah, jujurlah terhadap Allah sebab Dia ada dan Dia mengawasi kamu. Ingatlah itu benar-benar dan awaslah.
“Dan Allah amatlah sayang kepada hamba-hamba-Nya."
Dengan peringatan hati-hati dan awas yang agak keras di atas semuanya tadi, terasalah bahwa masing-masing kita yang mengakui dirinya hamba Allah, tidak pernah lepas dari tilikan Allah. Maka, kita pun berhati-hatilah, baik dalam isi dada yang dirahasiakan maupun dalam sikap hidup yang ditampakkan. Akan tetapi, di dalam kehati-hatian itu kita pun insaf bahwa kita ini manusia, ada saja kelemahan kita masing-masing. Lautan ini amat luas, di mana akan berlabuh belum tahu. Sedang berjalan menuju tujuan yang dituju itu, entah putus nyawa di tengah jalan, entah mati jauh karena kehausan. Kadang-kadang terasa betapa banyak halangan yang wajib dilalui, banyak duri dan onak.
Semuanya itu diketahui oleh Allah. Oleh sebab itu, di samping kerasnya peringatan yang Dia berikan, Dia pun tetap sayang dan belas kasihan akan semua hamba-Nya yang memang membina tujuan hidupnya mencapai ridha Allah. Oleh sebab itu, jika dalam perjalanan sulit itu, sekali-sekali bertemu dengan luluk dan lumpur yang mengotori baju, lekaslah bersihkan. Dan, membersihkan batin dari daki-daki kedosaan ialah dengan bertobat dan beristighfar.